Anda di halaman 1dari 11

SPO PEMBERIAN NUTRISI

No.Dokumen: No. Revisi : Halaman :


00

STANDAR Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :


PROSEDUR 16 November 2015 Direktur Terkait
OPERASIONAL
dr.Gatot Soeryo K.
PFK..MM
PENGERTIAN Merupakan sarana dalam upaya pemenuhan zat
gizi pasien

TUJUAN Memberikan makanan yang tepat kepada pasien


sesuai dengan penyakit dan kondisi umum
maupun kondisi saluran cerna pasien

KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Pasien yang datang ,dilakukan pengisian
data di RM dan dilakukan assesment
nutrisi.
2. Assesment nutrisi meliputi IMT (Indeks
Masa Tubuh) bila termasuk gizi kurang
atau malnutrisi dilakukan terapi gizi lanjut
dan dilakukan konsultasi gizi, dan
3. yang mempunyai riwayat penyakit seperti
hipertensi,DM,jantung,kolesterol,asam
urat dll.
4. Petugas/ahli gizi melakukan skreening gizi
kepada pasien.
5. Petugas/ahli gizi melakukan penentuan
status gizi lebih lanjut.
6. Jika status gizi pasien kurang bahkan gizi
buruk maka dilakukan assesmen gizi lebih
lanjut dan dilakukan konsultasi gizi.
7. Jika status gizi pasien adalah normal
maka diet yang diberikan adalah
biasa/normal sesuai dengan kondisi dan
penyakit pelanggan dengan bentuk
makanan berupa cair, saring, lunak, biasa
dan makanan diberikan secara per oral.
Makanan untuk pasien pembedahan
dengan diit TKTP (Tinggi Kalori Tinggi
Protein)
8. Perhitungan kebutuhan kalori perhari
pada pasien yang memerlukan terapi.
9. Ahli gizi melakukan edukasi ke pasien dan
keluarga pasien (konsultasi gizi )
10. Monitoring meliputi keadaan pasien,hasil
laboratorium ,pola makan dan kepatuhan
pasien menjalankan diit.
Evaluasi meliputi perubahan pola makan
status gizi mendekati normal
UNIT TERKAIT -Instalasi gizi
PELAYANAN KEDOKTERAN
MENGENAI MANAJEMEN NYERI
No.Dokumen: No. Revisi : Halaman :
03-020 00

STANDAR Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :


PROSEDUR 01 Februari 2012 Direktur Terkait
OPERASIONAL
dr.Aida Fatmi
PENGERTIAN Mengurangi nyeri atau menurunkan nyeri ke level
kenyamanan yang diterima oleh pasien
TUJUAN 1. Mengurangi nyeri atau menurunkan nyeri ke level
kenyamanan yang diterima oleh pasien
2. Memberikan rasa aman dan nyaman ke pada pasien di
Rumah Sakit
KEBIJAKAN 1.Undang-undang RI Nomer 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan
2.Undang-undang Nomer 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
3.Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomer
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit
4.Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomer
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit
5.Keputusan Dirjen Yanmed HK.00.06.3.5.1866 tentang
Pedoman Persetujuan Tindakan Medik. Infom Consent.
1999
6.Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Perovinsi Daerah
Khusus Ibu Kota Jakarta, Nomer 2875 Tahun 2015 tentang
Perubahan Jenis Rumah Sakit Ibu dan Anak AULIA
Menjadi Rumah Sakit Umum AULIA
7.Surat Rekomendasi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Nomor 7366/-1.779.3
tentang Rekomendasi Izin Oprasional Rumah Sakit Umum
AULIA
8.Keputasan PT. Liavansya Utama Nomer
023/PTLU/SK/XI/2015 tentang Manajemen Pengelolaan
Rumah Sakit AULIA
9.Hasil Rapat Direksi Rumah Sakit AULIA tanggal 15
Oktober 2015 tentang Akreditasi Rumah Sakit Tahun 2015
PROSEDUR 1. Lakukan pengkajian yang komprehensif tentang nyeri,
termasuk lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan factor
presipitasi
2. Amati perlakuan non verbal yang menunjukkan
ketidaknyamanan, khususnya ketidakmampuan
komunikasi efektif
3. Pastikan pasien menerima analgesic yang tepat
4. Gunakan strategi komunikasi terapeutik yang dapat
diterima tentang pengalaman nyeri dan merasa
menerima respon pasien terhadap nyeri
5. Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon nyeri
6. Identifikasi dampak pengalaman nyeri terhadap kualitas
hidup (misal:tidur, selera, aktivitas, berfikir, mood,
berhubungan, performa bekerja, dan tanggungjawab
peran)
7. Evaluasi pasca mengalami nyeri termasuk riwayat
individu dan keluarga mengalami nyeri kronik atau
menimbulkan ketidakmampuan, sesuai keperluan
8. Evaluasi, bersama klien dan tim pelayanan kesehatan,
keefektifan pengukuran kontrol pasca nyeri yang dapat
digunakan
9. Bantu pasien dan keluarga untuk memperoleh dukungan
10. Gunakan metode pengkajian perkembangan yang tepat
yang dapat memantau perubahan nyeri yang akan
membantu untuk mengidentifikasi factor presipitasi
actual maupun potensial (misal: flowshett dan catatan
harian)
11. Identifikasi kebutuhan untuk mengkaji kenyamanan
pasien dan merencanakan monitoring tindakan
12. Beri informasi tentang nyeri, misal penyebab nyeri,
berapa lama berakhir, antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat
2. Unit Rawat Inap Ruang
3. Prosedur/ Tindakan/ Kamar Operasi
4. Unit Perinatologi
RUMAH SAKIT
AULIA
Jl. Jeruk Raya No. 15, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12620
Telp./Fax (021) 727 0208; 786 6057

