Konferensi ASIA-AFRIKA
Latar belakang :
Pasca perang dunia ke-2 banyak negara-negara di kawasan asia dan afrika masih
dijajah oleh penjajahnya. Contoh : Malaysia dan Singapura masih dijajah oleh
Inggris, Kongo masih dijajah Belgia, dan masih banyak lagi. Di daerah jajahan
masih hidup dalam kekurangan, miskin, tidak berpendidikan, dan diliputi peraseen
rendah diri. Sebagai pemlik sah bumi, alam negerinya sendiri, mereka tidak dapat
memanfaaatkan kekayaan tersebut karena mereka dijajah. Selain itu bangsa-
bangsa asia yang sudah merdeka masih belum mendapat kesadaran untuk bersatu.
Misalnya, China bersengketa dengan taiwan untuk memperebutkan pulau Quemoi.
Ditambah lagi PBB tidak mampu menyelesaikan persengketaan antara bangsa-
bangsa yang bersengketa. Sementara itu dunia sedang diliputi oleh adanya
persengketaan antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet beserta sekutu-sekutunya
mengenai perkembangan persenjatan modern. Hal-hal itulah yang menjadi latar
belakang penyebab berdirinya Konferensi Asia Afrika.
1.letak benua asia dan afrika yang berdekatan dan mampunyai kesamaan
geografis.
2.kedua benua memiliki kesamaan yang kuat bukan hanya faktor keturunan, akan
tetapi juga faktor agama dan sejarah.
3.kedua benua juga memiliki kesamaan nasib, yaitu sama-sama dijajah oleh
negara-negara eropa.
4.setelah merdeka kedua beua juga memiliki persoalan yang harus dihadapi
bersama.
Sebelum diadakan konferensi asia afrika pemuda asia mengadakan Kongres Liga
Internasional Anti Penjajahan dan Penindasan di Brussel (Belgia) pada tanggal 15
Januari 1927. Selain itu para peuda arab berkumpul di Bludan untuk membentuk
Pan-Arabisme pada tanggal 18 september 1937. pada tanggal 2 april 1947 Sri
Pandhit Jawaharlal Nehru mengadakan Konferensi Hubungan Antar Asia di New
Delhi.
Konferensi pendahuluan :
a. Konferensi kolombo.
menyambut baik dan menyetujui Indonesia sebagai tuan rumahnya. Sebagai tindak
lanjut, Indonesia mengadakan Konferensi Bogor pada 28-29 Desember 1954
dengan mengundang peserta Konferensi Kolombo.
*tidak hadir dalam KAA karena terjadi pergolakan politik. (sejenis dengan politik
apertheid di Afrika Selatan)
KAA dilaksanakan di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955 dan dibuka oleh
Presiden Soekarno. Setelah Presiden Soekarno mengakhiri pidatonya, para peserta
secara aklamasi menyetujui pimpinan rapat sebagai berikut:
Jalannya konferensi.
Secara umum, KAA berjalan lancar, meskipun ada beberapa kendala yang telah
diduga sebelumnya. Kendala itu sebagai akibat perbedaan sistem politik masing-
masing
peserta. Filipina, Thailand, Pakistan, dan Turki adalah negara-negara yang pro
Barat. Cina dan Vietnam Utara adalah negara-negara yang pro komunis. Sedangkan
Indonesia, India, Mesir, dan Birma adalah negara-negara yang bersikap netral.
Hasil KAA :
4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal dalam negeri
negara lain.
1. Bagi Indonesia.
3. Bagi dunia
KAA telah berhasil menggalang solidaritas antara bangsa-bangsa Asia dan Afrika.
Dasasila Bandung berhasil membakar semangat dan memperkuat moral bangsa-
bangsa Asia dan Afrika yang sedang berjuang mencaai kemerdekaan. Sebelum KAA,
di Afrika hanya terdapat lima negara yang merdeka, yaitu Mesir, Libya, Ethiopia,
Liberia, dan Afrika Selatan. Setelah KAA sampai tahun 1965, tercatat 33 negara di
Afrika memperoleh kemerdekaannya.
