Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Tn. F, 25 tahun, Islam, tidak bekerja, pendidikan terakhir SD, belum menikah,
alamat Blambangan Umou, Way Kanan. Masuk rumah sakit tanggal 27 Maret
2017.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


ANAMNESIS PSIKIATRI
Autoanamnesis : Tn. F
Anamnesis dilakukan di ruangan 15 April 2017
Alloanamnesis : Tn. H (Kepala Desa) /42 th//lulusan SMA
alloanamnesis via telepon tanggal 17 April 2017.

A. Keluhan Utama
Marah-marah dan mengamuk tanpa sebab yang jelas.

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Autoanamnesis

Dari hasil wawancara, menurut pasien, ia dibawa ke Rumah Sakit Jiwa


karena mengamuk. Pasien mengamuk dikarenakan pacar pasien selingkuh
dan akan menikah. Pasien sempat terlibat perkelahian dengan pasangan
pacarnya. Menurut pasien, ia diberitahu oleh temannya mengenai pacarnya
yang akan menikah dengan lelaki lain. Pasien dibawa ke RS sekitar tiga
minggu yang lalu oleh keluarga pasien, kakak ipar, paman, dan lurah.
Menurut pasien, ia memang sering marah-marah dan mengamuk sejak
tahun 2014 dan sempat dirawat inap di RS Jiwa. Menurut pasien, saat
dinyatakan sembuh, ia minum obat teratur namun hanya beberapa kali
kontrol. Menurut pasien, tahun ini ia dibawa ke RS Jiwa karena keluhan
yang sama seperti dua tahun yang lalu. Pasien mengatakan pernah
mendengar bisikan-bisikan yang menyuruh pasien untuk menggigit leher
ayahnya, selain itu pasien sempat melihat bayangan putih yang besar yang
sedang melambaikan tangan kearahnya, seakan mengajak pasien
mengikutinya. Menurut pasien, dirinya merupakan manusia yang tahan
terhadap benda tajam karena ia mendapatkan ilmu dari dukun setempat.
Selain itu pasien juga sering terlibat perkelahian dengan warga karena
menurut pasien warga sekitar menjelek-jelekan dirinya.

Alloanamnesis :

Menurut penuturan kepala desa tempat tinggal pasien, keanehan perilaku


pasien dimulai pada saat pasien mau akan ujian SD. Sebelumnya pasien
sering tidak naik kelas dan berhenti sekolah pada kelas 6 SD. Perilaku
pasien berubah menjadi aneh seperti menjadi jarang tidur dan sering jalan
kemana-kemana. Lalu pada tahun 2014 pasien dibawa ke rumah sakit jiwa
(RSJ) dikarenakan gejala bertambah menjadi lebih parah yaitu, pasien
meresahkan warga karena sering mengambil barang-barang warga,
mengamuk dan berkelahi dengan warga setempat tanpa alasan yang jelas.
Pasien dirawat di RSJ selama sekitar 3 bulan. Setelah Pasien dinyatakan
sehat dari RSJ, pasien melakukan pengobatan rawat jalan. Namun, hanya
beberapa kali saja, selebihnya tidak pernah lagi datang ke poli RSJ untuk
kontrol. Lalu, pada tahun 2017 ini gejala pasien timbul kembali ditambah
terkadang berbicara sendiri. Kemudian dibawa oleh kepala desa beserta
keluarga ke RSJ. Pasien berasal dari keluarga yang tidak mampu sehingga
fasilitas dan transportasi pasien dibiayai oleh desa. Pasien tidak memiliki
riwayat penyakit yang dapat mengganggu mental pasien. Pada keluarga
pasien, tidak ada yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien.

