Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi telah mewarnai


pengembangan obat-obatan terutama dalam bidang formulasi, teknologi produksi,
dan teknik pengawasan mutu obat yang telah melibatkan aplikasi peralatan dan
metode yang semakin canggih dan kompleks.

Aspek yang diatur di dalam CPOB 2001 terdiri dari 10 bidang, sedangkan di
CPOB 2006 terdiri dari 12 aspek dan 2012 terdiri dari 19 aspek, salah satu bidang
tersebut adalah bangunan dan fasilitas industri (Premises). Bangunan industri
adalah sesuatu yang didirikan oleh manusia (seperti: gedung, rumah, dan lain-lain)
yang digunakan untuk mengolah barang dengan menggunakan sarana dan
prasarana tertentu. Hal lain yang berhubungan dengan bangunan, yang juga diatur
di dalam CPOB adalah fasilitas industri. Berbeda dengan bangunan industri,
fasilitas industri dapat didefinisikan sebagai sarana yang digunakan untuk
melancarkan fungsi dari suatu industri, misalnya: transportasi, media komunikasi,
sumber tenaga listik, dan lain-lain.

Pengaturan mengenai persyaratan bangunan dan fasilitas (Premises) industri


dalam CPOB merupakan bentuk kepedulian dan tanggung jawab pemerintah
Indonesia yang dibebankan kepada seluruh industri farmasi yang ada di Indonesia
agar dapat menghasilkan produk (obat) yang berkualitas (bermutu baik).
Pencapaian produk bermutu tentunya tidak hanya dipengaruhi oleh bangunan dan
fasilitas industri (Premises) saja, melainkan juga harus melibatkan aspek-aspek
lain dalam CPOB secara berkesinambungan.

I.2 Tujuan

Tujuan dari pembuaan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata
kuliah Manajemen Farmasi yang memebahas mengenai Farmasi Indusri Cara
pembuaan Obat Yang Baik ( CPOB) yang lebih spesifiknya lagi membahas
mengenai salah satu aspek dari CPOB itu sendiri yatiu Bangunan dan Fasilitas.

1
I.3 Rumusan Masalah

a. Bagaimana ketentuan umum mengenai banguna dan fasilifas?


b. Bagaimana syarat-syarat mengenai bangunan dan fasilitas yang memenuhi
kriteria CPOB?

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Ketentuan umum


Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran
dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan air serta
dari kegiatan industri lainya yang berdekatan. Jika lingkungan pabrik tidak dapat
dihindarkan dari pencemaran karena perubahan struktur tanah atau perencanaan
kota, hendaklah diambil tindakan sebagai berikut:

Lingkungan Bentuk Cemaran Tindakan Pencegahan

Udara Berbagai jenis debu misalnya, debu Melengkapi sistem


dari industri lain dan partikel ventilasi dengan
pestisida saringan udara awal dan
saringan udara akhir
yang masing-masing
mempunyai efisiensi 30-
40% dan 90-95%.

Tanah Bekas timbunan sampah dan bahan - Konstruksi bangunan


kimia yang kokoh dan kedap
air sesuai dengan
peraturan bangunan
yang berlaku;- Bebas
dari rembesan air,
serangga, binatang
pengerat serta dari
kontaminan lain; dan
- Dilengkapi dengan
saluran pembuangan air
yang efektif untuk
mencegah banjir.

3
Air tanah - Berkas timbunan bahan kimia - Semua bekas
timbunan bahan harus
- Air sadah atau
digali dan dibuang

- Air yang mengandung zat koloid sesuai dengan peraturan


pemerintah yang
- Mikroba patogen berlaku, bekas
penimbunan ini
hendaklah dinetralisasi
(misal dengan kapur
tohor);- Pelunakan air

- Sedimentasi dan
penyaringan

- Disinfektan misal:
dengan klorinasi

Bangunan dan fasilitas harus dikonstruksi, dilengkapi dan dirawat dengan tepat
agar memperoleh perlindungan dari pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah
serta masuk dan bersarangnya serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau
hewan lain. Sebaiknya tersedia prosedur untuk pengendalian binatang pengerat
hama. Selain itu perlu diadakan sarana perlindungan seperlunya terhadap:

Lingkungan Tindakan Pencegahan (antara lain)

Cuaca - Memberikan cat tahan cuaca pada


tembok;- Memasang alat penyerap
kelembaban udara secara pendinginan atau
secara penyerapan oleh bahan kimia yang
higroskopis.

