Anda di halaman 1dari 9

Komunikasi sosial

Kegiatan komunikasi yang dihasilkan pada pencapaian suatu situasi integrasi sosial. Suatu proses
pengaruh mempengaruhi pencapaian keterkaitan sosial yang dicita-citakan antara individu yang ada
di masyarakat. Komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan konsep diri kita, aktualisasi diri,
kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan (lewat
komunikasi yang bersifat menghibur) dan mempunyai tujuan bersama.

Perbedaan antara komunikasi terapeutik dengan komunikasi social, antara lain:

a. Komunikasi terapeutik lebih menekankan pada hubungan interpersonal antara perawat dengan
klien, sedangkan komunikasi social menekankan pada hubungan integrasi social.
b. Dalam komunikasi terapeutik pesan yang disampaikan bersifat pribadi ata privacy sedangkan pada
komunikasi social lebih umum, artinya baik perawat maupun klien tidak mendiskusikan masalah atau
pandangan pribadi secara mendalam.
c. Dalam komunikasi terapeutik perawat dank lien saling mengenal sedangkan dalam komunikasi
social belum tentu saling mengenal.
d. Komunikasi terapeutik melibatkan pengetahuan yang berkaitan, sedangkan komunikasi social
tidak.
e. Orientasi waktu pada komunikasi terapeutik membicarakan masa sekarang, sedangkan pada
komunikasi social membicarakan masa lalu dan masa mendatang.
f. Dalam komunikasi terapeutik pengakuan harkat individu sangat diakui, sedangkan dalam
komunikasi social tidak diakui.
g. Komunikasi terapeutik terjadi antara perawat dengan pasien atau anggota tim kesehatan lainnya,
sedangkan komunikasi sosial terjadi setiap hari antar orang per orang baik dalam pergaulan maupun
lingkungan kerja.
h. Komunikasi terapeutik umumnya lebih akrab karena mempunyai tujuan, berfokus pada pasien
yang membutuhkan bantuan, sedangkan padakomunikasi sosial lebih banyak terjadi ada
pekerjaan,aktivitas sosial, dll.

. INTERAKSI PERAWAT DAN KLIEN


Menjalin hubungan yang baik (berinteraksi) antara perawat dan klien mutlak diperlukan
dalam upaya memperlancar pelaksanaan tugas baik di ruma sakit, puskesmas maupun pada
saat kunjungan rumah. Dalam pelaksanaan perawat diruangan proses hubungan interaksi
yang baik antara perawat dan klien diharapkan menyenagkan antara kedua pihak, baik
perawat maupun klien/keluarga/ masyarakat. Di mana perawat dapat mengendalikan
perasaan, konflik dan frustasi untuk menghilangkan rasa curiga dari kliennya, seingga klien
merasa diterima dengan kejujuran, pengertian serta saling mempercayai.
Sehingga dengan terjadinya proses interaksi yang baik antara perawat dengan klien, perawat
dapat melaksanaan perawatan denga sebaik-baiknya guna memenuhi kebutuhan klien.
Adapun tujuan menjalin hubungan yang baik ini untuk :
1. Memenuhi kebutuhan klien
a. Misalnya : klien minta pot/ urinal dan lain-lain.
2. Membantu klien dalam pengalaman kehidupan sehari-hari
a. Misalnya : ada klien yang mau dioperasi esok hari. Sore jam 15.00 keluarganya tak
satupun yang datang, kemudian klien minta tolong pada perawat untuk menghubungi orang
rumah.
3. Mencari tahu latar belakang klien, dirawat di ruma sakit.
a. Misalnya : ada klien masuk rumah sakit keadaan tubuhnya kurus. Dokter dan perawat
belum menemukan diagnosis penyakit dan diagnosis perawatan, hingga beberapa hari di
rumah sakit masih dalam observasi, artinya dalam peyelidikan penyakitnya. Setelah diadakan
interaksi antara perawat dan klien mulai ada keterbukaan. Ternyata klien mempunyai rencana
dan gagal untuk dilaksanakan atau telah dilaksanakan tetapi tidak berhasil, sementara rekan
atau tetangganya telah sukses/ berhasil.

