Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN
2. 1 Retikulosit
Retikulosit adalah Sel Darah Merah(SDM) yang masih muda yang tidak berinti dan
berasal dari proses pematangan normoblas di sumsum tulang. Sel ini mempunyai jaringan
organela basofilik yang terdiri dari RNA dan protoporfirin yang dapat berupa endapan dan
berwarna biru apabila dicat dengan pengecatan biru metilen. Retikulosit akan masuk ke
sirkulasi darah tepi dan bertahan kurang lebih selama 24 jam sebelum akhirnya mengalami
pematangan menjadi eritrosit.
Menurut NCLLS-ICSH 1997, retikulosit adalah sel yang dapat dilihat dengan
pewarnaan supravital yang mewarnai asam nukelat dan harus mempunyai lebih dari 2 granula
yang dapat dilihat dengan mikroskop cahaya dan granula tersebut tidak boleh berada di tepi
membran sel. Pewarnaan supravital yang dapat digunakan adalah larutan Brilliant Cresyl
Blue, New Methylene Blue, Azure B, Acridine orange untuk metoda visual dan zat warna
fluorokrom seperti Thiazole orange, Auramine O, Oxazine dan Polymethine yang bisa
digunakan pada metode otomatik.
Pada pasien tanpa anemia hitung retikulositnya berkisar antara 1 2%. Jumlah ini
penting karena dapat digunakan sebagai indikator produktivitas dan aktivitas eritropoiesis di
sumsum tulang dan membantu untuk menentukan klasi" kasi anemia sebagai hiperproliferatif,
normoproliferatif, atau hipoproliferatif. Penghitungan jumlah retikulosit ini bisa dilakukan
dengan metode manual menggunakan pengecatan supravital dan bisa dengan analisa otomatis
flowsitometer.

2. 2 Fisiologi Retikulosit
Retikulosit adalah eritrosit muda yang sitoplasmanya masih mengandung sejumlah
sisa-sisa ribosom dan RNA yang berasal dari sisa inti dari bentuk pendahulunya
normoblas.Retikulosit berukuran lebih besar dari eritrosit dan berwarna lebih biru. Ciri-ciri
morfologi: ukuran: 8 - 12 mikron, bentuk: bulat, warna sitoplasma: pucat, granularitas: granul
tunggal atau multipel, pekat, lembayung, bentuk inti: tidak ada, distribusi dalam darah: 0.5 -
1.5 % dari jumlah eritrosit. Retikulosit adalah eritrosit yang lebih muda daripada eritrosit
dewasa, beredar sebagai retikulosit 1 - 2 hari, ukuran 8-9 mikron dan didalam sitoplasmanya
terdapat sisa-sisa inti yang tersusun secara retikulair, berupa RNA dan reticulum. Retikulosit
berkembang dan matang di sumsum tulang merah dan disirkulasikan dalam pembuluh darah
sebelum matang menjadi eritrosit. Banyak retikulum tergantung pada umur retikulosit yaitu
makin muda makin banyak, makin tua makin kurang retikulumnya. Retikulosit mempunyai
sedikit retikulum dan mempunyai granula-granula. Hallo and welcome blogger
Ribosom mempunyai kemampuan untuk bereaksi dengan pewarna supravital yaitu
brilliant cresyl blue dan new methylen blue, pewarnaan supravital ini hanya bisa bereaksi
terhadap sel yang masih hidup dan pewarnaan supravital ini tidak difiksasi. Retikulosit
mengandung RNA ribosom dan masih mampu mensintesis hemoglobin. Sel ini sedikit lebih
besar daripada eritrosit matur, berada selama 1-2 hari dalam sumsum tulang dan juga beredar
di darah tepi selama 1-2 hari sebelum akhirnya mengalami pematangan menjadi eritrosit.
Di bawah pengaruh eritropoietin maka sel induk eritroid akan membelah dan
berdiferensiasi. Mula-mula akan muncul sel pronormoblast yang merupakan sel besar dan
pada sel inilah pertama kali ditemukan adanya pembentukkan hemoglobin. Dan mulai fase ini
sel muda dari garis keturunan eritroid dapat dikenali secara morfologi. Selanjutnya
pematangan akan terjadi di sumsum tulang dimana sel proeritroblast akan
menjadibasophilic normoblast, polychromatophilic normoblast, orthochromatophilic norm
oblast, dan pada akhirnya akan mematangkan diri menjadi retikulosit. Setiap langkah
pematangan tersebut akan diikuti dengan perubahan berupa peningkatan jumlah hemoglobin,
ukuran menjadi lebih kecil, inti sel menjadi lebih piknotik yang pada akhirnya akan
menghilang pada saat sel ini akan dikeluarkan dari sumsum tulang. Retikulosit yang baru
dikeluarkan dari sumsum tulang masing mengandung ribosome dan RNA dan masih terus
memproduksi hemoglobin. Setelah 1- 2 hari di darah tepi retikulosit akan kehilangan
ribosome dan RNAnya dan akan menjadi sel eritrosit matang.