C. Riwayat Gangguan Dahulu

1. Riwayat gangguan psikiatri


Pada tahun 2014 pasien masuk RS Jiwa karena perilakunya menjadi
sering marah-marah dan mengamuk tanpa alasan yang jelas. Dan
terakhir pasien masuk RS Jiwa kembali pada tanggal 27 Maret 2017
dengan gejala yang sama
2. Riwayat gangguan fisik
Riwayat trauma kepala disangkal, riwayat hipertensi disangkal,
riwayat kencing manis disangkal, riwayat infeksi dan penyakit berat
lainnya disangkal, riwayat kejang disangkal

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif / alkohol


Pasien merokok, riwayat minum alkohol namun tidak mengonsumsi
obat-obatan terlarang.

D. Riwayat tumbuh kembang

1. Prenatal dan perinatal


Pasien lahir normal dan dibantu oleh bidan namun tidak mengetahui
berat badan lahir. Pasien lahir dalam keadaan sehat pada tahun 1992.
2. Masa kanak awal (0-3 tahun)
Pasien tidak pernah terdapat masalah perkembangan.
3. Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pada saat duduk di bangku SD, pasien sering tidak naik kelas dan
berhenti sekolah pada kelas 6 SD.
4. Masa kanak akhir dan remaja
Setelah pasien berhenti sekolah, perilaku pasien berubah menjadi
sering marah-marah, susah tidur, mengamuk dan sering berkelahi
dengan warga setempat. Pasien merupakan sosok yang mudah marah
dan banyak berbicara.

E. Masa-masa dewasa

1. Riwayat pendidikan
Pasien tidak menyelesaikan pendidikan SD dan berhenti sekolah pada
kelas 6 SD karena faktor ekonomi.
2. Riwayat pekerjaan
Setelah berhenti sekolah pasien bekerja sebagai buruh.

3. Riwayat Pernikahan
Belum menikah

4. Riwayat kehidupan keluarga


Merupakan anak kedua dari duabelas bersaudara. Sejak lahir ia tinggal
bersama kedua orang tuanya di Way Kanan. Sampai saat ini pasien
tinggal serumah dengan orangtua, Lalu pada umur 12 tahun ayah
pasien meninggal sehingga ia tinggal bersama ibu dan kakak-
kakaknya. Ia hidup dalam keluarga yang memiliki status ekonomi
yang cukup.

Gambar 1. Pedigree Tn. F

Keterangan:

: laki-laki

: Perempuan

:Pasien

: Keguguran

5. Riwayat sosial ekonomi


Pasien dan keluarga tergolong dalam ekonomi menengah kebawah.
Sehari-hari pasien bekerja sebagai buruh sawit.
6. Riwayat agama
Pasien beragama Islam namun jarang melakukan salat lima waktu
7. Riwayat sosial
Pasien mengatakan ia terkadang mudah bergaul dengan temannya
namun terkadang merasa kesal dengan temannya sehingga sulit
bersosial.

F. Persepsi Pasien tentang dirinya


Pasien merasa dirinya tidak mengalami gangguan jiwa. Ia merasa orang
lainlah yang tidak mengerti akan dirinya.
III. STATUS PSIKIATRI

A. Deskripsi Umum
1. Kesadaran : kompos mentis
2. Penampilan :
Seorang Laki-laki terlihat sesuai usianya memakai seragam RSJ Prov.
Lampung, penampilan terkesan cukup terawat, perawakan pendek,
kurus, kulit sawo matang, rambut terpotong pendek rapi, kuku
terpotong dan kebersihan diri cukup baik.
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara pasien duduk dengan tenang dan sesekali
mengubah posisi duduk kedepan dan kesamping, sesekali
menggerakkan kedua kaki dan menggaruk kepalanya. Kontak mata
dengan pemeriksa cukup.
4. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif

5. Pembicaraan
Spontan, lancar, intonasi sedang, volume cukup kuat, kualitas baik,
kuantitas banyak (loggorhae), artikulasi jelas.