Teknik Menjalin Hubungan Dengan Klien


1. Membantu klien agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan keadaan
sekelilingnya.
Kebaikan hubungan ini tergantung perawat sendiri, perawat harus dapat mengobservasi
artinya mengamati keadaan klien sampai dimana pendapat klien terhadap hubungan baik ini.
Perawat harus dapat mengevaluasi/ meniai serta merespons reaksi dan juga harus tanggap.
Kemampuan perawat terhadap hubungan ini tergantung dari pengetahuan, pengertian serta
ketrampilan dalam menjalin hubungan dengan klien. Hubungan ini lebih efektif lagi bila
perawat melibatkan dirinya dengan klien dengan menggunakan metode berkomunikasi
sebagai alat utuk membantu klien.
perawat harus dapat pula mengendalikan perasaan, konflik-konflik yang mungkin terjadi
dalam rangka mengatasi kegelisahan, ketakutan dan perasaan-perasaan yang timbul pada
klien.
2. Begitu pula perawat harus dapat mengenal keunggulan dan kelemahan klien dalam
menjalin interaksi ini.
Bila kita sudah bicara supaya perawat seolah-olah menyanjung apa yang terkandung di
dalam hati klien nanti niscaya akan dikeluarkan semua.
Menanyakan kepada klien, kenapa tidak mau menyentuh makananya, apa ada yang
sedang dipikirkannya. Mugkin pula ada suatu masalah sehingga klien tidak mau makan dan
sebagainya.
3. Sebagai konsultan, perawat harus dapat mengukur dirinya sendiri dan tanggap terhadap
keluhan-keluhan klien dan mengambil tindakan seperlunya.
Tahapan Dalam Menjalin Hubungan Timbal Balik
a. Tahap pre interaksi
b. Tahap orientasi
c. Tahap bekerja
d. Tahap akhir/ terminal

TAHAP INTERAKSI
Sebelum perawat bertemu atau berkenalan dengan klien dalam menjali hubungan timbal
balik, perawat mulai mengumpulkan informasi data dari klien melalui catatan medis dan
catatan perawat sebagai dasar untuk menentukan langkah selanjutnya. Begitu pula perawat
harus mempunyai rasa empati, artinya perawat melibatkan diri atau mampu menempatkan
diri pada situasi klien.
Misalnya ada ttetangga perawat masuk ruma sakit akibat kecelakaan lalu lintas, klien tidak
sadar, sdangkan keluarganya belum ada yang tahu. Lalu perawat memberi kabar keluarga
klien dengan rasa terharu, bahwa salah satu kleluarganya sekarangdi rumah sakit akibat
kecelakaan lalu lintas.
Dari contoh tersebut perawat telah mempunyai rasa empati. Dan tingkatan-tingkatan empati
itu sendiri ada 4 (empat) tingkatan :
1. Identifikasi : di mana perawat harus memahami situasi dan peasaan klien. Misalnya : ada
seorang ibu menangis tersedu-sedu akibat anaknya yang pa;ing disayangi meninggal dunia.
Bagaimana perasaan ibu yang ditinggal anaknya yang disayangi itu merupakan identifikasi.
2. Penggabungan : pengalaman orang lain dimasukkan sebagai input perawat supaya
mereka mengerti.
3. Pembalikan : perawat mengalami interaksi diantara perasaan-perasaannya sendiri
didasarkan atas pengalaman-pengalaman yang lampau. Misalnya : tempat tidur yang dipakai
klien meninggal dunia itu adalah bekas tempat tidur yang dipakai bapak 1 tahun yang lalu
juga meninggal dunia.
4. Pemisahan : perawat kembali pada identitas dirinya. Misalnya : ada ibu menangis akibat
anaknya meninggal dunia. Disini perawat tidak boleh ikut menangis, tetapi perawat
membantu.

