Anda di halaman 1dari 19

KAA (KONFERENSI ASIA AFRIKA)

MENGKAJI PERANAN ORGANISASI INTERNASIONAL

Konferensi ASIA-AFRIKA
Latar belakang :

Pasca perang dunia ke-2 banyak negara-negara di kawasan asia dan afrika masih
dijajah oleh penjajahnya. Contoh : Malaysia dan Singapura masih dijajah oleh
Inggris, Kongo masih dijajah Belgia, dan masih banyak lagi. Di daerah jajahan
masih hidup dalam kekurangan, miskin, tidak berpendidikan, dan diliputi peraseen
rendah diri. Sebagai pemlik sah bumi, alam negerinya sendiri, mereka tidak dapat
memanfaaatkan kekayaan tersebut karena mereka dijajah. Selain itu bangsa-
bangsa asia yang sudah merdeka masih belum mendapat kesadaran untuk bersatu.
Misalnya, China bersengketa dengan taiwan untuk memperebutkan pulau Quemoi.
Ditambah lagi PBB tidak mampu menyelesaikan persengketaan antara bangsa-
bangsa yang bersengketa. Sementara itu dunia sedang diliputi oleh adanya
persengketaan antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet beserta sekutu-sekutunya
mengenai perkembangan persenjatan modern. Hal-hal itulah yang menjadi latar
belakang penyebab berdirinya Konferensi Asia Afrika.

Dasar-dasar penyebab konferensi asia afrika.

Dasar-dasar penyabab konferensi asia afrika :

1.letak benua asia dan afrika yang berdekatan dan mampunyai kesamaan
geografis.

2.kedua benua memiliki kesamaan yang kuat bukan hanya faktor keturunan, akan
tetapi juga faktor agama dan sejarah.

3.kedua benua juga memiliki kesamaan nasib, yaitu sama-sama dijajah oleh
negara-negara eropa.

4.setelah merdeka kedua beua juga memiliki persoalan yang harus dihadapi
bersama.

Sebelum diadakan konferensi asia afrika pemuda asia mengadakan Kongres Liga
Internasional Anti Penjajahan dan Penindasan di Brussel (Belgia) pada tanggal 15
Januari 1927. Selain itu para peuda arab berkumpul di Bludan untuk membentuk
Pan-Arabisme pada tanggal 18 september 1937. pada tanggal 2 april 1947 Sri
Pandhit Jawaharlal Nehru mengadakan Konferensi Hubungan Antar Asia di New
Delhi.

Konferensi pendahuluan :

a. Konferensi kolombo.

Konferensi Kolombo dilaksanakan di Sri Langka pada tanggal 28 April sampai


sengan 2 Mei 1954. Tujuannya adalah membahas masalah Vietnam dalam

menghadapi Konferensi Jenewa pada tahun 1954. Kemudian berkembang

gagasan baru, setelah Indonesia melontarkan pentingnya menyelenggarakan

KAA. Meskipun diwarnai sikap yang agak ragu-ragu, konferensi berhasil

memutuskan hal-hal sebagai berikut:

--Indocina harus dimerdekakan dari penjajahan perancis.

--Menuntut kemerdekaan bagi Tunisia dan Marroko.

--Menyetujui dilaksanakannya KAA dan memilih Indonesia sebagai tuan rumah.

b. Konferensi Bogor (Pancanegara)

Sesuai hasil putusan Konferensi Kolombo, Indonesia kemudian melakukan


pendekatan diplomatik kepada 18 negara Asia dan Afrika. Pemerintah Indonesia
ingin mengetahui tanggapan negara-negara tersebut terhadap ide penyelenggaraan
KAA. Ternyata, negara-negara yang dihubungi

menyambut baik dan menyetujui Indonesia sebagai tuan rumahnya. Sebagai tindak
lanjut, Indonesia mengadakan Konferensi Bogor pada 28-29 Desember 1954
dengan mengundang peserta Konferensi Kolombo.

Konferensi Bogor dihadiri tokoh-tokoh penting, yaitu:

--Mr. Ali Sastroamidjojo (PM Indonesia),


--Pandit Jawaharlal Nehru (PM India),

--Mohammad Ali (PM Pakistan),

--U Nu (PM Birma/Myanmar), dan

--Sir John Kotelawala (PM Sri Langka).

Konferensi tersebut membicarakan persiapan-persiapan terakhir pelaksanaan KAA.


