Metode gores
Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi
dan waktu, tetapi memerlukan keterampilan-keterampilan yang diperoleh
dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni
yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan media agar nutrien
dalam cawan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-
garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat
tumbuh menjadi koloni. Cara penggarisan dilakukan pada medium
pembiakan padat bentuk lempeng. Bila dilakukan dengan baik teknik
inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang berbeda
pada masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu untuk
membuat goresan sebanyak mungkin pada lempeng medium
pembiakan. Ada beberapa teknik dalam metode goresan, antara lain:
Metode tebar
Setetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar nutrien dalam
cawan petridish dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok
dan steril. Inokulasi itu disebarkan dalam medium batang yang sama
dapat digunakan dapat menginokulasikan pinggan kedua untuk dapat
menjamin penyebaran bakteri yang merata dengan baik. Pada beberapa
pinggan akan muncul koloni koloni yang terpisah-pisah.
Metode tuang
Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar
melakukan pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme
sehingga pada suatu saat hanya ditemukan satu sel di dalam tabung.
Metode tusuk
Metode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau menusukan
ujung jarum ose yang didalamnya terdapat inokolum, kemudian
dimasukkan ke dalam media.
3. Metode Indentasi
P e n g u ji a n d e n g a n m e t o d e i n i d i l a ku k a n d e n ga n penekanan
benda uji dengan indentor dengan gaya tekan dan waktu indentasi
yangditentukan. Kekerasan suatu material ditentukan oleh dalam
ataupun luas
areai n d e n t a s i ya n g d i h a s i l k a n ( t e r ga n t u n g je n i s i n de n t o r da
n j e n i s p e n g u ji a n ) . Berdasarkan prinsip bekerjanya metode uji
kekerasan dengan cara indentasi dapatdiklasifikasikan sebagai
berikut:a.
a. Metode Brinell
M e t o d e i n i d i p e r k e n a l k a n p e r t a m a k a l i o l e h J.A.
Brinell pada tahun 1900. Pengujian kekerasan dilakukan dengan
memakai b o l a b a j a y a n g d i p e r k e r a s ( hardened steel ball )
dengan beban dan waktu
indentasi tertentu. Hasilpenekanan adalah jejak berbentuk
lingkaran bulat,yang
harus dihitung diameternya dibawah mikroskop khusu
s p e n g u k u r j e j a k . Pengukuran nilai kekerasan suatu material
diberikan oleh rumus: 2 P
indentor bola baja yang dikeraskan berdiameter 2,5-10 mm, beban 300-
3000Kg
b e b a n ya n g d i g u n a k a n ha r u s s t ea d y d a n t er b e ba s d a r i k e
m u n g k i n a n pembebanan tak diinginkan disebabkan oleh gaya inersia
dari beban
b. Metode Vickers
Pada metode ini digunakan indentor intan berbentuk piramida dengan
sudut 136
o
,seperti gambar dibawah ini
Gambar
: Skematis prinsip indentor dengan metode Vickers
Prinsip pengujian adalah sama dengan Brinell, walaupun jejak yang
dihasilkan berbentuk bujursangkar berdiagonal. Panjang diagonal diukur
dengan skala padamikroskop pengukur jejak. Nilai kekerasan suatu
material diberikan oleh:Pengujian metode Vickers akan
memberikan dampak hasil yang berbeda-
bedat e r g a n t u n g p a d a e l e s t i s i t a s m a t e r i a l . A
p a b i l a m a t e r i a l l u n a k a t a u keelastisitasannya ti
nggi, maka hasil indentasi akan mengempis. Dan pad
a
1.854 PVHN =d
2
m a t e r i a l ya n g k a ku , m a k a a ka n b e r b e n t u k m e n g g e m b u n g .
M e t o d e i n i b i a s a dilakukan untuk mengukur kekerasan mikro dari
material.
Gambar
: Distorsi oleh indentor pyramid intan karena efek elastisitas;(a)Indentasi
sempurna; (b)Indentasi mengempis; (c)Indentasi menggembung
Keuntungan metode Vickers :
H a r g a k e k e r a s a n ya n g d i d a p a t da r i u ji Vic k e r s t i d a k
b e r g a n t u n g p a d a b e s a r beban
indentor Kerugiannya
:P e n g u ji a n i n i t i d a k d a p a t d i gu n a k a n un t u k p e n gu ji a n r u t i n
k a r e n a p e n g u ji a n tersebut lama, memerlukan persiapan permukaan
benda uji yang teliti, dan rentanterhadap kesalahan perhitungan panjang
diagonal
c. Metode Rockwell
Rockwell BI n d e n t o r b e r u p a b o l a b a ja d e ng a n d i a m e t e r 1, 6
m m d a n p e m b e b a n a n 1 0 0 K g . Biasa digunakan untuk material-
material yang lunak.