Konferensi Asia Afrika dan Peran Indonesia
a. Pertentangan antara Blok Barat (kapitalis) dan Blok Timur (komunis) yang
mengancam ketertiban dan perdamaian dunia
A. Konferensi Kolombo
Konferensi Kolombo dilaksanakan di Sri Langka pada tanggal 28 April s/d 2 Mei
1954. Tujuannya adalah membahas masalah Vietnam dalam menghadapi
Konferensi Jenewa pada tahun 1954. Selain itu konferensi berhasil memutuskan
hal-hal sebagai berikut :
KAA dilaksanakan di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955 dan dibuka oleh
Presiden Soekarno. Adapun tujuan dilaksanakan KAA sebagai berikut :
Bagi Indonesia
2. Politik luar negeri bebas aktif Indonesia mulai diikuti oleh negara-negara yang
memihak blok Barat atau Timur
Bagi dunia
Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) yang berfungsi menangani masalah-masalah dunia, namun nyatanya
badan ini belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut. Sedangakan
kenyataannya, akibtan yang ditimbulkan oleh masalah-masalah ini, sebagian besar
diderita oleh bangsa-bangsa di Asia Afrika.
Kerja sama dalam golongan negara-negara Asia Arab (Afrika) kami pandang
penting benar, karena kami yakin, bahwa kerja sama erat negara-negara tersebut
tentulah akan memperkuat usaha ke arah perdamaian dunia yang kekal.
Kerjasama antar negara-negara Asia Afrika tersebut adalah sesuai benar dengan
aturan-aturan dalam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang menyenangi
kerjasama kedaerahan (regional arrangements). Lain dari itu negara-negara itu
pada umumnya memang mempunyai pendirian-pendirian yang sama dalam
beberapa soal di lapangan internasional, jadi mempunyai dasar sama
(commonground)untuk mengadakan golongan yang khusus. Dari sebab itu kerja
sama tersebut akan kami lanjutkan dan pererat.
Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon (Srilangka) Sir Jhon Kotelawala
mengundang para Perdana Menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru),
Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan maksud
mengadakan suatu pertemuan informal di negaranya. Undangan tersebut di terima
baik oleh semua pimpinan pemerintah negara yang diundang.
Where do we stand now, we the peoples of Asia , in this world of ours to day?
(Dimana sekarang kita berdiri, bangsa Asia sedang berada di tengah-tengah
persaingan dunia?), kemudian pernyataan tersebut dijawab sendiri dengan
menyatakan:
(Kita sekarang berada dipersimpangan jalan sejatah umat manusia. Oleh karena itu
kita Lima Perdana Menteri negara-negara Asia bertemu disini untuk membicarakan
masalah-masalah yang krusial yang sedang dihadapi oleh masyarakat yang kita
wakili. Ada beberapa hal yang mendorong Indonesia mengajukan usulan untuk
mengadakan pertemuan lain yang lebih luas, antara negara-negara Afrika dan Asia
. Saya percaya bahwa masalah-masalah itu tidak terjadi hanya di negara-negara
Asia yang terwakili disini, tetapi juga sama pentingnya bagi negara-negara Afrika
dan Asia lainnya).
Selanjutnya, soal perlunya Konferensi Asia Afrika diadakan, diajukan pula oleh
Indonesia dalam sidang berikutnya. Usul itu akhirnya diterima oleh semua
konferensi, walaupun masih dalam suasana keraguan.
Pada tanggal 18 Agustus 1954, Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dari India,
melalui suratnya, mengingatkan Perdana Menteri Indonesia tentang perkembangan
situasi dunia dewasa ini yang semakin gawat, sehubungan dengan adanya usul
untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika. Memang Perdana Menteri India dalam
menerima usul itu masih disertai keraguan akan berhasil-tidaknya usul itu
dilaksanakan. Barulah setelah kunjungan Perdana Menteri Indonesia pada tanggal
25 September 1954, beliau yakin benar akan pentingnya diadakan konferensi
semacam itu, seperti tercermin dalam pernyataan bersama pada akhir kunjungan
Perdan Menteri Indonesia :
Keyakinan serupa dinyatakan pula oleh Perdana Menteri Birma U Nu pada tanggal
28 september 1954.
Atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para Perdan Menteri peserta Konferensi
Kolombo (Birma, Srilangka, India, Indonesia, dan Pakistan) mengadakan Konferensi
di Bogor pada tanggal 28 dan 29 Desember 1954, yang dikenal dengan sebutan
Konferensi Panca Negara. Konferensi ini membicarakan persiapan pelaksanaan
Konferensi Asia Afrika.
Konferensi Bogor berhasil merumuskan kesepakatan bahwa Konferensi Asia Afrika
diadakan atas penyelenggaraan bersama dan kelima negara peserta konferensi
tersebut menjadi negara sponsornya. Undangan kepada negara-negara peserta
disampaikan oleh Pemerintah Indonesia atas nama lima negara.