Kesepakatan yang dihasilkan dalam Konferensi Bogor adalah sebagai berikut:

--KAA akan diselenggarakan di Bandung pada 18-24 April 1955.

--KAA akan diikuti oleh 30 negara sebagai peserta.

--Menetapkan rancangan agenda KAA.

--Merumuskan tujuan-tujuan pokok KAA.

Konferensi Asia Afrika.

Konferensi tersebut mengundang 30 negara antara lain :

*tidak hadir dalam KAA karena terjadi pergolakan politik. (sejenis dengan politik
apertheid di Afrika Selatan)

KAA dilaksanakan di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955 dan dibuka oleh
Presiden Soekarno. Setelah Presiden Soekarno mengakhiri pidatonya, para peserta
secara aklamasi menyetujui pimpinan rapat sebagai berikut:

Ketua Konferensi : Mr. Ali Sastroamidjojo

Sekretaris Jenderal : Ruslan Abdulgani

Ketua Komite Politik : Mr. Ali Sastroamidjojo

Ketua Komite Ekonomi : Prof. Ir. Roeseno

Ketua Komite Kebudayaan : Mr. Muhammad Yamin.


Tujuan KAA.

Adapun tujuan dilaksanakan KAA adalah sebagai berikut:

1. Mewujudkan kehendak baik, kerjasama, persahabatan, dan hubungan antar


bangsa Asia dan Afrika.

2. Mempertimbangkan masalah-masalah sosial, ekonomi, dan kebudayaan bangsa-


bangsa Asia dan Afrika.

3. Mempertimbangkan masalah-masalah khusus, seperti kedaulatan nasionalisme,


rasialisme, dan kolonialisme.

4. Meningkatkan peran Asia dan Afrika dalam memajukan kerjasama dan


perdamaian dunia.

Jalannya konferensi.

Secara umum, KAA berjalan lancar, meskipun ada beberapa kendala yang telah

diduga sebelumnya. Kendala itu sebagai akibat perbedaan sistem politik masing-
masing

peserta. Filipina, Thailand, Pakistan, dan Turki adalah negara-negara yang pro
Barat. Cina dan Vietnam Utara adalah negara-negara yang pro komunis. Sedangkan
Indonesia, India, Mesir, dan Birma adalah negara-negara yang bersikap netral.

Hasil KAA :

1) Kerjasama di bidang ekonomi,

2) Kerjasama di bidang kebudayaan,

3) Hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri,

4) Masalah segenap rakyat terjajah, serta

5) Masalah perdamaian dan kerjasama dunia.

Di samping itu, konferensi berhasil merumuskan sepuluh prinsip yang


dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung, yaitu:

1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan, serta asas-asas


yangtermuat dalam piagam PBB.

2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsabangsa,baik


besar maupun kecil.

3. Mengakui persamaan semua suku-suku bangsa dan persamaan. semua bangsa-


bangsa besar maupun kecil.

4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal dalam negeri
negara lain.

5. Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara


sendirian atau secara kolektif, yang sesuai dengan piagam PBB.

6. A. Tidak mempergunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk


bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu dari negaranegara besar. B.
Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.

7. Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman-ancaman agresi ataupun


penggunaan kekerasan terhadap integritas territorial atau kemerdekaan politik
sesuatu negara.

8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti


perundingan, arbitrase atau penyelesaian hakim sesuai dengan piagam PBB.

9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama.

10. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.

Pelaksanaan KAA membawa beberapa perubahan, baik bagi Indonesia,

negera-negara Asia dan Afrika, maupun dunia.

1. Bagi Indonesia.

a. Indonesia mendapat dukungan dari negara-negara Asia dan Afrika dalam


merebut kembali Irian Barat.
b. Politik luar negeri bebas aktif Indonesia mulai diikuti oleh negara-negara yang
memihak blok Barat atau Timur.

2. Bagi negara-negara Asia dan Afrika

a. Perjuangan negara-negara Asia dan Afrika untuk memperoleh kemerdekaan


semakin meningkat.

b. Kedudukan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika semakin meningkat dalam


percaturan politik internasional.

c. terciptanya hubungan dan kerjasama antara bangsa-bangsa dan negara-negara


Asia dan Afrika dalam bidang ekonomi, sosial, dan kebudayaan.