2. 3 Spesimen Yang Digunakan


Sampel darah yang digunakan untuk hitung retikulosit adalah darah kapiler atau vena,
dengan antikoagulan (EDTA) atau tanpa antikoagulan (segar).
1. Pembuluh Vena
Pembuluh balik atau vena adalah pembuluh yang membawa darah menuju jantung.
Darahnya banyak mengandung karbon dioksida. Umumnya terletak dekat permukaan tubuh
dan tampak kebiru-biruan. Dinding pembuluhnya tipis dan tidak elastis. jika diraba, denyut
jantungnya tidak terasa. Pembuluh vena mempunyai katup sepanjang pembuluhnya. Katup ini
berfungsi agar darah tetap mengalir satu arah. Dengan adanya katup tersebut, aliran darah
tetap mengalir menuju jantung. Jika vena terluka, darah tidak memancar tetapi merembes.
2. Pembuluh Kapiler
Pembuluh darah kapiler (dari bahasa Latin capillaris) ialah pembuluh darah terkecil di
tubuh, berdiameter 5-10 m, yang menghubungkan arteriola dan venula, dan memungkinkan
pertukaran air, oksigen, karbon dioksida, serta nutrien dan zat kimia sampah antara darah dan
jaringan di sekitarnya.
Darah mengalir dari jantung ke arteri, yang bercabang dan menyempit ke arteriola, dan
kemudian masih bercabang lagi menjadi kapiler. Setelah terjadinya perfusi jaringan, kapiler
bergabung dan melebar menjadi vena, yang mengembalikan darah ke jantung.

2. 4 Nilai Rujukan Retikulosit


Retikulosit adalah sel eritrosit yang belum matang, dan kadarnya dalam eritrosit
manusia sekitar 1%. Nilai normal retikulosit = 0,5 1,5 % atau 5 15 0/00, sedangkan nilai
normal jumlah mutlak retikulosit = 25.000 75.000 /ul. Adapun nilai rujukan dari retikulosit
adalah:
1. Dewasa : 0.5 - 1.5 %
2. Bayi baru lahir : 2.5 - 6.5 %
3. Bayi : 0.5 - 3.5 %
4. Anak anak : 0.5 - 2.0 %