B. Suasana perasaan
1. Mood : iritable
2. Afek : meningkat
3. Keserasian : serasi

C. Persepsi
1. Halusinasi :
Halusinasi auditorik (Berupa bisikan laki-laki yang menyuruhnya
untuk mrnggigit leher ayahnya) dan halusinasi visual (berupa
bayangan putih orang berbadan yang menurut pasien adalah malaikat)
2. Ilusi : tidak ada
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi : tidak ada

D. Pikiran
1. Proses berpikir dan bentuk piker
Pasien menjawab dengan spontan bila diajukan pertanyaan. Terdapat
gangguan proses pikir ( Flight of idea )
2. Arus pikir
Produktivitas : Meningkat
Kontuinitas : sirkumtansial
Hendaya berbahasa : tidak ada
3. Isi pikiran
Pasien memiliki waham kebesaran (menurut pasien, ia kebal terhadap
benda tajam), Waham Curiga (Pasien merasa orang-orang menjelek-
jelekan dirinya).

E. Fungsi kognitif
1. Memori : jangka panjang, menengah, pendek, segera : baik
2. Daya konsentrasi :distraktibilitas
3. Orientasi : waktu, tempat, orang : baik
4. Pikiran abstrak : Cukup baik

F. Pengendalian impuls
Pengontrolan impuls baik da potensi membahayakan diri sendiri dan orang
lain tidak ada.

G. Daya Nilai
Nilai sosial : Baik
Uji daya nilai : Kurang Baik
Penilaian realitas : Kurang Baik

H. Tilikan
Tilikan derajat 1, pasien menyangkal dirinya sakit jiwa tetapi pasien
mengetahui bahwa dibawa ke rumah sakit karena sakit jiwa

I. Taraf Dapat dipercaya


Kesan dapat dipercaya

IV. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum baik, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84x/menit,
napas: 16x/menit
Kondisi medis umum : tidak ditemukan kelainan

V. IKHTISAR PENEMUAN

Tn. F, laki-laki, 25 tahun, Islam, bekerja sebagai buruh sawi, alamat di


Blambangan Umpu, Way Kanan, Lampung., pendidikan terakhir tidak
tamat SD, belum menikah dan merupakan anak kedua dari duabelas
bersaudara, masuk rumah sakit jiwa tanggal 27 maret 2017 diantar oleh
ayah, kakak ipar, paman dan lurah. Telah dilakukan autonamnesis pada
tanggal 15 April 2017 dan alloanamnesis kepada kepala desa tempat tinggal
pasien pada tanggal 17 April 2017.

Terlihat sesuai usianya, cara berpakaian dan perawatan diri terkesan cukup
baik. Menurut penuturan kepala desa tempat tinggal pasien, keanehan
perilaku pasien dimulai pada saat pasien mau akan ujian SD. Sebelumnya
pasien sering tidak naik kelas dan berhenti sekolah pada kelas 6 SD.
Perilaku pasien berubah menjadi aneh seperti menjadi jarang tidur dan
sering jalan kemana-kemana. Lalu pada tahun 2014 pasien dibawa ke
rumah sakit jiwa (RSJ) dikarenakan gejala bertambah menjadi lebih parah
yaitu, pasien meresahkan warga karena sering mengambil barang-barang
warga, mengamuk dan berkelahi dengan warga setempat tanpa alasan yang
jelas. Pasien dirawat di RSJ selama sekitar 3 bulan. Setelah Pasien
dinyatakan sehat dari RSJ, pasien melakukan pengobatan rawat jalan.
Namun, hanya beberapa kali saja, selebihnya tidak pernah lagi datang ke
poli RSJ untuk kontrol. Lalu, pada tahun 2017 ini gejala pasien timbul
kembali ditambah terkadang berbicara sendiri. Kemudian dibawa oleh
kepala desa beserta keluarga ke RSJ. Pasien tidak menyadari bahwa
dirinya sedang sakit jiwa.