3. Bagi dunia

a. Berkurangnya ketegangan antara blok Barat dan blok Timur.

b. Amerika Serikat dan Australia mulai menghapus politik ras diskri-minasi.

c. Negara-negara imperialis-kolonialis mulai melepaskan negara-negara


jajahannya.

KAA telah berhasil menggalang solidaritas antara bangsa-bangsa Asia dan Afrika.
Dasasila Bandung berhasil membakar semangat dan memperkuat moral bangsa-
bangsa Asia dan Afrika yang sedang berjuang mencaai kemerdekaan. Sebelum KAA,
di Afrika hanya terdapat lima negara yang merdeka, yaitu Mesir, Libya, Ethiopia,
Liberia, dan Afrika Selatan. Setelah KAA sampai tahun 1965, tercatat 33 negara di
Afrika memperoleh kemerdekaannya.
Konferensi Asia Afrika dan Peran Indonesia

Pemerintah Indonesia berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika


(KAA) pada tanggal 18-24 April 1955 di Bandung. Keberhasilan itu merupakan
suatu prestasi besar karena diselenggarakan di tengah-tengah maraknya gerakan
separatis dan keadaan pemerintahan yang tak satabil.

Latar belakang penyelenggaraan KAA adalah :

a. Pertentangan antara Blok Barat (kapitalis) dan Blok Timur (komunis) yang
mengancam ketertiban dan perdamaian dunia

b. Sebagian besar negara-negara Asia-Afrika yang menjadi korban imperialism-


kolonialisme negara-negara Barat

c. Pelaksanaan politik apartheid (diskriminasi) di beberapa negara Afrika

d. Perlunya kerjasama antara negara-negara Asia-Afrika dalam menghadapi masalah


pembangunan ekonomi, sosial, pendidikan, dan kebudayaan

Ide melaksanakan KAA datang dari Negara Indonesia yang kemudian


disambut positif dari negara-negara India, Pakistan, Sri Lanka, dan Birma
(Myanmar). Kelima negara itu, kemudian menjadi sponsor penyelenggaraan KAA.
Untuk mempersiapkan KAA, kelima negara di atas menyelenggarakan konferensi
pendahuluan, yaitu :

A. Konferensi Kolombo

Konferensi Kolombo dilaksanakan di Sri Langka pada tanggal 28 April s/d 2 Mei
1954. Tujuannya adalah membahas masalah Vietnam dalam menghadapi
Konferensi Jenewa pada tahun 1954. Selain itu konferensi berhasil memutuskan
hal-hal sebagai berikut :

a. Indocina harus dimerdekakan dari penjajahan Perancis

b. Menuntut kemerdekaan bagi Tunisia da Marroko

c. Menyetujui dilaksanakannya KAA dan menugaskan Indonesia untuk menyelidiki


kemungkinan KAA itu

B. Konferensi Bogor (Pancanegara)


Sesuai hasil putusan Konferensi Kolombo, Indonesia kemudian melakukan
pendekatan diplomatik kepada 18 negara Asia-Afrika. Pemerintah Indonesia ingin
mengetahui tanggapan negara-negara tersebut terhadap ide penyelenggaraan KAA.
Ternyata, negara-negara yang dihubungi menyambut baik dan menyetujui
Indonesia sebagai tuan rumahnya.

Sebagai tindak lanjut, Indonesia mengadakan Konferensi Bogor pada 28-29


Desember 1964 dengan mengundang peserta Konferensi Bogor dihadiri tokoh-
tokoh penting, yaitu :

1. Mr. Ali Sastroamidjojo (PM Indonesia)

2. Pandit Jawaharlal Nehru (PM India)

3. Mohammad Ali (PM Pakistan)

4. U Nu (PM Birma/Myanmar), dan

5. Sir John Kotelawala (PM Sri Langka

Konferensi tersebut membicarakan persiapan-persiapan terakhir pelaksanaan KAA.


