Anda di halaman 1dari 10

LI 1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KELENJAR GETAH BENING

1.1 DEFINISI DAN FUNGSI


Kelenjar getah bening adalah organ kecil, seukuran kacang, yang terletak di
seluruh tubuh, dengan konsentrasi di leher, pangkal paha, dan ketiak. Ada sekitar
500-700 kelenjar getah bening menyebar ke seluruh tubuh.
Kelenjar getah bening menyaring antigen dan mengaktivasi sel kekebalan tubuh.
Ketika sistem kekebalan tubuh diaktifkan, mereka mulai memproduksi sejumlah
besar limfosit yang menyebabkan mereka membengkak.

Sistem Peredaran Darah Getah Bening


Kelenjar limfa (lymphanodes) berfungsi untuk
menghasilkan sel darah putih dan menjaga agar
tidak terjadi infeksi lebih lanjut. Kelenjar limfa
terdapat di sepanjang pembuluh limfa, terutama
terdapat pada pangkal paha, ketiak, dan leher. Alat
tubuh yang mempunyai fungsi yang sama dengan
kelenjar limfa yaitu limpa dan tonsil. Limpa
merupakan sebuah kelenjar yang terletak di
belakang lambung dan berwarna ungu.

Fungsinya antara lain sebagai tempat penyimpanan


cadangan sel darah, membunuh kuman penyakit,
pembentukan sel darah putih dan antibodi, dan
tempat pembongkaran sel darah merah yang sudah
mati. Tonsil atau amandel terletak di bagian kanan dan kiri pangkal tenggorokan.
Tonsil yang berada di belakang anak tekak yaitu di dalam rongga hidung disebut
polip hidung. Fungsi tonsil adalah untuk mencegah infeksi yang masuk melalui
hidung, mulut, dan tenggorokan.

1.2 ANATOMI MAKROSKOPIS


- Kacang/ginjal
- Ovoid
- Hillus bagian cekung tempat keluar/masuk pembuluh darah
- Terdapat pada:
Regio Axilaris
Regio Inguinalis
Sepanjang perjalanan pembuluh besar dari leher, dalam rongga dada, perut
Regio Mesenterium

1.3 ANATOMI MIKROSKOPIS


- Parenkhim
terdiri dari jaringan Limfoid yang ditembus oleh pembuluh getah bening
khusus sinus-sinus getah bening
- Stroma
a. Kerangka Retikuler
Terdiri dari : - Sabut Retikuler (anyaman)
- Sel Retikuler (mata anyaman)
- Sel bebas (terletak dalam anyaman)

b. Kerangka Kollagen

1
Membentuk: Kapsul dan trabekule

LI 2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN LIMFADENOPATI


2.1 DEFINISI
Limfadenopati berarti penyakit pada kelenjar atau aliran getah bening (sistem
limfatik). Biasanya, penyakit tersebut terlihat sebagai kelenjar getah bening menjadi
bengkak, sering tanpa rasa sakit. Pembengkakan kelenjar itu disebabkan oleh reaksi
sistem kekebalan tubuh terhadap berbagai infeksi, termasuk HIV dan TB.

2.2 ETIOLOGI
Infeksi yang terjadi biasanya:

Streptokokus infeksi tenggorokan


Infeksi di telinga
Gigi abses
Luka terinfeksi
Campak
Penyakit gondok
Demam kelenjar

Lain jenis infeksi:

Toksoplasmosis, yang merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit yang


ditularkan kepada manusia dari kucing yang terinfeksi, atau karena
mengkonsumsi daging yang kurang matang
Penyakit yang ditularkan secara seksual, seperti sifilis
Tuberkulosis, dan infeksi disebabkan karena menelan atau menghirup basil
tuberkel

Gangguan sistem kekebalan tubuh:

HIV, atau Human Immunodeficiency Virus


Rheumatoid arthritis, penyakit autoimun kronis yang mempengaruhi jaringan-
jaringan sinovial sendi
Lupus, penyakit peradangan yang kronis dan mempengaruhi paru-paru,
jantung, sel darah, ginjal, kulit, dan sendi