Rockwell
CI n d e n t o r b e r u p a k e r u c u t i n t a n d e n ga n p e m b e b a n a n 15 0 K
g . B i a s a d i g u n a ka n untuk logam-logam yang diperkeras dangan
pemanasan.Pengkategorian ini berdasarkan kombinasi jenis indentor
yang
digunakand e n g a n b e b a n ya n g d i be r i k a n . P e n g ka t e g or i a n i n i d
i m a k s u d ka n a g a r p e n g u ji manggunakan jenis kombinasi yang tepat
pada benda uji sesuai dengak sifat yangdimiliki oleh benda uji tersebut
Uji impact adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang
cepat (rapid loading). Pengujian impak merupakan suatu pengujian yang
mengukur ketahanan bahan terhadap beban kejut. Inilah yang
membedakan pengujian impak dengan pengujian tarik dan kekerasan,
dimana pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan. Pengujian impak
merupakan suatu upaya untuk mensimulasikan kondisi operasi material
yang sering ditemui dalam perlengkapan transportasi atau konstruksi
dimana beban tidak selamanya terjadi secara perlahan-lahan melainkan
datang secara tiba-tiba, contoh deformasi pada bumper mobil pada saat
terjadinya tumbukan kecelakaan.
Pada uji impact terjadi proses penyerapan energi yang besar ketika
beban menumbuk spesimen. Energi yang diserap material ini dapat
dihitung dengan menggunakan prinsip perbedaan energi potensial.
Dasar pengujiannya yakni penyerapan energi potensial dari pendulum
beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk
benda uji sehingga benda uji mengalami deformasi. Pada pengujian
impak ini banyaknya energi yang diserap oleh bahan untuk terjadinya
perpatahan merupakan ukuran ketahanan impak atau ketangguhan
bahan tersebut.
Sifat keuletan suatu bahan dapat diketahui dari pengujian tarik dan
pengujian impact, tetapi dalam kondisi beban yang berbeda. Beban
pada pengujian impact seperti yang telah dijelaskan diatas adalah
secara tiba-tiba, sedangkan pada pengujian tarik adalah perlahan-lahan.
Dari hasil pengujian tarik dapat disimpulkan perkiraan dari hasil
pengujian impact. Tetapi dari pengujian impact dapat diketahui sifat
ketangguhan logam dan harga impact untuk temperatur yang berbeda-
beda, mulai dari temperatur yang sangat rendah (-30oC) sampai
temperatur yang tinggi. Sedangkan pada percobaan tarik, temperatur
kerja adalah temperatur kamar.
Ada dua macam metode uji impact, yakni metode charpy dan
izod, perbedaan mendasar dari metode itu adalah pada peletakan
spesimen, Pengujian dengan menggunkan charpy lebih akurat karena
pada izod pemegang spesimen juga turut menyerap energi, sehingga
energi yang terukur bukanlah energi yang mampu di serap material
seutuhnya.
prinsip dasar pengujian charpy ini adalah besar gaya kejut yang
dibutuhkan untuk mematahkan benda uji dibagi dengan luas
penampang patahan. Mula-mula bandul Charpy disetel dibagian atas,
kemudian dilepas sehingga menabrak benda uji dan bandul terayun
sampai ke kedudukan bawah Jadi dengan demikian, energi yang
diserap untuk mematahkan benda uji ditunjukkan oleh selisih perbedaan
tinggi bandul pada kedudukan atas dengan tinggi bandul pada
kedudukkan bawah (tinggi ayun). Segera setelah benda uji diletakkan,
kemudian bandul dilepaskan sehingga batang uji akan melayang (jatuh
akibat gaya gravitasi). Bandul ini akan memukul benda uji yang
diletakkan semula dengan energi yang sama. Energi bandul akan
diserap oleh benda uji yang dapat menyebabkan benda uji patah tanpa
deformasi (getas) atau pun benda uji tidak sampai putus yang berarti
benda uji mempunyai sifat keuletan yang tinggi.
Metode uji Izod lazim digunakan di Inggris dan Eropa, Benda uji Izod
mempunyai penampang lintang bujur sangkar atau lingkaran dengan
takik V di dekat ujung yang dijepit, kemudian uji impak dengan metode
ini umumnya juga dilakukan hanya pada temperatur ruang dan ditujukan
untuk material-material yang didisain untuk berfungsi sebagai cantilever,
2). Temperatur
3). Strainrate
Jika pembebanan diberikan pada strain rate yang biasa-biasa saja,
maka material akan sempat mengalami deformasi plastis, karena
pergerakan atomnya (dislokasi). Dislokasi akan bergerak menuju ke
batas butir lalu kemudian patah. Namun pada uji impak, strain rate yang
diberikan sangat tinggi sehingga dislokasi tidak sempat bergerak,
apalagi terjadi deformasi plastis, sehingga material akan mengalami
patah transgranular, patahnya ditengah-tengah atom, bulan di batas
butir. Karena dislokasi ga sempat gerak ke batas butir.
