HIDRONEFROSIS
Oleh :
Ullya Nor Rosyidah 01.210.6289
Alvenia Meilins Ednisari 01.211.6320
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 2
2.1. Anatomi Traktur urinarius............................................................. 2
2.2. Anatomi Ginjal .............................................................................. 2
2.3. Anatomi Ureter.............................................................................. 2
2.4. Anatomi Vesica Uriania ................................................................ 2
2.5. Anatomi Urethra............................................................................ 2
2.6. Definisi Hidronefosis .................................................................... 4
2.7. Etiologi ......................................................................................... 5
2.8. Patofisiologi .................................................................................. 7
2.9. Manifestasi Klinis ........................................................................ 7
2.10.Diagnosa....................................................................................... 10
2.11Diagnosa Banding ......................................................................... 15
2.13Penatalaksanaan ............................................................................ 15
2.14Komplikasi ................................................................................... 16
2.15Prognosis ....................................................................................... 16
BAB III LAPORAN KASUS ...................................................................... 17
3.1. Identitas ................................................................................. 17
3.2. Anamnesis ............................................................................. 17
3.3. Pemeriksaan Fisik ................................................................. 18
3.4. Pemeriksaan Penunjang.......................................................... 19
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 23
BAB V KESIMPULAN ............................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Traktus Urinarius
Manusia mempunyai dua buah ginjal yang terletak di daerah pinngang di dinding
posterior dinding abdomen. Tepatnya setinggi vertebra thorakal 12 sampai vertebra lumbal 3.
Secara visual bentuk ginjal menyerupai kacang merah. Berat setiap ginjal antara 100 150
gram. injal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar di sisikanan.
Ginjal memilii tiga bagian penting yaitu korteks, medulla, dan pelvis renal. Bagian paling
superfisial adalah korteks renal, yang tampak bergranula. Di sebelah dalamnya terdapat
2
3
bagian lebih gelap, yaitu medulla renal, yang berbentuk seperti kerucut disebut piramid
renal, dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papilla
renal. Di antara piramid terdapat jaringan korteks, disebut kolum renal.
Ginjal merupakan organ tubuh yang berfungsi menyeleksi hasil metabolisme tubuh.
Proses seleksi tersebut dilakukan dengan cara menyaring cairan tubuh yang melewati ginjal.
Penyaringan dilakukan bagian ginjal yang dinamakan nefron. Setiap ginjal terdapat satu juta
atau lebih nefron, masing-masing nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler.
Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh-pembuluh darah, yaitu glomerulus dan
kapiler peritubuler, yang mengitari tubuli. Komponen tubuler berawal dengan kapsula
Bowman (glomerular) dan mencakup tubuli kontortus proksimal, ansa Henle dan tubuli
kontortus distal. Dari tubuli distal, isinya disalurkan ke dalam duktus koligens (saluran
penampung atau pengumpul).
Ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar disebut pelvis renal.
Pelvis renal bercabang dua atau tiga, disebut kaliks mayor yang masing-masing bercabang
membentuk beberapa kaliks minor, yang langsung menutupi papilla renal dari piramid.
Kaliks minor ini menampung urin yang terus-menerus keluar dari papila.Dari kaliks
minor, urin masuk kekaliks mayor, ke pelvis renal kemudian ke ureter, sampai akhirnya
ditampung di dalam kandung kemih.
Kedua ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat per menit yang 124 ml
diabsorpsi dan hanya 1 ml dikeluarkan ke dalam kaliks-kaliks sebagai urin. Ginjal berfungsi
untuk mengatur keseimbangan air dan elektrolit berupa ekskresi kelebihan air dan
elektrolit, mempertahankan keseimbangan asam basa, mengekskresikan hormon, berperan
dalam pembentukan vitamin D, mengekskresikan beberapa obat-obatan dan mengeksresi
renin yang turut dalam pengaturan tekanan darah.
4
melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke urethra dan lingkungan eksternal tubuh melalui
mekanisme relaksasi sphincter. Dalam menampung urine, buli buli mempunyai kapasitas
maksimal yang volume untuk orang dewasa 300 450 ml. Vesika urinaria diperdarahi oleh
a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada perempuan, arteri vesicalis inferior digantikan
oleh arteri vaginalis.
