Anda di halaman 1dari 4

DISAHKAN OLEH

PANDUAN DIREKTUR UTAMA


PRAKTIK KLINIK

ASMA
Drg. Endang Nuriyati
NIP. 19600110 198701 2 001

RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH JEND. A. YANI
METRO
NOMOR DOKUMEN TANGGAL :
28 Mei 2016

A. Pengertian (Definisi) Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas dengan
banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan
limfosit T. Pada orang yang rentan, inflamasi ini menyebabkan
episode mengi berulang, sesak napas, rasa dada tertekan, dan
batuk, khususnya pada malam atau dini hari.

B. Anamnesis  Sejak kapan/usia berapa diketahui pertama kali menderita


asma, jika perlu ditanyakan siapa yang mendiagnosis saat
itu.
 Gejala batuk kronik berulang, dengan ciri khas sering
terjadi dini hari, atau berhubungan dengan faktor pencetus.
Pertanyaan yang perlu ditanyakan untuk pertimbangan adanya
asma :
 Apakah anak mengalami serangan mengi atau serangan
mengi berulang?
 Apakah anak sering terganggu oleh batuk pada malam hari?
 Apakah anak mengalami mengi atau batuk setelah
berolahraga?
 Apakah anak mengalami gejala mengi, dada terasa berat,
atau batuk setelah terpajan alergen atau polutan?
 Apakah jika mengalami pilek, anak membutuhkan >10 hari
untuk sembuh?
 Apakah gejala klinis membaik setelah pemberian
pengobatan antiasma?
C. Pemeriksaan fisik  Berbagai tanda atau manifestasi alergi (allergic shiners)
seperti geographic tongue atau dermatitis atopi dapat
ditemukan. Tanda lain yang dapat dijumpai adalah bercak
hitam di kulit seperti bekas gigitan nyamuk.
 Pada saat tidak dalam serangan akut, pemeriksaan fisis
toraks dapat menunjukkan bentuk dada barrel chest, dan
ronki basah kasar (lendir) pada auskultasi
 Pada saat serangan dapat dijumpai takipneu, dispnea,
respiratory effort dengan komponen ekspirasi yang lebih
menonjol. Wheezing pada saat ekspirasi (+)
 Tanda sinusitis seperti nyeri ketok pada daerah infra orbita.
D. Kriteria diagnosis  Kriteria anamnesis
 Kriteria pemeriksaan fisik
 Kriteria pemeriksaan penunjang
E. Diagnosis  Asma Episodik Jarang
 Asma Episodik Sering
 Asma Persisten
F. Diagnosis banding  Bronkopneumonia
 Bronkhitis
 Respiratory distress syndrome (RDS)
G. Pemeriksaan Penunjang  Uji fungsi paru dengan spirometri dapat dilakukan di luar
serangan. Indikator yang dinilai adalah PEF/FEV1 dan
variabilitas. Pemeriksaan dilakukan sebelum dan sesudah
terapi medikamentosa jangka panjang
 Selain pemeriksaan di atas, pemeriksaan imunoglobulin E
(IgE) dan eosinofil total dalam darah dapat membantu
penegakkan diagnosis asma. Peningkatan kadar IgE dan
eosinofil total umum dijumpai pada pasien asma.
 Pemeriksaan foto sinus dan foto thoraks jika diperlukan.
 Pemeriksaan pH lambung jika diperlukan.
 Skin Prick Test dan uji Tuberkulin jika diperlukan.
H. Tatalaksana Asma Episodik Jarang
 Hanya butuh obat reliever (pereda) saja (β2-agonis,
Teofilin, dll), yang diberikan saat dalam serangan saja
(lebih lengkap lihat tata laksana asma jangka pendek atau
akut).
 Tidak perlu diberi obat pengendali.
 Jika pemakaian β2-agonis hirupan lebih dari 3x per minggu
(tanpa menghitung penggunaan pra-aktivitas fisik) atau
serangan sedang/berat muncul >1x/bulan, maka tata