2. 5 Masalah Klinis
Peningkatan jumlah retikulosit yang disertai kadar HB normal mengindikasikan
adanya penghancuran atau penghilangan eritrosit berlebihan yang diimbangi dengan
peningkatan sum-sum tulang. Peningkatan retikulosit disertai dengan kadar HB yang rendah
menunjukkan bahwa respon tuubuh terhadap anemia tidak adekuat. Penyakit yang disertai
peningkatan jumlah retikulosit antara lain anemia hemolitik, anemia sel sabit, talasemia
mayor, eritroblastik feotalis, HB C dan D positif, kehamilan, dan kondisi paska pendarahan
berat.
Penurunan jumlah retikulosit yang seharusnya tinggi terjadi pada krisis aplastik yaitu
kejadian dimana destruksi eritrosit tetap berlangsung sementara produksi eritrosi terhenti,
misalnya pada anemia hemolitik kronis karena HBS, anemia pernisiosa, anemia defisiensi
asam folat, anemia aplastik, terapi radiasi, hipofungsi andenocortical, hipofungsi hipofise
anterior, dan sirosis hati.
1. Peningkatan Retikulosit
a) Anemia hemolitik
Anemia hemolitik adalah penyakit anemia yang terjadi ketika sel-sel darah merah mati
lebih cepat daripada kecepatan sumsum tulang menghasilkan sel darah merah. Istilah ilmiah
untuk penghancuran sel darah merah adalah hemolisis atau hemolitik (yang bersifat
hemolisis). http://annanyo22.blogspot.co.id
b) Anemia sel sabit
Anemia sel sabit adalah kondisi anemia dimana terdapat ketidaknormalan bentuk sel darah
merah, dari yang semestinya bulat dan fleksibel, menjadi berbentuk sabit dank eras. Pada
anemia sel sabit, tubuh menjadi kekurangan sel darah merah normal untuk memenuhi
tranportasi nutrisi dan oksigen ke seluruh tubuh.
c) Thalassemia Mayor
Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang diakibatkan oleh faktor genetika dan
menyebabkan protein yang ada di dalam sel darah merah, atau disebut hemoglobin, tidak
berfungsi secara normal. Zat besi yang diperoleh tubuh dari makanan digunakan oleh
sumsung tulang untuk menghasilkan hemoglobin.

d) Eritroblastik feotalis
Eritroblastik feotalis adalah suatu kelainan berupa hemolisis (pecahnya sel darah merah)
pada janin yang akan Nampak pada bayi yang baru lahir karena perbedaan golongan darah
dengan ibunya.
e) Hemoglobin c
Hemoglobin c adalah bentuk abnormal dari hemoglobin (protein pada sel darah merah
yang berfungsi untuk mengangkut oksigen) yang disebabkan oleh kalainan gen yang
diturunkan.
f) Kehamilan
Retikulosit akan meningkat pada ibu hamil, karena ibu hamil merupakan golongan yang
rentan terkena anemia.
g) Pendarahan hebat
Pada pendarahan hebat sering kali ditemukan jumlah retikulosit meningkat, karena
banyaknya darah yang keluar akibat pendarahan hebat.

2. Penurunan retikulosit
a) Anemia Pernisiosa
Anemia pernisiosa adalah salah satu penyakit kronis berupa berkurangnya produksi sel
darah merah akibat defisiensi vitamin B12 dan asam folat, salah satu fungsi vitamin B12
adalah untuk pembentukan sel darah merah di dalam sumsum tulang menjadi aktif.
b) Anemia defisiensi asam folat
Anemia defisiensi asam folat adalah berkurangnya sel darah merah atau anemia akibat
kurangnya asam folat.
c) Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah suatu kondisi dimana sumsum tulang tubuh berhenti memproduksi
sel-sel darah baru yang cukup. Pada anemia aplastik tidak hanya sel darah merah yang
berhenti, akan tetapi juga sel darah putih dan trombosit.

2. 6 Metode Pemeriksaan
HITUNG RETIKULOSIT
Retikulosit adalah eritrosit muda yang sitoplasmanya mengandung sisa-sisa ribosom
dan RNA yang berasal dari sisa inti. Ribosom mempunyai kemampuan untuk bereaksi
dengan cat tertentu seperti Brilliant Cresyl Blue atau New Methylene Blue untuk membentuk
endapan granula atau filamen yang berwarna biru. Reaksi ini hanya terjadi pada pewarnaan
terhadap sel yang masih hidup dan tidak difiksasi, oleh karena itu disebut pewarnaan
Supravital. Retikulosit paling muda (imature) mengandung ribosome terbanyak, sebaliknya
retikulosit tua hanya mempunyai beberapa titik ribosom.
Banyaknya retikulosit dalam darah tepi menggambarkan aktivitas eritropoesis yang
hampir akurat. Hitung retikulosit dinyatakan sebagai persentasi jumlah retikulosit per 100
eritrosit.
A. Pra Analitik
1. Persiapan pasien
2. Persiapan sampel
3. Prinsip :
Darah dicampur dengan larutan, Brilliant Crecyl Blue atau larutan New Methylene
Blue, lalu dibuat sediaan. Dan jumlah retikulositnya dihitung dibawah mikroskop. Jumlah
retikulosit dihitung per 1000 eritrosit dan dinyatakan dalam %