PEDOMAN PENGELOLAAN
MANAJEMEN NYERI

TAHUN 2015
MANAJEMEN NYERI

Definisi : Mengurangi nyeri atau menurunkan nyeri ke level kenyamanan yang


diterima oleh pasien

Aktivitas:
1. Lakukan pengkajian yang komprehensif tentang nyeri, termasuk lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri
dan factor presipitasi.
2. Amati perlakuan non verbal yang menunjukkan ketidaknyamanan, khususnya
ketidakmampuan komunikasi efektif
3. Pastikan pasien menerima analgesic yang tepat
4. Gunakan strategi komunikasi terapeutik yang dapat diterima tentang
pengalaman nyeri dan merasa menerima respon pasien terhadap nyeri
5. Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon nyeri
6. Identifikasi dampak pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup (misal:tidur,
selera, aktivitas, berfikir, mood, berhubungan, performa bekerja, dan
tanggungjawab peran)
7. Evaluasi pasca mengalami nyeri termasuk riwayat individu dan keluarga
mengalami nyeri kronik atau menimbulkan ketidakmampuan, sesuai
keperluan
8. Evaluasi, bersama klien dan tim pelayanan kesehatan, keefektifan pengukuran
kontrol pasca nyeri yang dapat digunakan
9. Bantu pasien dan keluarga untuk memperoleh dukungan
10. Gunakan metode pengkajian perkembangan yang tepat yang dapat memantau
perubahan nyeri yang akan membantu untuk mengidentifikasi factor
presipitasi actual maupun potensial (misal: flowshett dan catatan harian)
11. Identifikasi kebutuhan untuk mengkaji kenyamanan pasien dan merencanakan
monitoring tindakan
12. Beri informasi tentang nyeri, misal penyebab nyeri, berapa lama berakhir,
antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
13. Kontrol faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
mengalami ketidaknyamanan (misal: temperature ruangan, cahaya,
kebisingan)
14. Kurangi atau hilangkan factor yang menjadi presipitasi atau meningkatkan
pengalaman nyeri (misal: ketakutan, kelemahan, monoton, dan rendahnya
pengetahuan)
15. Pertimbangkan penolakan pasien untuk berpartisipasi, kemampuan
berpartisipasi, preferensi, dukungan untuk metode lain yang signifikan, dan
kontraindikasi ketika strategi penurun nyeri dipilih
16. Pilih dan implementasikan berbagai pengukuran (misal: farmakologi,
nonfarmakologi, dan interpersonal) untuk memfasilitasi penurun nyeri, sesuai
keperluan
17. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri ketika memilih strategi penurun nyeri
18. Anjurkan pasien untuk memantau nyerinya sendiri dan intervensi segera
19. Ajarkan teknik penggunaan nonfarmakologi (misal: biofeedback, TENS,
hypnosis, relaksasi, imaginasi terbimbing, terapi musik, distraksi, terapi
bermain, terapi aktivitas, acupressure, terapi dingin/panas, dan pijatan)
sebelum, sesudah, dan jika mungkin selama mengalami nyeri; sebelum
terjadinya nyeri atau nyeri meningkat dan ketika mengukur penurunan nyeri
20. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim pelayanan kesehatan untuk
memilih dan mengimplementasikan penurun nyeri nonfarmakologi, sesuai
keperluan
21. Beri penurun nyeri yang optimal dengan resep analgesic
22. Implementasikan penggunaan patient-controlled analgesia (PCA), jika perlu
23. Gunakan pengukuran control nyeri sebelum nyeri meningkat
24. Beri obat sebelum melakukan aktivitas untuk meningkatkan partisipasi, tapi
evaluasi bahaya dari sedasi
25. Pastikan tindakan sebelum pemberian analgesia dan/atau strategi
nonfarmakologi sebelum nyeri
26. Verifikasi tingkat ketidaknyamanan dengan pasien, catat perubahan pada
rekam medik, dan informasikan kepada tim pelayanan kesehatan lain, bekerja
dengan pasien
27. Evaluasi keefektifan pengukuran kontrol nyeri yang dilakukan dengan
pengkajian terus-menerus terhadap pengalaman nyeri
28. Modifikasi pengukuran kontrol nyeri pada respon pasien
29. Dorong istirahat yang adekuat/tidur untuk memfasilitasi penurunan nyeri
30. Anjurkan pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyeri, sesuai keperluan
31. Laporkan ke dokter jika pengukuran tidak berhasil atau jika keluhan yang
dirasakan berubah secara signifikan dari pengalaman nyeri yang lalu
32. Informasikan kepada tim pelayanan kesehatan yang lain/anggota keluarga
bahwa strategi nonfarmarmakologi yang digunakan oleh pasien dianjurkan
sebagai pendekatan untuk manajemen nyeri
33. Gunakan pendekatan multidisiplin untuk manejmen nyeri , jika diperlukan
34. Pertimbangkan rujukan bagi pasien, keluarga, orang terdekat lain untuk
dukungan kelompok dan sumber lain, sesuai keperluan
35. Beri informasi yang akurat untuk mendukung pengetahuan keluarga dan
respon untuk pengalaman nyeri
36. Melibatkan keluarga dalam modalitas penurun nyeri, jika mungkin
37. Pantau kepuasan pasien dengan manajemen nyeri pada rentang spesifik

Level Nyeri
No Indikator
1 Melaporkan nyeri 1 2 3 4 5
2 Prosentasi yang mempengaruhi tubuh 1 2 3 4 5
3 Frekuensi nyeri 1 2 3 4 5
4 Panjang episode nyeri 1 2 3 4 5
5 Ekspresi oral terhadap nyeri 1 2 3 4 5
6 Ekspresi wajah terhadap nyeri 1 2 3 4 5
7 Posisi tubuh berlindung 1 2 3 4 5
8 Gelisah 1 2 3 4 5
9 Otot tegang 1 2 3 4 5
10 Perubahan irama respirasi 1 2 3 4 5
11 Perubahan irama jantung 1 2 3 4 5
12 Perubahan tekanan darah 1 2 3 4 5
13 Perubahan ukuran pupil 1 2 3 4 5
14 Berkeringat 1 2 3 4 5
15 Selera hilang 1 2 3 4 5
DAFTAR PUSTAKA

Acute Pain Management Guideline Panel (1992). Acute pain management:

Operative or medical procedures and trauma. Clinical practice guideline. AHCPR


Pub. No. 92-0032. Rockville , MD: Agency for Health Care Policy and
Research, Public Health Service, US. Department of Health and Human
Services.