TAHAP ORIENTASI
Dalam tahap ini mulai perkenalan antara perawat dengan klien, saling mengutarakan identitas
(perawat cukup menyebutkan namanya), nama klien, agama, pekerjaan, alamat dan lain-lain.
Dan perawat mulai mencatat informasi dari klien latar belakang timbulnya stres. Untuk
mencapai agar tujuan ini berhasil, perlu dibicarakan antara perawat dan klien hingga ada
persesusaian pendapat. Pada masa ini dapat juga klien merasa cemas, takut, oleh karena itu
perawat perlu berusaha lebih intim supaya proses ini dapat berhasil.
Misalnya : ada klien baru datang dengan suhu badan
Kemudian dalam anamnese ini (tahap orientasi) kesempatan untuk berunding memerlukan
lokasi/ tempat tersendiri. Aa-apa yang akan dibicarakan dan lamanya pertemuan, tidak terlalu
lama tetapi sesuai dengan kebutuhan dan sura tidak keras tapi perlahan, supaya orang lain
tidak mendengar.
Misalnya : ada klien dengan diagnosis kencing manis (diabetes millitus). Pwnjwlasan yang
dapat diberikan perawat kepada klien antara lain :
Bagaimana cara pemeriksaan kencing/ urine
Bagaimana cara diet/ makan
Tubuh jangan sampai luka dan lain-lain
Maksud perawat memberikan penjelasan tersebut supaya klien bisa pulang dari rumah sakit
dan dapat merawat dirinya sendiri.

TAHAPAN KERJA ATAU PEMELIHARAAN


Dalam tahap ini hubungan perawat degan klien mungkin terasa menyenangkan, karena
mendapat kemajuan-kemajuan, mereka saling mengetahui kemampuan masing-masing,
walaupun demikian mungkin juga mengalami ketegangan, antara lain emosi, frustasi, takut
dan sebagainya.
Misalnya : ada klien ganteng, siswa perawat putri sedang membereskan tempat tidur
sendirian dan hanya berdua dengan klien. Klien tadi sebetulny ada rasa tertarik dengan siswa
perawat tersebut. Dan perawat yang lain mengetahui bahwa klien tadi menaruh hati/
mencintinya. Kelanjutannya siswa perawat putri dimarahi oleh seniornya. Latar belakang
sebetulnya mereka tertarik antara satu dengan yang lain.
Sebetulnya perawat dengan klien harus dapat bekrja sama dalam memecahkan maslah yang
dihadapi klien. Bila tidak demikian perilaku klien akan kembali seperti semula. Perawat harus
dapt mengendalikan emosinya, dapat mengkoreksi diri sendiri akan fungsi dan tugas yang
diembannya. Dan yang lebih penting adalah pernyataan terbuka kepada klien yang
mengetahui perubahan tingkah laku.
Pada tahap ini betul-betul kedua belah pihak mentaati, masing-masing pihak akan mencoba
mengubah perilaku. misalnya tidak hadirnya slah seorang dari pertemuan yang telah
direncanakan, dalam hal ini akan kehilangan kepercayaan pihak lain. Karena dasar hubungan
baik ini. Perasan-perasaan yang bersifat emosional biasanya timbul pada hubungan baik ini,
pertolongan perawat yang mencakup dalam mengatasi kemarahan klien yaitu bertugas
mencari latar belakang mengapa klien timbul perubahan tingkah laku demikian.
Misalnya : seorang klien didiagnosis menderita kanker ganas. Marah-marah kepada perawat,
lalu perawat membalas marah bahkan membentak kepada klien, hal demikain adalah tindakan
tidak benar. Karena tindakan perawat demikan bukan hanya menyimpang dari etika perawat
tetapi juga menyalahi dan keluar dari fungsi dan tugasnya semula yang bergerak pada posisi
kemanusiaan.
Contoh lain : ada klien narapidana dengan diagnosis fracture femur duplex. Perawat
merapikan tempat tidur mungkin kurang menghargai klien. Ternyata klien marah dan
membentak perawat. Menghadapi situasi demikian seharusnya perawat mengkoreksi diri.

TAHAP TERMINAL AAU TAHAP AKHIR


Bila perawat dengan klien sudah akrab dan saling mempercayai satu sama lain dengan
terang-terangan, akhir dari pertemuan ini akan mencapai kepuasan, artinya perawat puas
karena berhasil dalam merawatnya, dan klien puas karena sembuh. Bisa juga kemarahan yang
mungkin mengakhiri pertemuan hubungan ini, karena perawat kurang tanggap terhadap
respon dari klien sehingga akhir jalinan hubungan ini klien marah kepada perawat yang
dipandang sebagai sok mencampuri urusan pribadi. Kemarahan perawat akan dialihkan
kepada keadaan lingkungan sedangkan kemarahan klien akan diarahkan kepada siapa saja
yang merawat. Dan ada juga klien akan pulang membelikan oleh-oleh untuk diberikan
kepada perawat. Perawat harus hati-hati dalam hal ini. Sebaiknya kedua belah pihak supaya
dapat menentukan sikap yang terbaik.