4
Banjir - Mendesain letak bangunan dibuat lebih
tinggi daripada permukaan air banjir;-
Memasang saluran pembuangan air yang
efektif.

Rembesan air - Memasang saluran pembuangan air yang


efektif;- Membuat pondasi dan lantai
bangunan yang tahan rembesan air sesuai
dengan teknik bangunan yang berlaku.

Masuk dan bersarangnya binatang - Memasang saringan udara pada alat


kecil, tikus, burung, serangga dan pengendali udara;- Memasang kawat kasa
hewan lain dan atau tirai plastik;
- Melaksanakan pest control.

Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu, kelembaban dan ventilasi


hendaklah tepat agar tidak mengakibatkan dampak yang merugikan baik
secara langsung maupun tidak langsung terhadap produk selama proses
pembuatan dan penyimpanan, atau terhadap ketepatan dan ketelitian fungsi
dari peralatan.
Desain dan tata letak ruang hendaknya memastikan kompatibilitas
dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan didalam sarana yang
sama atau sarana yang berdampingan. Selain itu, pencegahan area produksi
dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi personil dan bahan atau
produk atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau produk selain yang
sedang diproses. Area produksi area penyimpanan dan area pengawasan mutu
tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi personil yang tidak
bekerja di area tersebut. Untuk mencegah hal tersebut, hendaknya disediakan
koridor dimana tiap ruang produksi dapat dicapai tanpa harus melalui ruang
produksi lain.

II.2 Rancang Bangun dan Tata Ruang


1. Area Penimbangan

5
Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan
carapenimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang
didesainkhusus . Area ini dapat menjadi bagian dari area penyimpanan atau
area produksi.

2. Area Produksi
Usaha untuk memperkecil resiko bahaya medis yang serius akibat
terjadinya pencemaran silang , suatu sarana khusus dan self-
container hendaklah disediakan untuk produksi obat tertentu seperti produk
yang dapat menimbulkan sensitif tinggi, produk lainya seperti antibiotik
tertentu (misal penisilin). Produk hormone seks, produk sitotoksik, produk
tertentu dengan bahna aktif berpotensi tinggi, produk biologi (misal: yang
berasal dari mikroorganisme hidup ) dan produk non-obat hendaklah
diprodukdsi di bangunan terpisah. Berikut dibawah ini gambar tata letak
banguna pabrik.
Tata-letak ruangan produksi sebaiknya dirancang sedemikian rupa untuk :
Memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling berhubungan
antarasatu ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan tahap produksi dan
menurut kelas kebersihan yang di persyaratkan.

1. Mencegah kesesakan dan ketidakteraturan dan,


2. Memungkinkan terlaksananya komunikasi dan pengawasan yang efektif.

Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang sedang
dalam proses hendaklah memadai untuk memungkinkan penempatan
peralatan dan bahan secara teratur dan sesuai dengan alur proses, sehingga
dapat memperkecil resiko terjadi kekeliruan antara produk obat atau
komponen obat yang berbeda, mencegah pencemaran silang dan memperkecil
resiko terlewatnya atau salah melaksanakan tahapan proses produksi atau
pengawasan.
Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan dimana
terdapat bahan baku dan bahan pengemas primer, produk antara atau ruahan
yamg terpapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas retak dan sambungan
terbuka. Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan
kedap air permukaannya rata dan memungkinkan pelaksanaan pembersihan