Kesepakatan yang dihasilkan dalam Konferensi Bogor adalah sebagai berikut :

a. KAA akan diselenggarakan di Bandung pada 18-24 April 1955

b. KAA akan 30 negara sebagai peserta

c. Menetapkan rancangan agenda KAA

d. Merumuskan tujuan-tujuan pokok KAA

KAA dilaksanakan di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955 dan dibuka oleh
Presiden Soekarno. Adapun tujuan dilaksanakan KAA sebagai berikut :

a. Mewujudkan kehendak baik, kerjasama, persahabatan, dan hubungan antar bangsa


Asia-Afrika

b. Mempertimbangkan masalah-masalah sosial, ekonomi, dan kebudayaan bangsa-


bangsa Asia-Afrika

c. Mempertimbangkan masalah-masalah khusus, seperti kedaulatan nasional,


rasialisme, dan kolonialisme

d. Meningkatkan peran Asia-Afrika dalam memajukan kerjasama dan perdamaian


dunia
KAA membawa beberapa perubahan, baik bagi Indonesia, negara-negara Asia-
Afrika, maupun dunia, yaitu :

Bagi Indonesia

1. Indonesia mendapat dukungan dari negara-negara Asia-Afrika dalam merebut


kembali Irian Barat

2. Politik luar negeri bebas aktif Indonesia mulai diikuti oleh negara-negara yang
memihak blok Barat atau Timur

Bagi negara-negara Asia-Afrika

1. Perjuangan negara-negara Asia-Afrika untuk memperoleh kemerdekaan semakin


meningkat

2. Kedudukan bangsa-bangsa di Asia-Afrika semakin meningkat dalam percaturan


plitik Internasional

3. Terciptanya hubungan dan kerjasama antara bangsa-bangsa dan negara-negara


Asia-Afrika dalam bidang ekonomi, sosial, dan kebudayaan

Bagi dunia

1. Berkurangnya ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur

2. Amerika Serikat dan Australia mulai menghapus politik ras diskriminasi

3. Negara-negara imperialis-kolonialis mulai melepaskan negara-negara jajahannya


SEJARAH KONFERENSI ASIA AFRIKA
Berakhirnya Perang Dunia II pada bulan Agustus 1945,tidak berarti berakhir pula
situasi permusuhan di antara bangsa-bangsa di dunia dan tercipta perdamaian dan
keamanan. Ternyata di beberapa pelosok dunia, terutama dibelahan bumi Asia
Afrika,masih ada masalah dan muncul masalah baru yang mengakibatkan masalah
baru yang mengakibatkan permusuhan yang terus berlangsung,bahkan pada tingkat
perang terbuka, seperti di Jazirah Korea, Indo Cina, Palestina, Afrika Selatan,
Afrika Utara.

Masalah-masalah tersebut sebagian disebabkan oleh lahirnya dua blok kekuatan


yang bertentangan secara ideology maupun kepentingan,yaitu Blok Barat dan Blok
Timur.Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin oleh Uni
Sovyet. Tiap-tiap Blok berusaha menarik negara-negara Asia dan afrika agar
menjadi pendukung mereka. Hal ini mengakibatnkan tetap hidupnya dan bahkan
tumbuhnya suasana permusuhan yang terselubung diantara dua Blok itu dan
pendukungnya. Suasana permusuhan tersebut dikenal dengan nama Perang
Dingin.

Timbulnya pergolakan didunia disebabkan pula masih adanya penjajahan di bumi


kita ini, terutama di belahan Asia dan Afrika. Memang sebelum tahun 1945, pada
umumnya dunia Asia dan Afrika merupakan daerah jajahan bangsa Barat dalam
aneka bentuk. Tetapi sejak tahun 1945, banyak di daerah Asia Afrika menjadi
negara merdeka dan banyak pula yang masih berjuang bagi kemerdekaan negara
dan bangsa mereka seperti Aljazair, Tunisia, dan Maroko di wilayah Afrika Utara;
Vietnam di Indo Cina; dan di ujung selatan Afrika. Beberapa negara Asia Afrika
yang telah merdeka pun masih banyak yang menghadapi masalah-masalah sisa
penjajahan seperti Indonesia tentang Irian Barat , India dan Pakistan terpaksa
mengungsi, karena tanah air mereka diduduki secara paksa oleh pasukan Israel
yang di Bantu oleh amerika Serikat.

Sementara itu bangsa-bangsa di dunia, terutama bangsa-bangsa Asia Afrika, sedang


dilanda kekhawatiran akibat makin dikembangkannya senjata nuklir yang bisa
memusnahkan umat manusia. Situasi dalam negeri dibeberapa Asia Afrika yang
telah merdeka pun masih terjadi konflik antar kelompok masyarakat sebagai
akibat masa penjajahan (politik divide et impera) dan perang dingin antar blok
dunia tersebut.

Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) yang berfungsi menangani masalah-masalah dunia, namun nyatanya
badan ini belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut. Sedangakan
kenyataannya, akibtan yang ditimbulkan oleh masalah-masalah ini, sebagian besar
diderita oleh bangsa-bangsa di Asia Afrika.

Keadaan itulah yang melatarbelakangi lahirnya gagasan untuk mengadakan


Konferensi Asia Afrika.

LAHIRNYA IDE KONFERENSI

Keterangan Pemerintah Indonesia tentang politik luar negeri yang disampaikan


oleh Perdana Menteri Mr.Ali Sastroamidjojo, di depan parlemen pada tanggal 25
Agustus 1953, menyatakan;

Kerja sama dalam golongan negara-negara Asia Arab (Afrika) kami pandang
penting benar, karena kami yakin, bahwa kerja sama erat negara-negara tersebut
tentulah akan memperkuat usaha ke arah perdamaian dunia yang kekal.
Kerjasama antar negara-negara Asia Afrika tersebut adalah sesuai benar dengan
aturan-aturan dalam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang menyenangi
kerjasama kedaerahan (regional arrangements). Lain dari itu negara-negara itu
pada umumnya memang mempunyai pendirian-pendirian yang sama dalam
beberapa soal di lapangan internasional, jadi mempunyai dasar sama
(commonground)untuk mengadakan golongan yang khusus. Dari sebab itu kerja
sama tersebut akan kami lanjutkan dan pererat.

Bunyi pernyataan tersebut mencerminkan ide dan kehendak Pemerintah Indonesia


untuk mempererat kerja sama di antara negara-negara Asia Afrika.

Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon (Srilangka) Sir Jhon Kotelawala
mengundang para Perdana Menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru),
Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan maksud
mengadakan suatu pertemuan informal di negaranya. Undangan tersebut di terima
baik oleh semua pimpinan pemerintah negara yang diundang.

Pertemuan yang kemudian disebut Konferensi Kolombo itu dilaksanakan pada


tanggal 28 April sampai dengan 2 Mei 1954. konferensi ini membicarakan masalah-
masalah yang menjadi kepentingan bersama.
Yang menarik perhatian para peserta konferensi, diantaranya pernyataan yang
diajukan oleh Perdana Menteri Indonesia :

Where do we stand now, we the peoples of Asia , in this world of ours to day?
(Dimana sekarang kita berdiri, bangsa Asia sedang berada di tengah-tengah
persaingan dunia?), kemudian pernyataan tersebut dijawab sendiri dengan
menyatakan:

We have noe indeed at the cross-roads of the historyof mankind. It is therefore


that we Prime Minister of five Asian countries are meeting here to discuss those
crucial problems whice urge Indonesia to propose that another conference be
convened wide3r in scope, between the African and Asian Nations. I am convined
that the problems are not only convened to the Asian countries represented here
but also are of equal importance to the Afrika and other Asian countries.

(Kita sekarang berada dipersimpangan jalan sejatah umat manusia. Oleh karena itu
kita Lima Perdana Menteri negara-negara Asia bertemu disini untuk membicarakan
masalah-masalah yang krusial yang sedang dihadapi oleh masyarakat yang kita
wakili. Ada beberapa hal yang mendorong Indonesia mengajukan usulan untuk
mengadakan pertemuan lain yang lebih luas, antara negara-negara Afrika dan Asia
. Saya percaya bahwa masalah-masalah itu tidak terjadi hanya di negara-negara
Asia yang terwakili disini, tetapi juga sama pentingnya bagi negara-negara Afrika
dan Asia lainnya).

Pernyataan tersebut memberi arah kepada lahirnya Konferensi Asia Afrika.

Selanjutnya, soal perlunya Konferensi Asia Afrika diadakan, diajukan pula oleh
Indonesia dalam sidang berikutnya. Usul itu akhirnya diterima oleh semua
konferensi, walaupun masih dalam suasana keraguan.

Perdana Menteri Indonesia pergi ke Kolombo untuk memenuhi undangan Perdana


Menteri Srilangka dengan membawa bahan-bahan hasil perumusan Pemerintah
Indonesia . Bahan-bahan tersebut merupakan hasil rapat dinas Kepala-kepala
Perwakilan Indonesia di negara-negara Asia dan Afrika yang dipimpin oleh Menteri
Luar Negeri Mr.Sunario. rapat dinas tersebut diadakan di tugu ( Bogor ) pada
tanggal 9 Sampai dengan 22 Maret 1954.