Faktor-faktor Penunjang Dalam Interaksi antara Perawat dengan Klien


a. adanya pengertian klien tentang perawatan. Dalam hal ini dikaitkan dengan fungsi dan
tugas perawat.
Fungsi Perawat
Melaksanakan perawatan pada klien dengan masalah sakit akut, kronis dan pertolongan
pertama pada keadaan gawat darurat.
Tugas Perawat
1. membantu kllien mengatasi masalah sakit akut
2. membantu kllien dalam mengatasi masalah sakit kronis
3. memberikan pertolongan pertama kepada klien dalam keadaan gawat darurat.
Selain tersebut diatas perawat juga sebagai :
1. pelaksana perawatan, perawat mempu menaggulangi masalah-masalah klien
2. pendidik, perawat harus dapat berperan mendidik klien
3. administrator, perawat harus dapat mengatur dalam timnya, perencanaan, pelaksanaan
dan penilaian dalam pekerjaannya
4. inovator, perawat sebagai pembaharu kreativitas (mempunyai daya cipta), inisiatif dan
cepat tanggap terhadap lingkungan berdasarkan kebutuhan.
5. sebagai anggota masyarakat, yang tinggal dan hidup di tengah-tengah masyarakat, ia
wajib mengikuti norma-norma masyarakat sehingga dalam kehidupan sehari-hari dalam
menunaikan tugasnya menjadi contoh yang baik.

b. adanya tenaga perawatan dalam masyarakat, yaitu dengan tenaga CHN (comunity health
nursing)
Tugas Perawat Kesehatan di Puskesmas
1. mengenal kebutuhan kesehatan masyarakat memberi motivasi, untuk ikut menanggulangi
masalah yang ada di masyarakat.
2. memberi penyuluhan kesehatan dan pengembangan masyarakat mengintegrasikan ke
dalam berbagai kegiatan.
a. Diskusi kelompok tentang persalinan, perawatan bayi baru lahir, gizi dan lain-lain
b. Pemeriksaan kesehatan anak. Kunjungan rumah : penyuluhan dan nasihat individu,
keluarga, masyarakat. Peningkatan gizi : penyuluhan gizi kepada ibu-ibu serta domonstrasi
cara memasaknya.
c. Latihan tenaga sukarela dan dukun terlatih.
3. Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluwarga Berencana (KB) :perawatan Ibu
hamil, meliputi :
a. Mengirim kasus persalinan yang mengalami kelainan/ kesulitan
b. Diskusi kelompok perawatan ibu hamil
c. Pemeriksaan catatan harian tentang pemeriksaan ibu hamil
4. Perawatan anak :
a. Mencatat semua bayi baru lahir di daeah kerjanya
b. Memeriksa bayi dan anak di KIA
c. Immunisasi dasar dan ulangan
d. Mengobati penyakit ringan
e. mengenal gejala-gejala dari melnutrition serta penanggulanganya
f. memberikan makanan tambahan
5. Pelayanan persalinan
6. pengobatan penyakit menular
7. kunjungan rumah dan pembinaan keluarga
8. catatan dan administrasi di daerah kerja

c. Peranan perawat ebagai konsultan


Di masyarakat sering timbul masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Masyarakat
belum mampu mengatasi masalah tersebut sehingga peran perawat penting yaitu sebagai
penasihat kesehatan.