2
Berbagai jenis kanker:

Leukemia, keganasan dari jaringan yang membentuk darah dalam tubuh,


seperti sistem limfatik dan sumsum tulang
Limfoma, kanker dari jaringan getah bening

Penyebab lain yang mungkin mungkin, meskipun jarang, adalah akibat obat-obatan
tertentu, seperti fenitoin diresepkan untuk kejang, imunisasi terhadap penyakit
tertentu seperti malaria, sarkoidosis, yang merupakan penyakit kronis yang lain
hasil dalam pembentukan nodul dalam kelenjar getah bening, ludah kelenjar, paru-
paru dan hati, serta penyakit Kawasaki.

Umumnya, pembesaran kelenjar getah bening disebabkan oleh infeksi berkembang


lebih cepat daripada yang disebabkan oleh kanker seperti leukemia dan
limfoma. Mereka juga memiliki kecenderungan menjadi bebas rasa sakit pada
tahap awal.

Lima kategori etiologi luas mengakibatkan pembesaran simpul getah bening, sebagai
berikut

Sebuah respon imun terhadap agen infektif (misalnya, bakteri, virus, jamur)
Sel inflamasi pada infeksi yang melibatkan kelenjar getah bening
Infiltrasi sel neoplastik dibawa ke node dengan sirkulasi limfatik atau darah
(metastasis)
Localized neoplastik proliferasi limfosit atau makrofag (misalnya leukemia,
limfoma)
Infiltrasi makrofag diisi dengan deposito metabolit (misalnya, gangguan
penyimpanan)

Banyak keadaan yang dapat menimbulkan limfadenopati. Keadaan-keadaan


tersebut dapat diingat dengan mnemonik MIAMI: malignancies (keganasan),
infections (infeksi), autoimmune disorders (kelainan autoimun), miscellaneous
and unusual conditions (lain-lain

3
2.3 PATOFISIOLOGI
Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular
darah. Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe
jaringan, dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya
bergabung kembali kedarah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi
kenaikan yang menyolok pada aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa
dalam perjalanan peradangan akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil
agak meregang, sama seperti yang terjadi pada venula, dengan demikian
memungkinkan lebih banyak bahan interstisial yang masuk kedalam pembuluh limfe.
Bagaimanapun juga, selama peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang
bertambah, tetapi kandungan protein dan sel dari cairan limfe juga bertambah dengan

4
cara yang sama.Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh
limfe menguntungkan karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang
meradang dengan mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen yang
dapat menimbulkan cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan
primer ketempat yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen yang
menular dapat menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh penyaringan yang
dilakukan oleh kelenjar limfe regional yang dilalui oleh cairan limfe yang bergerak
menuju kedalam tubuh, tetapi agen atau bahan yang terbawa oleh cairan limfe
mungkin masih dapat melewati kelenjar dan akhirnya mencapai aliran
darah.Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis dapat menghasilkan petunjuk tentang
kemungkinan diagnosis ini dan evaluasi lebih lanjut secara langsung ( misalnya
hitung darah lengap, biakan darah, foto rontgen, serologi, uji kulit). Jika adenopati
sistemik tetap terjadi tanpa penyebab yang jelas tanpa diketahui, biopsi kelenjar limfe
dianjurkan. Biopsi sayatan: Sebagian kecil jaringan tumur mame diamdil melalui
operasi dengan anestesi umum jaringan tumor itu dikeluarkan, lalu secepatnya dikirim
kelaborat untuk diperriksa. Biasanya biopsi ini dilakukan untuk pemastian diagnosis
setelah operasi. Anestesi umum menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk
kejaringan otak dengan tekanan setempat yang tinngi. Pada awal pembiusan ukuran
pupil masih biasa, reflek pupil masih kuat, pernafasan tidak teratur, nadi tidak teratur,
sedangkan tekanan darah tidak berubah, seperti biasa.

2.4 MANIFESTASI KLINIS


a. Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC.
b. Sering keringat malam.
c. Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan.
d. Timbul benjolan di bagian leher.