Kemudian, dari hasil percobaan akan didapatkan energi dan temperatur.
Dari data tersebut, kita akan buat diagram harga impak terhadap
temperatur. Energi akan berbanding lurus dengan harga impak.
Kemudian kita akan mendapakan temperatur transisi. Temperatur
transisi adalah range temperature dimana sifat material dapat berubah
dari getas ke ulet jika material dipanaskan.
Temperatur transisi ini bergantung pada berbagai hal, salah satunya
aspek metalurgi material, yaitu kadar karbon. Material dengan kadar
karbon yang tinggi akan semakin getas, dan harga impaknya kecil,
sehingga temperatur transisinya lebih besar. Temperatur transisi akan
mempengaruhi ketahanan material terhadap perubahan suhu. Jika
temperatur transisinya kecil maka material tersebut tidak tahan terhadap
perubahan suhu.
Patahan yang terjadi pada benda yang getas, misalnya: besi tuang,
dapat dianalisis Permukaan rata dan mengkilap, potongan dapat
dipasangkan kembali, keretakan tidak dibarengi deformasi, nilai pukulan
takik rendah
2).Patahan Liat
Patahan yang terjadi pada benda yang lunak, misalnya: baja lunak,
tembaga, dapat dianalisis Permukaan tidak rata buram dan berserat,
pasangan potongan tidak bisa dipasang lagi, terdapat deformasi pada
keretakan, nilai pukulan takik tinggi
3).Patahan Campuran
Patahan yang terjadi pada bahan yang cukup kuat namun ulet,
misalnya pada baja temper Gabungan patahan getas dan patahan liat,
permukaan kusam dan sedikit berserat, potongan masih dapat
dipasangkan, ada deformasi pada retakan
5.UJI BENDING
Uji lengkung (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian
untuk menentukan mutu suatu material secara visual. Selain itu uji
bending digunakan untuk mengukur kekuatan material akibat
pembebanan dan kekenyalan hasil sambungan las baik di weld metal
maupun HAZ. Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi mandrel
ada beberapa factor yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Kekuatan tarik (Tensile Strength)
2. Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C.
3. Tegangan luluh (yield).
Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, uji bending dibedakan
menjadi 2 yaitu transversal bending dan longitudinal bending.
5.4. Peralatan
1. Mesin Uji Bending
2. Gerinda tangan
3. Kacamata pelindung
4. Sepidol
5. Kabel daya
6. Sarung tangan pelindung
7. Jangka sorong
SI Unit
Thickness
of
Spesimen
Material mm A B C D
P-No 13 to P-No.21
through P-No 25; P.21
through P-No.25; P- 52, 26.
No.23;P-No.35; any 4 5 60,4 30.2
P-No metal with P- 3.2 16 8 18 t 9 +
No.33,36, or 37 3.2 or less t t + 1,6 0.8
9.5 63. 31.
P No. 11; P No. t= 9.5 or 5 8 85.5 42.9
53; P No. 62 less 6t 3t 8t+ 3.2 4t+ 1.6
9.5 76. 38. 98.4
t= 9.5 or 2 1 10t+3. 49.2
P No. 51; less 8t 4t 2 5t +1.6
P No. 52; P 9.5 95. 47. 117.5
No.53; P- No. 61 ; P- t= 9.5 or 2 6 12t+3. 58.7
No.62 less 10 t 5t 2 6t +1.6
All others with
greather than or 5 9.5 38. 19. 60.4
equal to 20% t= 9.5 or 1 0 6t + 30.2
elongation less 4t 2t 3.2 3t+ 1.6
All others with less t= (see note 32 t 16 t 34t+1. 17t+0.8
than 20 % elongation b) max max 6 max max
Face bend
6.UJI FATIGUE
Gambar 2.
Fatigue rotating bending machine
Di (dalam) mesin ini, suatu spesimen yang lembut silindris menjulang
dan terisi dari kedua-duanya akhir menggunakan berputar
menggamit/meninggalkan.
Gambar 3. Mounted fatigue specimen
= 32 M/d3
Dimana,
Tekanan
Uji Fatigue
Refrensi
http://navale-engineering.blogspot.co.id/2012/04/uji-bahan-uji-
lengkung-bending-test.html
http://berbagienergi.com/2016/02/10/uji-fatigue/