BIOPOLIMER
11.1 Pendahuluan
Pada tahun 2003, produksi buah dan sayur di Indonesia mencapai 12,5 juta
ton, tetapi 20% diantaranya rusak dikarenakan penanganan pascapanen yang
belum memadai. Angka tersebut belurn mencakup produk pangan lainnya.
Pengemasan termasuk penanganan pascapanen yang belurn dilakukan secara
profesional. Produk ekspor Indonesia juga pemah ditolak oleh negara tujuan
karena pengemasan yang kurang memadai. Produk agroindustri Indonesia yang
dipamerkan di Singapura tahun lalu hampir semua kemasannya kalah menarik
dibandingkan dengan negara-negara tetangga, yaitu Malaysia, Filipina, Vietnam
dan Thailand. Disamping itu, kemasan produk pangan yang dihasilkan para
pengusaha kecil Indonesia masih belurn profesional.
Dewasa ini Indonesia mengenal berbagai jenis bahan pengemas, dari yang
sederhana, antara lain: daun dan tanah liat sampai yang moderen, seperti:
logam/kaleng, kardus/kertas, alumunium foil, gelas dan plastik. Berbagai produk
pangan dikemas secara beragam dari bahan, bentuk sampai warna. Plastik
merupakan bahan pengemas yang paling banyak digunakan,
Akhir-akhir ini kemasan plastik menimbulkan permasalahan yang cukup
serius, diberbagai daerah di Indonesia dengan tumpukan sampah plastik yang
menggunung yang disebabkan plastik tidak mudah hancur secara alami. Hal ini
akan menimbulkan bahaya banjir dan pencemaran lingkungan lainnya. Apabila
plastik dibakar masih akan menimbulkan pencemaran karena dioksin yang
dihasilkan. Di samping itu, bahan baku pembuatan plastik adalah minyak bumi
yang cadangannya semakin berkurang dan tidak dapat diperbaharui. Dengan
demikian penggunaan bahan pengemas plastik tidak dapat lagi dipertahankan.
Selain itu terdapat kewajiban penggunaan pengemas ramah lingkungan dan
mudah dimusnahkan secara organik sejak akhir tahun 1900-an.
Berdasarkan fakta dan uraian diatas diperlukan langkah-langkah untuk
menggantikan bahan pengemas plastik dengan bahan lain yang mirip dengan
plasik dan mudah hancur secara alami serta aman untuk manusia. Pada
kesempatan ini akan diuraikan potensi bahan baku biopolimer, karakteristik
biopolimer, contoh produk dan prospek biopolimer. terdapat 50 juta ton sekam
padi per tahun, dan 13 juta ton sekam padi belum dimanfaatkan. Dengan
demikian potensi bahan baku biopolimer cukup besar.
Biopolimer merupakan berbagai komponen hasil pertanian yang diperoleh,
baik melalui proses ekstraksi, reaksi rnaupun proses mikrobiologis. Sifat spesifik
yang ditunjukkan oleh polimer tersebut adalah sifatnya yang dapat mengental,
sehingga komponen tersebut banyak digunakan sebagai stabilizer (Thickening
Agent) pada berbagai industri pangan maupun non-pangan, terutama yang
berhubungan dengan sifat tekstural, seperti pada jem dan saus, serta berbagai
bentukan produk emulsi kosmetik dan obat-obatan (J.R.Fried,2005).
Bioplastik atau yang sering disebut plastik biodegradable merupakan salah
satu jenis plastik yang hampir keseluruhannya terbuat dari bahan yang dapat
diperbaharui seperti pati, minyak nabati dan mikrobiota. Bioplastik merupakan
bahan alternatif untuk menggantikan plastik kemasan konvensional agar tidak
mencemari lingkungan. Bioplastik dibuat dengan polimer alam sebagai bahan
utama sehingga mudah dicerna oleh mikroorganisme. Bahan baku terbarukan
dapat diterapkan dalam perfekstif pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini
merupakan salah satu alasan mengapa komponen bahan baku terbarukan tersebut
sebagai polimer biodegradable dapat dianggap sebagai alternatif mengurangi dari
dampak plastik terhadap lingkungan. Selain itu kekhawatiran ekologi telah
mengakibatkan kembalinya minat dalam menggunakan bahan baku terbarukan
berbasis sumber produk (Averous, 2008).
