Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Soil-Transmitted Helminthiasis (STH) adalah istilah yang mengacu pada

sekelompok penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing nematoda yang ditularkan

ke manusia melalui tanah yang terkontaminasi tinja penderita yang terinfeksi. Infeksi

soil transmitted adalah salah satu infeksi yang paling umum di seluruh dunia dan

sangat mempengaruhi masyarakat miskin dan sangat kekurangan. Spesies utama yang

akan mencemari orang adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk

(Trichuris trichiura) dan cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma

duodenale) (WHO, 2015).

Lebih dari 1,5 miliar orang, atau 24 % dari populasi dunia , terinfeksi oleh STH

. Infeksi tersebar luas di daerah tropis dan subtropis. Lebih dari 270 juta anak usia

prasekolah dan bahkan 600 juta anak usia sekolah tinggal di daerah di mana parasit

ini secara intensif ditransmisikan, dan membutuhkan pengobatan dan intervensi

pencegahan (WHO, 2015).

Prevalensi STH di Indonesia, masih tinggi yaitu pada semua umur berkisar

antara 40%-80% dan pada anak sekolah dasar prevalensi berkisar antara 2,2%-

96,3%. Hasil survei Ditjen P2PL tahun 2009 melaporkan bahwa prevalensi cacingan

pada siswa Sekolah Dasar adalah sebesar 31,8%. Dinas Kesehatan tingkat 1 Sumatera

1
2

Utara tahun 2009 melaporkan hasil survey kecacingan pada anak sekolah dasar di 14

kabupaten/kota didapatkan prevalensi A.lumbricoides 39%, Hookworm 5%,

T.trichiura 24% (Juwita, 2013).

Berdasarkan survei cacingan di Sekolah Dasar tingginya angka kecacingan

tersebut pada usia anak sekolah dikarenakan mereka sering bermain atau kontak

dengan tanah yang merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya cacing-cacing dan

kebiasaan yang kurang higiene dan oral yang kurang baik (Kemenkes, 2006).

Cacingan dapat berdampak negatif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak

seperti menurunkan kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktivitas yang pada

akhirnya dapat mempengaruhi kualitas anak di masa yang akan datang (Kemenkes,

2006).

Infeksi dan kekurangan gizi selalu berhubungan erat. Kekurangan gizi adalah

penyebab utama dari immunodeficiency seluruh dunia. Defisiensi mikronutrien

memiliki efek seperti pertumbuhan yang buruk, gangguan kecerdasan, dan

peningkatan mortalitas dan kerentanan terhadap infeksi. Kejadian infeksi parasit

sendiri sangat besar dan sangat dimengerti bahwa parasit itu sendiri dapat

menyebabkan kekurangan gizi (Katona, 2008).

Umumnya pada golongan penduduk yang kurang mampu mempunyai risiko

tinggi terjangkit penyakit ini. Penyakit cacingan tersebar luas, baik di pedesaan

maupun di perkotaan. Angka infeksi tinggi dengan intensitas infeksi (jumlah cacing

dalam perut) berbeda (Kemenkes, 2006).


3

Juwita (2013) dalam penelitiannya terhadap 125 anak yang positif terinfeksi

STH, menganalisa status gizi anak berdasarkan intensitas infeksi STH tersebut

hasilnya didapati anak yang positif terinfeksi A.lumbricoides terdapat 50 anak dengan

status gizi kurang, dimana sebanyak 12 anak (24%) dengan intensitas berat, 35 anak

(70%) dengan intensitas sedang, dan 3 anak (6%) dengan intensitas ringan. Anak

yang menderita infeksi T.trichiura terdapat 51 anak dengan status gizi kurang,

dimana 9 anak (17,6%) terinfeksi dengan intensitas berat dan 28 anak (54,9%)

dengan intensitas sedang, dan 14 anak (27,5%) dengan intensitas ringan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian terhadap siswa sekolah dasar guna mengetahui Hubungan Infeksi STH

dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar (SD) di Desa Tandem Hilir I .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat masalah atau pertanyaan yaitu :

Apakah terdapat hubungan infeksi STH dengan status gizi anak di Sekolah Dasar

(SD) di Desa Tandem Hilir I ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Infeksi STH dengan Status Gizi Anak Sekolah

Dasar (SD) di Desa Tandem Hilir I.


4

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui prevalensi anak yang terinfeksi STH di Sekolah Dasar (SD) di

Desa Tandem Hilir I.

b. Untuk mengetahui status gizi anak di Sekolah Dasar (SD) di Desa Tandem Hilir I.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Data atau informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat menjadi

masukan bagi pihak sekolah kemungkinan resiko siswa yang terinfeksi Soil-

Transmitted Helminths.

b. Data atau informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan

oleh petugas kesehatan untuk penyuluhan sebagai upaya pencegahan dan

pemberantasan cacingan terutama pada siswa usia sekolah dasar.

c. Data atau informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat berguna bagi

peneliti untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan

penelitian dan penulisan skripsi.

d. Data atau informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat berguna bagi

masyarakat untuk menambah pengetahuan mengenai infeksi Soil-Transmitted

Helminths dan pengaruhnya terhadap status gizi sehingga dapat melaukan

pencegahan sedini mungkin.

Anda mungkin juga menyukai