Selama wawancara, pasien duduk dengan tenang, sesekali merubah posisi


duduk. Kontak mata dengan pemeriksa baik. Pasien terlihat semangat dan
percaya diri. Pembicaraan spontan, lancar, intonasi cukup, volume besar,
kualitas kurang, kuantitas banyak (loggorhea), artikulasi jelas. Jawaban
atas pertanyaan ditemukan sirkumansial, konsentrasi mudah terganggu.
Memori segera, jangka pendek, menengah dan panjang baik. Orientasi
tempat, waktu dan orang cukup baik. Didapatkan mood pasien irritable
dengan afek yang meningkat dan antara mood dan afek serasi. Dari isi pikir
terdapat waham kebesaran, dan waham curiga. dari bentuk pikir terdapat
flight of idea pada pasien. Dari persepsi terdapat gangguan berupa
halusinasi auditorik yang menyuruh pasien menggigit leher ayahnya dan
halusinasi visual beruapa bayangan putih. Didapatkan tilikan derajat satu.
VI. FORMULASI DIAGNOSIS

Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir yang
bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability
(hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa ( kriteria WHO).

Pada pasien didapatkan waham kebesaran yaitu pmenurut pasien, dirinya


tahan terhadap benda tajam. Selain itu, didapatkan waham curiga yaitu
pembicaraan pasien yang merasa warga sekitar menjelek-jelekan dirinya.
Selain itu terdapat arus pikiran yang tidak koheren dan pembicaraan tidak
relevan. Saat pertama ia datang ke RSJ ia tampak gaduh gelisah. Kemudian
terdapat gangguan afek yang timbul secara bersamaan yaitu tanda-tanda
mania yaitu mood iritabel, logorrhae, dan hiperaktif. Hal ini sudah
berlangsung bertahun-tahun sejak sebelum masuk ke rumah sakit sehingga
didapatkan aksis I diagnosis skizoafektif tipe manik (F.25.0). Pasien
berhenti sekolah pada kelas 6 SD dan lima kali tidak naik kelas, namun
untuk mendiagnosis retardasi mental membutuhkan test IQ untuk
membuktikannya, sehingga pada aksis II belum ada diagnosis. Dari
autoanamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan riwayat penyakit
fisik, sehingga pada aksis III belum ada diagnosis. Ketidakpatuhan untuk
rajin kontrol dan putus obat menjadi diagnosis untuk aksis IV. Penilaian
Global Assessment of Fungtional (GAF) Scale yaitu 50-41 karena terdapat
gejala yang berat dan disabilitas yang berat, sedangkan GAF tertinggi
selama satu tahun terahir adalah 70-61 (beberapa gejala ringan dan
menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)
menjadi diagnosis untuk aksis V.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL

1. Aksis I : Skizoafektif tipe manik


2. Aksis II : belum ada diagnosis
3. Aksis III : belum ada diagnosis
4. Aksis IV : Ketidakpatuhan untuk kontrol dan minum obat
5. Aksis V : GAF 70-61 (HLPY)
GAF current 50-41
VIII. DAFTAR MASALAH

1. Organobiologik
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna, adanya riwayat
genetik, diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter
2. Psikologik
Pada pasien ditemukan gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik
dan visual, serta gangguan isi pikir yang berupa waham kebesaran dan
waham curiga. Selain itu juga terdapat gangguan mood dan afek pada
pasien sehingga pasien membutuhkan psikoterapi.
3. Sosiologik
Pada pasien ditemukan kesulitan dalam berhubungan sosial karena emosi
yang sulit dikendalikan.

IX. Prognosis
Kondisi yang memberatkan: kekambuhan penyakit, penyakit pasien
sendiri, kondisi ekonomi kurang, kepatuhan minum obat kurang,
pengawasan minum obat di keluarga yang kurang baik, perhatian keluarga
yang kurang.
Kondisi yang meringankan: pengobatan ditanggung BPJS dan tidak ada
riwayat keluarga
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

X. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmaka
Risperidon 2x2 mg selama 3 hari, dipertimbangkan peningkatan dosis
berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan. Trihexypenidyl 2x2mg.
Carbamazepine 2x200mg.
B. Psikoterapi
1. Psikoterapi suportif
a. Pengenalan terhadap penyakitnya, manfaat pengobatan, cara
pengobatan dan efek samping pengobatan
b. Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin
kontrol.
c. Memasntu pasien untuk menerima kenyataan dan
menghadapinya.
d. Mendorong pasien agar dapat kemasli melakukan aktivitas
sehari-hari secara bertahap.
e. Menggali kemampuan yang ada pada diri pasien agar bisa
dikemasngkan.