6
yang cepat dan efisien apabila terjadi tumpahan bahan. sudut antara dinding
dan lantai di area pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan.
Pipa, fiting lampu, titik fentilasi dan instalasi sarana penunjang lain
hendaklah dirancang sedemikian rupa untuk menghindari terbentuknya ceruk
yang sulit dibersihkan. Pipa yang terpasang didalam ruangan tidak boleh
menempel diding tetapi digantung dengan menggunakan siku-siku pada jarak
cukup untuk memudahkan pembersihan menyeluruh.Pemasangan rangka
atap, pipa dan saluran udara di dalam hendaklah dihindari. Lubang udara
masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya hendaklah dipasang
sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran terhadap produk.
Saluran pembuangan air hendaklah cukup besar, dirancang dan dilengkapi
dengan bak control serta ventilasi yang baik maupun mencegah aliran balik
sedapat mungkin saluran terbuka dicegah tetapi bila perlu hendaklah cukup
dangkal untuk memudahkan pembersihan dan disinfeksi.
Area produksi hendaklah diventilasi secara efektif dengan mengunakan
sistem pengendalian udara termasuk filter udara dengan tingkat efisiensi yang
dapat mencegah pencemaran dan pencemaran silang, pengendalian
kelembaban udara sesuai kebutuhan produk yang diproses dan kegiatan yang
dilakukan di dalam ruangan dan dampaknya terhadap lingkungan luar pabrik.
Area dimana dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu misalnya pada
saat pengambilan sempel, penimbangan bahan /produk, pencampuran dan
pengolahan bahan atau produk pengemasan produk serbuk, memerlukan
sarana penunjang khusus untuk mencegah pencemaran silang dan
memudahkan pembersihan.
Tata letak ruang area pengemasan dirancang khusus untuk mencegah
campur baur atau pencemaran silang. Area produksi hendaklah mendapat
penerangan yang memadai, terutama penerangan di mana pengawasan visual
dilakukan pada saat proses berjalan.
Pengawasan selama proses dapat dilakukan di dalam area produksi
sepanjang kegiatan tersebut tidak menimbulkan resiko terhadap produksi
obat. Pintu area produksi yang berhubungan langsung ke lingkungan luar,
separti pintu bahaya kebakaran, hendaklah ditutup rapat. pintu tersebut
hendaklah diamankan sedemikian rupa sehingga hanya dapat digunakan
dalam keadaan darurat sebagai pintu keluar. Pintu dalam area produksi yang

7
berfungsi sebagai barier terhadap pencemaran silang hendaklah selalu ditutup
apabila sedang tidak digunakan.

3. Area Penyimpanan
Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai
untuk menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk
(seperti:bahan awal dan bahan pengemas), produk antara, produk ruahan dan
produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah diluluskan,
produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik
dari peredaran. Area penyimpanan hendaklah didesain atau disesuaikan untuk
menjaminkondisi penyimpanan yang baik terutama area tersebut hendaklah
bersih, kering dan mendapat penerangan yang cukup serta dipelihara dalam
batas suhu yangditetapkan. Apabila kondisi penyimpanan khusus (misalnya:
suhu dan kelembaban udara) dibutuhkan, kondisi tersebut hendaklah
disiapkan, dikendalikan, dipantau dan dicatat.
Area penerimaan dan pengiriman barang hendaklah dapat memberikan
perlindungan bahan dan produk terhadap cuaca. Area penerimaan hendaklah
didesain dan dilengkapi dengan peralatan yang sesuai untuk kebutuhan
pembersihan wadah barang bila perlu.
Apabila status karantina dipastikan dengan cara penyimpanan di area
terpisah, maka area tersebut harus diberi penandaan yang jelas dan akses ke
area tersebut terbatas bagi personil yang berwenang. Sistem lain untuk
menggantikan sistem karantina barang secara fisik hendaklah memberi
pengaman yang setara. Hendaklah disediakan area terpisah dengan
lingkungan yang terkendali untuk pengambilan sampel bahan awal.
Area terpisah dan terkunci hendaklah disediakan untuk penyimpanan
bahan dan produk yang ditolak, atau yang ditarik kembali atau dikembalikan.
Bahan aktif berpotensi tinggi dan bahan radioaktif, narkotik, obatberbahaya
lain, dan zat atau bahan yang mengandung risiko tinggi
terhadappenyalahgunaan, kebakaran atau ledakan hendaklah disimpan di area
yang terjamin keamanannya.

4. Area Pengawasan Mutu


Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area
produksi.Area pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotop hendaklah

8
dipisahkan satu dengan lain. Laboratorium pengawasan mutu hendakalah
didesain sesuai dengan kegiatan yang dilakukan. Luas ruang hendaklah
memadai untuk mencegah campur baur dan pencemaran silang. Hendaklah
disediakan tempat penyimpanan dengan luas yang memadai untuk sampel,
baku pembanding (bila perlu dengankondisi suhu terkendali), pelarut,
pereaksi dan catatan.
Suatu ruangan yang terpisah mungkin diperlukan untuk memberi
perlindungan instrument terhadap gangguan listrik, getaran, kelembaban
yangberlebihan dan gangguan lain, atau bila perlu untuk mengisolasi
instrument. Desain laboratorium hendaklah memperhatikan kesesuain
bahan bangunanyang dipakai, ventilasi dan pencegahan terhadap asap.
Pasokan udara kelaboratorium hendaklah dipisahkan dari pasokan ke area
produksi. Hendaklah dipasang unit pengendali udara yang terpisah untuk
masing-masing laboratoriumbiologi, mikrobiologi dan radioisotop.