Biasanya, saat kelenjar getah bening yang teraba, mereka dapat merasakan nyeri dan
lembut. Beberapa gejala lain yang juga mungkin terjadi adalah:

Tanda-tanda infeksi sistem pernapasan atas seperti radang tenggorokan, pilek,


bersama dengan demam
Pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh, menunjuk ke infeksi
seperti mononukleosis atau HIV, gangguan dari sistem kekebalan tubuh,
seperti rheumatoid arthritis atau lupus
Merah peradangan kulit pada kelenjar getah bening bengkak
Pembengkakan anggota badan, menunjukkan penyumbatan sistem getah
bening karena pembengkakan kelenjar getah bening node, yang terjadi terlalu
jauh di bawah kulit untuk dirasakan
Pesatnya pertumbuhan node, yang menjadi tetap dan mengeras, indikasi
tumor, yang jarang

5
2.5 DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

http://www.kalbemed.com/

Jenis limfadenitis ada dua yaitu limfadenitis akut dan limfadenitis kronis.
Sedangkan jenis limfadenitis kronis sendiri masih dibagi menjadi menjadi dua macam
yaitu limfadenitis kronis spesifik dan non spesifik atau limfadenitis tuberkulosis. Cara
menentukan penyebab limfadenitis bisa melalui biopsi. Biopsi adalah pengambilan
jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan jaringan tersebut
bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit atau mencocokkan jaringan organ
sebelum melakukan transplantasi organ. Resiko yang dapat ditimpulkan oleh
kesalahan proses biopsi adalah infeksi dan pendarahan. Jenis biopsi yang dilakukan

6
untuk mendeteksi jenis penyakit ini adalah biopsi jarum yang dilakukan untuk
mengetahui keadaan dibawah jaringan kulit.

a. LIMFADENITIS NON SPESIFIK AKUT


Limfadenitis ini bentuknya terbatas pada sekelompok kelenjar getah bening
yang mendrainase suatu fokus infeksi, atau mungkin generalisata apabila
terrjadi infeksi bakteri atau virus sistemik. Secara histologis, tampak pusat
germinativum besar yang memperlihatkan banyak gambaran mitotik. Apabila
keadaan ini disebabkan oleh organisme piogenik, disekitar folikel dan di
dalam sinus limfoid ditemukan infiltrat neutrofilik. Pada infeksi yang parah,
pusat germinativum mengalami nekrosis sehingga terbentuk abses. Apabila
infeksi terkendali, kelenjar getah bening akan kembali tampak normal atau
terjadi pembentukan jaringan parut apabila dekstruktif.

b. LIMFADENITIS NON SPESIFIK KRONIK


Menimbulkan tiga pola, bergantung pada agen penyebabnya: hiperplasia
folikel, hiperplasia limfoid parakorteks, atau histiositosis sinus. Hiperplasia
folikel berkaitan dengan infeksi atau proses proses peradangan yang
mengaktifkan sel B. Sel B dalam berbagai tahap diferensiasi berkumpul di
dalam pusat germinativum besar yang bulat atau oblong (folikel sekunder).
Hiperplasia limfoid parakorteks ditandai dengan perubahan reaktif di dalam
regio sel T kelenjar getah bening. Sel T parafolikel mengalami proliferasi dan
transformasi menjadi imunoblas yang mungkin menyebabkan lenyapnya
folikel germinativum.
Disebabkan oleh infeksi kronis. Infeksi kronis nonspesifik misalnya pada
keadaan seseorang dengan faringitis kronis akan ditemukan pembesaran
kelenjar getah bening leher ( limfadenitis ). Pembesaran di sini ditandai oleh
tanda radang yang sangat minimal dan tidak nyeri.
Pembesaran kronis yang spesifik dan masih banyak di Indonesia adalah akibat
tuberkulosa. Limfadenitis tuberkulosa ini ditandai oleh pembesaran kelenjar
getah benng, padat / keras, multiple dan dapat berkonglomerasi satu sama lain.
Dapat pula sudah terjadi perkijuan seluruh kelenjar, sehingga kelenjar itu
melunakseperti abses tetapi tidak nyeri seperti abses banal.
Apabila Abses ini pecah ke kulit, lukanya sukar sembuh oleh karena keluar
secret terus menerus sehingga seperti fistula. Limfadenitis tuberculosa pada
kelenjar getah bening dapat terjadi sedemikian rupa, besar dan konglomerasi
sehingga leher penderita itu disebut seperti bull neck.
Pada keadaan seperti ini kadang kadang sukar dibedakan dengan limfoma
malignum. Limfadenitis tuberkulosa diagnosis ditegakkan dengan
pemeriksaan histopatologi, terutama yang tidak disertai oleh tuberkulosa paru.
Pada gambaran histopologi yang spesifik adalah perkijuan dan sel datia
Langhan s.

