Anda di halaman 1dari 4

ISO, Aperture, Shutter Speed: Segitiga

Exposure

Kamera adalah suatu alat yang digunakan untuk menangkap cahaya lewat sensor. Informasi
dari cahaya yang ditangkap di sensor itu lalu diterjemahkan menjadi gambar. Jika jumlah cahaya
yang tertangkap di sensor itu kurang, maka gambar akan menjadi terlalu gelap
(underexposed/UE). Sebaliknya, jika cahaya yang tertangkap di sensor berlebihan, maka gambar
akan menjadi terlalu terang (overexposed/OE).

Kurang cahaya

Pas

Kebanyakan cahaya
Ada tiga hal yang bisa disetting di kamera untuk mengatur exposure: shutter speed, aperture, dan
ISO. Apa peran dari masing-masing settingan tersebut?

Jika diibaratkan sensor adalah sebuah ember, dan cahaya adalah air yang akan diisikan ke ember
tersebut, maka exposure yang tepat adalah saat ember terisi air pas hingga bibir ember. Jika
tinggi air tidak mencapai bibir ember, maka gambar akan underexposed, dan jika air luber maka
gambar overexposed.

KONSEP
1. Shutter speed

Shutter speed adalah kecepatan atau lamanya shutter membuka sehingga cahaya mengenai
sensor. Jadi, shutter speed bisa diibaratkan lamanya kita membuka keran untuk mengisi air.
Semakin lama keran dibuka, maka akan semakin banyak air yang mengisi ember.

Shutter speed diukur dalam satuan waktu, dan kamera DSLR rata-rata dapat menggunakan
shutter speed dari 1/4000 detik hingga 30 detik. Karena shutter speed yang digunakan
kebanyakan kurang dari satu detik (pecahan), maka biasanya yang tertulis di viewfinder kamera
adalah pecahannya saja (shutter speed 1/100 detik akan tertulis 100) di viewfinder. Satuan detik
biasanya tertulis sebagai tanda kutip (), jadi shutter speed 2 detik akan tertulis sebagai
2. Terkadang satuan detik digunakan juga dalam pecahan, misalnya 0.6.

Makin besar angkanya, maka gambar akan makin gelap. Faktor pengali satu stop adalah 2x,
misalnya shutter speed 1/100 akan 1 EV lebih terang daripada shutter speed 1/200 jika scene dan
settingan yang lain tetap sama.

(EV adalah satuan brightness, di mana selisih 1EV berarti selisih brightness yang disebabkan
jumlah cahaya yang masuk berbeda 2x lipat. 1 EV sering disebut juga 1 stop, istilah warisan dari
jaman kamera film dulu.)

2. Aperture

Aperture adalah bilah-bilah (biasanya terbuat dari logam) yang terdapat di dalam lensa. Bilah-
bilah ini dapat bergerak, saling berpotongan dan menutupi sekeliling penampang lensa, sehingga
hanya bagian tengah lensa yang dapat dilewati cahaya. Dengan demikian, aperture bisa
diibaratkan penampang pipa yang menyalurkan air. Walaupun sama-sama hanya dibuka selama
satu detik, misalnya, pipa yang besar akan mengalirkan air lebih banyak daripada pipa yang
sempit.
Satuan aperture adalah diameter bukaan bilah-bilah. Dinyatakan dalam pecahan, biasa tertulis
sebagai f/X atau 1/X, di mana X adalah angka aperturenya. Yang tertulis di viewfinder kamera
seringkali hanya angka X nya saja.

Faktor pengali satu stop adalah 2 (akar dua), atau gampangnya 1.4x; artinya bukaan f/3.5 akan
1EV lebih terang daripada bukaan f/5.6. Makin besar angkanya, maka gambar akan makin gelap.

3. ISO

ISO adalah sensitifitas sensor. Makin tinggi ISO, maka makin sedikit cahaya yang dibutuhkan
untuk mencapai brightness tertentu. Menaikkan ISO bisa diibaratkan memasukkan bebatuan ke
dalam ember sehingga jumlah air yang dibutuhkan semakin sedikit.

Satuan ISO adalah angka ISO. Faktor pengali satu stop adalah 2x, di mana ISO 800 akan 1EV
lebih terang daripada ISO 400.

EFEK PADA FOTO


Selain mengatur brightness gambar, masing-masing sisi segitiga exposure ini mempengaruhi
hasil akhir foto.

Shutter speed yang lama akan memungkinkan objek atau kamera bergerak selama cahaya
mengenai sensor, sehingga foto menjadi blur, sebagian atau sepenuhnya.

Aperture yang besar (angka aperture yang kecil) akan menghasilkan depth-of-field (ruang tajam)
yang sempit, sehingga benda-benda yang berjarak tidak terlalu jauh dari jarak fokus pun akan
mulai blur. Hal ini bisa jadi hal positif jika ingin membuat bokeh, namun bisa jadi hal negatif
jika kita ingin mempunyai ruang tajam yang luas.

ISO yang tinggi berarti sensornya makin sensitif, dan efeknya menimbulkan noise pada gambar.

MENGATUR EXPOSURE
Kamera mempunyai kemampuan melihat scene dan menghitung exposure yang tepat untuk
scene tersebut, bahkan menghitung kombinasi aperture, shutter speed, ISO untuk scene
tersebut. Dalam kamera ada mode exposure manual (Manual) dan otomatis (Automatic,
Program, Aperture Priority dan Shutter Speed Priority). Silakan periksa manual kamera masing-
masing untuk mempelajari mode-mode ini lebih lanjut, atau baca artikel ini.
Kita dapat mempengaruhi perhitungan kamera tersebut dengan menerapkan Exposure
Compensation; kita bisa memerintahkan kamera untuk menghitung (dan menggunakan) exposure
yang lebih terang atau lebih gelap dari exposure yang dianggapnya tepat. Jika kita menggunakan
-2/3EV, misalnya, maka kamera akan menghasilkan hasil penghitungan exposure yang lebih
gelap -2/3EV dari exposure yang (jika tanpa compensation) dianggapnya tepat. Lebih jauh
tentang exposure compensation bisa dibaca di artikel ini.

Anda mungkin juga menyukai