2.6. Hidronefrosis
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua ginjal
akibat adanya obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urine menyebabkan urine mengalir balik,
sehingga tekanan diginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih,
tekanan baik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter
akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak.
Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis ginjal dan kalises. Adanya
hidronefrosis harus dianggap sebagai respons fisiologis terhadap gangguan aliran urine.
6
Meskipun hal ini sering disebabkan oleh proses obstruktif, tetapi dalam beberapa kasus, seperti
megaureter sekunder untuk refluks pralahir, sistem pengumpulan mungkin membesar karena
tidak adanya obstruksi.
Ada 4 grade hidronefrosis, antara lain :
a. Hidronefrosis derajat 1
Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks. Kaliks berbentukblunting, alias tumpul.
b. Hidronefrosis derajat 2
Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks berbentuk flattening, alias mendatar.
c. Hidronefrosis derajat 3
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor.Tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks
berbentuk clubbing alias menonjol.
d. Hidronefrosis derajat 4
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya penipisan korteks Calices
berbentuk ballooning alias menggembung
2.7. Etiologi
Penyebab yang bisa mengakibatkan hidronefrosis adalah sebagai berikut:
a. Hidronefrosis unilateral: obstruksi pada salah satu sisi saluran kemih pada umumnya disebabkan
oleh proses patologik yang letaknya proksimal terhadap kandung kemih. Keadaan ini berakibat
hidronefrosis dan dapat menyebabkan atrofi serta kehilangan fungsi salah satu ginjal tanpa
menyebabkan gagal ginjal.
Penyebab obstruksi unilateral adalah:
1. Obstruksi taut ureteropelvik-kelainan ini umum ditemukan. Pada beberapa pasien memang
terdapat obstruksi anatomik-paling sering adalah arteria renalis aberen yang menekan ureter
bagian atas-sebagian besar kasus bersifat idiopatik (hidronefrosis idiopatik). Pada pasien ini
7
didapatkan obstruksi fungsional pada taut ureteropelvik dengan lumen paten. Kelainan
kongenital pada inervasi atau otot ureteropelvik telah diduga sebagai penyebab, dan kelainan ini
dapat disembuhkan dengan pengangkatan regio tersebut dan reanatomosis secara bedah. Pada
kasus ini didapatkan obstruksi berat dan dilatasi progresif pelvis ginjal (hidronefrosis) di atas
taut ureteropelvik. Ureter masih normal. Akibat pada ginjal bervariasi. Pada pasien dengan
pelvis ginjal ekstrarenal, pelebaran masif menghasilkan massa kistik yang sangat besar pada
hilum ginjal yang dapat terlihat sebagai massa abdomen.
Pada keadaan ini, peningkatan tekanan di dalam ginjal kurang dibandingkan bila pelvis berada
intrarenal, dan distensi akan menyebabkan pembesaran sistem pelviokalise dan selanjutnya
atrofi ginjal.
2. Penyakit ureter kongenital-kelainan kongenital ureter yang lain dapat menyebabkan hidronefrosis
unilateral. Keadaan ini meliputi ureter ganda, ureter bifida, dan kelainan otot ureter yang
menyebabkan penebalan dinding ureter (megaureter). Ureterokel merupakan pelebaran kistik
bagian terminal ureter yang disebabkan oleh stenosis kongenital orifisium ureter pada dinding
kandung kemih. Ureter terminal kistik tersebut umumnya menonjol ke dalam lumen kandung
kemih. Walaupun kelainan ureter ini dapat terjadi pada masa anak, sebagian besar ditemukan
secara kebetulan atau menimbulkan gejala pada usia dewasa.
3. Penyakit ureter didapat-kelainan ini umum ditemukan dan meliputi
(1) obstruksi lumen oleh batu, bekuan darah, atau kerak papila ginjal yang nekrotik; (2)
penyebab mural, seperti striktur fibrosa dan neoplasma; (3) tekanan ekstrinsik terhadap ureter
pada fibrosis retroperitoneum dan neoplasma retroperitoneum.
Striktur fibrosa dapat terjadi setelah peradangan, tuberkulosis, atau cedera ureter yang sebagian
besar disebabkan oleh pembedahan pelvis pada kanker genokologi. Lesi neoplasma (baik primer
maupun metastasis) jarang mengenai ureter secara primer. Yang lebih sering terjadi adalah
keganasan retroperitoneum dan pelvis yang menginfiltrasi ureter pada saat menyebar. Ureter
juga dapat mengalami obstruksi pada bagian terminal yang masuk kedalam kandung kemih.