Biodegradasi plastik dapat dicapai dengan memanfaatkan mikroba di
lingkungan untuk memetabolisme struktur molekul film plastik dan menguraikan
bahan dari plastik tersebut. Bioplastik berdasarkan dari bahan baku dibagi menjadi
dua, yaitu bahan baku dari petrokimia (non-renewable) dengan bahan aditif dari
senyawa bio-aktif yang bersifat biodegradable, dan bahan baku dari sumber daya
alam terbarukan (renewable resources) seperti dari bahan tanaman pati dan
selulosa serta hewan seperti cangkang atau mikroorganisme yang dimanfaatkan
untuk mengakumulasi plastik yang berasal dari sumber tertentu seperti lumpur
aktif atau limbah cair yang kaya akan bahan- bahan organik sebagai sumber
makanan bagi mikroorganisme tersebut (Averous, 2008).
Polimer biodegradable dibagi menjadi dalam dua kelompok utama dan
empat keluarga yang berbeda. Kelompok-kelompok utama adalah (i) agro -
polimer (polisakarida , protein) dan (ii) biopolyesters (poliester biodegradable)
seperti polylactic acid (PLA) , polyhydroxy alkanoate (PHA) , dan kopoliester
aromatik dan alifatik. Klarifikasi polimer biodegradabel dapat dilihat pada
Gambar 11.1. Bioplastik dikelompokkan menjadi dua kelompok dan empat
keluarga berbeda. Kelompok utama adalah: (1) agro-polimer yang terdiri dari
polisakarida, protein dan sebagainya; dan (2) biopoliester (biodegradable
polyesters) seperti poli asam laktat (PLA), polyhydroxyalkanoate (PHA), aromatik
dan alifatik co-poliester. Agro-polimer adalah produk-produk biomassa yang
diperoleh dari bahan-bahan pertanian, seperti polisakarida, protein dan lemak.
Polimer biodegradabel
Lainnya :
Pektin
Kitosan/
kitin
Gums
11.5 Penutup
Biopolimer merupakan berbagai komponen hasil pertanian yang diperoleh,
baik melalui proses ekstraksi, reaksi rnaupun proses mikrobiologis. Sifat spesifik
yang ditunjukkan oleh polimer tersebut adalah sifatnya yang dapat mengental,
sehingga komponen tersebut banyak digunakan sebagai stabilizer (Thickening
Agent) pada berbagai industri pangan maupun non-pangan, terutama yang
berhubungan dengan sifat tekstural, seperti pada jem dan saus, serta berbagai
bentukan produk emulsi kosmetik dan obat-obatan.
Bioplastik atau yang sering disebut plastik biodegradable merupakan salah
satu jenis plastik yang hampir keseluruhannya terbuat dari bahan yang dapat
diperbaharui seperti pati, minyak nabati dan mikrobiota. Bioplastik merupakan
bahan alternatif untuk menggantikan plastik kemasan konvensional agar tidak
mencemari lingkungan. Bioplastik dibuat dengan polimer alam sebagai bahan
utama sehingga mudah dicerna oleh mikroorganisme. Bahan baku terbarukan
dapat diterapkan dalam perfekstif pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini
merupakan salah satu alasan mengapa komponen bahan baku terbarukan tersebut
sebagai polimer biodegradable dapat dianggap sebagai alternatif mengurangi dari
dampak plastik terhadap lingkungan. Selain itu kekhawatiran ekologi telah
mengakibatkan kembalinya minat dalam menggunakan bahan baku terbarukan
berbasis sumber produk.
Biodegradasi plastik dapat dicapai dengan memanfaatkan mikroba di
lingkungan untuk memetabolisme struktur molekul film plastik dan menguraikan
bahan dari plastik tersebut. Bioplastik berdasarkan dari bahan baku dibagi menjadi
dua, yaitu bahan baku dari petrokimia (non-renewable) dengan bahan aditif dari
senyawa bio-aktif yang bersifat biodegradable, dan bahan baku dari sumber daya
alam terbarukan (renewable resources) seperti dari bahan tanaman pati dan
selulosa serta hewan seperti cangkang atau mikroorganisme yang dimanfaatkan
untuk mengakumulasi plastik yang berasal dari sumber tertentu seperti lumpur
aktif atau limbah cair yang kaya akan bahan- bahan organik sebagai sumber
makanan bagi mikroorganisme tersebut.
DAFTAR PUSTAKA