Anda di halaman 1dari 27

1.

Metode gores
Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi
dan waktu, tetapi memerlukan keterampilan-keterampilan yang diperoleh
dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni
yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan media agar nutrien
dalam cawan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-
garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat
tumbuh menjadi koloni. Cara penggarisan dilakukan pada medium
pembiakan padat bentuk lempeng. Bila dilakukan dengan baik teknik
inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang berbeda
pada masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu untuk
membuat goresan sebanyak mungkin pada lempeng medium
pembiakan. Ada beberapa teknik dalam metode goresan, antara lain:

Metode tebar
Setetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar nutrien dalam
cawan petridish dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok
dan steril. Inokulasi itu disebarkan dalam medium batang yang sama
dapat digunakan dapat menginokulasikan pinggan kedua untuk dapat
menjamin penyebaran bakteri yang merata dengan baik. Pada beberapa
pinggan akan muncul koloni koloni yang terpisah-pisah.

Metode tuang
Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar
melakukan pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme
sehingga pada suatu saat hanya ditemukan satu sel di dalam tabung.

Metode tusuk
Metode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau menusukan
ujung jarum ose yang didalamnya terdapat inokolum, kemudian
dimasukkan ke dalam media.

Perbedaan Inokulasi Jamur dan Bakteri

1. Inokulasi jamur menggunakan jarum ose bentuk batang. Hifa yang


berbentuk seperti benang mudah diambil dengan jarum ose
batang dan mudah sekali tumbuh di dalam suatu media.
2. Inokulasi bakteri menggunakan jarum ose bentuk bulat. Pada
ujung jarum ose yang berbentuk bulat, bakteri akan dapat terambil
dalam jumlah yang relatif banyak.
Macam-Macam Media

Ada beberapa macam media yang digunakan untuk inokulasi yaitu :

1. Mixed culture : berisi dua atau lebih spesies mikroorganisme.


2. Plate culture : media padat dalam petridish.
3. Slant culture : media padat dalam tabung reaksi.
4. Stap culture : media padat dalam tabung reaksi, tapi
penanamannya dengan cara penusukan.
5. Liquid culture : media cair dalam tabung reaksi.
6. Shake culture : media cair dalam tabung reaksi yang
penanamannya dikocok.
2. Metode pantul ( metode elastik / rebound )
Dengan metode ini, kekerasan suatu material
ditentukan oleh alat scleroscope yang mengukur tinggi pantulan
suatu pemukul(hammer ) dengan berat tertentu yang dijatuhkan
dari suatu
ketinggianterhadap p e r m u k a a n b e n da u ji . Tin g g i p a n t u la n ( re
boun) ya n g d i h a s i l k a n m e wa k i l i kekerasan benda uji. Semakin
tinggi pantulan tersebut, yang ditunjukan oleh dial pada alat pengukur,
maka kekerasan benda uji dinilai semakin tinggi

3. Metode Indentasi
P e n g u ji a n d e n g a n m e t o d e i n i d i l a ku k a n d e n ga n penekanan
benda uji dengan indentor dengan gaya tekan dan waktu indentasi
yangditentukan. Kekerasan suatu material ditentukan oleh dalam
ataupun luas
areai n d e n t a s i ya n g d i h a s i l k a n ( t e r ga n t u n g je n i s i n de n t o r da
n j e n i s p e n g u ji a n ) . Berdasarkan prinsip bekerjanya metode uji
kekerasan dengan cara indentasi dapatdiklasifikasikan sebagai
berikut:a.
a. Metode Brinell
M e t o d e i n i d i p e r k e n a l k a n p e r t a m a k a l i o l e h J.A.
Brinell pada tahun 1900. Pengujian kekerasan dilakukan dengan
memakai b o l a b a j a y a n g d i p e r k e r a s ( hardened steel ball )
dengan beban dan waktu
indentasi tertentu. Hasilpenekanan adalah jejak berbentuk
lingkaran bulat,yang
harus dihitung diameternya dibawah mikroskop khusu
s p e n g u k u r j e j a k . Pengukuran nilai kekerasan suatu material
diberikan oleh rumus: 2 P

