I. IDENTITAS PASIEN
Tn. F, 25 tahun, Islam, tidak bekerja, pendidikan terakhir SD, belum menikah,
alamat Blambangan Umou, Way Kanan. Masuk rumah sakit tanggal 27 Maret
2017.
A. Keluhan Utama
Marah-marah dan mengamuk tanpa sebab yang jelas.
Autoanamnesis
Alloanamnesis :
E. Masa-masa dewasa
1. Riwayat pendidikan
Pasien tidak menyelesaikan pendidikan SD dan berhenti sekolah pada
kelas 6 SD karena faktor ekonomi.
2. Riwayat pekerjaan
Setelah berhenti sekolah pasien bekerja sebagai buruh.
3. Riwayat Pernikahan
Belum menikah
Keterangan:
: laki-laki
: Perempuan
:Pasien
: Keguguran
A. Deskripsi Umum
1. Kesadaran : kompos mentis
2. Penampilan :
Seorang Laki-laki terlihat sesuai usianya memakai seragam RSJ Prov.
Lampung, penampilan terkesan cukup terawat, perawakan pendek,
kurus, kulit sawo matang, rambut terpotong pendek rapi, kuku
terpotong dan kebersihan diri cukup baik.
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara pasien duduk dengan tenang dan sesekali
mengubah posisi duduk kedepan dan kesamping, sesekali
menggerakkan kedua kaki dan menggaruk kepalanya. Kontak mata
dengan pemeriksa cukup.
4. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
5. Pembicaraan
Spontan, lancar, intonasi sedang, volume cukup kuat, kualitas baik,
kuantitas banyak (loggorhae), artikulasi jelas.
B. Suasana perasaan
1. Mood : iritable
2. Afek : meningkat
3. Keserasian : serasi
C. Persepsi
1. Halusinasi :
Halusinasi auditorik (Berupa bisikan laki-laki yang menyuruhnya
untuk mrnggigit leher ayahnya) dan halusinasi visual (berupa
bayangan putih orang berbadan yang menurut pasien adalah malaikat)
2. Ilusi : tidak ada
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi : tidak ada
D. Pikiran
1. Proses berpikir dan bentuk piker
Pasien menjawab dengan spontan bila diajukan pertanyaan. Terdapat
gangguan proses pikir ( Flight of idea )
2. Arus pikir
Produktivitas : Meningkat
Kontuinitas : sirkumtansial
Hendaya berbahasa : tidak ada
3. Isi pikiran
Pasien memiliki waham kebesaran (menurut pasien, ia kebal terhadap
benda tajam), Waham Curiga (Pasien merasa orang-orang menjelek-
jelekan dirinya).
E. Fungsi kognitif
1. Memori : jangka panjang, menengah, pendek, segera : baik
2. Daya konsentrasi :distraktibilitas
3. Orientasi : waktu, tempat, orang : baik
4. Pikiran abstrak : Cukup baik
F. Pengendalian impuls
Pengontrolan impuls baik da potensi membahayakan diri sendiri dan orang
lain tidak ada.
G. Daya Nilai
Nilai sosial : Baik
Uji daya nilai : Kurang Baik
Penilaian realitas : Kurang Baik
H. Tilikan
Tilikan derajat 1, pasien menyangkal dirinya sakit jiwa tetapi pasien
mengetahui bahwa dibawa ke rumah sakit karena sakit jiwa
V. IKHTISAR PENEMUAN
Terlihat sesuai usianya, cara berpakaian dan perawatan diri terkesan cukup
baik. Menurut penuturan kepala desa tempat tinggal pasien, keanehan
perilaku pasien dimulai pada saat pasien mau akan ujian SD. Sebelumnya
pasien sering tidak naik kelas dan berhenti sekolah pada kelas 6 SD.
Perilaku pasien berubah menjadi aneh seperti menjadi jarang tidur dan
sering jalan kemana-kemana. Lalu pada tahun 2014 pasien dibawa ke
rumah sakit jiwa (RSJ) dikarenakan gejala bertambah menjadi lebih parah
yaitu, pasien meresahkan warga karena sering mengambil barang-barang
warga, mengamuk dan berkelahi dengan warga setempat tanpa alasan yang
jelas. Pasien dirawat di RSJ selama sekitar 3 bulan. Setelah Pasien
dinyatakan sehat dari RSJ, pasien melakukan pengobatan rawat jalan.