Kanker kandung kemih sering menimbulkan komplikasi hidronefrosis unilateral.
b. Hidronefrosis bilateral:
1. Di sebelah distal kandung kemih, penyebab tersering adalah hiperplasia prostat pada pria usia
lanjut. Adanya katup uretra posterior kongenital juga dapat menyebabkan hidronefrosis bilateral
pada anak usia muda. Pada pasien paraplegia dengan kandung kemih neurogenik biasanya juga
didapatkan hidronefrosis bilateral.
8
2. Penyebab yang mengenai kedua ureter mencakup fibrosis retroperitoneum dan keganasan.
3. Disfungsi otot ureter yang timbul pada masa kehamilan (mungkin akibat efek progesteron pada
otot polos) juga dapat menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis ringan.
2.8. Patogenesis
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga tekanan
di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan
mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu
atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak. Obstruksi parsial atau intermiten dapat
disebabkan oleh batu yang terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya.
Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat
abses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat
dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang menyebabkan ureter
berpilin atau kaku. Pada pria lansia , penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu
kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan
akibat pembesaran uterus. Apapun penyebab dari hidronefrosis, disebabkan adanya obstruksi
baik parsial ataupun intermitten mengakibatkan terjadinya akumulasi urin di piala ginjal.
Sehinggamenyebabkan disertasi piala dan kolik ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi
ketikasalah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap maka ginjal yang lain akan
membesar secara bertahap (hipertrofi kompensatori), akibatnya fungsi renal terganggu.
(terdapat nanah di dalam air kemih), demam dan rasa nyeri di daerah kandung kemih
atau ginjal. Jika aliran air kemih tersumbat, bisa terbentuk batu (kalkulus).
Hidronefrosis bisa menimbulkan gejala saluran pencernaan yang samar-samar, seperti
mual, muntah dan nyeri perut. Gejala ini kadang terjadi pada penderita anak-anak
akibat cacat bawaan, dimana sambungan ureteropelvik terlalu sempit.
Jika tidak diobati, pada akhirnya hidronefrosis akan menyebabkan kerusakan ginjal
dan bisa terjadi gagal ginjal.
2.10. Diagnosis
a. Pemeriksaan Fisik
Gambaran fisik pasien yang menderita hidronefrosis biasanya pasien mengelih nyeri
di pinggang kanan ataupun kiri. Keluhan dirasakan makin lama semakinmenjadi-jadi.
Keluhan biasanya disertai rasa mual. Biasanya pasien mengeluh air kencingnya sedikit,
bahkan tak jarang tidak keluar air kencingnya. Ada perasaan tidak tuntas setelah berkemih.
Pada saat melakukan nyeri ketok pada punggung bawah biasanya pasien mengeuh
nyeri. Pada palpasi bisa dirasakan adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang
pinggul, terutama jika ginjal sangat membesar.
b. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea yang tinggi karena ginjal tidak
mampu membuang limbah metabolik ini.
- Beberapa prosedur digunakan utnuk mendiagnosis hidronefrosis:
Pada pemeriksaan USG memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih,
urografi intravena bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal, sistoskopi bisa
melihat kandung kemih secara langsung.
Gambaran radiologis dari hidronefrosia terbagi berdasarkan gradenya. Ada 4 grade
hidronefrosis, antara lain :
a. Hidronefrosis derajat 1
Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks. Kaliks berbentukblunting,alias tumpul.
b. Hidronefrosis derajat 2
Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks berbentuk flattening, alias mendatar
10
c. Hidronefrosis derajat 3
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya penipisan
korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol
d. Hidronefrosis derajat 4
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya penipisan korteks
Calices berbentuk ballooning alias menggembung
Hari 2 :
Pagi makan bubur, siang-sore hanya minum susu.
Jam 9 malam minum garam inggris (MgSO4 1 bungkus + 1/4 gelas air putih).
Kemudian hanya boleh minum air putih sampai jam 11 malam. Mulai jam 12
malam puasa, kurangi bicara, dan tidak merokok.