Akhirnya, dalam pernyataan bersama pada akhir Konferensi Kolombo, dinyatakan


bahwa para Perdana Menteri peserta konferensi mkembicarakan kehendak untuk
mengadakan konferensi negara-negara Asia Afrika dan menyetujui usul agar
Perdana Menteri Indonesia dapat menjejaki sampai dimana kemungkinannya
mengadakan konferensi semacam itu.

USAHA-USAHA PERSIAPAN KONFERENSI


Konferensi Kolombo telah menugaskan Indonesia agar menjejaki kemungkinan
untuk diadakannya Konferensi Asia Afrika. Dalam rangka menunaikan tugas itu
Pemerintah Indonesia melakukan pendekatan melalui saluran diplomatic kepada
18 negara Asia Afrika. Maksudnya, untuk mengetahui sejauh mana pendapat
negara-negara tersebut terhada ide mengadakan Konferensi Asia Afrika. Dalam
pendekatan tersebut dijelasakan bahwa tujuan utama konferense tersebut ialah
untuk membicarakan kepentingan bersama bangsa-bangsa Asia afrika pada saat
itu, mendorong terciptanya perdamaian dunia, dan mempromosikan Indonesia
sebagai tempat konferensi. Ternyata pada umumnya negara-negara yang dihubungi
menyambut baik ide tersebut dan menyetujui Indonesia sebagai tuan rumahnya,
walaupun dalam hal waktu dan peserta konferensi terdapat berbagai pendapat
yang berbeda.

Pada tanggal 18 Agustus 1954, Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dari India,
melalui suratnya, mengingatkan Perdana Menteri Indonesia tentang perkembangan
situasi dunia dewasa ini yang semakin gawat, sehubungan dengan adanya usul
untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika. Memang Perdana Menteri India dalam
menerima usul itu masih disertai keraguan akan berhasil-tidaknya usul itu
dilaksanakan. Barulah setelah kunjungan Perdana Menteri Indonesia pada tanggal
25 September 1954, beliau yakin benar akan pentingnya diadakan konferensi
semacam itu, seperti tercermin dalam pernyataan bersama pada akhir kunjungan
Perdan Menteri Indonesia :

The prime reprensentatives discussed also the proposal to have a conference of


representatives of Asians and African countries and were agreed that a conference
of this kind was desirble and world be helpful in promoting. Is should be held at an
early date.

(Para Perdana Menteri telah membicarakan usulan untuk mengadakan sebuah


konferensi yang mewakili negara-negara Asia dan Afrika serta menyetujui
konferensi seperti ini sangat diperlukan dan akan membantu terciptanya
perdamaian sekaligus pendekatan bersama ke arah masalah (yang dihadapi).
Hendaknya konferensi ini diadakan selekas mungkin).

Keyakinan serupa dinyatakan pula oleh Perdana Menteri Birma U Nu pada tanggal
28 september 1954.

Dengan demikian, maka usaha-usaha penyelidikan atas kemungkinan


diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika dianggap selesai dan berhasil serta
usaha selanjutnya ialah mempersiapkan pelaksanaan konferensi itu.

Atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para Perdan Menteri peserta Konferensi
Kolombo (Birma, Srilangka, India, Indonesia, dan Pakistan) mengadakan Konferensi
di Bogor pada tanggal 28 dan 29 Desember 1954, yang dikenal dengan sebutan
Konferensi Panca Negara. Konferensi ini membicarakan persiapan pelaksanaan
Konferensi Asia Afrika.
Konferensi Bogor berhasil merumuskan kesepakatan bahwa Konferensi Asia Afrika
diadakan atas penyelenggaraan bersama dan kelima negara peserta konferensi
tersebut menjadi negara sponsornya. Undangan kepada negara-negara peserta
disampaikan oleh Pemerintah Indonesia atas nama lima negara.

TUJUAN KONFERENSI

Konferensi Bogor menghasilkan 4 tujuan pokok Konferensi Asia Afrika yaitu :

1. Untuk memajukan goodwill (kehendak yang luhur) dan kerjasama antar bangsa-
bangsa Asia dan Afrika , untuk menjelajah serta memajukan kepentingan-
kepentingan mereka , baik yang silih ganti maupun yang bersama, serta untuk
menciptakan dan memajukan persahabatan serta perhubungan sebagai tetangga
baik.