Faktor-faktor Penghambat Interaksi antara Perawat dengan Klien


a. Tingkah laku Perawat
Di rumah sakit pemerintah maupun swasta, perawat memegang peran penting; tingkah
laku; gerak gerik perawat selalu dinilai masyarakat. Bahkan sering juga surat kabar memuat
berita-berita tentang perawat rumah sakit.....bertindak yang tidak sebenarnya. Dipandang oleh
klien perawat judes, jahat dan sebagainya.
Cotoh : seorang perawat memasang infus atau memberikan suntikan kepada klien, lantas
perawat tersebut meminta uang kepada keluarga klien dengan berbagai alasan padahal obat
maupun cairan infus tersebut sudah dibayar oleh klien maupun apotik. Kejadian yang
demikian ini sebenarnya tidak boleh terjadi.
b. Perawat yang Berorientasi Rumah Sakit
Pelaksaan perawatan difokuskan pada penyakit yang diderita oleh klien semata,
sedangkan psikososial kurang mendapat perhatian, tujuan pelaksanaan perawatan yang
sebenarnya yaitu manusia seutuhnya yang meliputi bio, psiko dan sosial.
Bio : kebutuhan dasar, makan minum, oksigen dan perkembangan keturunan.
Psioko : jiwa, perawat supaya turut memantu memecahkan masalah yang ada
hubungannya dengan jiwa.
Sosial : perawat juga mengetahui kebiasaan-kebiasaan, adat-istiadat dari klien didalam
masyarakat
c. perawat kurang tanggap terhadap kebutuhan, keluhan-keluhan, serta kurang
memperhatikan apa yang dirasakan oleh klien sehingga menghambat hubungan baik.

Penjelasan Perawat Klien Baru Datang


Yang perlu dijelaskan oleh perawat kepada klien yang baru datang adalah meliputi :
1. peraturan-peraturan rumah sakit
2. peraturan jam berkunjung
3. peraturan makan sehari 3 kali
4. makan yang perlu dimakan (dietnya)atau bila ada keluarga yang membaea makanan
sendiri
5. bel di meja bila keperluan memanggil perawat
6. jam berkunjung dokter
7. bagi klien yang bisa jalan, perlu diberi tahu tempat kamar mandi, wc dan sebagainya
8. waktu jam mandi
9. memperkenalkan teman klien sekamar(klien di bed sebelahnya)

Read more: http://perawatmasadepanku.blogspot.com/2012/10/proses-interaksi-sosial-dalam-


komunikasi.html#ixzz2VFMvtwVD

Kamis, 19 Mei 2011


INTERAKSI SOSIAL

Pengertian

Menurut Bonner (2004:3) Interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua orang atau
lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi
individu lain atau sebaliknya.

Menurut S.S. Sargent, Social interation is to consider social behavior always within a group
frame work, as related to group structure and function (Santosa, 2004:11) yang artinya
tingkah laku sosial individu dipandang sebagai akibat adanya struktur dan fungsi kelompok.

Menurut Walgito, interaksi social adalah hubungan antar individu satu dan individu lain,
individu satu dapat mempengaruhi yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat hubungan yang
saling timbal balik.

Reinforcing dalam interaksi social.

Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa dalam interaksi social adalah adanya transaksi
transaksi dalam mencapai hubungan timbal balik, dengan harapan sebgaimana tujuan yang
diharapkan mampu diserap dan diaplikasikan sebagai sesuatu yang perlu diterima dan
dijalankan. Untuk itu perlu dorongan agar proses proses tersebut dapat berjalan antara lain:

- Hubungan saling percaya

Hubungan saling percaya diawali dengan saling mengenal diantara keduanya. Dalam
proses hubungan saling percaya ini perlu saling menjaga privacy agar yang didiskusikan
menjadi terbuka dan tidak saling menutupi. Dlm proses keperawatan hubungan saling
percaya menjadi kunci keberhasilan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan,
sehingga data menjadi valid dan perawatan menjadi akurat. Hubungan saling percaya
ditidak lanjuti dengan hubungan timbale balik yang saling menguntungkan. Keuntungan
menjalin hubungan saling percaya:

Mempunyai potensi untuk saling tergantung pada orang yang dipercayai dan orang
yang mempercayai.

Menumbuhkan harapan dan mempererat hubungan antar manusia.

Seseorang menjadi lebih kooperatif.

Menghilangkan perasaan curiga diantara sesame.

Mentolerir kesalahan minimal karena dianggap memiliki kemampuan lebih


dibandingkan dirinya.

Dengan dalih koneksi, seseorang lebih mempercayainya walaupun yang dikatakan


belum tentu benar.