Namun, hanya beberapa kali saja, selebihnya tidak pernah lagi datang ke
poli RSJ untuk kontrol. Lalu, pada tahun 2017 ini gejala pasien timbul
kembali ditambah terkadang berbicara sendiri. Kemudian dibawa oleh
kepala desa beserta keluarga ke RSJ. Pasien tidak menyadari bahwa
dirinya sedang sakit jiwa.
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir yang
bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability
(hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa ( kriteria WHO).
1. Organobiologik
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna, adanya riwayat
genetik, diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter
2. Psikologik
Pada pasien ditemukan gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik
dan visual, serta gangguan isi pikir yang berupa waham kebesaran dan
waham curiga. Selain itu juga terdapat gangguan mood dan afek pada
pasien sehingga pasien membutuhkan psikoterapi.
3. Sosiologik
Pada pasien ditemukan kesulitan dalam berhubungan sosial karena emosi
yang sulit dikendalikan.
IX. Prognosis
Kondisi yang memberatkan: kekambuhan penyakit, penyakit pasien
sendiri, kondisi ekonomi kurang, kepatuhan minum obat kurang,
pengawasan minum obat di keluarga yang kurang baik, perhatian keluarga
yang kurang.
Kondisi yang meringankan: pengobatan ditanggung BPJS dan tidak ada
riwayat keluarga
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
X. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmaka
Risperidon 2x2 mg selama 3 hari, dipertimbangkan peningkatan dosis
berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan. Trihexypenidyl 2x2mg.
Carbamazepine 2x200mg.
B. Psikoterapi
1. Psikoterapi suportif
a. Pengenalan terhadap penyakitnya, manfaat pengobatan, cara
pengobatan dan efek samping pengobatan
b. Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin
kontrol.
c. Memasntu pasien untuk menerima kenyataan dan
menghadapinya.
d. Mendorong pasien agar dapat kemasli melakukan aktivitas
sehari-hari secara bertahap.
e. Menggali kemampuan yang ada pada diri pasien agar bisa
dikemasngkan.
2. Psikoedukasi
Kepada keluarga :
a. Memberikan pengertian dan penjelasan kepada keluarga pasien
tentang gangguan yang dialami pasien.
b. Menyarankan kepada keluarga pasien agar lebih berpartisipasi
dalam pengobatan pasien secara teratur seperti memberikan
suasana/lingkungan yang kondusif bagi penyembuhan dan
pemeliharaan pasien, mengingatkan pasien agar teratur minum
obat, serta mengantar pasien saat pasien kontrol
XI. PEMBAHASAN
Setelah dilakukan anamnesis, tidak ditemukan riwayat trauma kepala, kejang
sebelumnya ataupun adanya kelainan organik. Hal ini dapat menjadi dasar
untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F.00-F09). Pasien
mengatakan tidak pernah mencoba NAPZA sehingga dapat disingkirkan
penggunaan zat psikoaktif (F.10-F19). Penegakan diagnosis aksis I
didapatkan waham curiga, waham kebesaran dan inkoherensi pembicaraan
yaitu sirkumtansial serta gangguan pola pikir yaitu flight of idea.
Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu yang ditandai
dengan adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala
gangguan afektif. Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui. Gangguan
dapat berupa tipe skizofrenia atau tipe gangguan mood. Gangguan
skizoafektif mungkin merupakan tipe psikosis ketiga yang berbeda, yang
bukan merupakan gangguan skizofrenia maupun gangguan mood. Keempat
dan yang paling mungkin, bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok
heterogen gangguan yang menetap ketiga kemungkinan pertama. Kriteria
diagnostik utama untuk gangguan skizoafektif adalah bahwa pasien telah
memenuhi kriteria diagnostik untuk episode depresif berat atau episode manik
yang bersama-sama dengan ditemukannya kriteria diagnostik untuk fase aktif
dari skizofrenia. Disamping itu, pasien harus memiliki waham atau halusinasi
selama sekurangnya dua minggu tanpa adanya gejala gangguan mood yang
menonjol. Gejala gangguan mood juga harus ditemukan untuk sebagian besar
periode psikotik aktif dan residual.