Skematis prinsip identasi dengan metode Brinell


Prosedur standar pengujian mensyaratkan bola baja dengan
diameter 10mm dan beban 3000 kg untuk pengujian logam-logam
ferrous, atau 500 kg untuk logam-logam non ferrous. Untuk logam-
logam ferrous, waktu indentasi
biasanyas e k i t a r 1 0 d e t i k , s e m e n t a r a un t u k l o g a m - l o g a m no n
f e r r o u s s e k i t a r 3 0 d e t i k . Walaupun demikian pengaturan beban dan
waktu indentasi untuk setiap
materiald a p a t p u l a d i t e n t u ka n o l e h k ar a k t er i s t i k a l a t pe n g u j i
. N i l a i k e k e r a s a n s u a t u material yang dinotasikan dengan HB
tanpa tambahan angka di belakangnyamenyatakan kondisi
pengujian standar dengan indentor bola baja 10mm, beban3000
kg selama waktu 1-15 detik. Untuk kondisi yang lain nilai
kekerasan HBdiikuti angka-angka yang menyatakan kondisi pengujian.
Syarat menggunakan metode Brinell :

indentor bola baja yang dikeraskan berdiameter 2,5-10 mm, beban 300-
3000Kg

permukaan harus rata, jika perlu diamplas atau dimachining terlebih


dahulu

permukaan test harus sesuai dengan karakteristik material,


tidak mengalamikarburasi ataupun proses sejenis lainnya

ketebalan minimum 0.6 mm dan permukaan tanpa dikeraskan

pengujian tidak boleh terlalu dipinggir

b e b a n ya n g d i g u n a k a n ha r u s s t ea d y d a n t er b e ba s d a r i k e
m u n g k i n a n pembebanan tak diinginkan disebabkan oleh gaya inersia
dari beban

jarak antar uji minimum 3d

tidak terjadi penggelembungan di bagian belakang material uji


disebabkan penggunaan beban yang terlalu besar

Keuntungan penggunaan metode Brinell antara lain :

Tidak dipengaruhi oleh oleh permukaan material


yangkasar B e k a s p e n e ka n a n c u ku p b e s ar, s e h i n g ga m u d a h
d i a m a t i d a n d a p a t m e n g a t a s i ketidakseragaman fasa material
pada pengujian.Kerugiannya antara lain :Tidak dapat dikenakan pada
benda yang tipis dan permukaan yang kecil, serta pada daerah
kritis di mana penekanan dapat mengakibatkan kegagalan.

Tidak berlaku untuk material yang sangat lunak m


aupun sangat keras.

b. Metode Vickers
Pada metode ini digunakan indentor intan berbentuk piramida dengan
sudut 136
o
,seperti gambar dibawah ini
Gambar
: Skematis prinsip indentor dengan metode Vickers
Prinsip pengujian adalah sama dengan Brinell, walaupun jejak yang
dihasilkan berbentuk bujursangkar berdiagonal. Panjang diagonal diukur
dengan skala padamikroskop pengukur jejak. Nilai kekerasan suatu
material diberikan oleh:Pengujian metode Vickers akan
memberikan dampak hasil yang berbeda-
bedat e r g a n t u n g p a d a e l e s t i s i t a s m a t e r i a l . A
p a b i l a m a t e r i a l l u n a k a t a u keelastisitasannya ti
nggi, maka hasil indentasi akan mengempis. Dan pad
a
1.854 PVHN =d
2
m a t e r i a l ya n g k a ku , m a k a a ka n b e r b e n t u k m e n g g e m b u n g .
M e t o d e i n i b i a s a dilakukan untuk mengukur kekerasan mikro dari
material.
Gambar
: Distorsi oleh indentor pyramid intan karena efek elastisitas;(a)Indentasi
sempurna; (b)Indentasi mengempis; (c)Indentasi menggembung
Keuntungan metode Vickers :

Indentor dibuat dari bahan yang cukup keras, sehingga dimungkinkan


dilakukanuntuk berbagai jenis logam.