2. Untuk mempertimbangkan soal-soal serta hubungan-hubungan di lapangan


social , ekonomi , dan kebudayaan Negara yang diwakili.

3. Untuk mempertimbangkan soal-soal yang berupa kepentingan khusus bangsa-


bangsa Asia dan Afrika, misalnya soal-soal yang mengenai kedaulatan nasional dan
tentang masalah-masalah rasialisme dan kolonialisme.

4. Untuk meninjau kedudukan Asia dan Afrika , serta rakyat-rakyatnya didalam


dunis dewasa ini serta sumbangan yang dapat mereka berikan guna memajukan
perdamaian serta kerja sama didunia.

PESERTA DAN WAKTU KONFERENSI

Negara-negara yang diundang disetujui berjumlah 25 negara.yaitu : Afganistan,


Kamboja, Federasi Afrika Tengah, Republik Rakyat Tiongkok (China), Mesir,
Ethiopia, Pantai Emas (Gold Coast), Iran, Irak, Jepang, Yordania, Laos, Libanon,
Liberia, Libya, Nepal, Filipina, Saudi Arabia, Sudan, Syria, Thailand (Muang thai),
Turki, Republik Demokrasi Vietnam (Vietnam Utara), Vietnam Selatan, dan Yaman
. Waktu Konferensi ditetapkan pada minggu terakhir April 1995.

Mengingat Negara-negara yang akan diundang mempunyai politik luar negeri serta
system politik dan social yang berbeda-beda.Konferensi Bogor menentukan bahwa
menerima undangan untuk turut dalam konferensi Asia Afrika tidak berarti bahwa
Negara peserta tersebut akan berubah atau dianggap berubah pendiriannya
mengenai status dari negara-negara lain.Konferensi menjunjung tinggi pula asas
bahwa bentuk pemerintahan atau cara hidup sesuatu negara sekali-sekali tidak
akan dapat dicampuri oleh negara lain.Maksud utama konferensi ialah supaya
negara-negara peserta menjadi lebih saling mengetahui pendirian mereka masing-
masing

PELAKSANAAN KAA 1955


Gedung Dana Pensiun dipersiapkan sebagai tempat sidang-sidang Konferensi .
Hotel Homann, Hotel Preanger, dan 12 (duabelas) hotel lainnya serta perumahan
perorangan dan pemerintah dipersiapkan pula sebagai tempat menginap para tamu
yang berjumlah 1300 orang.

Keperluan transport dilayani oleh 143 mobil, 30 taksi, 20 bus, dengan jumlah 230
sopir dan 350 ton bensin tiap hari serta cadangan 175 ton bensin.

Dalam kesempatan memeriksa persiapan-persiapan terakhir di Bandung pada


tanggal 17 April 1955, Presiden RI Soekarno meresmikan penggantian nama
Gedung Concordia menjadi Gedung Merdeka, Gedung Dana Pensiun menjadi
Gedung Dwi Warna, dan sebagian Jalan Raya Timur menjadi Jalan Asia Afrika.
Penggantian nama tersebut dimaksudkan untuk lebih menyemarakkan konferensi
dan menciptakan suasana konferensi yang sesuai dengan tujuan konferensi.

Pada tanggal 15 Januari 1955, surat undangan Konferensi Asia Afrika dikirimkan
kepada Kepala Pemerintahan 25 (dua puluh lima ) negara Asia dan Afrika. Dari
seluruh negara yang diundang hanya satu negara yang menolak undangan itu, yaitu
Federasi Afrika Tengah (Central African Federation), karena memang negara itu
masih dikuasai oleh orang-orang bekas penjajahnya. Sedangkan 24 (dua puluh
empat) negara lainnya menerima baik undangan itu, meskipun pada mulanya ada
negara yang masih ragu-ragu. Sebagian besar delegasi peserta konferensi tiba di
Bandung lewat Jakarta pada tanggal 16 April 1955.

Dalam penutup komunike terakhir dinyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika


menganjurkan menganjurkan supaya kelima negara penyelenggara
mempertimbangkan untuk diadakan pertemuan berikutnya dari konferensi ini,
dengan meminta pendapat negara-negara pesreta lainnya. Tetapi usaha untuk
mengadakan Konferensi Asia Afrika kedua sesalu mengalami hambatan yang sulit
diatasi. Tatkala usaha itu hampir terwujud (1964), tiba-tiba di negara tuan rumah
(Aljazair) terjadi pergantian pemerintahan, sehingga konferensi itu jadi.

