OLEH
dr. Ni Putu Sasmita Lestari
PEMBIMBING
dr. Mei Ira Ikayanti
MINI PROJECT
Mengetahui,
Peserta Pendamping
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada
dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi
pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah
dalam satu hari juga berbeda paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah
pada saat tidur malam hari
Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas yang tidak dapat terkontrol (seperti
keturunan, jenis kelamin, dan umur) dan yang dapat dikontrol (seperti kegemukan,
kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam). Penderita hipertensi
yang sangat heterogen membuktikan bahwa penyakit ini bagaikan mosaik, diderita
oleh orang banyak yang datang dari berbagai subkelompok berisiko di dalam
masyarakat. Hal tersebut juga berarti bahwa hipertensi dipengaruhi oleh faktor resiko
ganda, baik yang bersifat endogen seperti neurotransmitter, hormon dan genetik,
maupun yang bersifat eksogen seperti rokok, nutrisi dan stressor
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi
usia lanjut (lansia), maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga
akan bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun diastolik sering timbul pada
lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun
Bagi para penderita tekanan darah tinggi, penting mengenal hipertensi dengan
membuat perubahan gaya hidup positif. Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan
pola makan yang baik dan aktivita fisik yang cukup
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama) di dalam
arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang
abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat
diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.1
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada
saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis
miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan
puluh. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140
mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada
tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Pada hipertensi
sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik
kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal.1,2
II. KLASIFIKASI
The Seventh Report of the Joint National Committee on the Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (JNC7) mengklasifikasikan tekanan darah pada orang
dewasa (usia > 18 th) didasarkan pada rata-rata 2 atau lebih tekanan darah yang diukur secara
tepat dari 2 kali atau lebih pengukuran di klinik. Prehipertensi tidak dianggap sebagai
kategori penyakit tetapi mengidentifikasi pasien-pasien yang tekanan darahnya cendrung
meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang. Ada dua tingkat (stage)
hipertensi dan semua pasien pada kategori ini harus diberi terapi obat. JNC7
mengklasifikasikan tekanan darah dalam 4 kategori yaitu tekanan darah normal, pre
hipertensi, hipertensi grade 1, dan hipertensi grade 2.3
Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah
yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau telah terjadinya kelainan
organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah >180/120 mmHg; dikategotikan sebagai
hipertensi emergensi atau hipertensi urgensi. Pada hipertensi emergensi tekanan darah
meningkat ekstrim disertai dengan kerusakan organ target akut yang bersifat progresif,
sehingga tekanan darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit jam) untuk
mencegah kerusakan organ target lebih lanjut. Contoh gangguan organ target akut:
encephalopathy, pendarahan intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai edema paru,
dissecting aortic aneurysm, angina pectoris tidak stabil, dan eklampsia atau hipertensi berat
selama kehamilan.2,4
Hipertensi urgensi adalah tingginya tekanan darah tanpa disertai kerusakan organ target
yang progresif. Tekanan darah diturunkan dengan obat antihipertensi oral ke nilai tekanan
darah pada tingkat 1 dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari.2,4
III. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :1-4,7
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui. Pada
sekitar 5 - 10 % penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar
1 - 2 %, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya
penyakit kelenjar adrenal / hiperaldosteronisme, penggunaan pil KB).
Penyebab Contoh
Penyakit Ginjal 1. Stenosis arterirenalis
2. Pielonefritis
3. Glomerulonefritis
4. Tumor-tumor ginjal
5. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
6. Trauma ginjal (luka yang mengenai ginjal)
7. Terapipenyinaran yang mengenaiginjal
Kelainan Hormonal 1. Hiperaldosteronisme
2. Sindroma Cushing
3. Feokromositoma
Obat-obatan 1. Pil KB
2. Kortikosteroid
3. Siklosporin
4. Eritropoietin
5. Kokain
6. Penyalahgunaan alkohol
7. Kayumanis (dalam jumlah sangat besar)
Penyebab lainnya 1. Koartasio aorta
2. Preeklamsia
3. Porfiriaintermiten akut
4. Keracunan timbal akut
.
IV. MEKANISME TERJADINYA HIPERTENSI
1. Mekanisme Humoral
Mekanisme humoral meliputi abnormalitas Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
(SRAA), hormone natriuretik, dan hiperinsulinemia.1,2
Abnormalitas SRAA
SRAA adalah sistem endogen kompleks yang telibat pada hampir sebagian besar
komponen tekanan darah arterial. Aktivasi dan regulasi SRAA diperintah oleh ginjal. SRAA
mengatur natrium, kalium, dan keseimbangan cairan. Untuk itu sistem ini secara signifikan
mempengaruhi tonus vaskuler dan aktivitas sistem saraf simpatik serta paling berpengaruh
terhadap pengaturan homeostatis tekanan darah. Secara ringkas mekanisme hipertensi karena
gangguan SRAA dapat dilihat di gambar.2,5
Renin adalah enzim yang disimpan di dalam sel juxtaglomerular yang berada di
arteriol aferen ginjal. Pelepasan renin dimodulasi oleh faktor intrarenal (seperti angiotensin
II, katekolamin, dan tekanan perfusi ginjal), dan juga faktor ekstrarenal (seperti natrium,
klorida, dan kalium).2,4
Sel juxtaglomerular berfungsi sebagai alat sensor, dimana pada penurunan tekanan ateri
ginjal dan aliran darah ginjal dapat dikenali oleh sel ini, dan kemudian menstimulasi
pelepasan renin. Begitu juga dengan peristiwa menurunnya kadar natrium dan klorida yang
ditranspor ke tubulus distal, peningkatan katekolamin, serta penurunan kalium dan/atau
kalsium intrasel dapat memicu sel juxtaglomerular untuk melepaskan renin. Renin
mengkatalisis perubahan angiotensinogen menjadi angiotensin I di dalam darah. Angiotensin
I akan diubah menjadi angiotensin oleh angiotensin converting enzyme (ACE). Setelah
berikatan dengan reseptor spesifik (yang diklasifikasikan sebagai subtipe AT1 dan AT2),
angiotensin II menyebabkan respon biologis pada beberapa jaringan. Reseptor AT1 terletak di
ginjal, otak, miokardium, pembuluh darah perifer, dan kelenjar adrenal. Reseptor ini
memediasi sebagian besar respon penting bagi fungsi ginjal maupun kardiovaskuler,
sementara reseptor AT2 tidak mempengaruhi pengaturan tekanan darah. 2,4
Sirkulasi Angiotensin II dapat meningkatkan tekanan darah melalui efek pressor dan
volume. Efek pressor termasuk diantaranya adalah vasokonstriksi langsung, stimulasi
pelepasan katekolamin dari medulla adrenal, dan peningkatan aktivitas saraf simpatik yang
diperantarai oleh saraf pusat. Angiotensin II juga menstimulasi sintesis aldosteron dari
korteks adrenal yang menyebabkan reabsorpsi air dan natrium yang mengakibatkan
peningkatan volume plasma, tahanan perifer total, dan tentu saja tekanan darah. 2,4,6
Hormon Natriuretik
2. Pengaturan Neuronal
Sisem saraf pusat dan otonom terlibat banyak dalam pengaturan tekanan darah arteri.