Memberikan hasil berupa skala kekerasan yang kontinu dan


dapat digunakanuntuk menentukan kekerasan pada logam yang
sangat lunak dengan kekerasanDPH 5 hingga logam yang
sangat keras dengan DPH 1500
Dapat dilakukan untuk benda-benda dengan ketebalan yang sangat
tipis, sampai0.006 inchi

H a r g a k e k e r a s a n ya n g d i d a p a t da r i u ji Vic k e r s t i d a k
b e r g a n t u n g p a d a b e s a r beban
indentor Kerugiannya
:P e n g u ji a n i n i t i d a k d a p a t d i gu n a k a n un t u k p e n gu ji a n r u t i n
k a r e n a p e n g u ji a n tersebut lama, memerlukan persiapan permukaan
benda uji yang teliti, dan rentanterhadap kesalahan perhitungan panjang
diagonal
c. Metode Rockwell

Indentor yang digunakan kerucut intan dengan sudut yang


dibentuk mukai n t a n 1 2 0
o
. P e m b e b a n a n d i l a k u k a n de n g a n du a t a h a p; t a h a p pe r t a m a
a d a l a h pembebanan
minor kemudian pembebanan mayor. Nilai kekerasan ditentukand
e n g a n p e r b a n d i n g a n k e d a l a m a n k e d u a t ah a p p e m b e b a n a n.
B e r b e d a d e n g a n metode Brinell dan Vickers dimana kekerasan
suatu bahan dinilai dari
diameter a t a u d i a g o n e l je ja k ya n g d i h a s i l k a n , m a k a m e t o d e
R o c k we l l m e r u p a k a n u ji k e k e r a s a n de n g a n pe m b a c a an l a n g
sung (
direct reading
) . M e t o d e i n i b a n y a k dipakai dalam industri karena
pertimbangan praktis. Variasi dalam beban
dani n d e n t o r ya n g d i g u n a k a n m e m b u a t m e t o d e i n i m e m i l i k i
b a n ya k m a c a m n ya . Metode yang paling umum dipakai adalah
Rockwell B (dengan indentor bola baja berdiameter 1/6 inci dan
beban 100 kg) dan Rockwell C (dengan indentor intandan beban
150 kg). Walaupun demikian lainnya biasa dipakai. Oleh
karenanyaskala kekerasan Rockwell suatu material harus
dispesifikasikan dengan jelas.
Tabel Skala pada Metode Uji Kekerasan Rockwell
Kekerasan Rockwell dapat dibagi menjadi:

Rockwell APenetrator berupa kerucut intan dengan pembebanan


60 Kg. Biasa digunakanuntuk jenis-jenis logam yang sangat keras

Rockwell BI n d e n t o r b e r u p a b o l a b a ja d e ng a n d i a m e t e r 1, 6
m m d a n p e m b e b a n a n 1 0 0 K g . Biasa digunakan untuk material-
material yang lunak.

Rockwell
CI n d e n t o r b e r u p a k e r u c u t i n t a n d e n ga n p e m b e b a n a n 15 0 K
g . B i a s a d i g u n a ka n untuk logam-logam yang diperkeras dangan
pemanasan.Pengkategorian ini berdasarkan kombinasi jenis indentor
yang
digunakand e n g a n b e b a n ya n g d i be r i k a n . P e n g ka t e g or i a n i n i d
i m a k s u d ka n a g a r p e n g u ji manggunakan jenis kombinasi yang tepat
pada benda uji sesuai dengak sifat yangdimiliki oleh benda uji tersebut
Uji impact adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang
cepat (rapid loading). Pengujian impak merupakan suatu pengujian yang
mengukur ketahanan bahan terhadap beban kejut. Inilah yang
membedakan pengujian impak dengan pengujian tarik dan kekerasan,
dimana pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan. Pengujian impak
merupakan suatu upaya untuk mensimulasikan kondisi operasi material
yang sering ditemui dalam perlengkapan transportasi atau konstruksi
dimana beban tidak selamanya terjadi secara perlahan-lahan melainkan
datang secara tiba-tiba, contoh deformasi pada bumper mobil pada saat
terjadinya tumbukan kecelakaan.

