Anda di halaman 1dari 4

Panel sandwich pada awalnya banyak digunakan untuk konstruksi dinding pesawat udara atau

kapal atau sebagian alat transportasi darat (mobil). Panel sandwich ini biasanya terdiri atas
komposisi dua lapis tipis kulit (skin) dan bagian inti/tengah (core) diantara kedua lapisan kulit.
Lapisan kulit terbuat dari polimer berserat (fiber-reinforced polymer, FRP) atau terbuat dari
bahan metal seperti baja atau alumunium. Sedangkan bagian inti dapat terdiri atas bahan-bahan
yang berbentuk sarang madu (honeycomb core), gelombang/lipatan (corrugated core), rangka
batang (truss core), C core, Z core, I core atau material ringan berongga lainnya. Antara lapisan
kulit dan bagian inti dihubungkan dengan perekat polimer seperti resin epoxy.
Lapisan kulit panel diharapkan mampu menahan tarik dan tekan yang terjadi pada lenturan panel,
dan lapisan inti dimaksudkan dapat menjaga stabilitas jarak kedua lapisan kulit dan dapat
menahan dan mentransfer beban titik pada tumpuan yang ada pada panel. Disamping itu, bagian
inti panel juga terkadang dimaksudkan sebagai bagian isolasi panas atau sebagai peredam suara.
Pada desain konstruksi bangunan gedung, penggunaan panel dinding memang umumnya
dimaksudkan untuk memberikan perlindungan secara umum pada elemen konstruksi bangunan,
perlindungan panas dan bahaya kebakaran, peredaman suara dan pembentukan estetikan
bangunan.
Panel dinding yang digunakan biasanya merupakan panel dinding non-struktural, dimana panel
tidak dimaksudkan untuk menerima beban-beban utama konstruksi bangunan. Selama ini banyak
juga digunakan panel sandwich dinding bangunan gedung yang terdiri atas lapisan kulit beton
pracetak dan bagian inti berupa beton ringan atau beton busa (foam). Namun, karena masih
digunakan material dari beton, maka berat sendiri dari panel sandwich untuk dinding tersebut
masih relatif berat. Penggunaan tulangan baja, juga mempunyai kekhawatiran akan terjadinya
korosi, karena kondisi panel dinding luar (khususnya) yang langsung berhubungan dengan
kelembaban.
Untuk itu, saat ini sudah mulai banyak dikembangkan material panel sandwich yang biasanya
digunakan untuk pesawat terbang dan kapal, digunakan pula untuk konstruksi dinding pada
bangunan gedung. Bahkan, pengembangannya nantinya dapat digunakan sebagai panel atap dan
lantai.
Yang menarik adalah penggunaan bagian inti/tengah panel sandwich yang semakin bervariasi
dari segi bentuk maupun jenis materialnya. Kemampuan menahan geser, tarik dan tekan material
yang digunakan, akan berpengaruh besar pada kemampuannya menahan lentur dan perilaku
lenturnya sendiri. Beban yang diterima akan ditransfer dari bagian kulit satu ke bagian kulit yang
lainnya melalui transfer geser pada bagian intinya.
Oleh karenanya, pemilihan jenis material kulit dan material inti menjadi suatu kombinasi yang
sangat menentukan pola transfer beban dan karakteristik mekanik dari panel sandwich. Lapisan
kulit dari bahat serat alami dan polimer/resin polyurethane, juga mulai banyak dikembangkan,
dengan bagian inti yang terdiri atas material alami juga, seperti komposit material dari serbuk
gergaji, potongan kayu, abu sekam, dan sebagainya.
Bagian inti panel sandwich juga dapat berupa rongga-rongga/batang-batang baja atau kayu yang
tersusun sebagai bentuk rangka batang (truss). Hal itu dapat dimaksudkan agar tranfer geser dari
kulit satu ke yang lainnya dapat lebih efektif dan optimum, disamping akan membuat panel
sandwich lebih ringan.
Penggunaan panel sandwich yang ringan, tentunya akan berdampak pada berat sendiri struktur
yang lebih ringan, sehingga dapat mengurangi besar beban lateral pada masing-masing lantai
akibat terjadinya goyangan akibat gempa. Beban lateral gempa yang lebih kecil, berarti akan
mengurangi resiko kegagalan konstruksi bangunan akibat beban gempa..