Cara menumbuhkan hubungan saling percaya:


Jujur, ikhlas, bersungguh sungguh, sabar, Tekun, sikap menerima, empati.

- Suportif

Ada perasaan untuk melindungi diri saat menyampaikan masalah kepada orang lain. Bukan
berarti ada upaya untuk menarik diri akan tetapi upaya untuk melindungi diri dari konsep diri.
Sikap suportif merupakan sikap sikap dimana seseorang berusaha menerima pesan orang lain
dengan mengedepankan hubungan saling menghargai. Beberapa cara untuk mengedepankan
seseorang bersikap suportif a.l:

Menjelaskan tentang perasaan dan persepsi seseorang tanpa ada unsure


penilaian.

Bekerja sama untuk memecahkan permasalahan bersama.

Berespon secara langsung, jujur dan bebas dari motif yang tersembunyi.

Memahami orang lain, tidak emosional dan menempatkan diri secara imajinatif
pada posisi orang lain.

Ada pengakuan persamaan, tidak membedakan sehingga satu sama lain saling
membuka saluran komunikasi.

Bersedia meninjau kembali pendapat orang lain sehingga timbul kesadaran


bahwa manusia tidak ada yang sempurna.

Bentuk Interaksi Sosial


Ada empat bentuk interaksi social: kerjasama, persaingan, pertentangan dan akomodasi.

- Kerjasama

Menurut Sunaryo (2004) mengatakan kerjasama adalah suatu usaha bersama antar orang
perorang ataupun kelompok untuk mencapai satu atau beberapa tujuan yang sama. Syarat
utama kerjasama adalah setiap komponen yang terlibat mengetahui tujuan dan tindakan yang
akan dilaksanakan dan tidak memerlukan komando, akan tetapi tetap dalam konteks saling
berhubungan dan bekerjasama dengan meminimalkan resiko atau kesalahan.

- Persaingan

Suatu proses social dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari
keuntungan melalui bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian
umum dengan cara menarik perhatian public atau mempertajam prasangka yang telah ada.

- Pertentangan atau pertikaian.

Suatu proses social dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya
dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan.
Biasanya terdapat unsure paksaan.

- Akomodasi

Upaya menyeimbangkan suatu perbedaan dalam rangka menciptakan stabilitas internal


melalui kesepakatan dan negoisasi dengan jalan musyawarah untuk mufakat tanpa kehilangan
kepribadian sesama anggota kelompok.

Jenis Interaksi social.

1. Interaksi antara individu dan individu.

Terjadi saat dua individu bertemu, walaupun bisa juga pertemuan tersebut tanpa tindakan apa
apa. Disini yang penting individu sadar bahwa ada pihak lain yang menimbulkan perubahan
pada diri individu tersebut, yang dimungkinkankan oleh factor factor tersebut.

2. Interaksi antara individu dan kelompok.

Interaksi ini berbeda beda sesuia dengan keadaan. Interaksi jenis ini mencolok apabila
terjadi benturan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok. Contoh:
perawat menjelaskan kondisi pasien kepada keluarga pasien.

3. Interaksi antara kelompok dengan kelompok.

Interaksi antara tim olah raga.

Factor yang mendasari terjadinya interaksi social.

- Imitasi
Proses belajar denga cara meniru atau mengikuti perilaku orang lain.

Imitasi positif: imitasi yang mendorong individu untuk mematuhi kaidah atau nilai dan norma
yang berlaku.

Imitasi negative: imitasi yang mendorong individu untuk mencontoh perilaku yang
melanggar kaidah atau nilai dan norma yang berlaku.

- Sugesti

Cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan
cara tertentu sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh tersebut tanpa berpikir
panjang. Sugesti akan berhasil bila yang melakukan adalah orang yang terpandang, dipercaya
atau memiliki tipe otoriter.

- Identifikasi.

Kecenderungan individu untuk mejadi sama dengan orang lain.

- Simpati

Perasaan tertarik yang timbul pada diri seseorang dan membuatnya merasa seolah olah dalam
keadaan yang lain. Dapat dikatakan sebagai suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada
perasaan pihak lain tanpa logika.

Anda mungkin juga menyukai