Pada uji impact terjadi proses penyerapan energi yang besar ketika
beban menumbuk spesimen. Energi yang diserap material ini dapat
dihitung dengan menggunakan prinsip perbedaan energi potensial.
Dasar pengujiannya yakni penyerapan energi potensial dari pendulum
beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk
benda uji sehingga benda uji mengalami deformasi. Pada pengujian
impak ini banyaknya energi yang diserap oleh bahan untuk terjadinya
perpatahan merupakan ukuran ketahanan impak atau ketangguhan
bahan tersebut.

Sifat keuletan suatu bahan dapat diketahui dari pengujian tarik dan
pengujian impact, tetapi dalam kondisi beban yang berbeda. Beban
pada pengujian impact seperti yang telah dijelaskan diatas adalah
secara tiba-tiba, sedangkan pada pengujian tarik adalah perlahan-lahan.
Dari hasil pengujian tarik dapat disimpulkan perkiraan dari hasil
pengujian impact. Tetapi dari pengujian impact dapat diketahui sifat
ketangguhan logam dan harga impact untuk temperatur yang berbeda-
beda, mulai dari temperatur yang sangat rendah (-30oC) sampai
temperatur yang tinggi. Sedangkan pada percobaan tarik, temperatur
kerja adalah temperatur kamar.

Ada dua macam metode uji impact, yakni metode charpy dan
izod, perbedaan mendasar dari metode itu adalah pada peletakan
spesimen, Pengujian dengan menggunkan charpy lebih akurat karena
pada izod pemegang spesimen juga turut menyerap energi, sehingga
energi yang terukur bukanlah energi yang mampu di serap material
seutuhnya.

PENGUJIAN IMPACT METODE CHARPY :


Batang uji Charpy banyak digunakan di Amerika Serikat, Benda uji
Charpy memiliki luas penampang lintang bujur sangkar (10 x 10 mm)
dan memiliki takik (notch) berbentuk V dengan sudut 45o, dengan jari-
jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2 mm.
Benda uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian
yang bertakik diberi beban impak dari ayunan bandul, Serangkaian uji
Charpy pada satu material umumnya dilakukan pada berbagai
temperature sebagai upaya untuk mengetahui temperatur transisi

prinsip dasar pengujian charpy ini adalah besar gaya kejut yang
dibutuhkan untuk mematahkan benda uji dibagi dengan luas
penampang patahan. Mula-mula bandul Charpy disetel dibagian atas,
kemudian dilepas sehingga menabrak benda uji dan bandul terayun
sampai ke kedudukan bawah Jadi dengan demikian, energi yang
diserap untuk mematahkan benda uji ditunjukkan oleh selisih perbedaan
tinggi bandul pada kedudukan atas dengan tinggi bandul pada
kedudukkan bawah (tinggi ayun). Segera setelah benda uji diletakkan,
kemudian bandul dilepaskan sehingga batang uji akan melayang (jatuh
akibat gaya gravitasi). Bandul ini akan memukul benda uji yang
diletakkan semula dengan energi yang sama. Energi bandul akan
diserap oleh benda uji yang dapat menyebabkan benda uji patah tanpa
deformasi (getas) atau pun benda uji tidak sampai putus yang berarti
benda uji mempunyai sifat keuletan yang tinggi.

Permukaan patah membantu untuk menentukan kekuatan impact


dalam hubungannya dengan temperatur transisi bahan. Daerah transisi
yaitu daerah dimana terjadi perubahan patahan ulet ke patahan getas.
Bentuk perpatahan dapat dilihat langsung dengan mata telanjang atau
dapat pula dengan bantuan mikroskop.

