ASIDI ALKALIMETRI
1. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah sebagai sebagai berikut:
1.1 melakukan prosedur standarisasi larutan-larutan standar sekunder sebelum
analisis
1.2 menentukan kadar asam asetat dalam sampel asam asetat glasial maupun sampel
cuka perdagangan
1.3 membuat larutan standar HCl dari HCl pekat dan larutan standar NaOH, serta
pengenceran larutan dan menerapkan larutan standar dalam analisis kuantitatif,
1.4 menentukan kadar natrium karbonat dalam suatu senyawa campuran,
1.5 menentukan kadar natrium hidrogen karbonat dalam suatu senyawa campuran,
dan
1.6 menentukan pilihan indikator dalam analisis campuran memahami reaksi asidi-
alkalimetri
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
2.1 Bagaimana melakukan prosedur standarisasi larutan-larutan standar sekunder?
2.2 Bagaimana menentukan kadar asam asetat dalam sampel asam asetat glasial
maupun sampel cuka perdagangan?
2.3 Bagaimana membuat larutan standar HCl dari HCl pekat dan larutan standar
NaOH, serta pengenceran larutan dan menerapkan larutan standar dalam
analisis kuantitatif?
2.4 Bagaimana menentukan kadar natrium karbonat dalam suatu senyawa campuran?
2.5 Bagaimana menentukan kadar natrium hidrogen karbonat dalam suatu senyawa
campuran?
2.6 Bagaimana menentukan pilihan indikator dalam analisis campuran memahami
reaksi asidi-alkalimetri?
3. Kajian Pustaka
Titrasi asam-basa sering disebut asidi-alkalimetri, yaitu titrasi yang menyangkut reaksi
dengan asam atau basa, diantaranya asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dengan basa
lemah, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan garam dari asam lemah, dan basa
kuat dengan garam dari basa lemah (Meyliana W, 2012).
Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Menurut
W. Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau
dalam bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang
berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada konsentrasi
H+ tertentu atau pada pH tertentu (W, Charles.1991)
Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH larutan
selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di sekitar titik ekuivalen
karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan titrasi sekecil-
kecilnya. Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan
air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentuknya zat baru yang disebut garam
yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya. Karena hasil reaksinya adalah air yang
memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu
disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan. Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus
ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen
adalah keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk
menentukan titik ekivalen pada reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa.
Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik
ekivalen. Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi
pada saat titik ekivalen (Raymon, Chang. 2004).
Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam atau
basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-basa.
Titrasi adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan
menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Bila titrasi menyangkut titrasi
asam-basa maka disebut dengan titrasi asidi-alkalimetri (Phiins. 2010).
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan
umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik
akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan dengan
memilih indiator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana
titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indiator disebut sebagai titik akhir
titrasi (Raymon, Chang. 2004).
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna yang
biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator. Indikator
yang digunakan pada titrasi asam basa adalah asam lemah atau basa lemah. Asam lemah dan
basa lemah ini umumnya senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang
mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator yang
ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit mungkin, sehingga indikator
tidak mempengaruhi pH larutan dengan demikian jumlah titran yang diperlukan untuk terjadi
perubahan warna juga seminimal mungkin (Jimmy, Ahyari. 2008)
4.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum asidi alkalimetri ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Bahan Praktikum Asidi Alkalimetri
No. Nama Bahan Rumus Kimia Bentuk (Wujud)
1 Aquadest H2O Cair
2 Asam Oksalat Dehidrat C2H2O4 .2 H2O Padat
3 Brom Fenolftalein Padat
4 Cuka CH3COOH Cair
5 Hidrogen Klorida HCl Padar
6 Indikator Fenolftalein PP Cair (Tidak
berwana-Merah)
7 Indikator Metil Jingga MJ
8 Indikator Metil Merah MM Cair (Merah-
Kuning)
9 Natrium Hidrogen NaHCO3 Padat
Karbonat
10 Natrium Hidroksida NaOH Padat
11 Natrium Karbonat Na2CO3 Padat
5. Prosedur Kerja
5.1 Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka
5.1.1 Buat dengan teliti larutan NaOH 0,1 N sebanyak 250 mL.
5.1.2 Timbang dengan teliti asam oksalat dehidrat sebanyak yang
diperlukan untuk mendapatkan larutan asam oksalat 0,1 N sebanyak
100 mL.
