Anda di halaman 1dari 21

A.

Pengertian Psikotes
Psikotes merupakan serangkaian tes yang dilakukan oleh Psikolog (profesional) atas
permintaan klien (individu atau organisasi) untuk memberikan gambaran utuh tentang
aspek-aspek psikologis seseorang sesuai dengan kebutuhan dan keperluan klien.

Tes tersebut diberikan sebagai alat atau sarana bagi Psikolog untuk dapat memahami
secara utuh aspek-aspek psikologis individu agar dapat memberikan gambaran (profile
psikogram) setiap individu yang mengikuti tes tersebut.

Keseluruhan proses tes tersebut dilakukan sesuai dengan standar pelayanan kode etik
psikolog.
Psikotes sebenarnya bukan ujian, karena itu tidak benar kalau dikatakan tidak lulus
ujian psikotes; karena yang dilakukan oleh Psikolog adalah meminta respon atas
pernyataan/pertanyaan yang diberikan kepada individu sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya orang yang bersangkutan. Respon tersebutlah yang dijadikan indikator
untuk memberikan gambaran profile setiap individu yang mengikuti tes.

B. Kalau begitu, mengapa ada yang tidak lolos


Setiap kali klien yang meminta psikotes biasanya menentukan standar norma atau
minimal didiskusikan dengan klien tersebut norma yang menjadi acuan bagi Psikolog
dalam menentukan batas kelolosan tersebut. Dalam hal ini bukan psikolog yang
menentukan norma tersebut; Psikolog hanya membantu klien memetakan individu
sesuai dengan standar norma tersebut, apakah masuk dalam kategori biru, kuning,
atau merah.

C. Apa sih yang diukur dalam psikotes?


Psikotes mengukur segenap kompetensi yang ada dalam diri individu. Oleh karena itu
biasanya norma ditentukan berdasarkan posisi dimana individu tersebut akan
ditempatkan, atau peran apa yang akan dilakukan oleh orang tersebut. Dengan
demikian sebenarnya yang dilakukan oleh Psikolog adalah membantu pihak
manajemen dalam melakukan the right man on the right place atau job-fit. Oleh
karena itu Anda tak perlu kecewa kalau tidak lolos, karena kesemua tes yang diberikan
adalah menggambarkan kemampuan dan kompetensi Anda sesuai dengan respon
yang Anda berikan. Yang perlu dilakukan adalah introspeksi diri, karena mungkin
selama ini Anda belum memahami diri Anda secara seksama. Ingatlah bahwa
keberhasilan Anda bukanlah takdir, tapi merupakan upaya yang sungguh-sungguh Anda
ingin wujudkan. Berusahalah terus menerus dan perbaikilah diri Anda terus menerus,
Insya Allah yakinlah sukses.
D. Apa yang perlu diperhatikan?
Karena psikotes bukan merupakan ujian, maka tidak perlu Anda belajar
mengerjakan tes atau bahkan kursus kilat untuk ikut psikotes. Yang
diperlukan adalah kesiapan mental dalam mengikuti psikotes; karena
keselurahan tes yang diberikan adalah untuk menggambarkan
kepribadian Anda secara keseluruhan, maka ketika Anda nyontek atau
tidak konsen pada waktu psikotes akan mempengaruhi gambaran diri
Anda. Ketika Psikolog menemukan kepribadian ganda dalam diri Anda
biasanya direkomendasikan dalam kategori merah artinya anda tidak
lolos.
Sebelum psikotes, sebaiknya Anda istirahat yang cukup, karena
psikotes biasanya memerlukan waktu yang lama dan cukup melelahkan.
Pada dasarnya tes yang diberikan merupakan keadaan sehari-hari yang
Anda jumpai, namun karena waktunya yang terbatas itulah yang
melelahkan. Ingat ritme emosi Anda dalam mengerjakan tes juga akan
tergambar dalam hasil psikotes Anda.

Persiapan Test Psiko


Berikut ada beberapa tips dari penglaman saya ikut phisicotest.

Phsicology Test/Tes Psikologi atau psikotes/psikotest sebagai bagian dalam tahapan penerimaan calon
pegawai. Keunikan dari tes ini adalah pada ketidakpastiannya. Mengapa? Karena faktor ini dapat
memutarbalikan perhitungan logis potensi seseorang. Sebagai contoh, seseorang lulusan perguruan
tinggi terbaik di negeri ini dengan IPK : 3 koma dan berpengalaman sebagai asisten dosen, tidak dapat
lolos dari lobang jarum ujian psikotes sehingga akhirnya harus berwirausaha karena belum pernah
mampu melewati psikotes untuk diterima bekerja di sebuah perusahaan. Memang ini ironi, namun ini
fakta. Psikotes memang merupakan fenomena tersendiri bagi para pelamar kerja. Penulis juga pernah
menghadapi hal serupa, untuk kemudian harus bangkit melalui proses learning by doing. Penulis bukan
seorang psikiater maupun phsicology tester, namun beberapa tips yang akan di-share berikut ini,
berdasarkan pengalaman penulis ketika menghadapi psikotes, diharapkan mampu membantu
mengurangi kegagalan psikotes Anda:

1. Tes Logika Aritmatika. Tes ini terdiri atas deret angka. Yang diukur dalam tes ini adalah kemampuan
analisa anda dalam memahami pola-pola/kecenderungan tertentu (dalam wujud deret angka) untuk
kemudian memprediksikan hal-hal lain berdasarkan pola tersebut. Tipsnya: 1) jangan terpaku pada deret
hitung atau deret ukur perhitungan matematika saja yaitu jangan terpaku pada 3 -4 angka terdepan
dalam deret namun adakalanya anda melihat deret secara keseluruhan karena pola bisa berupa urutan,
pengelompokan berurutan maupun pengelompokan loncat. 2) Ingat keterbatasan waktu. Jangan terlalu
asyik dan terpaku hanya pada sebuah soal yang penasaran ingin anda pecahkan, lompati ke soal
berikutnya karena terkadang soal di bawahnya lebih mudah dipecahkan dibandingkan soal sebelumnya.
3) Anda bisa melatih kemampuan anda ini dari buku-buku tes UMPTN/SPMB untuk materi deret
hitung/deret ukur. Contoh:
- 16 8 4 2 1 1/2