Clinton, P., & Eland, J.A.(1991). Pain. In M. Maas, K. Buckwalter, & M.Hardy
(Eds.), Nursing Diagnoses and Interventions for the Elderly (pp.348-368).
Redwood City, CA: Addison-Wesley.

Herr, K.A., & Mobily, P.R. (1992). Interventions related to pain. In G.M.
Bulechek & J.C.McCloskey (Eds.), Symposium on nursing Interventions.
Nursing Clinics of North America, 27(2), 347-370

Jacox, A., Ferrel, B., Heidrich, G., Hester, N., 7 Miaskowski, C. (1992). A
guideline for the nation: Managing acute pain. American Journal of Nursing,
92(5), 49-55.

McCaffery, M., & Beebe, A. (1998). Pain. Clinical manual for nursing practice.
St. Louis: Mosby

McGuire, L. (1994). The nurses role in pain relief. Medsurg Nursing, 3(2), 94-
107.

Perry, A.G., & Potter, P.A. (1990). Clinical nursing skills and techniques (pp. 84-
101). St. Louis: Mosby.

Sorensen, K., & Luckmann, J. (1986). Basic nursing: Psuchophysiologic approach


(2nd ed.) (pp.709-732). Philadelphia: W.B. Saunders.
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT AULIA
NOMER : 082/RS/SK-DIR/XI/2015

TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN NYERI

DIREKTUR RS AULIA JAKARTA

Menimbang :a. Bahwa dalam rangka peningkatan mutu pelayanan rawat inap di
Rumah Sakit Aulia
b. Bahwa untuk maksud tersebut diatas dapat dilakukan dengan
melakukan manajemen nyeri untuk menurunkan nyeri atau
mungurangi nyeri ke level kenyamanan yang diterima oleh pasien

Mengingat : 1.Undang-undang RI Nomer 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


2.Undang-undang Nomer 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3.Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomer
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit
4.Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomer
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
5.Keputusan Dirjen Yanmed HK.00.06.3.5.1866 tentang Pedoman
Persetujuan Tindakan Medik. Infom Consent. 1999
6. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Perovinsi Daerah Khusus
Ibu Kota Jakarta, Nomer 2875 Tahun 2015 tentang Perubahan
Jenis Rumah Sakit Ibu dan Anak AULIA Menjadi Rumah Sakit
Umum AULIA
7.Surat Rekomendasi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Daerah
Khusus Ibu Kota Jakarta, Nomor 7366/-1.779.3 tentang
Rekomendasi Izin Oprasional Rumah Sakit Umum AULIA
8. Keputasan PT. Liavansya Utama Nomer 023/PTLU/SK/XI/2015
tentang Manajemen Pengelolaan Rumah Sakit AULIA
9.Hasil Rapat Direksi Rumah Sakit AULIA tanggal 15 Oktober
2015 tentang Akreditasi Rumah Sakit Tahun 2015
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :

Kesatu : PEDOMAN DIREKTUR RUMAH SAKIT AULIA TENTANG


MANAJEMEN NYERI

Kedua : Memberlakukan pedoman Manajemen Nyeri di Rumah Sakit Aulia

Ketiga : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkanya dan apabila


dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 16 November 2015
Direktur,

Dr. Gatot Soeryo K, PFK, MM

Tembusan :
1. PT. Liavansya Utama
2. Kabag, Kabid
3. SPI
4. Unit terkait
5. Arsip

Anda mungkin juga menyukai