c. LIMFADENITIS TUBERKULOSIS
Limfadenitis TB atau TB kelenjar getah bening termasuk salah satu penyakit
TB di luar paru (Tb-extraparu). Penyakit ini disebabkan oleh M. tuberkulosis,
kemudian dilaporkan ditemukan berbagai spesies M. Atipik.
Limfadenitis TB disebabkan oleh M.tuberculosis complex, yaitu
M.tuberculosis (pada manusia), M.bovis (pada sapi), M.africanum, M.canetti
dan M.caprae. Secara mikrobiologi, M.tuberculosis merupakan basil tahan

7
asam yang dapat dilihat dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen atau Kinyoun-
Gabbett. Pada pewarnaan tahan asam akan terlihat kuman berwarna merah
berbentuk batang halus berukuran 3 x 0,5m.

d. LIMFOMA MALIGNUM
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup
sistem limfatik dan imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen,
ditandai dengan kelainan umum yaitu pembesaran kelenjar limfe
diikuti splenomegali, hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang.
Tumor ini dapat juga dijumpai ekstra nodal yaitu di luar sistem
limfatik dan imunitas antara lain pada traktus digestivus, paru, kulit,
dan organ lain. Dalam garis besar, limfoma dibagi dalam 4 bagian,
diantaranya limfoma Hodgkin (LH), limfoma non-hodgkin (LNH),
histiositosis X, Mycosis Fungoides. Dalam praktek, yang dimaksud
limfoma adalah LH dan LNH, sedangkan histiositosis X dan mycosis
fungoides sangat jarang ditemukan.
Limfoma maligna adalah kelompok neoplasma maligna/ganas
yang muncul dalam kelenjar limfe atau jaringan limfoid ekstranodal
yang ditandai dengan proliferasi atau akumulasi sel-sel asli jaringan
limfoid (limfosit, histiosit dengan pra-sel dan derivatnya).

1. LIMFOMA HODGKIN
Limfoma Hodgkin adalah kondisi medis yang ditandai dengan
kanker pada sistem getah bening (bagian dari sistem kekebalan
tubuh yang mengalirkan saluran getah bening menuju jantung).
Kondisi ini berkembang ketika limfosit, biasanya sel B, berubah
menjadi kanker akibat mutasi genetik yang penyebabnya tidak
diketahui. Sel-sel B yang mutasi ini diketahui sebagai sel Reed-
Sternberg (R-S), yang terus membelah dan menghasilkan sel-sel
abnormal lebih banyak, yang menyebar melalui sistem getah
bening ke kelenjar getah bening yang berdekatan dan bahkan ke
organ di luar sistem getah bening. Penderita limfoma Hodgkin
biasanya menunjukkan gejala tidak nyeri, pembengkakan kelenjar
getah bening di leher, lipat paha atau daerah ketiak. Seiring dengan
perkembangan penyakit, terjadi pelemahan sistem kekebalan tubuh
dan membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi jenis apapun. Hal
ini juga dapat menyebabkan rasa letih dan keringat di malam hari.
Limfoma Hodgkin merupakan tipe limfoma yang jarang.

2. LIFOMA NON HODGKIN


Dikenal sebagai limfoma non-Hodgkin, lebih sering dan
ditandai dengan tidak ditemukannya sell Reed-Sternberg
pada kelenjar getah bening pasien. Penderita yang
terinfeksi oleh virus Epstein-Barr atau riwayat keluarga
limfoma Hodgkin memiliki risiko lebih tinggi.