Pada pasien ini menonjol pada kriteria diagnosis skizofrenia yaitu waham
curiga, waham kebesaran dan gangguan arus pikir hingga flight of idea
( inkoherensi pikiran) bersamaan dengan gangguan afek yang tipe manik
yaitu mood iritabel, banyak bicara dan hiperaktif. Diagnosis pasien ini
menjadi skizoafektif tipe manik. Diagnosis banding pasien ini yaitu mania
dengan gejala psikotik.
Pasien tidak menyadari ia sakit jiwa namun ia merasa ada masalah didalam
dirinya dan tidak tahu penyebabnya. Didapatkan penilaian Global Assessment
of Fungtional (GAF) Scale 50-41 karena terdapat gejala yang berat dan
disabilitas yang berat, sedangkan GAF tertinggi selama satu tahun terahir
adalah 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik).
Rencana terapi yang diberikan adalah risperidon 2 x 2 mg per hari selama tiga
hari. Lalu dosis dinaikkan hingga mencapai nilai optimal dan dievalusi setiap
dua minggu mengenai kondisi pasien, lalu dipertahankan sampai 8-12 minggu
lalu diturunkan tiap dua minggu perlahan lahan selanjutnya sampai dengan
dua tahun. Alasan penggunaan risperidon, karena pada pasien ini ditemukan
gejala tipikal dan atipikal sehingga dipilihlah obat antipsikotik atipikal
dengan efek samping yang kecil dan dimulai dengan dosis paling kecil.
Berdasarkan buku ajar psikiatri FK UI, standar emas pengobatan skizofrenia
dengan menggunakan terapi APG II (antipsikotik atipikal) yang bermanfaat
baik untuk gejala positif dan gejala negative dengan efek samping yang lebih
ringan serta dapat digunakan secara aman. Risperidon memiliki efek samping
yang kecil untuk terjadinya sindrom ekstrapiramidal dan efek sedatif, juga
tidak membuat perubahan fungsi kognitif pada pasien, dan obat ini juga
mudah didapatkan. Pada kasus ini, diberikan terapi sampai minimal dua tahun
karena pasien ini mengalami kekambuhan yang berulang-ulang dan telah
mengalami putus obat sebelumya. Selain itu, untuk mood stabilizer maka
diberikan obat carbamazepin. Carbamazepine sebagai mood stabilizer untuk
mengurangi gejala manik yang diderita pasien. Efek samping paling parah
dari obat ini adalah Stevens-Johnson Syndrome dan anemia aplastik sehingga
dalam penggunaannya penting untuk melihat reaksi hipersensitivitas serta
pemeriksaan darah secara rutin pada pasien. Carbamazepine dipilih
dibandingkan lithium carbonate karena pemantauannya yang relatif lebih
mudah dibandingkan lithium carbonate. Lithium carbonate memiliki
therapetic window yang sempit sehingga efek toksiknya lebih mudah muncul
dibandingkan carbamazepine.
-marah-marah
-mengamuk
Masuk RSJ
-Halusinasi auditorik
dan visual (+)
-waham curiga
- waham kebesaran
WAWANCARA
P: Tn. F
DM : Selamat siang mas, perkenalkan saya dokter muda adel yang bertugas diruangan
ini. Kita ngobrol-ngobrol sebentar yah mas mengenai perkembangan mas. Apakah
mas bersedia?
P : Boleh-boleh
P : Saya Faisal, tapi ibu saya sering manggil saya Faisal Jo karena ada nama di tv.
P : Iya boleh
DM : Rumahnya dimana?
P : Di blambangan umpu
P : Karena sakit gini juga, hati terasa panas aja bawaannya. Gelisah, tidur tidak bisa
nyenyak
DM :Ngamuk-ngamuk ga?