5. Sarana Pendukung
Ruangan istirahat dan kantin hendaklah dipisah dari area produksi dan
laboratorium Pengawasan Mutu. Sarana untuk mengganti pakaian
kerja, membersihkan diri dan toilet hendaklah disediakan dalam jumlah yang
cukup dan mudah diakses . Toilet tidak boleh berhubungan langsung dengan
area produksi atau area penyimpanan. Ruangan ganti pakaian hendaklah
berhubungan langsung dengan area produksi namun letaknya terpisah.
Sedapat mungkin letak bengkel perbaikan dan perawatan peralatan
terpisah dari area produksi . Apabila suku cadang, aksesoris mesin dan
perkakas bengkel disimpan di area produksi, hendaklah disediakan ruangan
atau lemari khusus untuk penyimpanan tersebut. Sarana pemeliharaan hewan
hendaklah diisolasi dengan baik terhadap area lainya dan dilengkapi dengan
akses hewan serta unit pengendali udara yang terpisah.

II.3 Bangunan dan Fasilitas Ruang Produksi Betalaktam dan Sefalosporin


Sesuai dengan peraturan yang terdapat dalam CPOB dalam aspek
bangunan dan fasilitas bagian area produksi dalam point 3.10 menyebutkan :
hendaknya bangunan dan fasilitas pada area produksi untuk memperkecil
resiko bahaya medis yang serius akibat terjadinya pencemaran silang, suatu

9
sarana khusus dan self-contained hendaklah disediakan untuk produksi obat
tertentu seperti produksi yang dapat menimbulkan sensitifitas tinggi. Produk
lain seperti antibiotik tertentu (misal penisilin), produk hormon seks, produk
sitotoksis, produk tertentu dengan bahan aktif berpotensi tinggi, produk
biologi (misal: yang berasal dari mikroorganisme hidup) dan produk non
obat hendaklah diproduksi di bangunan terpisah.
Salah satu faktor yang menentukan kualitas obat adalah kondisi
lingkungan tempat produk tersebut diproduksi. Kondisi lingkungan yang kritis
terhadap kualitas produk antara lain adalah :
cahaya
suhu
Kelembaban relatif
Kontaminasi mikroba
Kontaminasi partikel
Sebagai upaya mengendalikan kondisi lingkungan tersebut, maka setiap
farmasi diwajibkan memiliki Air Handling System (AHS). AHS tidak hanya
mengatur dan mengontrol suhu ruangan (misalnya AC konvensional),
melainkan juga kelembaban, tingkat kebersihan (sesuai dengan kelas ruangan
yang dipersyaratkan), tekanan udara dll.
Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang sedang
dalam proses hendaklah memadai untuk memungkinkan penempatan peralatan
dan bahan secara teratur dan sesuai dengan alur proses, sehingga dapat
memperkecil resiko terjadi kekeliruan antara produk obat atau komponen obat
yang berbeda, mencegah pencemaran silang dan memperkecil resiko
terlewatnya atau salah melaksanakan tahapan proses produksi atau
pengawasan. Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan
dimana terdapat bahan baku dan bahan pengemas primer, produk antara atau
ruahan yamg terpapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas retak dan
sambungan terbuka. tidak melepaskan praktikulat, serta memungkinkan
pelaksanaan pembersihan (bila perlu disinfeksi) yang mudah dan efektif.
Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap
air permukaannya rata dan memungkinkan pelaksanaan pembersihan yang
cepat dan efisien apabila terjadi tumpahan bahan. sudut antara dinding dan
lantai di area pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan.
Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaknya dirancang
dan dibangun dengan tepat untuk memudahkan pelaksanaan sanitasi yang baik.

10
Bangunan hendaknya dilengkapi fasilitas sanitasi yang memadai seperti toilet,
loker, bak cuci, tempat penyimpan bahan pembersih, insektisida, dan bahan
fungigasi. Hendaknya disusun pula prosedur tetap untuk melaksanakan sanitasi
dengan jadwal yang teratur, serta diuraikan dengan cukup rinci.