11
Hari 3 :
Jam 8 pagi datang ke radiologi untuk difoto.Persiapan media kontras :- Media
kontras yang digunakan adalah yang berbahan iodium, dimana jumlahnya
disesuaikan dengan berat badan pasien, yakni 1-2 cc/kg.
Prosedur pemeriksaan
1. Lakukan pemeriksaan BNO posisi AP untuk melihat persiapan pasien
2. Jika persiapan pasien baik, suntikan media kontras melalui intravena 1 cc saja,
diamkan sesaat untuk melihat reaksi alergis
3. Jika tidak ada reaksi alergi, penyuntikan dapat dilanjtkan dengan memasang
alat compressive ureter terlebih dahulu di sekitar SIAS kanan dan kiri
4. Setelah itu, lakukan foto nephrogram dengan posisi AP supine 1 menit setelah
injeksi media kontras untuk melihat masuknya media kontras ke collecting
sistem, terutama pada pasien hypertensi dan anak-anak
5. Lakukan foto 5 menit post injeksi dengan posisi AP supine menggunakan
ukuran film 24x30 untuk melihat pelvicocaliseal dan ureter proksimal terisi
media kontras.
6. Foto 15 menit post injeksi dengan posisi AP supine menggunakan film 24x30
mencakup gambaran pelviocalyseal, ureter, dan bladder mulai terisi media
kontras.
7. Foto 30 menit post injeksi dengan posisi AP supine melihat gambaran bladder
terisi penuh media kontras. Film yang digunkaan ukuran 30 x 40
8. Yang terakhir lakukan foto post void (habis kencing) dengan posisi AP supine
atau erect untuk melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah
bladder. Dengan posisi erect dapat menunjukkan adanya ren mobile
(pergerakan ginjal yang tidak normal) pada kasus post hematuri.
12
Kiteria gambar
1. Foto BNO-IVP 5 menit
2.12. Penatalaksanaan
Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab darihi dronefrosis
(obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal.Untuk mengurangi
obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya. Infeksi
ditangani dengan agen anti mikrobial karena sisa urin dalam kaliks akan menyebabkan infeksi dan
pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan mengangkat lesi obstrukstif (batu, tumor,
obstruksi ureter). Jika salah satufungsi ginjal rusak parah dan hancur maka nefrektomi
(pengangkatan ginjal) dapat dilakukan.
Pada hidronefrosis akut:
- Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air kemih
yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui sebuah jarum
yang dimasukkan melalui kulit).
- Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa dipasang
kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu.
Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air
kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-
ujungnya disambungkan kembali.
Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa. Jika
sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan untuk melepaskan
ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda. Jika uretra
tersumbat, maka pengobatannya meliputi:terapi hormonal untuk kanker prostat - pembedahan -
melebarkan uretra dengan dilator.
Berikut adalah jenis dan langkah nefrostomi
A. Drainase Nefrostomi
Selang nefrostomi dimasukkan langsung ke dalam ginjal untuk pengalihan aliran urin
temporer atau permanen secara percutan atau melalui luka insisi. Sebuah selang tunggal
atau selang nefrostomi sirkuler atau U-loop yang dapat tertahan sendiri dapat digunakan.
Drainase nefrostomi diperlukan utuk drainase cairan dari ginjal sesudah pembedahan,
memelihara atau memulihkan drainase dan memintas obstruksi dalam ureter atau traktus
urinarius inferior. Selang nefrostomi dihubungkan ke sebuah system drainase tertutup
atau alat uostomi.
B. Nefrostomi Perkutaneus
16
Pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam pelvis ginjal. Tindakan ini dilakukan
untuk drainase eksternal urin dari ureter yang tersumbat, membuat suatu jalur
pemasangan stent ureter, menghancurkan batu ginjal, melebarkan striktur, menutup
fistula, memberikan obat, memungkinkan penyisipan alat biopsy bentuk sikat dan
nefroskop atau untuk melakukan tindakan bedah tertentu. Daerah kulit yang akan dinsisi
dipersiapkan serta dianestesi, dan pasien diminta untuk menarik nafas serta menahannya
pada saat sebuah jarum spinal ditusukkan ke dalam pelvis ginjal. Urin diaspirasi untuk
pemeriksaan kultur dan media kontras dapat disuntikkan ke dalam system
pielokaliks.Seutas kawat pemandu kateter angografi disisipkan lewat jarum tersebut ke
dalam ginjal. Jarum dicabut dan saluran dilebarkan dengan melewatkan selang atau
kawat pemandu. Selang nefrostomi dimasukkan dan diatur posisinya dalam ginjal atau
ureter, difiksasi dengan jahitan kulit serta dihubungkan dengan system drainase tertutup.