2. Psikoedukasi
Kepada keluarga :
a. Memberikan pengertian dan penjelasan kepada keluarga pasien
tentang gangguan yang dialami pasien.
b. Menyarankan kepada keluarga pasien agar lebih berpartisipasi
dalam pengobatan pasien secara teratur seperti memberikan
suasana/lingkungan yang kondusif bagi penyembuhan dan
pemeliharaan pasien, mengingatkan pasien agar teratur minum
obat, serta mengantar pasien saat pasien kontrol

XI. PEMBAHASAN
Setelah dilakukan anamnesis, tidak ditemukan riwayat trauma kepala, kejang
sebelumnya ataupun adanya kelainan organik. Hal ini dapat menjadi dasar
untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F.00-F09). Pasien
mengatakan tidak pernah mencoba NAPZA sehingga dapat disingkirkan
penggunaan zat psikoaktif (F.10-F19). Penegakan diagnosis aksis I
didapatkan waham curiga, waham kebesaran dan inkoherensi pembicaraan
yaitu sirkumtansial serta gangguan pola pikir yaitu flight of idea.
Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu yang ditandai
dengan adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala
gangguan afektif. Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui. Gangguan
dapat berupa tipe skizofrenia atau tipe gangguan mood. Gangguan
skizoafektif mungkin merupakan tipe psikosis ketiga yang berbeda, yang
bukan merupakan gangguan skizofrenia maupun gangguan mood. Keempat
dan yang paling mungkin, bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok
heterogen gangguan yang menetap ketiga kemungkinan pertama. Kriteria
diagnostik utama untuk gangguan skizoafektif adalah bahwa pasien telah
memenuhi kriteria diagnostik untuk episode depresif berat atau episode manik
yang bersama-sama dengan ditemukannya kriteria diagnostik untuk fase aktif
dari skizofrenia. Disamping itu, pasien harus memiliki waham atau halusinasi
selama sekurangnya dua minggu tanpa adanya gejala gangguan mood yang
menonjol. Gejala gangguan mood juga harus ditemukan untuk sebagian besar
periode psikotik aktif dan residual.

Pada pasien ini menonjol pada kriteria diagnosis skizofrenia yaitu waham
curiga, waham kebesaran dan gangguan arus pikir hingga flight of idea
( inkoherensi pikiran) bersamaan dengan gangguan afek yang tipe manik
yaitu mood iritabel, banyak bicara dan hiperaktif. Diagnosis pasien ini
menjadi skizoafektif tipe manik. Diagnosis banding pasien ini yaitu mania
dengan gejala psikotik.

Pasien tidak menyadari ia sakit jiwa namun ia merasa ada masalah didalam
dirinya dan tidak tahu penyebabnya. Didapatkan penilaian Global Assessment
of Fungtional (GAF) Scale 50-41 karena terdapat gejala yang berat dan
disabilitas yang berat, sedangkan GAF tertinggi selama satu tahun terahir
adalah 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik).