Area pabrik dibagi menjadi 4 zona dimana masing-masing zona


memiliki spesifikasi tertentu. Empat zona tersebut meliputi :
a. Unclassified Area
Area ini merupakan area yang tidak dikendalikan (Unclassified area)
tetapi untuk kepentingan tertentu ada beberapa parameter yang dipantau.
Termasuk didalamnya adalah laboratorium kimia (suhu terkontrol), gudang
(suhu terkontrol untuk cold storage dan cool room), kantor, kantin, ruang
ganti dan ruang teknik.
b. Black area
Area ini disebut juga area kelas E. Ruangan ataupun area yang
termasuk dalam kelas ini adalah koridor yang menghubungkan ruang ganti
dengan area produksi, area staging bahan kemas dan ruang kemas sekunder.
Setiap karyawan wajib mengenakan sepatu dan pakaian black area (dengan
penutup kepala)
c. Grey area
Area ini disebut juga area kelas D. Ruangan ataupun area yang
masuk dalam kelas ini adalah ruang produksi produk non steril, ruang
pengemasan primer, ruang timbang, laboratorium mikrobiologi (ruang
preparasi, ruang uji potensi dan inkubasi), ruang sampling di gudang.
Setiap karyawan yang masuk ke area ini wajib
mengenakan gowning (pakaian dan sepatu grey). Antara black area dan grey
area dibatasi ruang ganti pakaian grey dan airlock.
d. White area
Area ini disebut juga area kelas C, B dan A (dibawah LAF).
Ruangan yang masuk dalam area ini adalah ruangan yang digunakan untuk
penimbangan bahan baku produksi steril, ruang mixing untuk produksi steril
, background ruang filling , laboratorium mikrobiologi (ruang uji sterilitas).
Setiap karyawan yang akan memasuki area ini wajib mengenakan pakaian

11
antistatik (pakaian dan sepatu yang tidak melepas partikel). Antara grey area
danwhite area dipisahkan oleh ruang ganti pakaian white dan airlock.
Airlock berfungsi sebagai ruang penyangga antara 2 ruang dengan kelas
kebersihan yang berbeda untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari ruangan
dengan kelas kebersihan lebih rendah ke ruang dengan kelas kebersihan lebih
tinggi. Berdasarkan CPOB, ruang diklasifikasikan menjadi kelas A, B, C, D dan
E, dimana setiap kelas memiliki persyaratan jumlah partikel, jumlah mikroba,
tekanan, kelembaban udara dan air change rate.
Ruang kelas A terdiri dari Laminar Air Flow (LAF), dimana dilakukan
pengisian ke dalam vial. Ruang kelas B meliputi locker, koridor kelas B, air
shower dan ruang staging steril. Ruang kelas C meliputi ruang timbang, ruang
staging, ruang campur, ruang cetak tablet, ruang karantina, ruang salut film, ruang
penyetripan, ruang isi kapsul, ruang isi sirup kering, ruang cuci vial, ruang botol
bersih, ruang simpan alat, ruang IPC, ruang janitor, loker kelas C wanita dan pria.
Ruang kelas D meliputi ruang coding, ruang kemas, ruang karantina obat jadi,
ruang gudang sejuk, ruang gudang botol/vial, ruang cuci botol, ruang simpan alat,
ruang laundry dan loker kelas D wanita dan pria.
Kondisi ruangan di Betalaktam selalu diukur secara berkala untuk
mengukur pertukaran udara, suhu udara, kelembaban dan jumlah partikel. Setiap
personel yang masuk keruangan betalaktam diharuskan menggunakan pakaian
khusus lengkap dengan aksesorisnya yang berupa masker, sepatu dan sarung
tangan. Sebelum memasuki ruangan dan saat keluar dari ruangan diharuskan
melewati air shower yang dimaksudkan untuk menghilangkan partikel-partikel
pengotor yang melekat. Setelah selesai melaksanakan kegiatan produksi, setiap
personel diharuskan untuk membersihkan diri dengan mandi.

12
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Aspek bangunan dan fasilitas industriyang diatur di dalam CPOB baik 2001,
2006 ataupun 2012 pada prinsipnya memiliki desain, konstruksi dan letak yang
memadai, serta disesuaikan kondisinyadan dirawat dengan baik untuk
memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tujuannya adalah untuk
memperkecil risiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain
dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatanyang efektif untuk
menghindari pencemaran silang, penumpukan debu ataukotoran dan dampak lain
yang dapat menurunkan mutu obat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang
Baik. Jakarta: Badan POM RI. 2001. Hal. 14-19.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Petunjuk Operasional PenerapanCara


Pembuatan Obat Yang Baik 2006. Jakarta: Badan POMRI. 2006. Hal. 17-
25

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Petunjuk Operasional PenerapanCara


Pembuatan Obat Yang Baik 2012. Jakarta: Badan POMRI. 2012. Hal. 13-
22

14

Anda mungkin juga menyukai