4 .PENGUJIAN IMPACT METODE IZOD

Metode uji Izod lazim digunakan di Inggris dan Eropa, Benda uji Izod
mempunyai penampang lintang bujur sangkar atau lingkaran dengan
takik V di dekat ujung yang dijepit, kemudian uji impak dengan metode
ini umumnya juga dilakukan hanya pada temperatur ruang dan ditujukan
untuk material-material yang didisain untuk berfungsi sebagai cantilever,

Perbedaan mendasar charpy dengan izod adalah peletakan spesimen.


Pengujian dengan menggunkan izod tidak seakurat pada pengujian
charpy, karena pada izod pemegang spesimen juga turut menyerap
energi, sehingga energi yang terukur bukanlah energi yang mampu di
serap material seutuhnya.

FAKTOR PENYEBAB PATAH GETAS PADA PENGUJIAN IMPACT


1). Notch
Notch pada material akan menyebabkan terjadinya konsentrasi
tegangan pada daerah yang lancip sehingga material lebih mudah
patah. Selain itu notch juga akan menimbulkan triaxial stress. Triaxial
stress ini sangat berbahaya karena tidak akan terjadi deformasi plastis
dan menyebabkan material menjadi getas. Sehingga tidak ada tanda-
tanda bahwa material akan mengalami kegagalan.

2). Temperatur

Pada temperatur tinggi material akan getas karena pengaruh vibrasi


elektronnya yang semakin rendah, begitupun sebaliknya.

3). Strainrate
Jika pembebanan diberikan pada strain rate yang biasa-biasa saja,
maka material akan sempat mengalami deformasi plastis, karena
pergerakan atomnya (dislokasi). Dislokasi akan bergerak menuju ke
batas butir lalu kemudian patah. Namun pada uji impak, strain rate yang
diberikan sangat tinggi sehingga dislokasi tidak sempat bergerak,
apalagi terjadi deformasi plastis, sehingga material akan mengalami
patah transgranular, patahnya ditengah-tengah atom, bulan di batas
butir. Karena dislokasi ga sempat gerak ke batas butir.
Kemudian, dari hasil percobaan akan didapatkan energi dan temperatur.
Dari data tersebut, kita akan buat diagram harga impak terhadap
temperatur. Energi akan berbanding lurus dengan harga impak.
Kemudian kita akan mendapakan temperatur transisi. Temperatur
transisi adalah range temperature dimana sifat material dapat berubah
dari getas ke ulet jika material dipanaskan.
Temperatur transisi ini bergantung pada berbagai hal, salah satunya
aspek metalurgi material, yaitu kadar karbon. Material dengan kadar
karbon yang tinggi akan semakin getas, dan harga impaknya kecil,
sehingga temperatur transisinya lebih besar. Temperatur transisi akan
mempengaruhi ketahanan material terhadap perubahan suhu. Jika
temperatur transisinya kecil maka material tersebut tidak tahan terhadap
perubahan suhu.

BENTUK PATAHAN PADA UJI IMPACT


1) .Patahan Getas

Patahan yang terjadi pada benda yang getas, misalnya: besi tuang,
dapat dianalisis Permukaan rata dan mengkilap, potongan dapat
dipasangkan kembali, keretakan tidak dibarengi deformasi, nilai pukulan
takik rendah

2).Patahan Liat

Patahan yang terjadi pada benda yang lunak, misalnya: baja lunak,
tembaga, dapat dianalisis Permukaan tidak rata buram dan berserat,
pasangan potongan tidak bisa dipasang lagi, terdapat deformasi pada
keretakan, nilai pukulan takik tinggi

3).Patahan Campuran

Patahan yang terjadi pada bahan yang cukup kuat namun ulet,
misalnya pada baja temper Gabungan patahan getas dan patahan liat,
permukaan kusam dan sedikit berserat, potongan masih dapat
dipasangkan, ada deformasi pada retakan
5.UJI BENDING
Uji lengkung (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian
untuk menentukan mutu suatu material secara visual. Selain itu uji
bending digunakan untuk mengukur kekuatan material akibat
pembebanan dan kekenyalan hasil sambungan las baik di weld metal
maupun HAZ. Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi mandrel
ada beberapa factor yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Kekuatan tarik (Tensile Strength)
2. Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C.
3. Tegangan luluh (yield).
Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, uji bending dibedakan
menjadi 2 yaitu transversal bending dan longitudinal bending.

