TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Definisi
Bailon dan Maglaya(1989) menjelaskan bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu
yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah
tangga berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya (Efendi, 2009).
Menurut Spredley dan Allender (1996) dalam Firmansyah (2009), keluarga adalah satu
atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan
mengembangkan dalam interaksi sosial, peran dan tugas.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan secara umum bahwa keluarga
adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh pertalian darah, kelahiran,
perkawinan dan adopsi yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan yang mempunyai peran masing-masing, dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.
2. Karakteristik Keluarga
Menurut Mubarak, dkk (2009) karakteristik keluarga adalah :
a) Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungn darah, perkawinan,
atau adopsi.
b) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah tetap memperhatikan
satu sama lain.
c) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran
sosial, sebagai suami, istri, anak, kakak, dan adik.
d) Mempunyai tujuan menciptakan, mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
3. Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Suprajitno (2012) bergantung pada konteks keilmuan dan orang
yang mengelompokkan adalah :
a. Secara tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Keluarga inti (Nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu
dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2) Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga
lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).
b. Secara modern
Sesuai dengan perkembangan social, maka tipe keluarga berkembang mengikutinya,
diantaranya menurut Mubrak, dkk.(2009) adalah :
1) Traditional Nuclear
2) Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam suatu rumah ditetapkan oleh
sanksi sanksi legal dalm suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat
bekerja diluar rumah.
3) Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami atau
istri, tinggal dalam pembentukan suatu rumah dengan anak anaknya, baik itu
bawaan dari perkawinan lama maupun dari hasil perkawinan baru, satu atau
keduanya dapat bekerja diluar rumah.
4) Niddle Age atau Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau kedua duanya bekerja
dirumah, anak anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau
perkawinan atau meniti karier.
5) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau
salah satu bekerja diluar rumah.
6) Single parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak
anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah.
7) Dual carier
Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
8) Commuter married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,
keduanya saling mencari pada waktu waktu tertentu.
9) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak ada keinginan untuk
kawin.
10) Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
11) Institusional
Anak anak atau orang orang dewasa tinggal dalam suatu panti panti.
12) Communal
Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak
anaknya dan bersama sama dalam penyediaan fasilitas.
13) Group Marriage
Suatu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya didalam satu kesatuan
keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah
orang tua dari anak anak.
14) Unmarried parent and Child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, dan kemudian anaknya
diadopsi.
15) Cohibing couple
Dua orang atau suatu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
16) Gay and Lesbian Family
Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.
4. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2012), secara umum fungsi keluarga
adalah sebagi berikut :
a. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement
function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan
orang lain diluar rumah.
c. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic function) adalah keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function) yaitu
fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.
5. Tugas Keluarga
Menurut Bailon dan Maglaya (1998) keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan
yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi (Efendi, 2009) :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan,
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu
mengenal masalah kesehatan dan perubahan perubahan yang dialami anggota
keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian orang tua atau keluarga. Apabila menyadari adanya
perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan
seberapa besar perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal
fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,
factor penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap
masalah.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat Sebelum keluarga dapat
membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan yang dialaminya,
perawat harus mengkaji hal-hal sebagai berikut :
1) Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah
2) Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan.
3) Apakah keluarga merasa menyerah terhada masalah yang dialaminya.
4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit
5) Apakah keluarga mempunyai sikap negative terhadap masalah kesehatan.
6) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada
7) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan
8) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam
mengatasi masalah.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan pada keluarganya yang sakit, keluarga harus
mengetahui hal-hal berikut ;
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplokasi, prognosis dan
perawatannya)
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasillitas yang diperlukan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggungjawab, sumber keuangan atau financial, fasilitas fisik, dan
psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
keluarga harus mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan
atau manfaat pemeliharaan lingkungan, pentingnya hygiene sanitasi, upaya
pencegahan penyakit, dan sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene
sanitasi.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat bagi keluarga.