2.13. Komplikasi
Penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan komplikasi seperti batu ginjal, sepsis,
hipertensi renovskuler, nefropati obstruktif, infeksi, pielonefritis, ileus paralitik
2.14. Prognosis
Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya berhasil jika infeksi dapat dikendalikan dan
ginjal berfungsi dengan baik
17
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2. Anamnesa
Keluhan Utama: nyeri perut sebelah kanan bawah
Status Generalis
Kesan Umum : Tampak lemas
Kesadaran : compos mentis
Tanda- tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit,
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,5 C
19
Kesan
- Meteorismus dengan Ileus Obstruktif
- Cardiomegali
- Bronchitis
22
Pemeriksaan USG
Kesan : Penebalan dinding ginjal tanpa ditemukannya batu
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Hidronefrosis merupakan penggembungan ginjal akibat tekanan balik terhadap ginjal karena
aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan normal, air kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan
yang sangat rendah.Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke dalam
tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air
kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal
yang rapuh.Pada akhinya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak jaringan
ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya.
Oleh sebab itu untuk mengatasi dan untuk mencegah komplikasi yang ditimbulkan dari
hidronefrosis pelu dilakukan penatalaksanaan yang spesifik, yaitu untuk mengidentifikasi dan
memperbaiki penyebab obstruksi, untuk menangani infeksi, dan untuk mempertahankan serta
melindungi fungsi renal.
Pada kasus ini seorang laki-laki mengeluh pinggang bagian kanan bawah mengalami nyeri
luar biasa sifatnya terus menerus. Nyeri bertambah hebat bila pasien melakukan aktifitas. Keluhan ini
disertai dengan keluhan sulit berkemih, mual muntah, anyang-anyangan, dan rasa panas pada perut
bawah saat BAK. Karena keluhan nyeri pinggang semakin memberat akhirnya oleh keluarga dibawa
ke RSUD DR. R. Soedjati Purwodadi.
Berdasarkan riwayat dan keluhan pasien maka dilakukan pemeriksaan USG. Pada
pemeriksaan USG didapatkan hasil penebalan dinding ginjal tanpa ditemukannya batu. Kesan
didapatkan hidronefrosis ringan.
Keadaaan pasien pada kasus ini ditemukan setelah keadaan umum pasien diperbaiki dan
diobservasi selama 4 hari semakin membaik. Paseien merasakn mulai lancar dalam berkemih, nyeri
di pinggang dan perut bawah saat berkemih sudah tidak terasa. Dan mual muntah sudah menghilang.
Sebelumnya pasien mengeluhkan nyeri luar biasa pada pinggangnya hingga pasien mengalami
hendaya untuk melakukan aktifitas.
Pasien yang merupakan pegawai mempunyai kebiasaan menahan kencing. Dari frekuensi
minum air putih dapat dibilang sangat kurang, karena pasien lebih suka mengkonsumsi kopi dalam
kesehariannya.
BAB V
KESIMPULAN
24
DAFTAR PUSTAKA
Dejong, Sjamsuhidrajat, 2004, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi kedua. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Ekayuda,Iwan, 2005, Radiologi Diagnostik Edisi kedua. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Kim,SH, KN Park, SJ Kim, CK Eun, YM Park, MK Oh, KH Choi, HJ Kim, DW
Kim, HJ Choo, JH Cho, JH Oh, HY Park, 2011, Accuracy of plain
abdominal radiography in the differentiation between small bowel
obstruction and small bowel ileus in acute abdomen presenting to
emergency department , Hong Kong Journal of Emergency Medicine : 68-
79
Malueka,Rusdy, 2006, Radiologi Diagnostik Edisi Kedua, Yogyakarta : Pustaka
Cendekia Press
Wani,Imtiaz, Nazir,Mir, 2010, Historical Review of Intestinal Ascariasis:
Surgical History, Global Journal of Medical Research : Vol.10 Issue 3 pg
2
4.Wim de Jong dan Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
http://uptodate.com/patientinformation:kidneystonesin
25