5.1.1. Transversal Bending.


Pada transversal bending ini, pengambilan spesimen tegak lurus
dengan arah pengelasan. Berdasarkan arah pembebanan dan lokasi
pengamatan, pengujian transversal bending dibagi menjadi tiga :
a. Face Bend (Bending pada permukaan las)
Dikatakan Face Bend jika bending dilakukan sehingga permukaan
las mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan
(gambar 5.1). Pengamatan dilakukan pada permukaan las yang
mengalami tegangan tarik. Apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul
retak di manakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau di fussion
line (garis perbatasan WM dan HAZ).

Gambar 5.1 Face Bend pada transversal Bending

b. Root Bend (Bending pada akar las)


Dikatakan Rote Bend jika bending dilakukan sehingga akar las
mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan
(gambar 5.2). Pengamatan dilakukan pada akar las yang mengalami
tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak
dimanakah letaknya, apakah di weld metal. HAZ atau di fusion
line (garis perbatasan WM dan HAZ)

Gambar 5.2 Root Bend pada transversal Bending

c. Side Bend ( Bending pada sisi las ).


Dikatakan Side Bend jika bending dilakukan sehingga sisi las
(gambar 5.3). Pengujian ini dilakukan jika ketebalan material yang di las
lebih besar dari 3/8 inchi. Pengamatan dilakukan pada sisi las tersebut,
apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya,
apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM
dan HAZ).

Gambar 5. 3 Side Bend pada transversal Bending


5.1.2. Longitudinal Bending
Pada longitudinal bending ini, pengambilan spesimen searah dengan
arah pengelasan berdasarkan arah pembebanan dan lokasi
pengamatan, pengujian longitudinal bending dibagi menjadi dua :
Face Bend (Bending pada permukaan las)
Dikatakan Face Bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las
mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan
(gambar 5.4). Pengamatan dilakukan pada permukaan las yang
mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul
retak di manakah letaknya, apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion
line (garis perbatasan WM dan HAZ).
Gambar 5.4 Face Bend pada longitudinal Bending

Root Bend (Bending pada akar las)


Dikatakan Root Bend jika bending dilakukan sehingga akar las
mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan
(gambar 5.5). Pengamatan dilakukan pada akar las yang mengalami
tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak di
manakah letaknya, apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis
perbatasan WM dan HAZ).

Gambar 5.5 Root Band pada longitudinal Bending

5.2. Kriteria kelulusan uji bending


Untuk dapat lulus dari uji bending maka hasil pengujian harus
memenuhi standard ASME sebagai berikut :
1. Pada daerah Weld metal dan HAZ ukurannya tidak melebihi 1/8 inchi
( 3,2 mm) yang diukur dari segala arah pemukaan.
2. Pada daerah pelapisan ukuran cacat maksimal 1.6 mm
3. Cacat pada sudut diabaikan kecuiali akibat SI (Slag Inclusin) dan IF
(Incomplate Fusion) dan Internal Discontinuties
5.3. Material
Spesimen uji bending untuk face transversal bend (1 buah)
Spesimen uji bending untuk root transversal bend (1 buah)
Batu gerenda kasar (1 buah)
Batu gerenda halus (1 buah)

5.4. Peralatan
1. Mesin Uji Bending
2. Gerinda tangan
3. Kacamata pelindung
4. Sepidol
5. Kabel daya
6. Sarung tangan pelindung
7. Jangka sorong

5.5. Gambar Kerja

a. Luasan yang harus di gerinda pada face transversal bend

b.Luasan yang harus digerinda pada root transversal bend

Gambar 5.6 Spesimen uji transversal Bending

5.6 Langkah Kerja


1. Menyiapkan Spesimen
Ambil spesimen, gerinda pada permukaan yang akan diamati pada
daerah weld metal, HAZ, dan sedikit base metal. Panjang luasan yang
digerinda sekitar 50 mm (gambar 5.6)
Gerinda sudut-sudut spesimen sepanjang luasan di atas sehingga
menentukan radius.