2. Penyebab
Etiologi penyakit diabetes mellitus menurut Jeffrey dalamMisnadiarly (2006) yaitu
a. Fungsi sel pancreas dan sekresi insulin yang berkurang
b. Perubahan karena usia lanjut sendiri yang berkaitan dengan resistensi insulin,
akibat kurangnya massa otot dan perubahan vaskular.
c. Aktivitas fisik yang berkurang, banyak makan, badan kegemukan.
d. Keberadaan penyakit lainnya seperti menderita stress, operasi
e. Sering menggunakan bermacam-macam obat-obatan
f. Adanya factor keturunan
g. Faktor-faktor penyebab pada usia lanjut.
3. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala DM menurut Brunner & Suddarth (2002) yaitu:
a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)
b. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar dan
keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi ekstrasel
mengikuti dehidrasi intrasel. Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH
dan menimbulkan rasa haus.
c. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolimse protein di otot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
d. Polifagia (peningkatan rasa lapar) akibat keadaan pasca absorbsi yang kronik.
Katabolisme protein dan lemak, dan kelaparan relatif sel-sel sering terjadi
penurunan BB.
e. Peningkatan angka infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa disekresi
mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah pada penderita DM
kronik.
4. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus menurut American diabetes Association (1997) dalam
Misnadiarly (2006) yaitu:
a. Diabets Melitus tipe I: destruksisel beta, umumnya menjurus kedefisiensi insulin
absolute baik melalui proses imunologik maupun idiopatik.
b. Diabetes Melitustipe II: bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relative sampai yang predominan gangguan sekresi
insulin bersama resistensi insulin.
5. Patofisiologi
a. Diabetes Mellitus tipe I (Diabetes mellitus tergantung insulin)
Pada penderita diabetes mellitus tipe I terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas sudah dihancurkan oleh proses
autoimun. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi,maka ginjal tidak
dapat menyerap kembali glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan
diekresikan ke dalam urin, ekresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia)( Brunner &
Suddarth, 2002).
b. Diabetes Mellitus tipe II (Diabetes mellitus tidak tergantung insulin)
Pada penderita diabetes mellitus tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Diabetes tipe II sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30
tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama
bertahun - tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Biasanya pada diabetes tipe II gejala dan tanda yang sering muncul
adalah bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada
kulit yang lama sembuh-sembuh dan pandangan kabur (jika kadar glukosanya
sangat tinggi) (Brunner & Suddarth, 2002).
6. Komplikasi
Komplikasi yang tejadi pada DM menurut Tobing dkk ( 2008) diklasifikasikan
menurut/ menjadi dua yaitu, komplikasi yang bersifat akut dan kronik (menahun).
Komplikasi akut meliputi ketoasidosis diabetika. Komplikasi kronis meliputi
komplikasi microvascular (komplikasi dimana pembuluh-pembuluh rambut kaku
atau menyempit sehingga organ-organ yang seharusnya mendapatkan suplai darah
dari pembuluh-pembuluh tersebut menjadi kekurangan suplai) dan komplikasi
makrovascular (komplikasi yang mengenai pembuluh darah arteri yang lebih lancar/
besar sehingga terjadi aterosklerosis).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DM menurut Tobing dkk (2008) yaitu:
Pengobatan dilakukan apabila terapi dari diet dan aktivitas fisik tidak berhasil. Agen
ini bekerja dengan cara merangsang pankreas untuk melepaskan insulin dalam
tubuh. Agen ini juga berfungsi untuk mengurangi produksi glukosa dari hati. Namun
agen ini tidak dapat bekerja bila sel pankreas tidak mampu memproduksi insulin.
a. Obat hipoglikemi oral
1) Pemicu sekresi insulin (sulfoniluria, glinid)
2) Penambahan sensitivitas terhadap insulin (bigvanid, tia zolidindion,
penghambat glukosidase alfa)
b. Obat hipoglikemia insulin
1) Bolus insulin kerja cepat (RI) 0,1 iu/kgbb (iv/im/sc)
2) Berikan insulin kerja cepat (RI) 0,1/kgbb dalam cairan isotonik
3) Monitor gula darah tiap jam pada 4 jam pertama, selanjutnya tiap 4 jam sekali.
