Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
arbovirus (arthropadborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk dari
satu orang ke orang lainnya. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue I, II,
II, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
(Sudoyo, 2010).

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan satu dari beberapa penyakit


menular yang menjadi masalah kesehatan dunia terutama negara berkembang.
Sejak tahun 1986 jumlah kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
cenderung meningkat dan penyebarannya bertambah luas. Hal tersebut
berkaitan erat dengan peningkatan mobilitas penduduk yang sejalan dengan
semakin lancarnya transportasi serta tersebar luasnya virus dengue dan
nyamuk penularnya di berbagai wilayah Indonesia. Serangan penyakit DBD
berimplikasi luas terhadap kerugian material dan moral berupa biaya rumah
sakit dan pengobatan pasien, kehilangan produktivitas kerja bagi penderita,
dan yang paling fatal adalah kehilangan nyawa (Depkes RI, 2010).

Indonesia dalam peta wabah demam berdarah dengue ada di posisi yang
memprihatinkan. Dalam jumlah angka kesakitan (morbidity rate) dan
kematian (mortality rate) demam berdarah dengue di kawasan Asia Tenggara,
selama kurun waktu 1985-2004, Indonesia berada di urutan kedua terbesar
setelah Thailand (WHO 2004). Selama tahun 1985-2004, di Indonesia tercatat
angka penderita demam berdarah dengue terendah 10.362 pada tahun 1989
dan tertinggi 72.133 orang pada tahun 1998, dengan angka kematian terendah
422 orang pada tahun 1999 dan tertinggi 1.527 pada tahun 1988.
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) muncul hampir setiap tahun di
beberapa bulan tertentu dan telah merenggut banyak korban jiwa, bahkan
jumlah kasus serta korban jiwa meningkat tiap tahunnya.DBD merupakan
salah satu penyakit penting di Indonesia dan memerlukan penanganan yang
menyeluruh, agar penyakit ini tidak lagi menimbulkan banyak korban jiwa
(Depkes RI, 2010).

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/Menkes/SK/VII/1992 tentang


Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue menyebutkan bahwa
upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilakukan melalui
kegiatan pencegahan, penemuan, pelaporan, penderita, pengamatan penyakit
dan penyelidikan epidiomologi, penanggulangan seperlunya, penanggulangan
lain dan penyuluhan kepada masyarakat.

Suatu program nasional untuk menanggulangi demam berdarah telah


dibentuk sejak tahun 2004 oleh Departemen Kesehatan yang bekerja sama
dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan tujuan untuk mengatasi masalah DBD di Indonesia. Program tersebut
meliputi surveilans epidemiologi/sistem kewaspadaan dini dan
penanggulangan KLB, penyuluhan, pemberantasan jentik berkala, larvasidasi
dan survei vektor. Selain itu juga dilakukan kerjasama lintas program melalui
Pokjanal DBD dan bulan bakti gerakan 3M, pengobatan/tatalaksana kasus
termasuk pelatihan dokter serta pengadaan sarana untuk KLB DBD (Depkes,
2010).

Pemberantasan larva merupakan salah satu pengendalian vektor Aedesaegypti


yang diterapkan hampir diseluruh dunia.Penggunaan insektisida sebagai
larvasida merupakan cara yang paling umum digunakan oleh masyarakat
untuk mengendalikan pertumbuhan vektor tersebut. Insektisida yang sering
digunakan di Indonesia adalah Abate. Penggunaan abate di Indonesia sudah
ada sejak tahun 1976. Empat tahun kemudian yakni tahun 1980, temephos 1%
(abate) ditetapkan sebagai bagian dari program pemberantasan misal
Aedesaegypti di Indonesia (Danny, 2009).

2
Lampung Selatan merupakan salah satu kota di Indonesia yang tercatat
sebagai daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD). Data Dinas
Kesehatan Kota Bandar Lampung menyebutkan bahwa pada tahun 2010
terdapat 763 kasus, tahun 2011 terdapat 399 kasus, tahun 2012 terdapat 440
kasus, akan tetapi pada tahun 2013 terjadi peningkatan kasus demam berdarah
dengue sebesar 576 kasus, 5 orang diantaranya meninggal dunia (Dinas
Kesehatan kota Bandar Lampung, 2013).

Data di Puskesmas Karang Anyar sendiri tercatat angka kejadian DBD pada
tahun 2016 sebanyak 988 kasus dan angka bebas jentik (ABJ) tidak mencapai
target 100% yaitu 90,3%. Hal inilah yang mendasari perlunya dilakukan
evaluasi program Pencegahan dan Pemberantasan DBD di Puskesmas Karang
Anyar agar dapat membantu pelaksana program tersebut berjalan lebih baik
pada tahun berikutnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dalam penulisan ini, rumusan masalah yang
akan dibahas adalah bagaimana gambaran pelaksanaan Sub Program Angka
Bebas Jentik pemberantasan penyakit demam berdarah dengue yang
dilaksanakan Puskesmas Karang Anyar selama periode bulan Januari
Desember tahun 2016.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum


Memahami Sub Program Angka Bebas Jentik Pemberantasan Penyakit
Demam Berdarah Dengue pada Puskesmas Karang Anyar mulai
perencanaan sampai evaluasi program secara menyeluruh, sehingga
dapat meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan serta tercapainya
derajat kesehatan yang optimal.

1.3.2 Tujuan Khusus

3
a. Mengetahui masalah dari Sub Program Angka Bebas Jentik
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue di Puskesmas
Karang Anyar selama periode bulan Januari-Desember tahun 2016.
b. Mengetahui kemungkinan penyebab masalah dari Sub Program
Angka Bebas Jentik Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah
Dengue di Puskesmas Karang Anyar selama periode bulan Januari
Desember tahun 2016.
c. Merumuskan altematif pemecahan masalah bagi pelaksanaan Sub
Program Angka Bebas Jentik Pemberantasan Penyakit Demam
Berdarah Dengue Puskesmas Karang Anyar selama periode bulan
JanuariDesember tahun 2016.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi penulis

a. Memperdalam ilmu kedokteran komunitas mengenai evaluasi


pelaksanaan Sub Program Angka Bebas Jentik Pemberantasan
Penyakit Demam Berdarah Dengue Puskesmas Karang Anyar
selama periode bulan Januari bulan Desember tahun 2016.
b. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah.
c. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program
khususnya program kesehatan.
d. Mengetahui sedikit banyaknya kendala yang dihadapi dalam
mengambil langkah yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, antara lain perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan.

1.4.2 Bagi puskesmas yang dievaluasi

a. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan Sub


Program Angka Bebas Jentik Pemberantasan Penyakit Demam
Berdarah Dengue Puskesmas Karang Anyar selama periode bulan
Januari Desember 2015.

4
b. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai
umpan balik agar keberhasilan program di masa mendatang dapat
tercapai secara optimal.

1.4.3 Bagi masyarakat

a. Membantu terciptanya lingkungan rumah tangga yang sehat dengan


berkurangnya faktor penyebab timbulnya penyakit demam berdarah
dengue.
b. Dengan tercapainya keberhasilan program diharapkan dapat
mengurangi angka kesakitan yang diakibatkan oleh penyakit
demam berdarah dengue.

Anda mungkin juga menyukai