TUJUAN KONFERENSI
1. Untuk memajukan goodwill (kehendak yang luhur) dan kerjasama antar bangsa-
bangsa Asia dan Afrika , untuk menjelajah serta memajukan kepentingan-
kepentingan mereka , baik yang silih ganti maupun yang bersama, serta untuk
menciptakan dan memajukan persahabatan serta perhubungan sebagai tetangga
baik.
Mengingat Negara-negara yang akan diundang mempunyai politik luar negeri serta
system politik dan social yang berbeda-beda.Konferensi Bogor menentukan bahwa
menerima undangan untuk turut dalam konferensi Asia Afrika tidak berarti bahwa
Negara peserta tersebut akan berubah atau dianggap berubah pendiriannya
mengenai status dari negara-negara lain.Konferensi menjunjung tinggi pula asas
bahwa bentuk pemerintahan atau cara hidup sesuatu negara sekali-sekali tidak
akan dapat dicampuri oleh negara lain.Maksud utama konferensi ialah supaya
negara-negara peserta menjadi lebih saling mengetahui pendirian mereka masing-
masing
Keperluan transport dilayani oleh 143 mobil, 30 taksi, 20 bus, dengan jumlah 230
sopir dan 350 ton bensin tiap hari serta cadangan 175 ton bensin.
Pada tanggal 15 Januari 1955, surat undangan Konferensi Asia Afrika dikirimkan
kepada Kepala Pemerintahan 25 (dua puluh lima ) negara Asia dan Afrika. Dari
seluruh negara yang diundang hanya satu negara yang menolak undangan itu, yaitu
Federasi Afrika Tengah (Central African Federation), karena memang negara itu
masih dikuasai oleh orang-orang bekas penjajahnya. Sedangkan 24 (dua puluh
empat) negara lainnya menerima baik undangan itu, meskipun pada mulanya ada
negara yang masih ragu-ragu. Sebagian besar delegasi peserta konferensi tiba di
Bandung lewat Jakarta pada tanggal 16 April 1955.
Konferensi Asia Afrika di Bandung, telah berhasil menggalang persatuan dan kerja
sama di antara negara-negara Asia dan Afrika,baik dalam menghadapi masalah
internasional maupun masalah regiobal . Konferensi serupa bagi kalangan tertentu
di Asia dan Afrika beberapa lkali diadakan pula, seperti Konferensi Wartawan Asia
Afrika , Konferensi Islam Asia Afrika, Konferensi Pengarang Asia Afrika, dan
Konferensi Mahasiswa Asia Afrika.
Konferensi Asia Afrika telah membakar semangat dan menambah kekuatan moral
para pejuang bangsa-bangsa Asia da Afrika yang pada masa itu tengah
memperjuangkan kemerdekaan tanah air mereka, sehingga kemudian lahirlah
sejumlah negara merdeka dibenua Asia dan Afrika. Semua itu menandakan bahwa
ciat-cita dan semangat Dasa Siala Bandung semakin merasuk kedalam tubuh
bangsa-bangsa Aia dan Afrika.
Jiwa Bandung dengan Dasa Silanya telah mengubah pandangan dunia tentang
hubungan internasional. Bandung telah melahirkan faham Dunia Ketiga atau Non-
Alignedterhadap dunia pertamanya Washington dan Dunia keduanya Moscow
Jawa Bandung telah mengubah juga struktur perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Forum PBB bukan lagi forum eksklusif Barat dan Timur.
Sebagai penutup uraian singkat ini, dikutip bagian terakhir pidato penutupan
Ketua Konferensi Asuia Afrika sebagai berikut : May we continue on the way we
have taken together and may the Bandung Conference stay as a beacom guiding
the future progress of Asia and Afrika
( Semoga kita dapat meneruskan perjalanan kita diatas jalan yang telah kita pilih
bersama-sama dan semoga Konferensi Bandung ini tetap tegak sebagai sebuah
mercusuar yang membimbing kemajuan dimasa depan dari Asia dan Afrika )
Konferensi Asia Afrika bersidang di Bandung dari tanggal 18 sampai 24 April 1955,
atas undangan dari para Perdana Menteri Birma, Srilanka , India , Indonesia , dan
Pakistan . Kecuali negara-negara sponsor, konferensi ini juga dihadiri oleh 24
negara sebagai berikut :
1. Kamboja
3. Ethiopia
4. Pantai Emas
5. Iran
6. Irak
7. Jepang
8. Yordania
9. Laos
10. Lebanon
11. Liberia
12. Libya
13. Nepal
14. Filipina
16. Sudan
17. Syiria
19. Turki
22. Yaman
23. Afganistan
24. Mesir
1. KERJASAMA EKONOMI
2. KERJASAMA KEBUDAYAAN
5. MASALAH-MASALAH LAINNYA