Konferensi Asia Afrika di Bandung, telah berhasil menggalang persatuan dan kerja
sama di antara negara-negara Asia dan Afrika,baik dalam menghadapi masalah
internasional maupun masalah regiobal . Konferensi serupa bagi kalangan tertentu
di Asia dan Afrika beberapa lkali diadakan pula, seperti Konferensi Wartawan Asia
Afrika , Konferensi Islam Asia Afrika, Konferensi Pengarang Asia Afrika, dan
Konferensi Mahasiswa Asia Afrika.

Konferensi Asia Afrika telah membakar semangat dan menambah kekuatan moral
para pejuang bangsa-bangsa Asia da Afrika yang pada masa itu tengah
memperjuangkan kemerdekaan tanah air mereka, sehingga kemudian lahirlah
sejumlah negara merdeka dibenua Asia dan Afrika. Semua itu menandakan bahwa
ciat-cita dan semangat Dasa Siala Bandung semakin merasuk kedalam tubuh
bangsa-bangsa Aia dan Afrika.
Jiwa Bandung dengan Dasa Silanya telah mengubah pandangan dunia tentang
hubungan internasional. Bandung telah melahirkan faham Dunia Ketiga atau Non-
Alignedterhadap dunia pertamanya Washington dan Dunia keduanya Moscow
Jawa Bandung telah mengubah juga struktur perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Forum PBB bukan lagi forum eksklusif Barat dan Timur.

Sebagai penutup uraian singkat ini, dikutip bagian terakhir pidato penutupan
Ketua Konferensi Asuia Afrika sebagai berikut : May we continue on the way we
have taken together and may the Bandung Conference stay as a beacom guiding
the future progress of Asia and Afrika

( Semoga kita dapat meneruskan perjalanan kita diatas jalan yang telah kita pilih
bersama-sama dan semoga Konferensi Bandung ini tetap tegak sebagai sebuah
mercusuar yang membimbing kemajuan dimasa depan dari Asia dan Afrika )

KOMUNIKE AKHIR KONFERENSI ASIA AFRIKA

Konferensi Asia Afrika bersidang di Bandung dari tanggal 18 sampai 24 April 1955,
atas undangan dari para Perdana Menteri Birma, Srilanka , India , Indonesia , dan
Pakistan . Kecuali negara-negara sponsor, konferensi ini juga dihadiri oleh 24
negara sebagai berikut :

1. Kamboja

2. Republik Rakyat Cina

3. Ethiopia

4. Pantai Emas

5. Iran

6. Irak

7. Jepang

8. Yordania

9. Laos

10. Lebanon

11. Liberia

12. Libya
13. Nepal

14. Filipina

15. Saudi Arabia

16. Sudan

17. Syiria

18. Muang Thai

19. Turki

20. Republik Demokrasi Viet-Nam

21. Viet-nam Selatan

22. Yaman

23. Afganistan

24. Mesir

Konferensi Asia Afrika membicarakan masalah-masalah yang menjadi perhatian


dan kepentingan bersama negara-negara Asia dan Afrika dan membahas cara-cara
dan upaya-upaya agar rakyat mereka dapat mencapai kerjasama ekonomi ,
kebudayaan, dan politik yang lebih erat.

1. KERJASAMA EKONOMI

2. KERJASAMA KEBUDAYAAN

3. HAK-HAK ASASI MANUSIA DAN HAK MENENTUKAN NASIB SENDIRI

4. MASALAH RAKYAT-RAKYAT YANG BELUM MERDEKA

5. MASALAH-MASALAH LAINNYA

6. PENINGKATAN PERDAMAIAN DAN KERJASAMA DUNIA

7. DEKLARASI TENTANG PENINGKATAN PERDAMAIAN DAN KERJASAMA DUNIA


Konferensi Asia Afrika menyatakan keyakinannya, bahwa kerukunan kerjasama
yang sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut akan memberikan sumbangan yang
berhasilguna bagi pemeliharaan dan peningkatan perdamaian dan keamanan
internasional, sedang bekerjasama dibidang ekonomi, sosial dan kebudayaan akan
membantu terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran semua.

Konferensi Asia Afrika menganjurkan agar kelima negara sponsor memikirkan


penyelenggaraan konferensi berikutnya, setelah berkonsultasi dengan negara-
negara peserta.

Anda mungkin juga menyukai