Dalam menggerinda, pertama kali gerinda dengan batu gerinda


kasar terlebih dahulu, setelah rata baru digerinda dengan batu gerinda
yang halus.
Ulangi langkah diatas untuk seluruh spesimen.
2. Kodifikasi
Ambil sepidol dan tandai tiap spesimen dengan kode sebagai
berikut :
F. untuk spesimen face bend
R. untuk spesimen root bend
3. Pengukuran dimensi:
Ambil spesimen ukur dimensinya
Catat kode spesimen dan data pengukurannya pada lembar kerja
Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
4. Penentuan diameter mandrel
Tabel Diameter Mandrel

SI Unit
Thickness
of
Spesimen
Material mm A B C D
P-No 13 to P-No.21
through P-No 25; P.21
through P-No.25; P- 52, 26.
No.23;P-No.35; any 4 5 60,4 30.2
P-No metal with P- 3.2 16 8 18 t 9 +
No.33,36, or 37 3.2 or less t t + 1,6 0.8
9.5 63. 31.
P No. 11; P No. t= 9.5 or 5 8 85.5 42.9
53; P No. 62 less 6t 3t 8t+ 3.2 4t+ 1.6
9.5 76. 38. 98.4
t= 9.5 or 2 1 10t+3. 49.2
P No. 51; less 8t 4t 2 5t +1.6
P No. 52; P 9.5 95. 47. 117.5
No.53; P- No. 61 ; P- t= 9.5 or 2 6 12t+3. 58.7
No.62 less 10 t 5t 2 6t +1.6
All others with
greather than or 5 9.5 38. 19. 60.4
equal to 20% t= 9.5 or 1 0 6t + 30.2
elongation less 4t 2t 3.2 3t+ 1.6
All others with less t= (see note 32 t 16 t 34t+1. 17t+0.8
than 20 % elongation b) max max 6 max max

Berdasarkan table spesimen tersebut di atas tentukan diameter mandrel


yang akan digunakan.
5. Pengujian pada mesin pengujian bending
Catat data mesin pada lembar kerja
Ambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat
Setting beban dan berikan beban secara kontinyu
Ambil spesimen dan amati permukaannya. Bila terdapat cacat, ukur
dan catat pada lembar kerja bentuk, dimensi, tempat dan jenis cacat.
Sketsa juga gambar cacat pada lembar kerja.
Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen

Standard dimensi percobaan


Root bend

Gambar 5.7 Spesimen root transversal bend tampak atas dan


samping

Face bend

Gambar 5. 8 Spesimen face transversal bend tampak atas dan


samping

6.UJI FATIGUE

Fatigue secara terminologi adalah kelelahan, sedangkan dalam istilah


mempunyai arti yaitu kerusakan material yang diakibatkan oleh adanya
tegangan yang berfluktuasi (siklik) yang besarnya lebih kecil dari
tegangan tarik (tensile) maupun tegangan luluh (yield) material yang
diberikan beban konstan. Mekanisme perpatahan fatigue pada
umumnya diawali dari permukaan bahan material yang lemah, yang
kemudian akan merambat ke bagian tengah dan akhirnya bahan
tersebut akan mengalami perpatahan. Perpatahan tersebut dapat
secara tiba-tiba (catastrophic) dengan tanpa atau sedikit sekali adanya
deformasi plastis.
Uji fatigue terdiri dari dua langkah yaitu memulai retakan dan
perambatan retakan sampai total retak. Mayoritas umur kelehan terjadi
ketika dimulai kelelahan retak dan proses kelelahan diuraikan ketika
pertama kali dikontrol. Contoh ini meliputi poros mesin, roda gigi, dan
poros sumbu atau batang berputar. Pada sisi lain, struktur besar atau
materi komponen hampir selalu berisi sebelum adanya retakan seperti di
dalam jembatan, kapal, pesawat terbang, badan pesawat terbang, dan
tekanan bejana kapal. Dalam struktur yang sedemikian , mayoritas umur
kelelahan dihabiskan dengan munculnya suatu pre-existing retakan dan
kemudian retak keseluruhan. Proses fatigue dalam hal ini diuraikan
dengan control propagasi. Di dalam laboratorium uji fatigue dilakukan
pada spesimen un-cracked dimana kebanyakan dari umur fatigue
dihabiskan dalam langkah inisiasi.
Komponen dan Struktur rancang-bangun sering berisi konsentrasi
tekanan seperti bentuk. Kelelahan retak hampir selalu mulai pada
daerah dari konsentrasi tekanan tinggi. Sebagai contoh pada gambar di
bawah menunjukkan suatu kelelahan retak yang dimulai dari suatu
lubang kunci di dalam suatu batang yang berputar. Pematahan
permukaan komponen yang digagalkan oleh fatigue pada umumnya
tegaklurus dan flat pada tekanan yang diterapkan dan sering juga
menunjukkan corak beachmark punggung bukit yang ditunjukkan pada
gambar berikut.
Gambar 1. Suatu batang
yang berisi suatu lubang kunci akibat terjadinya fatigue ketika diuji
Uji fatigue memerlukan kendali yang akurat. Bagaimanapun, untuk
baiknya menguji kita memerlukan kendali yang akurat dan ini bisa
dilakukan dengan suatu mesin pembengkok yang berputar.

Gambar 2.
Fatigue rotating bending machine
Di (dalam) mesin ini, suatu spesimen yang lembut silindris menjulang
dan terisi dari kedua-duanya akhir menggunakan berputar
menggamit/meninggalkan.
Gambar 3. Mounted fatigue specimen

Suatu berat/beban dipenjarakan dari satu sisi (menyangkut) spesimen


untuk bertukar-tukar tegangan lentuk yang berpengalaman oleh
permukaan spesimen. Pada awalnya, spesimen akan mengalami
tegangan-tarik pada tekanan kompresi dan permukaan puncak nya pada
alas/pantat nya. Tegangan lentuk maksimum pada permukaan spesimen
diberi oleh persamaan :

= 32 M/d3
Dimana,

= tegangan lentuk yang maksimum

M =momen lentuk di panampang-lintang spesimen ( weight*distance)

D = garis tengah specimen

You may also like:


Jenis-Jenis Aliran Fluida

Frekuensi Vibrasi Dan Hubungannya Dengan Time Waveform

Proses Kimia Pembakaran Batubara

Tekanan

Penyebab Terjadinya Vibrasi

Uji Fatigue

Sistem Satuan Internasional (SI

Kerugian Tinggi-Tekan (Head Losses

Refrensi

Callister,William D., 1940-Materials science and engineering :


an Introduction/William D. Callister, Jr.7th edCallister, William D.
Materials and Science Engineering: an Introduction, 6
th
edition. John Wiley & Sons, Inc.
2003.D a v i s , H . E , Tro x e l l , G . E , H a u c k , G F W. T h e Tes t i n g o f E n g i n
e e r i n g M a t e r i a l s .1982.Dieter, George E. Mechanical Metallurgy.
McGraw Hill Book Co. 1988.Louis Cart,Non Destructive Testing,ASM,
1995.Metal Handbook Ninth Edition, Volume 8, Mechanical Testing,
ASM,1985.Sriati Djaprie,
Metalurgi Mekanik
, edisi ketiga, jilid 1, Erlangga, 1993.
http://abdi94.blogspot.co.id/2014/06/pengujian-impact.html

http://navale-engineering.blogspot.co.id/2012/04/uji-bahan-uji-
lengkung-bending-test.html
http://berbagienergi.com/2016/02/10/uji-fatigue/

Anda mungkin juga menyukai