Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik

Terdapat tiga bagian utama dalam proses penyaluran tenaga listrik, yaitu

Pembangkitan, Penyaluran ( Transmisi ) dan distribusi seperti pada gambar

berikut :

Gambar 2.1. Komponen utama dalam Penyaluran Energi Listrik

Sistem tenaga listrik merupakan kumpulan peralatan listrik yang saling

terhubung membentuk suatu sistem yang digunakan untuk membangkitkan tenaga

listrik pada pusat pembangkit tenaga listrik dan menyalurkan tenaga listrik

melalui suatu jaringan transmisi dan jaringan distsibusi hingga sampai ke

pelanggan.

Universitas Sumatera Utara


Suatu pembangkit tenaga listrik ditempatkan pada lokasi tertentu

berdasarkan sumber daya alam yang digunakan. Jenis pembangkit tenaga listrik

yang digunakan adalah seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA),

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG),

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas

Bumi (PLTP). Setelah tenaga listrik dibangkitkan kemudian tenaga listrik

disalurkan ke transformator step up. Hal ini disebabkan karena lokasi pelanggan

tenaga listrik yang tersebar luas dan jauh dari pusat pembangkit tenaga listrik.

2.2 Pembangkit Tenaga Listrik

Pembangkit Tenaga Listrik merupakan salah satu bagian dari sistem tenaga listrik,

yang berfungsi untuk menghasilkan energi listrik yang akan dikirim ke

masyarakat. Pada Pembangkit Tenaga Listrik terdapat peralatan elektrikal,

mekanikal, dan bangunan kerja. Terdapat juga komponen-komponen utama

pembangkitan yaitu generator, turbin yang berfungsi untuk mengkonversi energi

mekanik menjadi energi listrik.

Bagian-bagian Pembangkit Tenaga Listrik :

A. Penggerak utama (prime mover)

- Mesin diesel

- Turbin (air, gas, uap)

- Beserta komponen dan perlengkapan lainnya (kondenser, boiler, dll)

B. Komponen listrik

Universitas Sumatera Utara


- Generator dan perlengkapannya

- Transformator

- Peralatan proteksi

- Saluran kabel, busbar, dll

C. Komponen sipil

- Bendungan, pipa pesat, prasarana dan sarana penunjang (untuk PLTA)

- Prasarana dan sarana sipil (pondasi peralatan, jalan, cable dutch, dll)

- Gedung kontrol

D. komponen mekanis

- Peralatan bantu, peralatan pendingin, peralatan proteksi, dll

Adapun beberapa jenis-jenis pembangkit tenaga listrik sebagai berikut :

- Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)

PLTMH ini adalah pembangkitan listrik yang memanfaatkan tenaga air,

tetapi dalam skala kecil, biasanya PLTMH ini dibangun untuk daerah-

daerah terpencil yang susah terjangkau oleh PLN.

- Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

PLTA merupakan pusat pembangkitan listrik yang menggunakan energi

potensial yang dihasilkan oleh air, sehingga dapat memutarkan turbin air

dan menngerakkan generator. Pola PLTA ini dapat menggunakan sistem

bendungan atau aliran sungai (run of river)

- Pembangkit Litrik Tenaga Uap (PLTU)

Universitas Sumatera Utara


PLTU adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk

menghasilkan energi listrik. Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini

adalah Generator yang dihubungkan ke turbin yang digerakkan oleh tenaga

kinetik dari uap panas/kering. Pembangkit listrik tenaga uap menggunakan

berbagai macam bahan bakar terutama batu bara dan minyak bakar serta

MFO untuk start up awal.

- Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)

PLTP merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan energi dari panas

bumi, sehinnga dapat memanaskan ketel uap, dan uap yang dihasilkan

digunakan untuk menggerakkan turbin.

- Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)

PLTD adalah pembangkit listrik yang menggunakan tenaga mesin diesel

sebagai penggerak untuk memutarkan turbin.

- Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)

PLTG adalah pembangkitan listrik yang mengkonversi energi kinetik dari

gas untuk menghasilkan putaran pada turbin gas sehingga menggerakkan

generator dan kemudian menghasilkan energi listrik.

- Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Pada dasarnya PLTGU adalah gabungan dari PLTG dan PLTU yang

dikombinasikan, PLTGU sangat efektif dikarenakan pemanfaatan energi

yang sangat efisien, dengan menggunakan satu macam bahan bakar dapat

menggerakkan dua turbin, yaitu tubin gas dan turbin uap.

PLTGU adalah gabungan antara PLTG dengan PLTU, dimana panas dari

gas buang dari PLTG digunakan untuk menghasilkan uap yang digunakan

Universitas Sumatera Utara


sebagai fluida kerja di PLTU. Dan bagian yang digunakan untuk

menghasilkan uap tersebut adalah HRSG (Heat Recovery Steam Generator).

Gambar 2.2 Prinsip Kerja PLTGU

PLTGU merupakan suatu instalasi peralatan yang berfungsi untuk

mengubah energi panas (hasil pembakaran bahan bakar dan udara) menjadi

energi listrik yang bermanfaat. Pada dasarnya, sistem PLTGU ini

merupakan penggabungan antara PLTG dan PLTU. Pembangkit

memanfaatkan energi panas dan uap dari gas buang hasil pembakaran di

PLTG untuk memanaskan air di HRSG (Heat Recovery Steam Genarator),

sehingga menjadi uap jenuh kering. Uap jenuh kering inilah yang akan

digunakan untuk memutar sudu (baling-baling) Gas yang dihasilkan dalam

ruang bakar pada Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG) akan menggerakkan

turbin dan kemudian generator, yang akan mengubahnya menjadienergi

listrik. Sama halnya dengan PLTU, bahan bakar PLTG bisa berwujud cair

Universitas Sumatera Utara


(BBM) maupun gas (gas alam). Penggunaan bahan bakar menentukan

tingkat efisiensi pembakaran dan prosesnya.

2.3. Saluran Transmisi

Saluran Transmisi terdiri dari seperangkat konduktor yang membawa

energi listrik dan mentransmisikan dari pusat pembangkit ke gardu induk.

Konduktor dari saluran transmisi tersebut digantungkan pada isolator yang

dikaitkan ke lengan menara. Adapun komponen utama saluran hantaran udara

terdiri dari beberapa bagian seperti :

a) Menara atau tiang transmisi

Menara atau tiang transmisi adalah suatu bangunan yang menopang

saluran transmisi, yang dapat berupa menara baja, tiang baja, tiang beton

bertulang dan tiang kayu. Tiang tiang baja, beton, dan kayu biasanya digunakan

pada saluran saluran tegangan kerja yang relatif rendah (dibawah 70 KV)

sedangkan untuk saluran dengan tegangan tinggi biasanya menggunakan menara

baja.

b) Isolator

Jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin.

Jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau

gelas.

c) Kawat penghantar

Jenis-jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi

adalah :

- Tembaga dengan konduktivitas 100%

Universitas Sumatera Utara


- Tembaga dengan konduktivitas 97,5 %

- Alumunium dengan kondukivitas 61 %

d) Kawat tanah

Kawat tanah atau ground wires juga disebut dengan kawat pelindung

(shield wires) gunanya untuk melindungi kawat penghantar atau kawat fasa

terhadap sambaran petir. Jadi kawat tanah ini dipasang diatas kawat fasa.

Sebahagian kawat tanah umumnya dipakai kawat baja (steel wires) yang lebih

murah.

2.4. Ketentuan Ruang Bebas SUTT

Setiap bentangan kawat jaringan transmisi memerlukan suatu ruang

bebas. Ruang bebas adalah ruang di sekeliling penghantar yang dibentuk oleh

jarak bebas minimum sepanjang jalur SUTT. Jalur itu harus dibebaskan dari

benda-benda dan kegiatan lainnya. Artinya, dalam ruang bebas tidak boleh ada

satupun benda-benda seperti bangunan atau pohon lain di dalam ruang tersebut.