2. Tes Logika Penalaran. Tes ini terdiri atas deret gambar baik 2 maupun 3 dimensi. Yang ingin diukur
dalam tes ini adalah kemapuan anda dalam memahami pola-pola/kecenderungan tertentu (dalam wujud
gambar) untuk kemudian melakukan prediksi berdasarkan pola anda tersebut: Tipsnya: konsetrasi, hati-
hati dan teliti. Karena bentuk-bentuk yang ditawarkan hampir serupa walau tak sama.Contoh:
3. Analog Verbal Test. Tes ini terdiri atas 40 soal yang berisi sinonim/antonim/analog suatu kata. Yang
diukur dalam tes ini adalah kemampuan logika anda terhadap sebuah kondisi, untuk melihat sejauh mana
anda memahami sebab-akibat suatu permasalahan. Tipsnya: Apabila anda bermasalah dengan
konsentrasi dan logika, anda bisa mem-bypass-nya dengan menghafal soal dan jawaban. Karena
beberapa kali penulis menghadapi tes in, soal yang diberikan relatif sama. Contoh:
- wanita : kebaya = pria :
- a. sepatu b. baju c. topi d. jas
- kubus : pyramid = empat persegi :
- a. peti b. mesir c. pentagon d. segitiga

4. Kraeplien/Pauli. Tes ini terdiri atas gugusan angka-angka yang tersusun secara membujur (atas-
bawah) dalam bentuk lajur-lajur. Calon pegawai diminta untuk menjumlahkan dua angka yang berdekatan
dalam waktu tertentu di setiap kolom dan menuliskan disampingnya. Yang diukur dalam tes ini adalah
konsistensi, ketahanan, sikap terhadap tekanan, kemampuan daya penyesuaian diri, ketelitian sekaligus
kecepatan dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Tipsnya : 1) Jangan sekalipun menggunakan pensil
mekanis dalam tes ini melainkan pensil biasa atau pulpen saja, karena tes ini sangat terikat dengan
waktu. Pensil mekanis membutuhkan di-reload ketika ujung granitnya habis, mekanisme ini
membutuhkan waktu sekitar 0.5-1 detik. Apabila anda melakukan reload dalam 10 lajur berarti anda telah
kehilangan waktu 5-10 detik. 2) Usahakan jumlah angka yang dijumlahkan di masing-masing kolom
stabil. Hasilnya akan lebih baik jika dibandingkan anda memaksakan diri di awal tes namun tergopoh-
gopoh di pertengahan dan akhir tes. Kendalikan diri anda untuk menghemat tenaga. 3) Jangan sekalipun
melakukan cheating terhadap waktu maupun hasil penjumlahan. Hal ini akan merugikan anda sendiri
karena justru untuk cheating anda akan membutuhkan waktu sekian detik untuk memutuskan dan itu
berarti justru membuang waktu dan memubuat grafik penjumlahan anda tidak alami. 4) Hal yang paling
penting dari keseluruhan tes kraeplein adalah konsentrasi. Terkadang anda akan
merasa blank padapertengahan tes, namun anda harus bisa bangkit & fokus lagi pada tes. Untuk itu
kondisi fisik sangat berpengaruh. Usahakan tidak begadang dan sarapan dahulu sebelum berangkat tes
karena model tes ini sangat menyedot energi anda.
5. Wartegg Test. Tes ini terdiri atas 8 kotak yang berisi bentukan-bentukan tertentu seperti titik, garis
kurva, 3 garis sejajar, kotak, dua garis saling memotong, dua garis terpisah, tujuh buah titik tersusun
melengkung dan garis melengkung. Anda akan diminta menggambar kemudian menuliskan urutan
gambar yang telah anda buat, lalu menuliskan nomor gambar mana paling disukai, tidak disukai, sulit dan
mudah menurut anda. Yang diukur dalam tes ini adalah emosi, imajinasi, intelektual dan aktifitas subjek.
Contoh:

Tipsnya adalah: 1) Urutan menggambar sebaiknya anda buat kombinasi antara sesuai nomor dan acak.
Misalnya 1,2,3,4 kemudian 8,7,6,5. Karena apabila anda menggambar berdasarkan urutan 1,2,3,4,5,6,7,8
anda dipandang HRD sebagai orang yang kaku/konservatif sedangkan apabila anda menggambar secara
acak misalnya 5,7,6,8,3,2,4,1 anda akan dipandang HRD sebagai orang yang terlalu kreatif, inovatif dan
cenderung suka akan breaking the low. 2) Kalau anda bergender lelaki jangan mulai dengan nomor 5,
karena beberapa anggapan menyebutkan hal ini berpengaruh terhadap orientasi seks anda. Berikut ini
adalah salah satu contoh pengerjaan yang pernah digunakan penulis untuk melewati tahap psikotes ini:

6. Draw A Man Test (DAM). Tes ini mengharuskan anda untuk menggambar sesorang, untuk kemudian
anda deskripsikan usia, jenis kelamin dan aktifitas orang tersebut. Tes ini dipergunakan untuk mengatahui
tanggung jawab, kepercayaan diri, kestabilan dan ketahanan kerja. Tipsnya: 1) Gambarlah orang tersebut
secara utuh mulai dari ujung kepala sampai ke ujung kaki, termasuk detil muka seperti mata, hidung,
mulut dan telinga. 2) Gambarlah orang tersebut dalam keadaan sedang melakukan aktifitas, misalnya
pak tani sedang membawa cangkul, eksekutif muda sedang menenteng koper dsb.

7. Army Alpha Intelegence Test. Tes ini terdiri atas 12 soal yang berisi kombinasi deretan angka dan
deretan bentuk. Soal satu soal kadang terkait dengan soal sebelumya. Yang diukur dalam tes ini adalah
kemampuan daya tangkap Anda dalam menerima dan melaksanakan instruksi dengan cepat dan tepat.
Tipsnya : konsentrasilah kepada apa yang dikatakan narator, karena narator tidak akan mengulang
instruksi tersebut dan waktu yang diberikan sangat terbatas. Sabar, jangan terburu menjawab, sebelum
narator selesai memberikan instruksi. Contoh:
Narator akan mediktekan soal sebagai berikut : Coretlah angka ganjil dalam kotak dan coretlah angka
genap yang berhuruf dalam lingkaran, kerjakan! dan pada lembar jawaban akan diberikan gambar
sebagai berikut:

8. Menggambar Pohon. Tes ini terdiri atas tugas untuk menggambar pohon dengan kriteria :
berkambium (dicotyl), bercabang dan berbuah. Sehingga tidak diperbolehkan kepada anda menggambar
pohon jenis bambu, pisang, semak belukar ataupun jenis tanaman monocotyl lainnya. Tipsnya : 1) Pada
setiap tes menggambar pohon yang pernah dilalui, penulis selalu menggambar pohon nangka. Karena
pohon tersebut mewakili jenis tanaman dicotyl / berkambium. 2) Walaupun anda tidak begitu pandai
dalam hal menggambar, usahakan menggambar secara detil dan rinci setiap komponen dari pohon
tersebut seperti tangkai, bentuk daun, kerapatan daun, buah, akar bahkan alur pohon. 3) Untuk hasil
yang lebih maksimal, fotolah pohon tersebut, pelajari karakter jenis pohonnya, kemudian latihlah
kemampuan menggambar anda dengan mengacu pada foto tersebut.