Sejumlah reseptor baik yang meningkatkan atau menghambat pelepasan norepinefrin berada
di permukaan presinaps ujung syaraf simpatis. Reseptor presinaps dan berperan dalam
umpan balik negatif dan positif pada vesikel yang mengandung norepinefrin yang berada di
dekat ujung neuronal. Stimulasi reseptor (2) presinaps menyebabkan penghambatan
negatif pada pelepasan norepinefrin. Stimulasi reseptor presinaps menstimulasi pelepasan
norepinefrin.
Serat saraf simpatis berada pada permukaan sel efektor yang menginervasi reseptor
dan , stimulasi reseptor (1) postsinaptik pada arteriol dan venule menyebabkan
vasokontriksi. Terdapat dua postsinaptik reseptor , yaitu 1 dan 2, keduanya berada di
semua jaringan yang di inervasi oleh sistem saraf simpatis. Stimulasi reseptor 1 pada jantung
menyebabkan peningkatan cardiac output dan kontraktilitas. Sementara itu, stimulasi reseptor
2 pada arteriol dan venula menyebabkan vasodilatsi.
Sistem refleks baroreseptor adalah mekanisme umpan balik negatif yang mengontrol
aktivitas simpatis. Baroreseptor adalah ujung saraf yang berada di dinding arteri besar,
khususnya arteri karotid dan arkus aortik. Perubahan tekanan arteri dengan cepat
mengaktivasi baroreseptor, yang mentransmisikan impuls ke batang otak melalui saraf kranial
pertama dan nervus vagus. Pada sistem refleks, penurunan tekanan darah arteri menstimulasi
baroreseptor, menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan cardiac output dan memacu
kontraksi jantung.
Mekanisme reflek baroreseptor ini bisa mengalami kemunduran pada lansia dan pada
penderita diabetes. Tujuan mekanisme neuronal ini adalah untuk mengatur tekanan darah dan
menjaga homeostasis. Gangguan patologis pada salah satu dari empat komponen utama (serat
saraf otonom, reseptor adrenergik, baroreseptor, atau sistem saraf pusat) dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah secara kronis. Defek pada salah satu komponen juga akan
mengubah fungsi normal yang lainnya dan sekumpulan abnormalitas tersebut bisa
menjelaskan perkembangan hipertensi primer. 2,4,6
V. PENGOBATAN
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu pengobatan non
farmakologik dan pengobatan farmakologik.8,10
Algoritma penanganan hipertensi bila tekanan darah belum mencapai target yang
diinginkan (diadaptasi dari JNC7).
2.1.1Definisi lansia
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupanmanusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai
dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamia, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannyayaitu anak,
dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologi maupun psikologi. Memasuki
usia tua berarti mengalami kemunduran, contohnya kemunduran fisik yang ditandai dengan
kulit yang mengendur, rambutmemutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semangkin memburuk, gerakan lambat, dan figure tubuh yang tidak proposional.
WHO dan Undang-Undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab
1 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua.
Dalam Buku Ajar Geriatri, Prof.Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi
Martono(1994) mengatakan bahwa menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Dari pernyataan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia secara perlahan memgalami kemunduran struktur
dan fungsi organ. Kondisi ini dapat memengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia,
termasuk kehidupan seksualnya. Proses menua merupakan proses terus menurus atau
berkelanjutan secara alami dan umumnya dialami oleh semua mahluk hidup.Misalnya,
terjadinya kehilangan pada otak, susunan saraf, dan jaringan lain, hingga tubuhmati sedikit
demi sedikti.
Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak akan sama. Ada
kalanya seseorang tergolong lanjut usia atau masih muda, tetapi telah menunjukan
kekurangan yang mencolok (deskripansi). Ada pula orang telah tergolong lanjut usia,
penampilan masih sehat, segar bugar, dan badan tegak. Walaupun demikian, harus diakui
bahwa ada berbagai penyakit yang sering dialami lanjut usia. Manusia secara lambat dan
progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menempuh semangkin
banyak penyakit degenerative (misalnya:hipertensi, arteriosklerosis,diabetes melitus, dan
kanker) yang akan menyebabkan berakhirnya hidup dengan episode terminal yang dramatis,
misalnya:stroke, inframiokard, koma asidotik, kanker metastasis, dan sebagainya