Dengan adanya ruang bebas ini, pengaruh medan elektromagnetik terhadap

lingkungan sekitar dapat dicegah. Keterangan mengenai ruang bebas diatur di

dalam Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi tentang ruang bebas SUTT

dan SUTET. Dalam peraturan tersebut, diatur jarak minimum titik tertinggi

bangunan atau pohon terhadap titik terendah dari kawat penghantar jaringan

transmisi.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan definisi dari PERMEN ESDM no.18 tahun 2015, ruang bebas

adalah ruang yang dibatasi oleh bidang vertikal dan horizontal di sekeliling dan di

sepanjang konduktor SUTT, SUTET, atau SUTTAS di mana tidak boleh ada

benda di dalamnya demi keselamatan manusia, makhluk hidup dan benda lainnya

serta keamanan operasi SUTT, SUTET, dan SUTTAS. Jarak bebas minimum

horizontal adalah jarak terpendek secara horizontal dari sumbu vertikal

menara/tiang ke bidang vertikal ruang bebas; bidang vertikal tersebut sejajar

dengan sumbu vertikal menara/tiang dan konduktor.Jarak bebas minimum vertikal

adalah jarak terpendek secara vertikal antara konduktor SUTT, SUTET atau

SUTTAS dengan permukaan bumi atau benda di atas permukaan bumi yang tidak

boleh kurang dari jarak yang telah ditetapkan demi keselamatan manusia,

makhluk hidup dan benda lainnya serta keamanan operasi SUTT, SUTET dan

SUTTAS.

Peraturan tersebut disusun sebagai pedoman bagi Pemegang Izin Usaha

Penyediaan Tenaga Listrik dan Pemegang Izin Operasi dalam hal:

a. Pembangunan, operasi, dan pemeliharaan SUTT,SUTET dan SUTTAS untuk

memenuhi keselamatanketenagalistrikan.

b. menentukan obyek Kompensasi tanah, bangunan dan tanaman di bawah Ruang

Bebas SUTT, SUTET dan SUTTAS.

Ruangan sisi kanan, kiri, dan bawah Ruang Bebas SUTT, SUTET dan SUTTAS

secara teknis aman dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain termasuk rumah

tinggal selama tidak masuk ke dalam Ruang Bebas.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.3. Contoh Ruang Bebas SUTT 66 kV dan 150 Kv

Gambar 2.4.Revisi PERMEN ESDM mengenai jarak bebas minimum

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.5. Jarak Bebas Minimum Horizontal dari Sumbu Vertikal
Menara/Tiang pada SUTT, SUTET dan SUTTAS

Peraturan pemerintah yang terdahulu mengatur mengenai jarak ruang

bebas SUTT yang diatur dalam PERMEN ESDM 01.P/47/M.PE/1992 direvisi

menjadi PERMEN ESDM no.18 Tahun 2015 karena tidak sesuai lagi dengan

dinamika perkembangan teknologi dan perkembangan peraturan perundang-

undangan. Secara keseluruhan, berdasarkan peraturan tersebut dapat dirangkum

bahwa :

a. Pembangunan SUTT, SUTET dan SUTTAS dilaksanakan dengan memenuhi

aspek keselamatan ketenagalistrikan dengan berpedoman kepada jarak ruang

bebas minimum.

b. Masyarakat yang tinggal di bawah ruang bebas secara teknis aman selama

masih berada di luar ruang bebas.

c. Ruang di bawah ruang bebas dapat dimanfaatkan untukkeperluan lain selama

tidak masuk kedalam ruang bebas.