4) Pemberian insulin parenteral diubah ke SC bila: AGD <15 mEq/L 250mg%
perbaikan hidrasi, kadar HCO3
5) Infus K (tidak boleh bolus): (bila K+<3mEq/l, beri 75 mEq/l; bila K+ 3-3,5
mEq/l, beri 50 mEq/l; bila K+ 3,5-4 mEq/l, beri 25mEq/l; masukan dalam NaCl
500cc/24jam
8. Pencegahan
Pencegahanpenyakit diabetes melitusmenurut Salma (2011) yaitu:
a. Lakukan lebih banyak aktivitas fisik
b. Dapatkan banyak serat dalam makanan
c. Makanlah kacang-kacangan dan biji-bijian
d. Turunkan berat badan
e. Perbanyak minum produk susu rendah lemak
f. Kurangi lemak hewani
g. Kurangi konsumsi gula
h. Berhenti merokok
i. Hindari lemak trans
j. Dapatkan dukungan
9. Cara Perawatan
Cara perawatan DM menurut Tobing dkk (2008) yaitu:
a. Manajemen diet
Pengaturan diet yang sesuai merupakan komponen yang sangat penting bagi
penderita DM tipe I & II melalui pengaturan diet ini ada tidak sasaran yang ingin
dicapai melalui manajemen diet bagi penderita DM yaitu:
1) Memelihara kadar glukosa darah dengan menyeimbangkan antara asupan
makanan dengan kadar insulin dan tingkat aktivitas
2) Mencapai kadar serum lipid yang optimal
3) Memberikan kalori yang adekuat
4) Mencegah hipoglikemia
5) Memperbaiki kesehatan secara menyeluruh
6) Mencegah komplikasi DM yang akut maupun kronis
7) Agar BB mengarah ke BB ideal
8) Makanan yang dihindari: makanan yang manis-manis, makan berlebihan,
makanan yang berkalori tinggi, telur bebek, coklat, pisang, nangka, blewah,
melon, labu kuning, pete, taoco, minum alcohol, abon, dendeng, sarden
b. Aktivitas Fisik
Melalui aktivitas fisik yaitu bertujuan untuk:
1) Menurunkan kadar glukosa darah yang meningkatkan metabolisme
karbohidrat
2) Menurunkan BB dan mempertahankan BB
3) Meningktakan HDL (high density lipoprotein) dan menurunkan kadar
trigliserida
4) Menurunkan TD
5) Menurunkan stress dan ketegangan.
c. PengobatanTradisional
Obat herbal untuk menurunkan kadar gula darah:
1) Buah Pare
Komposisi: buah pare 1,35/ 200 gr/bb , air matang 100 cc
Cara pembuatan:
Buah pare segar dicuci dengan air mengalir, dibersihkan dari kulitnya
kemudian di haluskan dengan menggunakan blender, kemudian dimasukan
kedalam panic dan ditambahkan air 100 ml. panic dipanaskan dan kukus
selama lebih dari 30 menit, dihitung mulai suhu di dalam panci mencapai
90C, sambil sesekali diaduk. Penyaringan dilakukan selagi panas melalui kain
flannel, setelah air disaring tambahkan air hingga 100 ml. minum ekstrak pare
yang dimasak sehari sekali (Pratama, 2011).
3) Naga Merah
Komposisi: Buah naga merah yang sudah masak 100-200 gr, air matang 250
ml (gelas Minum biasa)
Cara membuat:
Pisahkan kulit dengan daging buah, potong daging buah, masukan ke dalam
blender, haluskan. Terapi jus buah naga diberikan 250 ml/hari. (Wiardani,
2014).