8
e. LEUKIMIA
f. HISTIOSIS
Histiositosis X adalah sekelompok kelainan (Penyakit Letterer-
Siwe, Penyakit Hand-Schller-Christian & Granuloma
Eosinofilik) dimana sel-sel pembersih yang disebut histiosit dan sel
sistem kekebalan lainnya yang disebut eosinofil, berkembangbiak
secara abnormal, terutama di tulang dan paru-paru dan seringkali
menyebabkan terbentuknya jaringan parut.
Penyakit Letterer-Siwe dimulai sebelum usia 3 tahun dan bila
tidak diobati biasanya akan berakibat fatal. Kerusakan histiosit
tidak hanya terjadi di paru-paru tetapi juga pada kulit, kelenjar
getah bening, tulang, hati dan limpa. Bisa terjadi (pneumotoraks).
Penyakit Hand-Schller-Christian biasanya dimulai lebih
awal pada masa kanak-kanak, tetapi bisa juga muncul pada usia
pertengahan. Paru-paru dan tulang adalah organ yang sering
terkena. Yang lebih jarang terkena adalah kelenjar hipofisa, yang
bisa menyebabkan penonjolan mata (eksoftalmos) dan diabetes
insipidus (pengeluaran air kemih dalam jumlah banyak, beser)
sehingga bisa terjadi dehidrasi.
Granuloma Eosinofilik cenderung terjadi antara usia 20-40
tahun. Biasanya mengenai tulang, tetapi pada 20% penderita juga
mengenai paru-paru, kadang-kadang bahkan hanya paru-paru yang
terkena. Jika mengenai paru-paru, gejala dapat berupa batuk,
sesak nafas, demam, penurunan berat badan, tapi beberapa
penderita tidak menunjukkan gejala. Komplikasi yang paling sering
terjadi adalah pneumotoraks.

2.6 TATA LAKSANA


Pengobatan untuk gangguan kelenjar getah bening tergantung pada penyebab
teridentifikasi limfadenopati. Bila infeksi didiagnosis sebagai penyebab yang
mendasari, antibiotik khusus biasanya diberikan untuk menyebabkan bakteri seperti
infeksi tenggorokan, dan obat antivirus atau kortikosteroid dapat diberikan untuk
infeksi virus, meskipun dalam kebanyakan kasus pengobatan konservatif seperti
istirahat dan meningkatkan asupan cairan adalah lebih disukai. Obat-obat anti-
inflamasi dapat digunakan untuk mengurangi inflamasi dan pembengkakan.Aspirin
dapat dianjurkan sebagai obat (antipiretik) mengurangi demam.Ketika kelenjar
bengkak menyebabkan degenerasi jaringan, infeksi, dan pembentukan kumpulan
nanah lokal dikubur dalam node (abses). Drainase bedah dari abses mungkin

9
diperlukan. Obat-terkait diperlakukan dengan menghentikan terapi obat
kausatif. Konsultasi dengan ahli onkologi hematologi atau mungkin diperlukan jika
keganasan diduga.
2.7 PENCEGAHAN

Kehadiran penyakit limfadenitis ini dapat dicegah dengan cara menjaga


kebersihan. Mengingat penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus, kuman, bakteri dan
lainnya. Memastikan semua makanan dan minuman yang kita konsumsi bersih dan
higenis, menjaga kebersihan badan dengan rajin membersihkannya memakai sabun
secara teratur serta menjaga kebersihan tempat tinggal adalah beberapa tindakan yang
bisa dilakukan untuk mencegah penyakit ini. Selain itu, melakukan gaya hidup sehat
juga dirasa perlyu guna menjaga diri jauh dari penyakit ini.

2.8 PROGNOSIS
Pada individu dengan penyakit ganas, prognosis tergantung pada penyakit
tertentu. Pada individu dengan infeksi bakteri, pemulihan lengkap dapat diharapkan
dengan pengobatan antibiotik prompt. Waktu pemulihan akan bervariasi, tergantung
pada penyebab yang mendasarinya. Ini mungkin memerlukan jangka waktu untuk
pembengkakan untuk sepenuhnya menghilang.

10

Anda mungkin juga menyukai