Universitas Sumatera Utara


d. Peraturan ini dapat dijadikan referensi terhadap peraturan lain di daerah terkait

dengan penggunaan tanah dan pertimbangan perbankan.

2.5. Keandalan Sistem Tenaga Listrik

Suatu sistem tenaga listrik memiliki peranan penting untuk menyalurkantenaga

listrik ke masyarakat secara terus-menerus dan dengan kualitas tenaga listrik yang

baik. Kemampuan sistem tenaga listrik dalam menyalurkan tenaga listrik

berdasarkan tingkat keandalan komponen komponen yang terpasang pada sistem

tenaga listrik seperti keandalan pusat pembangkit tenaga listrik, keandalan

jaringan transmisi, dan keandalan jaringan distribusi.

Keandalan sistem tenaga listrik merupakan suatu gambaran umum untuk dapat

menilai kemampuan sistem tenaga listrik dalam menyuplai tenaga listrik ke

pelanggan. Jaringan distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang

paling dekat dengan konsumen dan memiliki resiko gangguan yang lebih banyak.

Hal ini menyebabkan dianggap penting untuk melakukan analisis terhadap tingkat

keandalan jaringan distribusi pada suatu sistem tenaga listrik. Tingkat keandalan

pada suatu jaringan distribusi merupakan suatu gambaran terhadap kualitas serta

kontinuitas penyaluran tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik hingga ke

konsumen.

Universitas Sumatera Utara


2.6. Manajemen Operasi Sistem Tenaga Listrik

Pembangkitan energi listrik merupakan kegiatan yang berlangsung selama

24jam per hari tujuh hari dalam sepekan karena seperti yang diketahui bahwa

energi listrik dibutuhkan setiap harinya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan

tersebut maka diperlukan sebuah pengaturan yang baik mengenai pembangkitan.

Manajemen adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,

pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran

(goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai

sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada

dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Berdasarkan

pemahaman tersebut, maka untuk memperoleh sistem pembangkitan yang baik

maka perlu adanya perencanaan, pengaturan, dan pengkoordinasian yang baik

antarelemen yang terkait.

Penyediaan tenaga listrik kontinu selama 24 jam sehari maka dari itu

diperlukan sebuah manajemen operasi yang tertib agar kegiatan penyediaan energi

listrik tidak terhambat. Salah satunya dengan menyusun metode kerja shift, yang

mana mampu memenuhi kebutuhan petugas untuk beroperasi selama 24 jam.

Umumnya dalam terdapat lima shift sehingga dapat diberikan istirahat sekali

dalam satu minggu untuk setiap shift selama 24 jam penuh.

Dalam operasi pembangkitan, sebelumnya perlu dilakukan perencanaan

beban agar pengaturan distribusi beban dari pusat listrik ke pusat pengatur beban

dapat diatur dengan sesuai.

Universitas Sumatera Utara


Jika diringkas dalam sebuah alur skematik maka hubungan antara pusat

listrik dan pusat pengatur beban adalah sebagai berikut :

Gambar 2.6. Diagram Hubungan Pusat Listrik dengan Pengatur Beban

Tujuan dari operasi sistem tenaga listrik secara umum dirangkum menjadi 3

aspek, yaitu Ekonomi (economy); Keandalan (security); Kualitas (quality).

Ekonomi (economy) berarti listrik harus dioperasikan secara ekonomis, tetapi

dengan tetap memperhatikan keandalan dan kualitasnya.

Keandalan (security) merupakan tingkatkeamanan sistem terhadap

kemungkinanterjadinya gangguan. Sedapat mungkingangguan di pembangkit

maupun transmisidapat diatasi tanpa mengakibatkanpemadaman di sisi konsumen.

Kualitas (quality) tenaga listrik yangdiukur dengan kualitas tegangan danfrekuensi

yang dijaga sedemikian rupasehingga tetap pada kisaran yangditetapkan.