4. Alat dan bahan


a. Tabung reaksi kecil
b. Kaca obyek dan kaca penggeser
c. Pipet Pasteur
d. Penangas air
e. Mikroskop.
REAGENS
Brilliant Cresyl Blue atau
New Methylene Blue (Colour Index 52030).1g
Larutan sitrat salin 100 ml.100 ml
Komposisi laritan sitrat salin
o 1 bagian natrium sitrat 30 g/l
o 4 bagian larutan Na Cl 9,0 g/l

B. Analitik
1. SEDIAAN KERING
a. Kedalam tabung reaksi kecil teteskan 3 tetes larutan Brilliant Cresyl Blue atau New
Methylene Blue.
b. Tambahkan 3 tetes darah, campurkan baik-baik dan biarkan pada suhu ruangan selama 15
menit agar pewarnaan sempurna.
Cara yang lain :
Setelah ditambahakan 3 tetes darah, campurkan baik-baik, tabung ditutup dengan
parafilm dan diinkubasi pada 37 c selam 30-60 menit.
c. Setelah inkubasi, tabung dihomogenkan lagi dan ambil 1 tetes untuk membuat sediaan
apus. Keringkan di udara dan diperiksa di bawah mikroskop.
d. Periksalah dengan perbesaran obyektif 100 kali.
Dicari daerah yang baik yaitu eritrosit tidak tumpang tindih. Retikulosit tampak
sebagai sel yang lebih besar dari eritrosit. Dan mengandung filamen atau granula. Dengan
BCB, eritrosit berwarna biru keunguan dengan filamen atau granula berwarna ungu.
Bila menggunakan NMB, retikulosit berwarna biru dengan filamen atau granula berwarna
biru tua.
e. Hitunglah jumlah retikulosit per 1000 eritrosit dengan lensa emersi
f. Jumlah retikulosit dapat dinyatakan persen / per mil terhadap jumlah eritrosit total atau
dilaporkan dalam jumlah mutlak.
Misal : dalam 10 lapangan pandang dijumpai 2000 eritrosit dan retikulosit 76.
Jumlah retikulosit atau 1000 x 76 = 38 permil
2000
Bila diketahui jumlah eritrosit 3,5 juta/l maka
Jumlah retikulosit = 38 x 3.500.000 /ul = 133.000 / l 1000
2. SEDIAAN BASAH
a. Taruh 1 tetes larutan BCB ditengah-tengah kaca obyek.
b. Tambahkan 2 tetes darah dilarutan BCB, homogenkan darah dengan larutan BCB dengan
menggunakan sudut kaca obyek.
c. Tutup dengan kaca penutup
d. Periksa dengan minyak emersi

Cara penghitungan sama dengan sediaan kering.


Jika didapatkan jumlah retikulosit yang tinggi atau disertai dengan nilai hematokrit
rendah maka dilakukan koreksi terhadap nilai retikulosit. Nilai koreksi ini disebut indeks
retikulosit (Reticulocyte Production Indeks).
RP I = % Retikulosit x Hmt penderita x faktor koreksi
Hmt normal
C. Pasca Analitik
Nilai rujukan = 0,5 1,5%
Hitung retikulosit meningkat pada : perdarahan akut, hemolisis,
RP I <2% = kegagalan sum-sum tulang membentuk eritrosit.
RP I 2 3% = respons baik terhadap anemia hemolitik.
RP I >3% = hiperproliferasi
Sumber kesalahan
1. Volume darah yang digunakan tidak sesuai dengan volume zat warna
2. Zat warna tidak disaring akan mengendap di eritrosit sehingga tampak seperti retikulosit
3. Waktu inkubasi campuran darah dan zat warna kurang lama
4. Tidak menghomogenkan campuran zat warna dengan darah sebelum membuat sediaan apus
Retikulosit mempunyai berat jenis yang lebih rendah dari eritrosit sehingga berada dibagian
atas dari campuran.
5. Menghitung di daerah yang terlalu padat
6. Jumlah eritrosit yang dihitung tidak mencapai 1000.

Anda mungkin juga menyukai