Panel sandwich pada awalnya banyak digunakan untuk konstruksi dinding pesawat udara atau
kapal atau sebagian alat transportasi darat (mobil). Panel sandwich ini biasanya terdiri atas
komposisi dua lapis tipis kulit (skin) dan bagian inti/tengah (core) diantara kedua lapisan kulit.
Lapisan kulit terbuat dari polimer berserat (fiber-reinforced polymer, FRP) atau terbuat dari
bahan metal seperti baja atau alumunium. Sedangkan bagian inti dapat terdiri atas bahan-bahan
yang berbentuk sarang madu (honeycomb core), gelombang/lipatan (corrugated core), rangka
batang (truss core), C core, Z core, I core atau material ringan berongga lainnya. Antara lapisan
kulit dan bagian inti dihubungkan dengan perekat polimer seperti resin epoxy.
Lapisan kulit panel diharapkan mampu menahan tarik dan tekan yang terjadi pada lenturan panel,
dan lapisan inti dimaksudkan dapat menjaga stabilitas jarak kedua lapisan kulit dan dapat
menahan dan mentransfer beban titik pada tumpuan yang ada pada panel. Disamping itu, bagian
inti panel juga terkadang dimaksudkan sebagai bagian isolasi panas atau sebagai peredam suara.
Pada desain konstruksi bangunan gedung, penggunaan panel dinding memang umumnya
dimaksudkan untuk memberikan perlindungan secara umum pada elemen konstruksi bangunan,
perlindungan panas dan bahaya kebakaran, peredaman suara dan pembentukan estetikan
bangunan.
Panel dinding yang digunakan biasanya merupakan panel dinding non-struktural, dimana panel
tidak dimaksudkan untuk menerima beban-beban utama konstruksi bangunan. Selama ini banyak
juga digunakan panel sandwich dinding bangunan gedung yang terdiri atas lapisan kulit beton
pracetak dan bagian inti berupa beton ringan atau beton busa (foam). Namun, karena masih
digunakan material dari beton, maka berat sendiri dari panel sandwich untuk dinding tersebut
masih relatif berat. Penggunaan tulangan baja, juga mempunyai kekhawatiran akan terjadinya
korosi, karena kondisi panel dinding luar (khususnya) yang langsung berhubungan dengan
kelembaban.
Untuk itu, saat ini sudah mulai banyak dikembangkan material panel sandwich yang biasanya
digunakan untuk pesawat terbang dan kapal, digunakan pula untuk konstruksi dinding pada
bangunan gedung. Bahkan, pengembangannya nantinya dapat digunakan sebagai panel atap dan
lantai.
Yang menarik adalah penggunaan bagian inti/tengah panel sandwich yang semakin bervariasi
dari segi bentuk maupun jenis materialnya. Kemampuan menahan geser, tarik dan tekan material
yang digunakan, akan berpengaruh besar pada kemampuannya menahan lentur dan perilaku
lenturnya sendiri. Beban yang diterima akan ditransfer dari bagian kulit satu ke bagian kulit yang
lainnya melalui transfer geser pada bagian intinya.
Oleh karenanya, pemilihan jenis material kulit dan material inti menjadi suatu kombinasi yang
sangat menentukan pola transfer beban dan karakteristik mekanik dari panel sandwich. Lapisan
kulit dari bahat serat alami dan polimer/resin polyurethane, juga mulai banyak dikembangkan,
dengan bagian inti yang terdiri atas material alami juga, seperti komposit material dari serbuk
gergaji, potongan kayu, abu sekam, dan sebagainya.
Bagian inti panel sandwich juga dapat berupa rongga-rongga/batang-batang baja atau kayu yang
tersusun sebagai bentuk rangka batang (truss). Hal itu dapat dimaksudkan agar tranfer geser dari
kulit satu ke yang lainnya dapat lebih efektif dan optimum, disamping akan membuat panel
sandwich lebih ringan.
Penggunaan panel sandwich yang ringan, tentunya akan berdampak pada berat sendiri struktur
yang lebih ringan, sehingga dapat mengurangi besar beban lateral pada masing-masing lantai
akibat terjadinya goyangan akibat gempa. Beban lateral gempa yang lebih kecil, berarti akan
mengurangi resiko kegagalan konstruksi bangunan akibat beban gempa.

Anda mungkin juga menyukai