9. Edwards Personal Preference Schedule (EPPS). Tes ini terdiri atas pilihan-pilhan jawaban yang
paling mencerminkan diri anda. Tes ini dipergunakan untuk mengetahui seberapa besar motivasi,
kebutuhan dan motif seseorang. Tipsnya: 1) Jawablah setiap pertanyaan dengan jujur sesuai dengan
kondisi anda, setidaknya yang paling mendekati, karena pertanyaan akan berulang di nomor-nomor
berikutnya, sehingga apabila jawaban anda tidak sinkron, hal ini akan merugikan Anda. Kejujuran anda
terkait dengan cerminan kesesuaian diri anda terhadap lowongan pekerjaan yang anda lamar. 2) Secara
keseluruhan, tes EPPS ini memang paling sulit untuk di-adjustment (diakali), namun setidaknya ada
beberapa pertanyaan yang bisa di-adjustment untuk disesuaikan dengan lowongan pekerjaan yang anda
pilihan. Misalnya ketika anda melamar menjadi pegawai Bank, pilihlah jawaban-jawaban yang
mencerminkan kejujuran, keteraturan, kedisiplinan dan mampu bekerja dalam teamwork. 3) Karena
sulitnya proses adjusment tehadap tes ini, jalan paling praktis yang dapat ditempuh adalah memperbaiki
diri (self improvement) anda dalam segala hal, setup diri anda menjadi seakan-akan seseorang
profesional dalam setiap tingkah laku keseharian anda seperti: jujur, tepat janji, tanggung jawab dan
disiplin. Karena cerminan pola pikir dan tingkah laku positif diri anda, akan tertuang tanpa anda sadari
dalam hasil tes. Contoh Soalnya:
- A. Saya suka memuji orang yang saya kagumi
- B. Saya ingin merasa bebas untuk melakukan apa saja yang saya kehendaki
- A. Saya merasa bahwa dalam banyak hal saya kalah dibandingkan orang lain
- B. Saya suka mengelakkan tanggung jawab dan kewajiban-kewajiban

10. Learning By Doing. Pengalaman memang guru yang paling baik. Lakukan perbaikan-perbaikan
secara continue baik terhadap diri anda maupun terhadap kemampuan anda, di setiap psikotes yang
anda hadapi. Misalnya seperti : melatih diri terhadap kesalahan/kesulitan yang dihadapi
pada psikotes sebelumnya, membaca kembali materi psikotes secara keseluruhan semalam sebelum
menghadapi psikotes (refreshment) dan mempersiapkan fisik sebaik-baiknya karena pada
dasarnya psikotes akan selalu Anda kerjakan dalam keadaan tegang dan tekanan. Karena dengan
mekanisme tersebut, psikotes bukan meruapakan momok yang harus anda hindari, namun anda akan
lambat laun berteman dan akrab dengan psikotes
Persiapan Sebelum Mengikuti Psikotest
Kali ini mimin IQ akan memberikan beberapa tips penting yang akan sangat berguna
sebagai persiapan teman-teman sebelum mengikuti psikotest atau test IQ. Tips-tips ini
akan membantu baik teman-teman yang baru pertama kali mengikuti psikotest, maupun teman-teman
yang sudah berkali-kali mengikutinya.
1. Berdoa
Sepertinya sederhana sekali dan tampaknya secara logika mungkin tidak banyak mendukung secara
langsung. Berdoa saja tentu tidak akan membantu apa-apa dalam test. Tetapi jika teman-teman sudah
belajar, sudah mempersiapkan diri, berdoa sesuai dengan kepercayaan masing-masing telah terbukti
menurut berbagai penelitian para ahli dapat mengkondisikan pikiran teman-teman sekalian sehingga
lebih tenang dan lebih siap dalam menghadapi psikotest.

2. Banyak Nonton TV
Nah lho? Ini mimin IQ menyesatkan teman-teman kah? Hehehehe Jangan negatif dulu ya. Dalam hal
ini, mimin IQ ingin teman-teman banyak menonton TV atau membaca koran atau situs-situs bermutu di
Internet supaya teman-teman memiliki pengetahuan umum yang luas, seluas samudera raya

Mengapa demikian? Karena dalam psikotest ada kumpulan soal TPU (test pengetahuan umum). Nonton
TV, baca koran, searching di Internet? YES!!! Tapi nonton, baca dan searching yang bermutu ya

3. Tidur dan Istirahat


Hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena kurang istirahat akan mengakibatkan pikiran teman-
teman menjadi lelah dan mudah kehilangan konsentrasi. Selain itu kurang tidur juga dapat menyebabkan
menurunnya kemampuan mengingat dan daya pikir teman-teman.

4. Jangan lupa bawa alat tulis


Bayangkan jika teman-teman sudah siap 100% untuk ikut psikotest, eh ternyata teman-teman tidak bawa
alat tulis. Apa yang akan terjadi? Semua persiapan bisa buyar semua karena teman-teman panik. Karena
itu pastikan alat tulis teman-teman siap sebelum mengikuti psikotes.

Tips Lengkap Mempersiapkan Psikotes


Walau hanya berlangsung beberapa beberapa jam, kita tidak dapat memungkiri kenyataan jika
psikotes memberi dampak yang luar biasa terhadap masa depan kita. Gagal mempersiapkan diri
dengan baik sama artinya menutup kesempatan berharga di hadapan kita.
Kesempatan menjadi karyawan di perusahaan
idaman, mendapat promosi, atau mendapat beasiswa ke luar negri, serta sekempatan berharga
lainnya yang saat ini berada di depan mata dapat begitu saja pergi meninggalkan kita, hanya karena
sebuah psikotes.

Oleh karena itu penting bagi kita untuk benar-benar mempersiapkan diri dengan matang agar
psikotes dapat kita lalui dengan baik. Berikut adalah hal-hal yang tidak boleh kita lupakan pada saat
mempersiapkan diri menghadapi psikotes.

Persiapan Materi

Yang perlu kita ketahui sebelum mempersiapkan materi adalah mengetahui kemungkinkan psikotes
seperti apa yang akan diberikan. Anda mungkin akan terkejut dengan begitu beragamnya psikotes
yang ada di Indonesia. Sayang disayangkan jika Anda menghabiskan belasan jam untuk mempelajari
psikotes ABC, sementara perusahaan menggunakan psikotes XYZ.

Jika Anda adalah calon karyawan, Anda dapat menanyakan jenis psikotes kepada rekan kita yang
sudah terlebih dahulu bekerja di sana. Anda juga dapat mengetahuinya dengan
melihat venue psikotes. Dengan mengetahui venue (alamat tujuan) psikotes, kita dapat
memperkirakan jenis tes yang digunakan.
Misalnya Anda diundang untung menjalani psikotes di SHL Indonesia, maka yang harus Anda
lakukan adalah mempelajari dan mengerjakan latihan soal SHL di internet. Tidak perlu
menghabiskan waktu untuk berlatih menghitung berlembar-lembar deret angka. Namun
jika venue psikotes adalah perusahaan asesmen lokal, berlatih deret angka mungkin masih Anda
butuhkan.
Persiapan Fisik

Tidur cukup selama 8 jam adalah saran sederhana yang harus Anda ikuti. Kurang tidur akan
menyebabkan konsentrasi Anda menurun. Sedangkan pada saat mengerjakan psikotes, Anda
dituntut memiliki konsentrasi tingkat tinggi. Kehilangan konsentrasi dalam waktu beberapa menit
saja akan menjauhkan Anda pada kesempatan yang telah Anda nantikan berbulan-bulan.
Sarapan sehat sebelum berangkat. Sarapan dapat memperbaiki kemampuan berpikir dan menjaga
kita tetap fokus dalam melakukan pekerjaan, termasuk mengerjakan soal-soal psikotes.

Membawa bekal air putih. Air putih akan membantu otak bekerja dengan maksimal. Riset yang
dilakukan Dr. Corinne Allen membuktikan mengkonsumsi air putih yang cukup sehingga kebutuhan
air dalam tubuh terpenuhi akan membantu otak Anda bekerja dengan lebih cepat, lebih konsentrasi,
berpikir lebih jernih dan meningkatkan kreativitas. Oleh karena itu selesai mengerjakan satu tes,
minum lah air putih secukupnya.

Persiapan Pengaturan Waktu

Persiapan materi dan persiapan fisik akan menjadi sia-sia jika pada hari H Anda terlambat
menghadiri psikotes. Jika Anda tinggal di kota besar seperti Jakarta, penting bagi Anda untuk
mengatur perjalanan agar sampai ke lokasi psikotes satu jam sebelum tes dimulai. Antisipasi jarak
dan kemacetan di jalan.

Jika Anda membawa kendaraan pastikan Anda tahu dimana Anda akan memarkirnya. Jangan
sampai Anda terlambat datang karena sibuk mencari area parkir yang kosong.

Jika Anda belum pernah ke lokasi psikotes, maka akan baik rasanyajika Anda mendatangi gedung
tersebut sebelum hari pelaksanaan psikotes.

Datang lebih awal akan memudahkan Anda untuk beradaptasi dengan suasana di sana sampai Anda
merasa nyaman. Konsentrasi cenderung lebih tinggi jika diri Anda sudah merasa nyaman dan rileks,
dibandingkan jika Anda datang terlambat dan tergesa-gesa mempersiapkan diri di dalam kelas.

Persiapan Mental

Jika Anda termasuk orang yang percaya dan berpegang pada kekuatan doa, maka berdoa lah. Berdoa
agar diberi kemudahan dan keputusan yang terbaik menurut Yang Di Atas. Doa akan membuat Anda
lebih tenang dan konsentrasi dalam mengerjakan psikotes.

Empat Persiapan Sebelum


Mengikuti Psikotes

Menyesuaikan kebutuhan perusahaan


Saat ini lowongan pekerjaan semakin banyak, begitu juga dengan
jumlah kandidat yang mencoba untuk menemukan posisi yang sesuai.
Karena berbagai alasan itulah, akhirnya banyak perusahaan yang
menerapkan psikotes demi mendapatkan kandidat yang sesuai.
Sebagai contoh, jika saat ini Anda melamar pada posisi pimpinan atau
supervisor tentunya perusahaan menuntut kandidatnya memiliki sikap
kepemimpinan yang baik serta keterampilan dalam berkomunikasi.

Sementara itu, jika saat ini Anda melamar posisi sebagai staf atau
admin tentunya yang diminta oleh perusahaan adalah ketahanan
dalam menghadapi stres dan kemandirian.

Melihat kepribadian kandidat


Salah satu alasan psikotes diberikan oleh perusahaan saat proses
perekrutan adalah demi melihat bagaimana kepribadian dari kandidat.
Dengan demikian, bisa ditentukan posisi seperti apa yang cocok untuk
kandidat tersebut. Sebagai contoh, jika Anda saat Ini melamar posisi
sales, tentunya Anda mengharapkan akan mendapatkan komisi. Untuk
itu, tunjukkan bahwa Anda memiliki motivasi yang besar untuk
mendapatkan pekerjaan.

Penting juga untuk Anda menjawab semua pertanyaan yang tampak


serupa dengan jujur karena dari jawaban tersebut nantinya akan
dievaluasi seberapa besar konsistensi Anda sebagai pegawai dan
tentunya sejauh mana Anda bisa memberikan jawaban yang jujur.

Mengetahui kebutuhan perusahaan


Saat proses wawancara adalah hal yang penting untuk mengetahui
bagaimana pengetahuan, pengalaman, serta wawasan Anda dapat
memberikan kontribusi lebih kepada perusahaan. Untuk mengetahui
hal tersebut, baiknya Anda menanyakan terlebih dahulu seperti apa
karakter yang dicari oleh perusahaan kepada pihak HR. Dari jawaban
tersebut, cobalah untuk menjawab soal psikotes yang ada dengan
jawaban yang tepat.

Berlatih
Tentunya akan menjadi hal yang mustahil untuk menjawab pertanyaan
dengan jawaban yang sesuai, namun demikian cara yang bisa
dilakukan adalah dengan berlatih dan membiasakan diri dengan
format. Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan sedikit perkiraan
tentang soal psikotes yang akan diberikan. (ira)
(rfa)

Orang yang tidak siap, berarti mempersiapkan kegagalan demikian sebuah pribahasa berbunyi.
Demikian juga dalam menjalani psikotes/tes psikometri. Untuk berhasil Anda perlu mempersiapkan
diri sebelumnya. Persiapan apa yang sebaiknya Anda lakukan. Inilah tujuh langkah persiapan
menghadapi psikotes/tes psikometri.

Tujuh Trik Persiapan Menghadapi Tes Psikometri

1. Tetapkan waktu untuk melakukan latihan menjawab soal-soal. Terutama untuk tes
numerik. Semakin banyak Anda berlatih menjawab soal, semakin terlatih otak dan tangan dalam
menghitung atau mengasosiasikan kata.
2. Kumpulkan bahan latihan soal yang cukup. Banyak buku yang dapat membantu Anda
dalam berlatih test tes ini.
3. Mulailah program latihan Anda. Sangat baik bagi Anda memiliki pengalaman menjawab
soal dibanding menjawab soal tanpa latihan sama sekali. Anggaplah ini sebagai sarana untuk
menghadapi tes yang sesungguhnya.
4. Pastikan Anda mengetahui jenis tes yang Anda hadapi. Untuk psikotes yang dilakukan dari
pagi hingga sore hari dipastikan Anda akan menghadapi berbagai tipe tes. Mulai dari tes
kecerdasan hingga wawancara.

5. Selalu motivasi diri Anda sendiri. Saat berlatih, fokuskan juga diri Anda untuk
memperbaiki kelemahan.
6. Tantang diri Anda untuk mengerjakan latihan soal hingga selesai dan lanjutkan ke bagian
yang lebih sulit. Dengan demikian Anda memiliki banyak referensi bentuk tes test yang akan
berguna bagi Anda.
7. Gunakan strategi yang jitu saat tiba hari-H. Misal, datang minimal 15 menit sebelum mulai.
Cermati contoh soal dan instruksi yang diberikan. Sadar akan kondisi sekitar, termasuk sisa waktu
yang tersedia.
- See more at: http://www.consultanthr.com/general-info/tips-praktis/2008/02/27/tujuh-trik-persiapan-
menghadapi-psikotest-psikotes-tes-psikometri-dari-consultant-hr#sthash.lI8V5sIj.dpuf

Penilaian Berbasis Kompetensi


Posted on Juli 27, 2012 by D Kusumawardani

Standar

A. Pengertian
Penilaian berbasis kompetensi merupakan teknik evaluasi yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran di
sekolah. Teknik dan pelaksanaannya diatur di dalam:

1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan
B. Kompetensi
Kompetensi sering disebut sebagai standar kompetensi, adalah kemampuan yang secara umum harus dikuasai oleh
para lulusan. Spencer dan Spencer (1993) mengklasifikasi kompetensi menjadi tiga bagian:

1. karakteristik dasar,
2. hubungan sebab akibat,
3. acuan kriteria.
Acuan kriteria adalah kompetensi paling kritis yang dapat membedakan kompetensi dengan kinerja tinggi atau rata-
rata. Kriteria yang digunakan dalam kompetensi adalah

1. kinerja superior, yaitu suatu kinerja yang secara statistik berada di atas kinerja rata-rata,
2. kinerja efektif, yaitu kinerja yang secara statistik berada pada tingkatan minimal yang dapat diterima.
Berdasarkan pengertian dan model kompetensi tersebut, kompetensi dapat dibedakan menjadi dua kategori,

1. kompetensi dasar, yaitu karakteristik esensial seperti pengetahuan dan keterampilan dasar yang harus
dimiliki lulusan agar dapat melaksanakan pekerjaan,
2. kompetensi pembeda, yaitu faktor-faktor yang membedakan individu dengan kinerja tinggi dan rendah.
C. Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan mengarahkan semua kegiatan pendidikan untuk mencapai kompetensi yang telah
ditentukan. Kompetensi dapat dimaknai sebagai kualifikasi siap, pengetahuan, dan ketrampilan yang harus dikuasai.

SKL merupakan kualifikasi kemampuan yang dibakukan atau ditargetkan yang dapat dilakuan atau ditampilan oleh
lulusan suatu jenjang pendidian yang meliputi ranah kognitif,afektif, dan psikomotorik (Depdiknas 2006).

1. Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut.
2. Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lanjut.
3. Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lanjut sesuai dengan kejuruannya.
4. Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang berakhlaq mulia, memiliki pengetahuan, ketrampilan, kemandiri dan sikap
untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni yang bermanfaat bagi
kemanusiaan.
D. Penilaian Berbasis Kompetensi
Penilaian berbasis kompetensi harus ditujukan untuk mengetahui tercapainya kompetensi dasar yang telah
ditetapkan. Bentuk penilaian berbasis kompetensi, yaitu:

1. Penilaian berbasis kelas, yaitu penilaian yang dilakukan guru dalam rangka proses pembelajaran. Penilaian
ini bertujuan untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Penilaian berbasisi kelas dapat dilakukan dalam bentuk pertanyaan lisan di
kelas, kuis, ulangan harian, tugas kelompok, ulangan semester dan ulangan kenaikan kelas, laporan kerja
praktikum
2. Tes kemampuan dasar, yaitu tes untuk mengetahui kompetensi dasar peserta didik, terutama dalam
membaca, menulis dan berhitung. Tes ini dilakukan untuk perbaikan program pembelajaran (program
remedial)
3. Ujian berbasisi sekolah, dilakukan pada akhir jenjang sekolah untuk mendapatkan ijazah atau sertifikat.
4. Benchemarking, merupakan penilaian terhadap suatu pekerjaan, proses, performence, untuk menentukan
tingkat keunggulan dan keberhasilan. Penilaian ini dilakukan untuk menentukan pringkat kelas, menentukan
klasifikasi kelas di suatu sekolah
5. Penilaian portofolio, berisi kumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis yang diambil
selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu
E. Tujuan Penilaian
1. Menilai kemampuan individual melalui tugas tertentu.

2. Menentukan kebutuhan pembelajar

3. Membantu dan mendorong siswa


4. Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik

5. Menentukan strategi pembelajaran

6. Akuntabilitas lembaga

7. Meningkatkan kualitas pendidikan

F. Indikator Penilaian
Indikator penilaian menggunakan kata kerja lebih terukur dibandingkan dengan indikator (indikator pencapaian
kompetensi). Rumusan indikator penilaian memiliki batasan-batasan tertentu sehingga dapat dikembangkan menjadi
instrumen penilaian dalam bentuk soal, lembar pengamatan, dan atau penilaian hasil karya atau produk, termasuk
penilaian diri.
Sistem ujian berbasis kompetensi yang direncanakan adalah sistem ujian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam
arti semua komponen indikator dibuat soal, hasilnya dianalisis untuk menetukan kompetensi yang telah dimiliki dan
yang belum serta kesulitan peserta didik. Untuk itu digunakan berbagai bentuk tes, yaitu tes lisan, tertulis (bentuk
uraian, pilihan ganda, jawaban singkat, isian, menjodohkan, benar-salah), dan tes perbuatan yang meliputi: kinerja
(performance), penugasan (projek) dan hasil karya (produk), maupun penilaian non-tes contohnya seperti penilaian
sikap, minat, motivasi, penilaian diri, portfolio, life skill. Tes perbuatan dan penilaian non tes dilakukan melalui
pengamatan (observasi).

Bahan ujian yang akan digunakan hendaknya memenuhi dua kriteria dasar berikut ini.

1. adanya kesesuaian materi yang diujikan dan target kompetensi yang harus dicapai melalui materi yang
diajarkan.
2. bahan ulangan/ujian hendaknya menghasilkan informasi atau data yang dapat dijadikan landasan bagi
pengembangan standar sekolah, standar wilayah, atau standar nasional melalui penilaian hasil proses
belajar-mengajar.
Bahan ujian atau soal yang bermutu dapat membantu pendidik meningkatkan pembelajaran dan memberikan
informasi dengan tepat tentang peserta didik mana yang belum atau sudah mencapai kompetensi.

Linn dan Gronlund (1995) menyatakan bahwa tes yang baik harus memenuhi tiga karakteristik, yaitu: validitas,
reliabilitas, dan usabilitas. Validitas artinya ketepatan interpretasi hasil prosedur pengukuran, reliabilitas artinya
konsistensi hasil pengukuran, dan usabilitas artinya praktis prosedurnya.

Messick (1993) menyatakan bahwa validitas secara tradisional terdiri dari:

1. validitas isi, yaitu ketepatan materi yang diukur dalam tes;


2. validitas criterion-related, yaitu membandingkan tes dengan satu atau lebih variabel atau kriteria,
3. valitidas prediktif, yaitu ketepatan hasil pengukuran dengan alat lain yang dilakukan kemudian;
4. validitas serentak (concurrent), yaitu ketepatan hasil pengukuran dengan dua alat ukur lainnya yang
dilakukan secara serentak;
5. validitas konstruk, yaitu ketepatan konstruksi teoretis yang mendasari disusunnya tes.
Nitko (1999) dan Popham (1995) menyatakan bahwa reliabilitas berhubungan dengan konsistensi hasil pengukuran.
Untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas tes perlu dilakukan analisis butir soal. Kegunaan analisis butir soal di
antaranya adalah:

1. dapat membantu para pengguna tes dalam evaluasi atas tes yang diterbitkan,
2. sangat relevan bagi penyusunan tes informal dan lokal seperti kuis, ulangan yang disiapkan guru untuk
peserta didik di kelas,
3. mendukung penulisan butir soal yang efektif,
4. secara materi dapat memperbaiki tes di kelas,
5. meningkatkan validitas soal dan reliabilitas
7. Ciri ciri Penilaian Berbasis Kompetensi
Penilaian berbasis kompetensi memiliki ciri ciri sebagai berikut:

1. Harus memenuhi prinsip prinsip dasar penilaian


2. Harus menggunakan acuan dan patokan belajar tuntas
3. Berorientasi pada kompetensi
4. Terintegrasi dengan proses pembelajaran
5. Dilakukan oleh guru dan siswa.
G. Prinsip prinsip Penilaian Berbasis Kompetensi
Dalam proses pelaksanaan evaluasi dengan sistem penilaian berbasis kompetensi terdapat beberapa prinsip yang
harus diperhatikan, diantaranya yaitu :

1. Valid

Penilaian berbasis kompetensi harus mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan alat yang dapat
dipercaya dan sahih.

2. Keterbukaan

Penilaian berbasis kompetensi adalah penilaian yang dilaksanakan secara terbuka, artinya guru sebagai evaluator
bukan hanya berperan sebagai orang yang memberi nilai atau kritik, akan tetapi siswa yang dievaluasi perlu
memahami mengapa kritik itu muncul, oleh sebab itu guru harus terbuka melalui argumentasi yang tepat dalam
setiap memberikan penilaian.

3. Adil dan Obyektif

Penilaian harus adil terhadap semua siswa dan tidak membeda-bedakan latar belakang siswa.

4. Mendidik

Penilaian harus memberi sumbangan yang positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Penilaian ini dapat
dirasakan sebagai penghargaan yang memotivasi bagi siswa yang berhasil dan sebagai pemicu semangat bagi
siswa yang kurang berhasil.

5. Berkesinambungan

Penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, teratur, terus-menerus dan berkesinambungan untuk memperoleh
gambaran tentang perkembangan kemajuan belajar siswa.

6. Bermakna

Penilaian hendaknya mudah dipahami dan mudah ditindak lanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

7. Berorientasi pada Proses dan Hasil

Penilaian berbasis kompetensi bertumpu pada dua sisi yang sama pentingnya, yakni sisi proses dan hasil belajar
secara seimbang. Penilaian berbasis kompetensi mengikuti setiap aspek perkembangan siswa, bagaimana cara
belajar siswa, bagaimana motivasi belajar, sikap, minat, kebiasaan, dan lain sebagainya dan pada akhirnya menilai
bagaimana hasil belajar yang diperoleh siswa.

Iklan

Apakah Kompetensi ?

Kita menggunakan istilah kompetensi dan kompeten. Misalnya kurikulum


berbasis kompetensi, pelatihan berbasis kompetensi, manajemen
kompetensi, dsb. Kalau dalam bahasa aslinya (Inggris) dikenal
istilah competency, competence, dan competent yang arti satu sama lainnya
relatif sangat tipis. Competency merupakan kata benda
dari competence yakni kecakapan. Competence selain berarti kecakapan
dan kemampuan juga berarti wewenang. Juga dapat diartikan sebagai
keadaan yang sesuai, memadai, atau cocok Dalam penggunaan dua kata
itu sering rancu. Sedang competent sebagai kata sifat yang berarti cakap,
mampu, dan tangkas.
R. Palan dalam bukunya Competency Management A Practicioners Guide,
mengungkapkan competency (kompetensi) merupakan deskripsi mengenai
perilaku sementara competence (kecakapan) sebagai deskripsi tugas atau
hasil pekerjaan. Uraian singkat berikut menjelaskan apa yang dimaksud
dengan kompetensi dan jenisnya.
Menurut Palan, kompetensi merujuk kepada karakteristik yang mendasari
perilaku yang menggambarkan motif, karakteristik pribadi (ciri khas),
konsep diri, nilai-nilai, pengetahuan atau keahlian yang dibawa seseorang
yang berkinerja unggul (superior performer). Dengan demikian kompetensi
terdiri dari beberapa jenis karakteristik yang berbeda yang mendorong
perilaku. Fondasi karakteristik ini terbukti dalam cara seseorang
berperilaku di tempat kerja. Kompetensi adalah mengenai orang seperti
apa dan apa yang dapat mereka lakukan. Bukan apa yang mungkin mereka
lakukan.(http://ronawajah.wordpress.com/2008/02)
Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998), kompetensi didefinisikan
sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan
dia untuk mencapai kinerja yang superior. Aspek-aspek pribadi ini
termasuk sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan, dan
ketrampilan. Kompetensi-kompetensi akan mengarahkan tingkah laku.
Sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. (Lasmahadi,
http;//d1fo.blog.freindster.com/2008/11/SDM )

Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak


semua aspek-aspek pribadi dari seseorang pekerja itu merupakan
kompetensi. Hanya aspek-aspek pribadi yang mendorong dirinya untuk
mencapai kinerja yang superiorlah yang merupakan kompetensi yang
dimilikinya. Selain itu, juga dapat disimpulkan bahwa kompetensi akan
selalu terkait dengan kinerja

Pendapat lain berkaitan dengan kompetensi PNS adalah : kemampuan dan


karakteristik yang dimiliki oleh seorang PNS berupa pengetahuan, keahlian dan
sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
jabatannya. (Suprapto,2002)
Selanjutnya menurut Spencer and Spencer (1993) kompetensi dapat
dibagi atas 2 (dua) kategori yaitu threshold competencies
dan differentiating compentencies. Threshold competencies adalah
karakteristik utama yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat
melaksanakan pekerjaannya. Tetapi tidak untuk membedakan seorang
yang berkinerja tinggi dan rata-rata. Sedangkan differentiating
competencies adalah faktor-faktor yang membedakan individu yang
berkinerja tinggi dan rendah. Misalnya seorang dosen harus mempunyai
kemampuan utama mengajar, itu berarti pada tataran threshold
competencies,selanjutnya apabila dosen dapat mengajar dengan baik,
cara mengajarnya mudah dipahami dan analisanya tajam sehingga dapat
dibedakan tingkat kinerjanya maka hal itu sudah masuk differentiating
competencies.
Makna kompentensi sebagai an underlying characteristics merupakan
sesuatu yang melekat dalam dirinya yang dapat digunakan untuk
memprediksi tingkat kinerjanya. Sesuatu yang dimaksud, bisa
menyangkut motif, konsep diri, sifat, pengetahuan maupun
kemampuan/keahlian. Kompentensi individu yang berupa kemampuan dan
pengetahuan bisa dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan.
Sedangkan motif kompentensi dapat diperoleh pada saat proses
seleksi. Causally related artinya kompetensi adalah sesuatu yang
menyebabkan atau memprediksi perilaku dan kinerja. Sedangkan
kata criterion-referenced mengandung makna bahwa kompetensi
sebenarnya memprediksi siapa yang berkinerja baik dan kurang baik,
diukur dari kriteria atau standar yang digunakan.
Secara general, kompetensi sendiri dapat dipahami sebagai sebuah
kombinasi antara ketrampilan (skill), atribut personal, dan pengetahuan
(knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang
dapat diamati, diukur dan dievaluasi. Dalam sejumlah literatur,
kompetensi sering dibedakan menjadi dua tipe, yakni soft competency atau
jenis kompetensi yang berkaitan erat dengan kemampuan untuk
mengelola proses pekerjaan, hubungan antar manusia serta membangun
interaksi dengan orang lain. Contoh soft competency adalah:
leadership, communication, interpersonal relation, dll. Tipe kompetensi yang
kedua sering disebut hard competency atau jenis kompetensi yang
berkaitan dengan kemampuan fungsional atau teknis suatu pekerjaan.
Dengan kata lain, kompetensi ini berkaitan dengan seluk beluk teknis
yang berkaitan dengan pekerjaan yang ditekuni. Contoh hard
competency adalah: electrical engineering, marketing research, inancial
analysis, manpower planning, dll.
Adapun yang dimaksud dengan standar kompetensi adalah : spesifikasi
atau sesuatu yang dibakukan, memuat persyaratan minimal yang harus
dimiliki seseorang yang akan melakukan kompetensi pekerjaan tertentu
agar yang bersangkutan mempunyai kemampuan melaksanakan dengan
hasil baik (Suprapto, ibid).

Sedangkan pendapat Muins (2000), bahwa standar kompetensi


merupakan ukuran atas kemampuan untuk memahami dan berkomunikasi
dengan berbagai kultur dan erat kaitannya dengan profesionalisme. Ini
berarti, standar kompetensi merujuk pada sesuatu keadaan dimana
seseorang dapat dipercaya berdasarkan kemampuannya. Bagi organisasi
standar kompetensi merupakan suatu konsep keandalan dan suatu
organisasi yang diperoleh melalui dunia profesi yang dimilikinya. Dengan
demikian standar kompetensi menunjukkan kadar penguasaan suatu
profesi atau bidang tanggungjawabnya.

Lebih dalam ditegaskan oleh Prayitno (2002), bahwa standar kompetensi


mencakup 3 hal, yaitu : (1) Ketrampilan, yaitu kemampuan untuk
menunjukkan tugas pada tingkat kriteria yang dapat diterima secara
terus menerus dengan kegiatan yang paling sedikit; (2) Pengetahuan,
yakni fakta dan angka dibalik aspek teknis; (3) Sikap, yaitu kesan yang
ditunjukkan kepada pelanggan dan orang lain bahwa yang bersangkutan
mampu berada dalam lingkungan kerja. Secara spesifik lebih lanjut
dijelaskan bahwa : Kualifikasi PNS dapat ditinjau dari tiga unsur,
yaitu : Pertama, Keahlian, yang dimaksud bahwa setiap PNS harus : a)
Memiliki pengalaman yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, b) Memiliki
pengetahuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, c) Memiliki
wawasan yang luas, dan d) Beretika. Kedua, Kemampuan tehnis, yaitu
PNS antara lain harus memahami tugas-tugas di bidangnya. Ketiga, Sifat-
sifat personil yang baik, antara lain harus memiliki disiplin tinggi, jujur.
Menaruh minat, terbuka, obyektif, pandai berkomunikasi, selalu siap dan
terlatih.
Menurut Maarif (2003), tentang penetapan standar kompetensi dapat
diorioentasikan pada : pengetahuan, ketrampilan, dan sikap baik yang
bersifat hard competencies maupun soft competencies. Menurut Spencer
dan Spencer (dalam Dharma, 2002) tentang Soft/ generic
competencies meliputi delapan (8) kelompok kompetensi, yaitu: (1)
Kemampuan dalam mengimplementasikan (motivasi untuk berprestasi,
perhatian terhadap, kejelasan tugas, ketelitian kualitas kerja, proaktif dan
kemampuan mencari dan menggunakan informasi; (2) Kemampuan
melayani (empati, berorientasi pada pelanggan); (3) Kemampuan
memimpin (kemampuan mempengaruhi kesadaran berorganisasi,
kemampuan membangun hubungan); (4) Kemampuan mengelola
(kemampuan mengembangkan orang lain); (5) Kemampuan mengarahkan
(kemampuan kerjasama kelompok); (6) Kemampuan memimpin kelompok;
(7) Kemampuan berpikir (berpikir analitis, berpikir konseptual,keahlian
tehnis/profesional dan manjerial); (8) Kemampuan bersikap dewasa
(kemampuan mengendalikan diri, fleksibelitas, komitmen terhadap
organisasi).
Badan Kepegawaian Negara (2004), juga telah menyusun standar
kompetensi jabatan struktural untuk PNS, yang dibedakan : (1)
Kompetensi dasar (threshold competency) adalah kompetensi yang wajib
dimiliki oleh setiap pejabat struktural eselon II, III, dan IV, yang meliputi 5
komponen; (2) Kompetensi bidang (differentiating competency) adalah
kompetensi yang diperlukan oleh setiap pejabat struktural sesuai dengan
bidang pekerjaannya yang terdiri dari 33 komponen.
Selain itu, Dharma, juga merangkum pendapat beberapa ahli,
tentang Komponen Kompetensi, menurutnya terdapat lima karakteristik
komponen kompetensi, yaitu : (1) Motives, adalah sesuatu dimana,
seseorang secara konsisten berpikir sehingga, ia melakukan tindakan;
(2) Traits, adalah watak, yang membuat orang untuk berperilaku atau
bagaimana seseorang merespon sesuatu dengan cara-cara tertentu; (3)
Self Concept, adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang;
(4) Knowledge, adalah informasi yang dimiliki sesorang, untuk bidang
tertentu; (5) Skill, adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas
tertentu baik secara fisik maupun mental.
Sedangkan menurut Prayitno (loc.cit) komponen-komponen kompetensi
profesional, dibagi menjadi empat kelompok, yaitu : (1) Kemampuan
spesialis, meliputi kemampuan ketrampilan dan pengetahuan,
menggunakan perkakas dan peralatan dengan sempurna, serta
mengorganisasikan dan menangani masalah; (2) Kemampuan Metodik,
meliputi kemampuan mengumpulkan dan menganalisis informasi,
mengevalusi, orientasi tujuan kerja , bekerja secara sistematik; (3)
Kemampuan Sosial, meliputi kemampuan untuk berkomunikasi, bekerja
kelompok dan bekerjasama; (4) Kemampuan Individu, meliputi
kemampuan untuk inisiatif, dipercaya, motivasi dan kreatif.
Penilaian Berbasis kompetensi (Performance Based Assessment) adalah pegujian yang
meminta peserta test untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam bentuk unjuk
kerja sikap (attitudinal performance), untuk kerja lisan (Verbal performance) dan
perbuatan (Physichal performance), serta mengaplikasikan kemampuannya dalam
berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Sering sekali
performance assessment juga dikaitkan dengan suatu kriteria yang diinginkan
dalam kehidupan sehari-hari yang dikenal authenthic assessment.

Pada intinya siswa dinilai kemampuannya dengan berbagai cara. Tidak hanya dari
hasil ulangan tulis. Prinsip utama penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
tidak hanya menilai apa yang diketahui siswa, tetapi juga menilai apa yang dilakukan
siswa. Penilaian itu mengutamakan kualitas hasil kerja siswa dalam menyelesaikan
tugas.

B. Kriteria Penilaian Berbasis Kompetensi (Performance Assessment Criteria)


Ada tujuh kriteria yang harus dipenuhi dalam menyusun tes berbasis kompetensi yang
berkualitas.

1. Generability, apakah kompetensi peserta tes (students performance) dalam


tugas yang diberikan tersebut dapat digeneralisasikan, dalam arti dapat dibandingkan
dengan tugas-tugas yang lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Semakin mudah tugas
tersebut digeneralisasikan, semakin mudah tugas tersebut dibandingkan dengan tugas
sehari-hari, tugas tersebut semakin baik.

2. Authentic, apakah tugas yang diberikan tersebut sudah serupa dengan hal yang
sering dihadapinya dalam praktek kehidupan sehari-hari.

3. Multiple fact, apakah tugas yang diberikan kepada peserta tes sudah mengukur
lebih dari satu kemampuan yang diinginkan (more than one instructional outcomes).

4. Teachability, apakah tugas yang diberikan merupakan tugas yang hasilnya


semakin baik karena adanya usaha mengajar guru dikelas. Jadi tugas yang diberikan
dalam penilaian kompetensi harus relevan dengan materi atau kecakapan yang
diajarkan guru di kelas.

5. Fairnes, apakah tugas yang diberikan sudah adil (fair) untuk semua peserta tes.
Jadi tugas yang diberikan harus dipikirkan agar tidak bias untuk semua jenis kelamin,
suku bangsa, agama, status sosial ekonomi.

6. Feasibility, apakah tugas yang diberikan dalam penilaian ketrampilan memang


relevan untuk dapat dilaksanakan mengingat faktor-faktor seperti: biaya, ruangan
(tempat), waktu atau peralatannya.

7. Seorability, apakah tugas yang diberikan nantinya dapat diskor dengan akurat
dan realibel. Hal ini perlu diperhatikan karena salah satu yang sensitif dari penilaian
ketrampilan adalah penskorannya.

C. Langkah-langkah Membuat Penilaian Berbasis Kompetensi

Langkah-langkah membuat penilaian berbasis kompetensi dapat dijelaskan sebagai


berikut:
v Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan
mempengaruhi hasil akhir (output) yang terbaik.

v Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan yang sfesifik (operasional) yang


penting dilakukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang
terbaik.

v Usahakan untuk membuat kriteria kemampuan yang diukur tidak terlalu banyak
sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas.

v Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan


kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik produk
yang dihasilkan.

v Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang


dapat diamati.

v Periksa kembali apa yang telah dibuat dan kalau mungkin bandingkan dengan
kriteria kemampuan yang sudah ada, yang telah dibuat sebelumnya oleh orang lain di
lapangan.

D. Cara Menilai Dan Menskor Penilaian Kompetensi

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menilai atau menskor kemampuan
(performance assessment) peserta tes, antara lain dengan
menggunakan cheklist dan rating scale. Penilaian dengan
menggunakan cheklist adalah penilaian yang paling sederhana. Penilaian ini dilakukan
dengan mengamati kriteria kemampuan tertentu pada siswa atau produk yang
dihasilkan oleh siswa. Ada beberapa kelemahan penilaian dengan cara cheklist:

Penilaian atau penskor hanya bisa memilih dua pilihan absolut, yaitu teramati
dan tidak teramati, jadi tidak ada nilai tengahnya (bila misalnya siswa ada pada
kemampuan yang ada ditengahnya).

Sukar untuk menyimpulkan kemampuan seseorang dalam satu skor, misalnya


untuk mengurutkan beberapa siswa.
Sedangkan penilaian dengan menggunakan rating scale adalah cara yang
memungkinkan penilaian atau penskor untuk menilai kemampuan peserta tes secara
kontinum. Ada tiga jenis rating scale, yaitu:

1. Numerical rating scale

2. Graphic rating scale

3. Descriptive rating scale

Anda mungkin juga menyukai