Universitas Sumatera Utara


Urutan prioritas dari sasaran diatas bisaberubah-ubah tergantung pada kondisi real

time. Pada saat terjadi gangguan, maka keamananadalah prioritas utama

sedangkan mutu dan ekonomi bukanlah hal yang utama.

Pada saat keamanan dan mutu sudah bagus,maka selanjutnya ekonomi

harusdiprioritaskan. Efisiensi produksi tenaga listrik diukurdari tingkat biaya yang

digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik. Hal yang paling mudah dalam

optimasibiaya produksi tenaga listrik adalahdengan sistem Merit Order. Merit

order ini adalah suatu metodedimana pembangkit dengan biaya yangpaling murah

akan diprioritaskan untukberoperasi dibandingkan dengan yanglebih mahal,

sampai beban tenaga listriktercukupi.

Jenis jenis operasi sistem tenaga listrik secara umum dapat dibagi menjadi 4

normal, siaga, darurat, pemulihan.

Normal adalah seluruh konsumen dapat dilayani, kendala operasi teratasi dan

sekuriti sistem dapat dipenuhi. Siaga adalah seluruh konsumen dapat dilayani,

kendala operasi dapat dipenuhi, tetapi sekuriti sistem tidak dapat dipenuhi.

Darurat adalah konsumen tidak dapat dilayani, kendala operasi tidak dapat

dipenuhi.Pemulihan adalah peralihan kondisi darurat tenaga listrik yang diukur

dengan kualitas tegangan dan frekuensi yang dijaga sedemikian rupa sehingga

tetap pada kisaran yang ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara


Salah satu hal yang tidak boleh luput dari perhatian adalah masalah

pemeliharaan pembangkit. Pemeliharaan dilakukan dengan beberapa tujuan,

yaitu :

1. Mempertahankan Efisiensi

Jika untuk pembangkitan 10KV listrik membutuhkan bahan bakar bensin

sebanyak 50 liter bensin, maka diharapkan dengan adanya pemeliharaan

alat efisiensi tersebut tidak mengalami penurunan.

2. Mempertahankan Keandalan

Keandalan ini dimaksudkan seperti misalkan bantalan pada pembangkit

dibiarkan saja, maka lama-kelamaan akan kotor dan kering sehingga akan

menyebabkan kinerja pembangkit yang tidak maksimal. Maka dari itu

dibutuhkan adanya pemeliharaan agar alat tetap dala kondisi baik.

3. Mempertahankan Umur Ekonomis

Misalkan generator yang bekerja terus-menerus diperkirakan umur

ekonomisnya adalah 10 tahun, maka bila tidak ada pemeliharaan yang baik

pencapaian umur alat tersebut tidak akan mencapai 10 tahun karena akan

muncul kerusakan-kerusakan pada bagian-bagiannya.

Dalam perkembangannya pemeliharaan berdasarkan waktunya adanya dua jenis,

yaitu

a. Pemeliharaan Periodik

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan menurut periode waktu tertentu

berdasarkan buku petunjuk alat dari pabrik pembuat alat tersebut.

Universitas Sumatera Utara


b. Pemeliharaan Prediktif

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya

kerusakan dalam skala besar yang didasarkan pada adat dan informasi

yang menyangkut alat yang akan dipelihara.

Sistem pembangkitan dikatakan baik apabila dapat mencatu dan

menyalurkan tenaga listrik ke konsumen dengan tingkat keandalan yang tinggi.

Keandalan di sini meliputi kelangsungan, stabilitas, dan harga per KWH yang

terjangkau oleh konsumen. Pemadaman listrik sering terjadi akibat gangguan yang

tidak dapat diatasi oleh sistem pengamannya. Keadaan ini akan sangat

mengganggu kelangsungan penyaluran tenaga listrik. Naik turunnya kondisi

tegangan dan catu daya listrik pun bisa merusak peralatan listrik.