5.1.3 Timbang dengan teliti 5 gram sampel cuka yang dijual di pasaran
bebas dalam gelas kimia 100 mL. Tambahkan air bebas mineral
(aquadest), pindahkan kuantitatif ke labu takar 250 mL, encerkan
sampai tanda batas.
5.1.4 Pipet 25 mL larutan asam oksalat 0,1 N kedalam erlenmeyer 250 mL,
tambahkan 50 mL aquadest dan 4 tetes indikator fenolftalein. Titrasi
dengan larutan NaOH O,1 N sampai teramati perubahan warna.
Ulangi kegiatan ini dua kali.
5.1.5 Pipet 25 mL larutan sampel cuka kedalam erlenmeyer 250 mL,
tambahkan 50 mL aquadest dan 4 tetes indikator PP. Titrasi dengan
larutan NaOH 0,1 N.
5.1.6 Lakukan titrasi (kegiatan) dengan memakai indikator metil merah dan
brom fenolftalein.
6. Data Pengamatan
6.1 Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka
Pengamatan Hipotesis
25 mL larutan asam oksalat Larutan berwarna bening
0,1 N ditambahkan aquadest
Larutan tersebut ditambah 4 Larutan berubah warna menjadi
tetes indikator PP warna merah pucat
Larutan dititrasi NaOH 0,1 N Warna larutan tidak berubah warna
sebanyak 13 mL tetap berwarna merah pucat
25 mL larutan cuka + Larutan berwarna bening
aquadest 50 mL
Larutan tersebut ditambah Larutan berubah menjadi warna ungu
dengan indicator PP muda
Larutan dititrasi Larutan berubah menjadi warna ungu
denganNaOH 0,1 M 6 mL pucat
Perhitungan
Kadar asam asetat dalam cuka
= .
= 0,95 5
= 4,75
= 4750
Mol diatas merupakan mol NaHCO3 total yang berasal dari sampel dan dari hasil reaksi
sebelumnya
n NaHCO3 pers 1 = nNa2CO3 = 7.10-3 mol
n NaHCO3 sampel = n NaHCO3 total - nNaHCO3 pers 1
= 0,02 mol 0,007 mol
= 0,013 mol
M NaHCO3 = n NaHCO3 x sampel . Mr
= 0,013 mol x 84 gr/ml
=1,092 gram
%NaHCO3 = m NaHCO3 sampel/Msampel x 100%
= 1,092 gram/1,3 gram x 100%
= 84%
8. Diskusi
Pada percobaan larutan pertama yaitu larutan asam oksalat 0,1 N sebanyak 25
ml, di tambahkan 50 ml aquades dan 4 tetes indikator PP. Maka larutan menjadi
berwarna merah muda. Warna mulai menunjukkan setelah kami menambahkan
indikator PP. Setelah dititrasi dengan NaOH 0,1 N ,larutan berubah warna menjadi
merah muda keunguan. Larutan yang kedua, yaitu larutan cuka sebanyak 25 ml
ditambah aquades 50 ml dan 4 tetes indikator PP, sehingga larutan berwarna merah
muda. Setelah itu, dititrasi dengan NaOH 0,1 N ,larutan berubah warna menjadi
merah muda keunguan. Volume NaOH yang terpakai sebanyak 8 ml. Larutan yang
pertama dan yang kedua menghasilkan hasil yang sama. Akan tetapi pada saat kami
menggunakan indikator yang berbeda. Indikatornya kami ganti dengan metil merah,
ternyata hasilnya berbeda larutan tidak mengalami perubahan warna atau larutan
tetap berwarna kuning.
Untuk praktikum penentuan kadar natrium karbonat praktikan kesulitan
mendapatkan bahan dan alat, maka praktikan berinisiatif meminta data dari
kelompok lain.
9. Kesimpulan
Dari praktikum kali ini kami dapat simpulkan antara lain:
= 4,04 %