P : Kalo ngamuk jarang sih. Tapi kalo ada suara nangis anak kecil saya jadi sering
bentak-bentak
P : Teratur-teratur nyampe habis. Trus abis itu ada surat control itu kan, nah saya
pikir saya mau kesana lagi.
P : iya, yang katanya pacar saya itu yang udah di tunangin sama orang duluan. Saya
taunya dari kawan saya.
P : ya sedihlah, ya gimana, udah nungguin dari dulu, tapi akhirnya sama orang lain.
P : Enggak, paling joget DJ itu di acara orgenan nyampe dua hari dua malem ga tidur.
DM : O gitu, emang mas faisal kenapa kok sampe di bawa ke sini sama mereka?
P : Enggak, saya itu mau ke Jakarta, minta duitlah sama paman, karena saya udah
nebas kebon dia itu, tapi ga dkasih, karna dia ga punya uang katanya, abis itu
pulang, ada lurah, ngomong gini, Faisal, mau ikut ga? Nyariin si mega?
(pacarnya), katanya dia kabur, trus saya ikut, ternyata dibawa kesini.
P :Jual kambing dua punya saya itu, trus abis itu kurang 10 juta lagi, dibawa bapak
saya.
P : Ya sakit itu, liat-liat orang gitu punya motor, iri gitu loh.
P : enggak, dulu kan bapak saya dulu disaburai di lapangan Enggal, ngontrak di
rumah cina, 17 tahun disitu sama ibu., diurusin nenek juga saya,
P : Lima kali mbak ga naik kelas. Ya gimana, hari sabtu ke sekolah, ikut bibi ke
karang, seminggu baru pulang.
P : Berkurang si disini. Cuman dulu denger, ada dokter di blambangan itu, ga marah-
marah kok saya gigit leher ayah saya
P : kata dokternya gapapa tapi, katanya gapapa dari pada beli darah kantongan
katanya.
P : Iya, ada bu, bayangan ini, kayak malaikat, putih gede, tinggi. Waktu tiduran gini.
Kayak ga sadar gitu. Ngajak saya, manggil-manggil gitu. Pake jubah.
P : enggak si, cuman melambaikan tangan aja.suruh ikut dia, berarti kalo saya
ngikutin, mati kali yah.
DM : kalau tiba-tiba merasa ada yang nyentuh tubuh faisal?
P : Ga ada, paling kawan. Tapi pernah kalo lagi bawa motor itu, bulu romanya naik,
merinding gitu.
P : manis dan pait. Manis kalo pake gula, pait kalo ga pake gula.
P : OO dulu ya pernah, tapi memang itu kenyataan, saya melihat mereka lagi
ngomongin saya kayak ngejelk-jelekin, langsung saya hantam aja.
DM : Trus kalo merasa ada yang ga suka sama mas faisal, pernah ga mikir gitu?
P :ternyata ga ada pas nengok, malah saya di tenggelemin sama bapak saya, karna
jual motor.
P : ya gimana.
P : ini, saya ga bisa di bacok. Saya dapet ilmu dari dukun saya disana.
DM : Mas faisal pernah ga merasa orang-orang bisa ngebaca pikiran mas faisal?
P : ga tau yah, kyaknya sih ga pernah bu. Yang ini aja, yang jelas jelas ngomongin
saya aja, langsung hajar aja.
P : Islam
DM : ibadahnya gimana?
P : jarang bu
DM : iya ga baik ya, kalo nemu dompet, ada uang sama KTP, mau diapain?
P : yaa balikin sama yang punya lah, tapi kalo ga ketemu yaa dipegang dulu aja.
P : yaa ga keliatan.
P : bisa bu
DM : 100-7?
P : 93
DM : kalo 93-7?
P : 86
DM : mas faisal inget ya angka yang saya kasih, 1475, nanti saya Tanya lagi
P : oo, iya-iya
P : 1437
DM : oke, baik mas faisal, hari ini sampai disini dulu yam besok-besok kita ngobrol-
ngobrol lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III. Jakarta:
Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
Sadock, Benjamin James,et al. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition Lippincott Williams
& Wilkins. Jakarta: EGC.