Rencana terapi yang diberikan adalah risperidon 2 x 2 mg per hari selama tiga
hari. Lalu dosis dinaikkan hingga mencapai nilai optimal dan dievalusi setiap
dua minggu mengenai kondisi pasien, lalu dipertahankan sampai 8-12 minggu
lalu diturunkan tiap dua minggu perlahan lahan selanjutnya sampai dengan
dua tahun. Alasan penggunaan risperidon, karena pada pasien ini ditemukan
gejala tipikal dan atipikal sehingga dipilihlah obat antipsikotik atipikal
dengan efek samping yang kecil dan dimulai dengan dosis paling kecil.
Berdasarkan buku ajar psikiatri FK UI, standar emas pengobatan skizofrenia
dengan menggunakan terapi APG II (antipsikotik atipikal) yang bermanfaat
baik untuk gejala positif dan gejala negative dengan efek samping yang lebih
ringan serta dapat digunakan secara aman. Risperidon memiliki efek samping
yang kecil untuk terjadinya sindrom ekstrapiramidal dan efek sedatif, juga
tidak membuat perubahan fungsi kognitif pada pasien, dan obat ini juga
mudah didapatkan. Pada kasus ini, diberikan terapi sampai minimal dua tahun
karena pasien ini mengalami kekambuhan yang berulang-ulang dan telah
mengalami putus obat sebelumya. Selain itu, untuk mood stabilizer maka
diberikan obat carbamazepin. Carbamazepine sebagai mood stabilizer untuk
mengurangi gejala manik yang diderita pasien. Efek samping paling parah
dari obat ini adalah Stevens-Johnson Syndrome dan anemia aplastik sehingga
dalam penggunaannya penting untuk melihat reaksi hipersensitivitas serta
pemeriksaan darah secara rutin pada pasien. Carbamazepine dipilih
dibandingkan lithium carbonate karena pemantauannya yang relatif lebih
mudah dibandingkan lithium carbonate. Lithium carbonate memiliki
therapetic window yang sempit sehingga efek toksiknya lebih mudah muncul
dibandingkan carbamazepine.

Selain psikofarmaka, psikoterapi dan edukasi juga sangat diperlukan.


Menurut penelitian pengobatan hanya dengan obat tidak cukup untuk
kesembuhan pasien, tetapi juga harus diiringi oleh lingkungan keluarga yang
mendukung dan sikap pasien terhadap penyakit yang diderita. Pada kasus ini
dimana pasien tidak rajin minum obat dikarenakan pengawasan dan perhatian
yang kurang dari keluarga dan juga lokasi tempat tinggal yang jauh dari
pelayanan kesehatan, sehingga penyakit sering mengalami kekambuhan,
harus selalu diberikan edukasi kepada keluarga tentang pentingnya
pengobatan bagi pasien jika kualitas hidupnya ingin kemasli baik.

Prognosis pada pasien adalah dubia karena gejala timbul berulang-ulang,


kepatuhan minum obat kurang baik, interaksi sosial terhadap lingkungan
kurang,dan kurangnya perhatian keluarga.
LAMPIRAN
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

-Pasien marah- - Pasien marah-


marah marah
-Berbicara sendiri -Memukul
-Keluyuran temannya
-Sulit Tidur - Gelisah
-Meresahkan -Tidak mau minum
lingkungan obat
-Putus Minum -waham curiga
Obat -waham kebesaran

1992 1995 1998 2003 2009 2013 2014 2017

0-1 thn 3 thn 6 thn 11 thn 17 thn 18 thn 19 thn 25 thn

-marah-marah

-mengamuk

Masuk RSJ

-Halusinasi auditorik
dan visual (+)

-waham curiga

- waham kebesaran
WAWANCARA

DM: Dokter Muda (koas)

P: Tn. F

DM : Selamat siang mas, perkenalkan saya dokter muda adel yang bertugas diruangan
ini. Kita ngobrol-ngobrol sebentar yah mas mengenai perkembangan mas. Apakah
mas bersedia?

P : Boleh-boleh

DM : Maaf, mas namanya siapa?

P : Saya Faisal, tapi ibu saya sering manggil saya Faisal Jo karena ada nama di tv.

DM : Oh, baik, saya panggil faisal aja ya.

P : Iya boleh

DM : Faisal umurnya berapa tahun?

P : saya 24 jalan 25 tahun

DM : Tanggal lahir faisal kapan?

P : tanggal 3 bulan Oktober kalo ga salah, tahun 1992.

DM : Rumahnya dimana?

P : Di blambangan umpu

DM : Faisal baru pertama kali kesini?