Karena dalam suatu sistem pembangkitan melibatkan banyak komponen dan

sangat kompleks, maka ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan

pada pembangkitan, antara lain:

1. Faktor manusia

Faktor ini terutama menyangkut kesalahan atau kelalaian dalam

memberikan perlakuan pada sistem. Misalnya, salah menyambung

rangkaian, keliru dalam mengkalibrasi suatu piranti pengamanm

dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara


2. Faktor internal

Faktor ini menyangkut gangguan-gangguan yang berasal dari

sistem itu sendiri. Misalnya, usia pakai (ketuaan), keausan, dan

sebagainya. Hal ini dapat mengurangisensitivitas relay pengaman,

juga mengurangi daya isolasi peralatan listrik lainnya.

Oleh karena adanya beberapa gangguan yang tidak dapat dihindarkan,

maka perlu upaya pencegahan agar dapat memperkecil kerusakan pada peralatan

listrik, terutama pada manusia akibat adanya gangguan. Pencegahan gangguan

pada sistem dapat dikategorikan menjadi dua langkah, yaitu:

1. Usaha memperkecil terjadinya gangguan

Cara yang ditempuh meliputi:

a. membuat isolasi yang baik untuk semua peralatan

b. membuat koordinasi isolasi yang baik antara ketahanan isolasi

peralatan dan penangkal petir (arrester)

c. memakai kawat tanah dan membuat tahanan tanah pada kaki menara

sekecil mungkin, serta selalu mengadakan pengecekan

d. membuat perencanaan yang baik untuk mengurangi pengaruh luar

mekanis dan mengurangi atau menghindarkan sebab-sebab gangguan

karena binatang, polusi, kontaminasi, dan lain-lain

e. pemasangan yang baik, artinya pada saat pemasangan harus mengikuti

peraturan-peraturan yang berlaku

Universitas Sumatera Utara


f. menghindari kemungkinan kesalahan operasi, yaitu dengan membuat

prosedur tata cara operasional (standing operational procedure) dan

membuat jadwal pemeliharaan yang rutin

g. memasang kawat tanah pada SUTT dan gardu induk untuk melindungi

terhadap sambaran petir

h. memasang penangkal petir untuk mencegah kerusakan pada peralatan

akibat sambaran petir

2. Usaha mengurangi kerusakan akibat gangguan

Beberapa cara mengurangi pengaruh akibat gangguan, antara lain:

a. mengurangi akibat gangguan, misalnya dengan membatasi arus

hubung singkat, caranya dengan menghindari konsentrasi

pembangkitan atau dengan memakai impedansi pembatas arus,

pemasangan tahanan, atau reaktansi untuk sistem pentanahannya

sehingga arus ganggua satu fase terbatas. Pamakaian peralatan yang

tahan atau andal terhadap terjadinya arus hubung singkat.

b. secepatnya memisahkan bagian sistem yang terganggu dengan

memakai pengaman dan pemutus beban dengan kapasitas pemutusan

yang memadai

c. merencanakan agar bagian sistem yang terganggu bila harus

dipisahkan dari sistem tidak akan mengganggu operasi sistem secara

keseluruhan atau penyaluran tenaga listrik ke konsumen tidak

terganggu

Universitas Sumatera Utara


d. mempertahankan stabilitas sistem selama terjadi gangguan, yaitu

dengan memakai pengatur tegangan otomatis yang cepat dan

karakteristik kestabilan generator memadai

Selain itu, dalam upaya pencegahan terjadinya gangguan, tentunya

dibutuhkan analisa mengenai gangguan dan dibutuhkan laporan gangguan yang

digunakan untuk mencatat semua yang diperlukan guna mengidentifikasi

gangguan. Adapun yang dicantumkan dalam laporan gangguan, antara lain:

1. tanggal dan jam terjadinya gangguan

2. relai-relai yang bekerja

3. proses mengatasi gangguan

4. kerugian yang terjadi akibat gangguan

5. penyebab gangguan

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai