Anda di halaman 1dari 28

CRITICAL APPRAISAL

EVIDENCE-BASED OF PAIN MANAGEMENT IN POSTOPERATIVE PATIENTS


A CASE STUDY

Dosen Pengampu : Muflih S.Kep.,NS., M.kep. Sp. Kep. Kom

Oleh:

Ahmad Gufron (12130090)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan sebagai salah satu pelayanan kepada masyarakat merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan. Perawatan profesional diharapkan
mampu mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan antara lain mampu mempelajari masalah
yang ada.Salah satu masalah yang sering terjadi yaitu tindakan persalinan denga section
caesaria. Hal ini didukung oleh Sarwono (2009) sectio caesaria adalah suatu persalinan
buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. sectio
caesaria juga beresiko untuk kematian pada bayi.
Risiko dalam persalinan yang sering dijumpai yaitu perpanjangan dari kelahiran bayi,
partus lama. Hal ini didukung oleh Sarwono (2009) yang mengatakan etiologi dari sectio
caesaria yaitu panggul sempit absolute, placenta previa, ruptura uteri mengancam, partus
lama, partus tak maju, pre eklampsia, letak lintang, gawat janin, dan janin yang besar.
Jarak yang dekat antara kehamilan satu dengan yang lain juga menjadi indikasi harus
bedah caesar. Umumnya bedah caesar dibatasi sampai tiga kali, namun tidak berarti tidak
boleh lebih dari tiga kali.
Saai ini persalinan dengan sectio caesarea bukan hal yang baru lagi bagi para ibu
maupun golongan ekonomi menengah keatas. Hal ini terbukti dengan meningkatnya
angka persalinan dengan sectio caesarea di Indonesia. Angka persalinan dengan sesar
yang wajar menurut WHO (2006) adalah 5-10 % dari seluruh kelahiran. Ternyata
diseluruh dunia angka bedah sesar meningkat dengan pesat, sedangkan angka di
Indonesia belum diketahui secara pasti. Setelah dilakukan studi pendahuluan di RSUD
Dr. Sudirman ditemukan kejadian sectio caesarea dalam 1 minggu dari tanggal 15-21
berkisar antara 4-5 orang perminggunya.Sedangkan di Amerika Serikat angka seksio
sesarea sebanyak 4,5%.Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
mengangkat masalah bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
section caesarea.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh Dian (2016) diperoleh dari
rekam medik bangsal Gladiol di Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan, angka persalinan
dengan sectio caesarea di RSUD Muntilan pada 4 tahun terakhir sebesar 1.044 persalinan
dengan sectio caesarea dari 5.151 persalinan. Dari hasil studi pendahuluan kepada 5

2
pasien di bangsal gladiol RSUD Muntilan, mengatakan bahwa pasien merasakan nyeri
setelah 2- 4 jam pasca operasi, dan setelah hilangnya efek dari pembiusan. Nyeri yang
dirasakan pasien berkisar antara skala 5-8. Dari ke-5 pasien tersebut, 3 diantaranya
mengatakan bahwa pasien menunda memberikan ASI kepada bayi mereka karena
menyusui pertama kali setelah bedah caesar sering kali terasa kurang menyenangkan,
serta enggan dan takut untuk melakukan mobilisasi akibat nyeri yang muncul dari jahitan
operasi.
Adanya nyeri tersebut, maka menyebabkan seseorang akan cenderung malas dan takut
untuk beraktifitas, potensi penurunan kekuatan otot-otot perut karena adanya sayatan
pada dinding perut, serta penurunan kemampuan fungsional dikarenakan adanya nyeri
dan kondisi ibu yang masih lemah (Basuki, 2007).
Manajemen nyeri pasca operasi bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa
sakit dan ketidaknyamanan pasien dengan efek samping seminimal mungkin, salah
satunya adalah manajemen nyeri non farmakologi. (Hidayat, Uliyah, 2008). Menurut
Black dan Hawks (2005), penatalaksanaan nyeri akan lebih efektif jika dikombinasikan
dengan terapi nonfarmakologi. Salah satu terapi nonfarmakologi yang dapat digunakan
yaitu aromaterapi. Aromaterapi adalah suatu terapi alternatif yang digunakan sebagai
salah satu cara perawatan tubuh dan atau penyembuhan penyakit dengan menggunakan
minyak esensial. Aromaterapi memiliki keunggulan yaitu pemakaiannya tergolong praktis
dan efisien (Jaelani, 2009).
Manajemen non farmakologi yang lain selain aromaterapi adalah akupresur.
Akupresur merupakan pengembangan dari teknik akupuntur.Keduanya dipakai untuk
merangsang titik-titik yang ada di tubuh, menekan hingga masuk ke sistem saraf (Harper,
2006). Salah satu manfaat akupresur adalah sebagi penurun skala nyeri, karena efek
penekanan titik akupresur dapat meningkatkan kadar endorfin yang berguna sebagai
pereda nyeri yang diproduksi tubuh dalam darah dan opioid peptida endogeneus di dalam
susunan syaraf pusat. Jaringan syaraf akan memberi stimulus pada sistem endokrin untuk
melepaskan endorfin sesuai kebutuhan tubuh dan diharapkan dapat menurunkan rasa
nyeri (Widyaningrum, 2013). Titik akupresur yang digunakan untuk mengatasi nyeri post
sectio caesarea adalah titik HT 6dan LI 4, akupresur di HT 6 dan titik LI 4 dapat
mengurangi keparahan nyeri pada awal periode partum pasca sectio caesarea (Nani,
Maryati, Rahmaharyanti. 2015).

3
B. TUJUAN UMUM DAN KHUSUS
1. Tujuan Umum
Menganalisa jurnal keperawatan yang berjudul effect of acupressure therapy point ht
6 and li 4 on post cesarean sectios pain
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui nama peneliti
b. Mengetahui tempat peneliti
c. Mengetahui waktu peneliti
d. Mengetahui hasil peneliti

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005).
Sectio caesarea adalah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500
kg melalu sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi dan Wiknjosastro, 2006).
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio caesarea adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen
(laparotomi) dan dinding uterus (histerotomi). Definisi ini tidak mencakup pengeluaran
janin dari rongga abdomen pada kasus rupture uteri atau pada kasus kehamilan abdomen
(Gary, 2005).
Sectio sesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen. Teknik ini digunakan
jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi distres janin.
Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah malposisi janin, plasenta
previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu. Sectio sesarea dapat
merupakan prosedur elektif atau darurat.Untuk sectio caesarea biasanya dilakukan
anestesi spinal atau epidural. Apabila dipilih anestesi umum, maka persiapan dan
pemasangan duk dilakukan sebelum induksi untuk mengurangi efek depresif obat anestesi
pada bayi ( Arif, 2008).
Jadi sectio caesarea (SC) adalah persalinan buatan untuk melahirkan janin dengan
melalui pembedahan pada abdomen depan dikarekan tidak bisa melahirkan secara
pervagina.
B. ETIOLOGI
1. Indikasi ibu dengan SC
a. Panggul sempit absolute.
b. Placenta previa.
c. Ruptura uteri mengancam
d. Partus Lama
e. Partus Tak Maju.
f. Pre eklampsia, dan Hipertensi

5
2. Indikasi janin
a. Kelainan letak
1) Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah cara yang
terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang janinnya
hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak lintang harus
ditolong dengan sectio caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit.
Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.
2) Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul
sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
b. Gawat janin
c. Janin besar
3. Kelainan uterus
a. Uterus arkuatus
b. Uterus septus
c. Uterus duplekus(Sarwono, 2009).
C. PATOFISIOLOGIS
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500
gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini
yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa
dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang
setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif
berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu
produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit,
luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan
antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena
insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan
umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu
anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat
diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi
ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang
keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret
6
yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga
mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme
sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik
juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk
batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu
dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada
perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi (Errol, 2011).

D. MENIFESTASI KLINIS
Persalinan dengan sectio casaria memerlukan perawatan yang lebih komprehensif
yaitu perawatan post operatif dan perawatan post partum
1. Nyeri akibat luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak diumbilikus
4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan
5. Kehilangan darah selama pembedahan 600-800cc
6. Emosi labil
7. Auskultasi bising usus terkadang tidak terdengar
8. Pengaruh anestesi terjadi mual dan muntah (Errol, 2011).

7
E. PATHWAY

Etiologi:
Panggul sempit absolute, Placenta
previa, Ruptura uteri mengancam,
Partus Lama, Partus Tak Maju, Pre
eklampsia, dan Hipertensi, letak lintang,

Sectio Caesarea

Adaptasi post Jaringan Luka Distensi


operasi terputus terbuka kandung kemih

Lakktasi Terkontamin Odem dan


Meransang Banyak
asi bakteri memar di uretra
sensorik keruar darah
Prolaktin di luka
menurun Gangguan Dx: Resiko jahitan Penurunan
rasa Infeksi Dx: Resiko sendasifitas dan
nyaman Pendarahan sensasi
Produksi asi
kandung kemih
menurun
Dx : Nyeri Aktivitas
Akut terbatas Dx: Gangguan
Dx: Eliminasi Urin
Ketidakefekt
ifan Dx: Dx: Defisit
pemberian Hambatan Perawatan
ASI mobilitas diri
fiisik

8
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektroensefalogram ( EEG )
Untuk membantu dan menetapkan jenis dan fokus dari kejang
2. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan
3. Magneti resonance imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang
radio, berguna untuk memperlihatkan daerah daerah otak yang itdak jelas terliht bila
menggunakan pemindaian CT.
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET )
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi,
perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak.
5. Laboratorium
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra
operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi.
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis/kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit.(Gulardi, 2006).

G. KOMPLIKASI
Menurut Gulardi (2006) komplikasi yang biasa terjadi pada pasien dengan section
caesarea adalah :
1. Pada ibu
a. Infeksi Puerperalis (Nifas)
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari
dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan
lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada
gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan
predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah,
tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian
antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam
hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.

9
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria
uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
c. Komplikasi lain
1) Luka kandung kemih
2) Embolisme paru-paru
3) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura
uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea
klasik.
2. Pada bayi:Kematian perinatal

H. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


1. Terapi medis
a. Pemassangan infus
b. Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V.
c. Untuk mencegah infeksi :
1) Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam
2) Gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V. setiap 8 jam
3) Metronidazole 500 mg I.V. setiap 8 jam
d. Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1) Supositoria = ketopropen sup 2x/ 24 jam
2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
e. Obat lain : Vitamin C
2. Keperawatan
a. Perawatan awal
1) Letakan pasien dalam posisi pemulihan
2) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama,
kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15
menit sampai sadar
3) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
4) Transfusi jika diperlukan

10
5) Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera
kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah
b. Diit
c. Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi,
berupa air putih dan air teh.
d. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar.
3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler).
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari
ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
e. Fungsi gastrointestinal
1) Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair.
2) Jika ada tanda infeksi , tunggu bising usus timbul.
3) Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat.
4) Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik
f. Perawatan fungi kandung kemih
1) Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau sesudah
semalam.
2) Jika urin tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urin jernih.
3) Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter terpasang sampai
minimum 7 hari atau urin jernih.
4) Jika sudah tidak memakai antibiotika berikan nirofurantoin 100 mg per oral
per hari sampai kateter dilepas.
5) Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
11
biasanya terpasang 24 - 48 jam/lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
g. Pembalutan dan perawatan luka
1) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak terlalu
banyak jangan mengganti pembalut.
2) Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut, tapi beri plester untuk
mengencangkan.
3) Ganti pembalut dengan cara steril
a) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih.
b) Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan kulit
dilakukan pada hari kelima pasca SC(Sarwono, 2009).

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Menurut Sarwono (2005) pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang
dapat ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan,
malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
1. Identitas atau biodata klien
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC,
hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu didapatka cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien.
4. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
12
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan
untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas
pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien
nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang
menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut untuk melakukan BAB.
e. Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain.
g. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri
perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan merawat bayinya.
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang
persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan
body image dan ideal diri.
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.

13
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya
cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya
proses menerang yang salah.
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-
kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kunuing.
d. Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah
cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan
pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae
dan papila mamae.
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus
uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,
karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.

14
k. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan sumber dukungan
2. Resiko pendarahan berhubungan dengan pembedahan
3. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan gangguan sensasi motorik
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen fisik fisik.
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidak nyamanan
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri
7. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

K. PERENCANAAN

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi


Keperawatan
1 Ketidakefektifa Setelah diberikan tindakan NIC: Breastfeding a. Membantu dalam
n pemberinan keperawatan kepada Ny. memebrikan
Assistence
ASI N selama ......x 24 jam, pengetahuan kepada
diharapkan pemberian asi a. Berikan informasi
ibu tentang
menjadi efektif. mengenai (Fisiologi
NOC: Keuntungan
menyusui,
Breastfeding ineffective menyusui, Perawatan
Keuntungan
Breathing pattern payudara, Kebutuhan
menyusui,
ineffective diit khusus dan
Perawatan payudara,
Breastfeding interupted faktor-faktor yang
Kebutuhan diit
Kriteria Hasil: menghambat proses
khusus dan faktor-
Klien mengungkapkan menyusui
faktor yang
puas dengan kebutuhan b. Memabntu untuk
menghambat proses
untuk menyusui melakukan
menyusui
Klien mampu kemampuan yg dapat
b. Demonstrasikan
mendemonstrasikan dilakukan klien
breast care dan
perawatan payudara c. Membantu agar
pantau kemampuan
Kemantapan pemberian payudara
klien untuk
ASI aktifdigunakan
melakukan secara
Ibu tidak mengalami keduanya.
teratur
nyeri tekan pada d. Memeberikan
c. Anjurkan untuk
putting pengetahuan ibu
menyusui dengan
Mengenali tanda-tanda tentang pemberian asi
kedua payudara
penurunan suplai ASI yang baik
d. Mengajarkan cara
e. Memabantu dalam

15
menyusui yang baik pengeluaran asi yang
dan benar adekuat.
e. Ajarkan cara f. Memeberikan
mengeluarkan ASI dukungan dapat
dengan benar, cara memperbaiki koping
menyimpan, cara ibu.
transportasi sehingga
bisa diterima oleh
bayi.
f. Berikan dukungan
dan semangat pada
ibu untuk
melaksanakan
pemberian Asi
eksklusif
2 Resiko Setelah diberikan tindakan NIC: a. Melihat adanya
pendarahan keperawatan kepada Ny.N Bleeding precautions pendarahan atau
berhubungan selama ......x 24 jam, a. Monitor tanda- tidak pada klien
dengan diharapkan tidak terjadi tanda pendarahan b. Mengetahui
pembedahan pendarahan. b. Monitor TTV keadaan umum
NOC: c. Monitor nilai klien
Blood lose severity laboratorium c. Mengetahui hasil
Blood koagulation d. Monitor status abnormal pada
Kriteria Hasil cairan input dan pemeriksaan
Tidak kehilangan output laboratorium
darah e. Anjurkan klien d. Mengetahui
TTV dalam rentang untuk pemasukan dan
normal meningkatkan haluaran klien
TD: 120/80 mmHg asupan makanan e. Memabantu
N: 60-100 x/mnt yang mengandung meningkatkan
RR: 16-24 x/mnt Vit K komponen darah
T: 36,5-37,5 0 C dalam tubuh.
Tidah ada pendarahan
Hb dan hematokrit
dalam rentang
normal.

3 Gangguan Setelah diberikan tindakan NIC: Urinary retentio a. Mengetahuifreku


eliminasi urin keperawatan kepada Tn X care ensi kemih yang
berhubungan selama ......x 24 jam, Monitor status dehidrasi adekuat
dengan diharapkan tidak terjadi a. Lakukan penilaian b. Membantu klien
gangguan gangguan eliminasi urin. kemih yang dalam
sensai motorik NOC: komprehensif melakukan
Urinary elimination b. Membantu dengan toileting
Urinary continuence toilet secara c. Mengetahui urin
Kriteria hasil: berkala. output klien
Tidak ada residu urine c. Ajarkan klien dan d. Mengetahui
>100-200cc keluarga untuk destensi kandung

16
Intake cairan dalam merekan output kemih klien
rentang normal urine e. Membantu
Bance cairan seimbang d. Memantau tingkat dalam
destensi kandung pengeluaran urin
kemih yang efektif
e. Kolaborasi dengan
tim medis untuk
pemasangan
kateter

4 Nyeri Akut Setelah diberikan tindakan NIC: Pain Management a. Mengethui


berhubungan keperawatan kepada Ny.N a. Lakukan frekuensi, lokasi,
dengan agent selama ........x 24 jam, pengkajian nyeri durasi, kualitas, dan
cedera biologis diharapkan nyeri secara waktu nyeri.
berkurang atau hilang. komprehensif b. Mengetahui reaksi
NOC: termasuk klien terhadap nyeri
Pain control frekuensi, lokasi, yang dirasakan
Pain level durasi, kualitas klien.
Comport Level nyeri c. Lingkungan dapat
Kriteria Hasil: b. Observasi reaksi memepengaruhi
Mampu mengontrol non verbal dari nyeri yang
nyeri ketidaknyamanan dirasakan klien.
Melaporkan bahwa c. Kontrol d. Membantu
nyeri berkurang lingkungan yang merelaksasi nyeri.
Menyatakan rasa dapat e. Membantu dalam
nyaman setelah nyeri mempengaruhi mengurangi rasa
berkurang nyeri nyeri yang
TTV dalam rentang d. Ajarkan tehnik dirasakan klien.
normal relaksasi nyeri
TD: 120/80 mmHg e. Kolaborasi dengan
N: 60-100 x/mnt dokter dalam
RR: 16-24 x/mnt pemberian
T: 36,5-37,5 0 C analgetik.
4 Hambatan Setelah diberikan tindakan NIC: Exercise a. Membantu
mobilitas fisik keperawatan kepada Ny.N therapy:Ambuation meningkatkan
berhubungan selama ....x 24 jam, tidak a. Monitoring TTV pengetahuan klien
dengan nyeri
ada hambatan mobilitas. b. Kaji kemampuan tentang pentingya
NOC: pasien dalam tidur.
Join Movement: mobilisasi b. Memabntu
Active c. Latih pasien dalam meningkatkan
Mobility level pemenuhan kenayaman klien
Self Care: ADLs kebetuhan ADLs dalam istirahat.
Transfer Performance secara mandiri sesuai c. Memabntu dalam
Kriteria Hasil: dengan meningkatkan
Klien meningkat kemampuannya. kualitas tidur klien.
dalam aktivitas fisik d. Dampingi dan bantu d. Mengetahui frekuensi
Memverbalisasikan pasien saat mobilisasi tidur klien.
perasaan dalam dan bantu pemenuhan e. Membantu mencegah

17
peningkatan kekuatan ADLs. terjadinya luka
dan kemampuan e. Ajarkan pasien dukibitus.
berpindah. bagaimana merubah
TTV dalam rentang posisi dan berikan
normal: bantuan jika
TD: 120/80 mmHg diperlukan
N: 60-100 x/mnt
RR: 16-24 x/mnt
T: 36,5-37,5 0 C
6 Defisit Setelah diberikan tindakan Berpakaian Berpakaian
perawatan diri keperawatan kepada Ny.N NIC: Self care a. Mengetahui
berhubungan selama .......x 24 jam, assistance: kekuatan klien
diharapkan dapat
dengan Dressing/Grooming untuk melakukan
melakukan perawatan diri.
gangguan NOC: a. Pantau tingkat perawatan diri.
kognitif. Activity Intolerance kekuatan dan b. Mengetahui
Mobility: Physical toleransi kemampuan
impaired aktivitas yang dapat
Self care deficit b. Pantau dilakukan klien
hygiene peningkatan dan c. Menyesuiakan
Sensory perception, penurunan dengan budaya
audiotory disturbed kemampuan yang dimiliki
Kriteria Hasil: untuk berpakaian klien.
a. Mampu untuk c. Pertimbangkan d. Memabntu
mengenakan pakaian, budaya dan usia memilih pakaian
menresleting, pasien ketika klien
mengancing pakaian mempromosikan e. Menjaga privasi
ataupun melepaskan aktivitas klien
pakaian secara mandiri perawatan diri f. Membantu klien
b. Mampu untuk berpakaian memakai baju
melakukan aktivitas d. Bantu pasien g. Memberikan
eliminasi secara untuk memilih aspek positif
mandiri pakaian yang pada klien.
c. Mampu makan secara mudah dipakai
mandiri dan dilepas
d. Mampu untuk e. Pertahankan
membersihkan diri privasi saat
serta mempersiapkan pasien
alat atau bahan untuk berpakaian
mandi secara mandiri f. Bantu pasien
untuk memakai
baju,
menresleting,
mengancingkan

18
atau melepaskan
baju jika
diperlukan
g. Beri pujian
untuk atas usaha
untuk berpakaian
sendiri

Eliminasi
NIC: Self care
assistance: Toileting
a. Pertimbangkan Eliminasi
budaya dan usia a. Menyesuiakan
pasien ketika dengan budaya
mempromosikan yang dimiliki
aktivitas klien.
perawatan diri b. Memabantu
eliminasi dalam
b. Melepaskan melakukan
pakaian bagian eliminasi
bawah untuk c. Memabtu dalam
memudahkan melakukan
eliminasi toileting
c. Membantu d. Menjaga privasi
pasien ke toilet klien.
d. Menyediakan e. Membantu klien
privasi selama dalam
eliminasi melakukan
e. Memfasilitasi toileting
kebersihan toilet f. Agar pasien
setelah selesai terlihat bersih.
eliminasi
f. Ganti pakaian
pasien setelah
eliminasi
Makan
NIC: Self care
assistance: Feeding
a. Memonitor
kemampuan
pasien untuk
makan
b. Identifikasi diit Makan

19
yang diresepkan a. Mengetahui
c. Pastikan posisi kemampuan
pasien aman dan klien dalam
nyaman untuk melakukan
makan makan dan
d. Dorong pasien minum.
untuk makan di b. Mengetahui diit
ruang makan, klien,
jika tersedia c. Meningkatkan
e. Menggunakan kenyamanan
cangkir dengan klien saat makan.
pegangan yang d. Membantu
besar, jika perlu memotivasi klien
f. Gunakan piring untuk makan.
yang berbahan e. Untuk
tidak mudah memudahkan
pecah klien dalam
minum.
Mandi f. Mencegah
NIC: Self Care terjadinya piring
Assistace: pecah yang bisa
Behing/Hygiene mencidrai klien.
a. Pertimbangkan
budaya dan usia
pasien ketika
mempromosikan
aktivitas
perawatan diri
mandi Mandi
b. Tempatkan alat a. Menyesuikan
atau dengan budaya
perlengkapan yang dimiliki
mandi pada klien.
tempat yang b. Memudahkan
mudah dijangkau klien dalam
oleh pasien atau mandi.
di kamar mandi c. Meningkan klien
c. Menyedikan dalam
lingkungan yang melakukan
terapeutik seperti perwatan diri
menyediakan air mandi.
hangat untuk d. Memelihara
mandi kuku agar tetap

20
d. Memantau bersih.
pembersihan e. Memandirikan
kuku keluarga untuk
e. Mendorong memandikan
keluarga untuk klien.
memberikan f. Memberikan
bantuan sesuai aspek positif
kebutuhan bagi klien
f. Memberikan maupun keluarga
pujian setelah
pasien mampu
melakukan
mandi secara
mandiri
7 Resiko infeksi Setalah dilakukan NIC: Infection Control a. Mencegah
berhubungan tindakan keperawatan a. Bersihkan terjadinya infeksi
dengan pada Ny.N selama x 24 lingkungan karena
prosedur jam, diharapkan tidak setelah dipakai lingkungan yang
invasive terjadi infeksi. b. Pertahankan kotor.
NOC: tehnik isolasi b. Untuk
Imunne status c. Ajarkan klien mengurangi
Knowledge: infection dan keluarga resiko infeksi
control tanda dan gejala c. Menambah
Risk control infeksi pengetahuan
Kriteria Hasil: d. Cuci tangan klien tentang
a. Klien bebas dari sebelum dan tanda dan gejala
tanda dan gejala sesudah tindakan infeksi
infeksi d. Membantu
b. Menunjukan mencegah
kemampuan untuk terjadinya infeksi
mencegah infeksi
c. Menunjukan perilaku
hidup sehat.

21
BAB III

JURNAL

22
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Resume Jurnal
Nama Peneliti :
Desiyani Nani, dosen Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal
Soedirman. Purwokert
Susio Maryati , Puspita Ardelia Institute of Complementary
Rizka Rahmaharyanti, Alternative Healthcare, Indonesia
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk menganalisis efek terapi akupresur titik HT 6 dan LI
4 pada nyeri post caesar
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian di lakukan pada pasien pasca operasi caesar. di ruang Post partum
di rumah sakit umum daerah banyumas
D. Design Penelitian
Penelitian ini merupakan kuasi eksperimental dengan tujuh wanita pasca
persalinan operasi caesar.
E. PICO
Person :
Penelitian dilakukan di rumah sakit pedesaan di Banyumas.dengan jenis penelitian
quasi eksperimental dengan tujuh perempuan yang ada ruang post partum setelah
sectio Caesar
Intervention :
Intervensi dalam penelitian ini adalah para responden menerima akupresur pada HT 6 dan
LI 4 selama 20 menit. Tingkat keparahan rasa sakit diukur dengan menggunakan Skala
Analog Visual rasa sakit. Intensitas nyeri diukur sebelum dan segera setelah intervensi.
Comparison :Tidak ada pebandingan dalam jurnal ini
Outcome :
Hasil yang didapatkan karakteristik ibu pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
sebagian besar wanita kelahiran sesar (57,2%) berada dalam kelompok usia antara
26-325 tahun. Multipara (57,2%) yang sebagian besar negara parital ibu.
kelompok menengah sosial ekonomi (42,8%) serta kelompok sosial ekonomi
rendah peserta. Tak satu pun dari peserta memiliki riwayat abortus dan kematian
janin sebelumnya. 57,2% berada di sebelum 6 jam setelah melahirkan CS

23
Hasil intensitas nyeri ditabulasi pada Tabel 2 yang menunjukkan bahwa sebelum
pengobatan akupresur 85,7% peserta melaporkan atas 75 skala poin. Setelah
pengobatan akupresur hanya 28,6% peserta melaporkan skala yang sama. Tabel 3
menunjukkan tingkat skala intensitas nyeri sebelum dan setelah pengobatan
adalah (84,29 15,65) dan (64,57 15,80). Ada perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok. Intensitas nyeri setelah intervensi secara signifikan menurunkan
dari intensitas nyeri sebelum (p = 0,04).

Penelitian ini menemukan bahwa akupresur dapat secara efektif mengurangi


intensitas rasa sakit pada periode pasca operasi persalinan operasi
caesar.Demikian pula, hasil studi yang dilakukan oleh Kotani et al., Yang
menampilkan pasien bedah perut, menunjukkan bahwa akupunktur efektif bisa
meringankan pasien nyeri pascaoperasi.

24
Berdasarkan hasil dari data karakteristik responden didapatkan hasil bahwa
rata-rata usia adalah berusia 26-35 tahun Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Shintadewi (2011) menunjukkan bahwa rata-rata usia responden post operasi
caesarea adalah 20-30 tahun. Hal ini dapat dikarenakan pada orang tua cenderung
memendam nyeri yang dialami, karena mengganggap nyeri adalah hal yang ilmiah
yang harus dijalani (Batbual, 2010), sehingga nyeri pada usia yang lebih tua dari
usia tersebut hanya sedikit ditemukan. Menurut Potter & Perry (2006) cara
seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak kejadian nyeri
selama rentang hidupnya
Penelitian ini juga menunjukkan efektivitas akupresur untuk meringankan
rasa sakit.Tujuh responden yang diberi terapi akupresur menunjukkan penurunan
di skala nyeri. Penurunan intensitas nyeri melalui fisiologis proses selama
pengobatan akupresur. Stimulasi pada titik akupresur diaktifkan tiga pusat,
sumsum tulang belakang, otak tengah, dan hipofisis.Neurokimia dilepaskan,
seperti endorphine, serotonin dan norepinefrin untuk penggunaan pesan nyeri
diblokir.stimulasi Acupessure juga bisa melepaskan hormon adrenocorticotropin
(ACTH) dari hipofisis. Tiga mekanisme untuk menjelaskan kerja akupresur untuk
mengurangi sensasi rasa sakit yaitu: teori Neurotransmitter, sistem saraf otonom
dan teori kontrol gerbang
Akupresur meningkatkan pasca operasi inces physiologis (respirasi, denyut
nadi, tekanan darah sistolik, dan tekanan darah siastolic.Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan dalam tingkat kecemasan pasca
operasi dan nyeri ada antara subyek yang melakukan dan tidak menerima
akupresur, menunjukkan bahwa akupresur pasca operasi dapat secara efektif
mengurangi kecemasan pasca operasi dan nyeri.Selama beberapa tahun terakhir,
para peneliti telah menyelidiki penggunaan sistem opioid endogen untuk
menjelaskan nyeri mekanisme mengurangi. Ketika orang berada di bawah
tekanan, endorphin yang diproduksi, yang memunculkan obstruksi interferential di
serabut saraf .properti endorphin ini memberikan rasa sakit mengurangi efek.
Ketika kulit individu dirangsang, misalnya dengan pijat atau akupresur, tingkat
endorfin meningkat, yang menimbulkan rasa sakit mengurangi efek.efek
terapeutik pada kecemasan pasca operasi ditimbulkan oleh akupresur juga
dilaporkan oleh Ip yang menggunakan sectional deskriptif lintas untuk
menyelidiki kondisi di mana pasien berkonsultasi denganacupuncturist.
25
Hasil penelitian ini selaras dengan hipotesis Tournaire and Theau-Yonneau
(2007) yang menyatakan bahwa akupunktur poin memiliki sifat listrik yang jika
dirangsang dapat mengubah tingkat neurotransmitter di tubuh, selain itu endorfin
dilepaskan karena aktivasi dari rangsangan akupunktur (Budiarti,
2011).Akupresur merupakan penekanan pada titik akupunktur dengan
menggunakan telunjuk maupun jari sehingga perangsangan dengan akupresur ini
juga dapat mempengaruhi neurotransmitter di tubuh seperti halnya akupunktur
(Tournaire and TheauYonneau, 2007). Hal tersebut dibuktikan oleh beberapa
penelitian yang dilakukan oleh Huein, Mein Chen; Feng, Yi Chang; and Ching,
Tai Hsu (2005) dengan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan setelah
diberikan akupresur pada pasien post sectio caesarea dengan p value pada
kelompok intervensi p = 0,024 (p < 0,05) dan pada kelompok kontrol p = 0,040 (p
< 0,05).
Hasil penelitian lainnya yaitu dilakukan oleh Nani; Maryati;
Rahmaharyanti (2015) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
pada kelompok intervensi dan kontrol sebelum dan setelah diberikan intervensi
akupuntur. Intensitas nyeri setelah diberikan intervensi mengalami penurunan
yang signifikan dengan p value 0,04 (p < 0,05). Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan Gate Control Teory yaitu bahwa serabut nyeri membawa stimulasi nyeri
ke otak lebih kecil dan perjalanan sensasinya lebih lambat dari pada serabut yang
luas dan sensasinya berjalan lebih cepat.Ketika sentuhan dan nyeri dirangsang
bersama sensasi sentuhan berjalan keotak dan menutup pintu gerbang dalam otak
dan terjadi pembatasan intensitas nyeri di otak.Akupresur merupakan distraksi
yang dapat meningkatkan pembentukan endorphin sehingga dapat membuat
pasien lebih nyaman karena relaksasi otot (Mander, 2003).

26
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Akupresur di HT6 dan titik LI4 mengurangi keparahan nyeri pada awal periode
partum pasca setelah sesar sectio.Temuan ini menunjukkan bahwa kombinasi HT6 dan
LI4 akupresur terapi efektif untuk mengurangi rasa sakit operasi caesar ini.Terapi
akupresur di titik HT6 dan LI4 dapat menjadi manajemen keperawatan yang efektif bagi
perempuan dalam periode operasi pasca operasi caesar.
B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Peningkatan kemampuan dan keterampilan sangat diperlukan dalam mencapai
kelancaran pelaksanaan tindakan keperawatan, maka dari itu mahasiswa keperawatan
di tuntut untuk lebih berkompeten dalam pendidikan.
2. Bagi Rumah Sakit
Buku buku asuhan keperawatan obstetri dan ginekologi sangat mendukung
mahasiswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan, maka kelengkapan buku di perpustakaan sangat diharapkan. Dapat
menerapkan jurnal terkait penanganan nyeri pada luka pasca oprasi.

27
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC edisi revisi jilid 2.

Gulardi, H. 2006. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Gary, F. Cuningham. 2005. Williams obstetric edisi 21. Jakarta : EGC

Sarwono, Prawiroharjo. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramedi

Muttaqin, arif dan Kumala sari. 2008. Buku Pre Operatif. Jakarta : EGC

Herdman, T. Heather. 2014. Nanda internasional diagnosa keperawatan definisi dan klisifikasi 2012-
2014. Jakarta :EGC

Errol, Norwiz. 2011. Anatomi dan Fisiologi Obstetric dan Ginekologi. Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam. 2005. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta : EGC

Sarwono, Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

28

Anda mungkin juga menyukai