P : Enggak, saya sudah yang kedua disini.


DM : Yang pertama kapan?

P : Tahun 2014. Udah dua tahun lebih.

DM : Itu karna apa faisal dibawa kesini?

P : Karena sakit gini juga, hati terasa panas aja bawaannya. Gelisah, tidur tidak bisa
nyenyak

DM :Ngamuk-ngamuk ga?

P : Kalo ngamuk jarang sih. Tapi kalo ada suara nangis anak kecil saya jadi sering
bentak-bentak

DM : o begitu, waktu keluar dari sini, faisal minum obatnya teratur?

P : Teratur-teratur nyampe habis. Trus abis itu ada surat control itu kan, nah saya
pikir saya mau kesana lagi.

DM : Kok faisal dirawat lagi?

P : iya, yang katanya pacar saya itu yang udah di tunangin sama orang duluan. Saya
taunya dari kawan saya.

DM : Trus masnya sedih?

P : ya sedihlah, ya gimana, udah nungguin dari dulu, tapi akhirnya sama orang lain.

DM : Trus masnya ngamuk?

P : Enggak, paling joget DJ itu di acara orgenan nyampe dua hari dua malem ga tidur.

DM : Mas marah ga pacarnya direbut?

P : Marahlah, saya ajak berantem lakinya

DM : Oiya, mas dibawa kesini sama siapa?

P : Sama bapak, paman, kakak ipar, sama lurah, pake avanza.

DM : O gitu, emang mas faisal kenapa kok sampe di bawa ke sini sama mereka?

P : Enggak, saya itu mau ke Jakarta, minta duitlah sama paman, karena saya udah
nebas kebon dia itu, tapi ga dkasih, karna dia ga punya uang katanya, abis itu
pulang, ada lurah, ngomong gini, Faisal, mau ikut ga? Nyariin si mega?
(pacarnya), katanya dia kabur, trus saya ikut, ternyata dibawa kesini.

DM :Tapi sebelum-sebelumnya mas faisal ada keluhan ga?

P : Ada pengen punya motor sendiri.

DM : Bukan, kayak mas faisal suka ngomong sendiri


P : Enggak, ga ada keluhan itumah, harus ada kawannya.

DM : Mas faisal pendidikan terakhirnya apa yah mas?

P : SD, tapi ga lulus. Kelas 6, 5 hari mau ujian ga jadi.

DM : kenapa memang mas?

P : Ya itu karna mau beli motor

DM : Uangnya untuk beli motor?

P :Jual kambing dua punya saya itu, trus abis itu kurang 10 juta lagi, dibawa bapak
saya.

DM : trus kenapa ga lanjut sekolah?

P : Ya sakit itu, liat-liat orang gitu punya motor, iri gitu loh.

DM : Lalu tercapai ga beli motornya?

P : kesampean, karna beli motor jadi ga diterusin sekolahnya

DM : Tapi kalo di SD, mas faisal naik kelas terus?

P : enggak, dulu kan bapak saya dulu disaburai di lapangan Enggal, ngontrak di
rumah cina, 17 tahun disitu sama ibu., diurusin nenek juga saya,

DM : iyah, mas faisal naik kelas terus enggak waktu SD?

P : Lima kali mbak ga naik kelas. Ya gimana, hari sabtu ke sekolah, ikut bibi ke
karang, seminggu baru pulang.

DM : Mas faisal selama ini pernah ngedenger bisikan-bisikan gitu ga?

P : Berkurang si disini. Cuman dulu denger, ada dokter di blambangan itu, ga marah-
marah kok saya gigit leher ayah saya

DM : kok gitu? Ada yang nyuruh mas faisal buat neglakuin?

P : kata dokternya gapapa tapi, katanya gapapa dari pada beli darah kantongan
katanya.

DM : Ada yang nyuruh faisal berarti ya.

P : Iya, ada bu, bayangan ini, kayak malaikat, putih gede, tinggi. Waktu tiduran gini.
Kayak ga sadar gitu. Ngajak saya, manggil-manggil gitu. Pake jubah.