laksana diperlakukan sebagai asma episodik sering
Asma Episodik Sering
 Steroid hirupan dimulai dengan dosis rendah usia <12
tahun: Budesonide 100-200 μg (50-100 μg Flutikason) usia
>12 tahun: Budesonide 200-400 μg (100-200 μg
Flutikason)
 Evaluasi setelah 6-8 minggu (klinis dan uji fungsi paru)
maksimal 8 -12 minggu;
 Jika respons buruk, naikkan bertahap dosis steroid
hirupan dengan dosis menengah sampai 400 μg (step
up)
 Jika respons baik, turunkan dosis steroid hirupan, dan
jika perlu hentikan (step down)
Asma Persisten
 Terdapat 2 alternatif:
Steroid hirupan tetap dalam dosis rendah dan
dikombinasi dengan salah satu obat, yaitu:
 LABA (long acting β2-agonist): Prokaterol,
Bambuterol, Salmeterol, atau
 Teofilin lepas lambat (teophilline slow
release/TSR), atau
 Anti Leucotrien Receptor (ALTR) : Zafirlukas,
Montelukas
Meningkatkan dosis steroid hirupan menjadi dosis medium
yaitu:
 Usia < 12 tahun: Budesonide 200-400 μg (100-
200 μg Flutikason)
 Usia > 12 tahun: Budesonide 400-600 μg (200-
300 μg Flutikason)
 Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu (maksimal 8-12
minggu).
 Jika masih terdapat gejala/serangan asma, maka langkah
berikutnya memakai salah satu dari 2 alternatif selanjutnya,
yaitu:
 Steroid hirupan tetap dalam dosis medium
ditambah salah satu obat : LABA, TSR, atau
ALTR
Meningkatkan dosis steroid hirupan menjadi dosis tinggi :
 Usia < 12 tahun : Budesonide > 400 μg/hr (>200
μg/hr Flutikason)
 Usia > 12 tahun : Budesonide > 600 μg/hr (>300
μg/hr Flutikason)
 Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu (maksimal 8-12
minggu)
 Jika dosis steroid hirupan telah mencapai >800 μg/hr,
namun respon tetap buruk, maka dipakai cara pengobatan
terakhir yaitu : Steroid Oral.
I. Edukasi Tindakan Prevensi dan Kontrol lingkungan
 Identifikasi segera bayi yang lahir dari ibu atau ayah
dengan riwayat atopi.
 Beri air susu ibu (ASI) ekslusif sampai 6 bulan.
 Hindarkan makanan ibu menyusui yang berpotensi
alergenik.
 Jika perlu tambahan susu formula (SF), berilah SF yang
bersifat hipoalergenik.
 Pengendalian lingkungan: hindarkan asap rokok, asap obat
nyamuk, perabotan rumah tangga yang berpotensi
menyimpan debu rumah, memperbaiki ventilasi ruangan
mengurangi kelembaban kamar anak, dll.
J. Prognosis Informasi mengenai perjalanan klinis asma mengatakan bahwa
prognosis baik ditemukan pada 50 sampai 80 persen pasien,
khususnya pasien yang penyakitnya ringan timbul pada masa
kanak-kanak. Jumlah anak yang menderita asma 7 sampai 10
tahun setelah diagnosis pertama bervariasi dari 26 sampai 78
persen, dengan nilai rata-rata 46 persen; akan tetapi persentase
anak yang menderita penyakit yang berat relatif rendah (6
sampai 19 persen).
K. Tingkat evidens I/II/III/IV
L. Tingkat Rekomendasi A/B/C
M. Penelaah Kritis SMF Ilmu Kesehatan Anak
N. Indikator Medis 1. Kriteria Pulang : Perbaikan klinis
2. Indikator : 80 persen pasien pulang dalam 5 hari tanpa
komplikasi
O. Kepustakaan 1. Pudjiadi, AH dkk : Pedoman Pelayanan Medik, jilid 1,
Ikatan Dokter Anak Indoneia. Jakarta 2010 : IDAI
2. Unit Kerja Koordinasi Pulmonologi IDAI : Konsensus
Nasional Asma Anak, Sari Pediatri Vol. 2 No. 1. Jakarta
2000 : IDAI

Anda mungkin juga menyukai