DM : ngomong sama mas faisal ga bayangannya?

P : enggak si, cuman melambaikan tangan aja.suruh ikut dia, berarti kalo saya
ngikutin, mati kali yah.
DM : kalau tiba-tiba merasa ada yang nyentuh tubuh faisal?

P : Ga ada, paling kawan. Tapi pernah kalo lagi bawa motor itu, bulu romanya naik,
merinding gitu.

DM : kalo rasain kopi rasanya apa?

P : manis dan pait. Manis kalo pake gula, pait kalo ga pake gula.

DM : Mas, pernah ga merasa orang-orang ngomong-ngomongin mas faisal?

P : OO dulu ya pernah, tapi memang itu kenyataan, saya melihat mereka lagi
ngomongin saya kayak ngejelk-jelekin, langsung saya hantam aja.

DM : Trus kalo merasa ada yang ga suka sama mas faisal, pernah ga mikir gitu?

P : oo, enggak, ga mikir gitu.

DM : Mas faisal pernah negrasa ada yang ngejer-ngejer ga?

P : pernah itu, si mega, kayak ngejer dari belakang

DM : ternyata bener ada mega?

P :ternyata ga ada pas nengok, malah saya di tenggelemin sama bapak saya, karna
jual motor.

DM : kenapa dijual motornya?

P : ya karna ga ada orang.

DM : jadi karena ga ada orang, motornya dijualin aja gitu?

P : ya gimana.

DM : mas faisal punya kelebihan yang orang lain ga bisa ga?

P : ini, saya ga bisa di bacok. Saya dapet ilmu dari dukun saya disana.

DM : Mas faisal pernah ga merasa orang-orang bisa ngebaca pikiran mas faisal?

P : ga tau yah, kyaknya sih ga pernah bu. Yang ini aja, yang jelas jelas ngomongin
saya aja, langsung hajar aja.

DM : Mas faisal kalo boleh tau agamanya apa?

P : Islam

DM : ibadahnya gimana?

P : jarang bu

DM : o, gitu, kalo diagama islam, mencuri itu baik ga?


P : Ga baiklah bu

DM : iya ga baik ya, kalo nemu dompet, ada uang sama KTP, mau diapain?

P : yaa balikin sama yang punya lah, tapi kalo ga ketemu yaa dipegang dulu aja.

DM : Mas faisal tau persamaan mobil dan motor?

P : sama sama pake bensin

DM : kalo peribahasa ada udang di balik batu?

P : yaa ga keliatan.

DM : mas faisal tau, presiden kita sekarang siapa?

P : tau, jokowi-jk. Tapi saya ga milih dia, saya milih prabowo.

DM : Mas bisa berhitung?

P : bisa bu

DM : 100-7?

P : 93

DM : kalo 93-7?

P : 86

DM : mas faisal inget ya angka yang saya kasih, 1475, nanti saya Tanya lagi

P : oo, iya-iya

DM : faisal bisa baca tulisan saya? Faisal, angkat tangan

P : bisa, faisal angkat tangan

DM : coba ikutin perintahnya

P : mengangkat kedua tangannya

DM : coba, inget ga tadi angka yang saya kasih?

P : 1437

DM : Mas faisal anak keberapa?

P : saya anak kedua bu dari 12 bersaudara

DM : mas faisal tau ini apa? pena

P : tau, pulpen, bulpoin


DM : Gunanya buat apa?

P : buat nulis di buku.

DM : oke, baik mas faisal, hari ini sampai disini dulu yam besok-besok kita ngobrol-
ngobrol lagi.

P : Iya bu, makasi ya bu.

DAFTAR PUSTAKA

Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III. Jakarta:
Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

Maslim, Rusdi. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropika


Edisi Ketiga. Jakarta: Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

Maramis W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga


University Press.

Sadock, Benjamin James,et al. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition Lippincott Williams
& Wilkins. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai