1. Candi Cetho
2. Candi Asu
Ciri-cirinya :
Disebut Candi Asu karena didekat candi itu terdapat arca Lembu Nandi,
wahana dewa Siwa yang diperkirakan penduduk sebagai arca asu
anjing. Disebut Candi Lumbung karena diduga oleh penduduk
setempat dahulu tempat menyimpan padi (candi Lumbung yang lain
ada di kompleks Taman Wisata candi Prambanan). Ketiga candi
tersebut terletak di pinggir Sungai Pabelan, dilereng barat Gunung
Merapi, di daerah bertemunya (tempuran) Sungai Pabelan dan Sungai
Tlingsing. Ketiganya menghadap ke barat. Candi Asu berbentuk bujur
sangkar dengan ukuran 7,94 meter. Tinggi kaki candi 2,5 meter, tinggi
tubuh candi 3,35 meter. Tinggi bagian atap candi tidak diketahui karena
telah runtuh dan sebagian besar batu hilang. Melihat ketiga candi
tersebut dapat diperkirakan bahwa candi-candi itu termasuk bangunan
kecil. Di dekat Candi Asu telah diketemukan dua buah prasati batu
berbentuk tugu (lingga), yaitu prasasti Sri Manggala I ( 874 M ) dan Sri
Manggala II ( 874 M ).
Candi Gunung Wukir atau Candi Canggal adalah candi Hindu yang
berada di dusun Canggal, kalurahan Kadiluwih, kecamatan Salam,
Magelang, Jawa Tengah. Candi ini tepatnya berada di atas bukit
Gunung Wukir dari lereng gunung Merapi pada perbatasan wilayah
Jawa Tengah dan Yogyakarta. Menurut perkiraan, candi ini merupakan
candi tertua yang dibangun pada saat pemerintahan raja Sanjaya dari
zaman Kerajaan Mataram Kuno, yaitu pada tahun 732 M (654 tahun
Saka).
Ciri-cirinya:
Berdiri di bawah Candi Hindu terbesar di Asia Tenggara ini selarik puisi
tiba-tiba terlintas di benak
Ciri-cirinya:
6. Arca Gupolo
Arca Gupolo adalah kumpulan dari 7 buah arca berciri agama Hindu
yang terletak di dekat candi Ijo dan candi Barong, di wilayah kelurahan
Sambirejo, kecamatan Prambanan, Yogyakarta. Gupolo adalah nama
panggilan dari penduduk setempat terhadap patung Agastya yang
ditemukan pada area situs. Walaupun bentuk arca Agastya setinggi 2
meter ini sudah tidak begitu jelas, namun senjata Trisula sebagai
lambang dari dewa Siwa yang dipegangnya masih kelihatan jelas.
Beberapa arca yang lain, kebanyakan adalah arca dewa Hindu dengan
posisi duduk.
Ciri-cirinya:
Di dekat arca Gupolo terdapat mata air jernih berupa sumur yang
dipakai oleh penduduk setempat untuk mengambil air, dan meskipun di
musim kemarau panjang sumur ini tidak pernah kering. Menurut
legenda rakyat setempat, Gupolo adalah nama patih (perdana menteri)
dari raja Ratu Boko yang diabadikan sebagai nama candi Ratu Boko
(ayah dari dewi Loro Jonggrang dalam legenda candi Prambanan).
7. Candi Cangkuang
Cirri-ciri nya:
Bangunan Candi Cangkuang yang sekarang dapat kita saksikan
merupakan hasil pemugaran yang diresmikan pada tahun 1978. Candi
ini berdiri pada sebuah lahan persegi empat yang berukuran 4,7 x 4,7 m
dengan tinggi 30 cm. Kaki bangunan yang menyokong pelipit padma,
pelipit kumuda, dan pelipit pasagi ukurannya 4,5 x 4,5 m dengan tinggi
1,37 m. Di sisi timur terdapat penampil tempat tangga naik yang
panjangnya 1,5 m dan lbar 1,26 m.
8. Candi Gedong Songo
Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan
peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9
(tahun 927 masehi).
Ciri-cirinya:
Ciri-cirinya:
Candi ini merupakan Replika Mahameru, nama sebuah gunung tempat
tinggal para dewata. Hal ini terbukti dengan adanya adanya hiasan
Antefiq dan Relief Hapsara-hapsari yang menggambarkan makhluk
setengah dewa. Candi Pringapus bersifat Hindu Sekte Siwaistis.
Cirri-cirinya:
Bangunan candi Sukuh memberikan kesan kesederhanaan yang
mencolok pada para pengunjung. Kesan yang didapatkan dari candi ini
sungguh berbeda dengan yang didapatkan dari candi-candi besar di
Jawa Tengah lainnya yaitu Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
Bentuk bangunan candi Sukuh cenderung mirip dengan peninggalan
budaya Maya di Meksiko atau peninggalan budaya Inca di Peru.
Struktur ini juga mengingatkan para pengunjung akan bentuk-bentuk
piramida di Mesir.
Candi Budha di Indonesia
1. Candi Borobudur
Ciri-Ciri nya :
Ciri-Ciri nya :
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang
berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan
berupa bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda.
Ciri-Ciri nya :
Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai
bentuk yang berbeda dengan dihiasi oleh patung singa pada keempat
sudutnya. Sebuah patung Buddha dengan posisi duduk Ratnasambawa
yang sudah tidak ada kepalanya nampak berada pada salah satu candi
lainnya. Beberapa relief pada sisi candi masih nampak cukup jelas, di
antaranya adalah ukiran Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.
4. Candi Lumbung
Candi Lumbung adalah candi Buddha yang berada di dalam kompleks
Taman Wisata Candi Prambanan, yaitu di sebelah candi Bubrah.
Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada abad ke-9 pada zaman
Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini merupakan kumpulan dari satu candi
utama (bertema bangunan candi Buddha)
Ciri-cirinya :
Dikelilingi oleh 16 buah candi kecil yang keadaannya masih relatif
cukup bagus.
5. Candi Banyunibo
Ciri-cirinya:
Keadaan dari candi ini terlihat masih cukup kokoh dan utuh dengan
ukiran relief kala-makara dan bentuk relief lainnya yang masih nampak
sangat jelas. Candi yang mempunyai bagian ruangan tengah ini
pertama kali ditemukan dan diperbaiki kembali pada tahun 1940-an,
dan sekarang berada di tengah wilayah persawahan.
Cirri-cirinya:
Dari segi kualitas, candi di situs Batujaya tidaklah utuh secara umum
sebagaimana layaknya sebagian besar bangunan candi. Bangunan-
bangunan candi tersebut ditemukan hanya di bagian kaki atau dasar
bangunan, kecuali sisa bangunan di situs Candi Blandongan.
Candi-candi yang sebagian besar masih berada di dalam tanah
berbentuk gundukan bukit (juga disebut sebagai unur dalam bahasa
Sunda dan bahasa Jawa). Ternyata candi-candi ini tidak
memperlihatkan ukuran atau ketinggian bangunan yang sama.
Ciri-cirinya:
8. Candi Sumberawan
Candi Sumberawan hanya berupa sebuah stupa, berlokasi di
Kecamatan Singosari, Malang. Dengan jarak sekitar 6 km dari Candi
Singosari. Candi ini Merupakan peninggalan Kerajaan Singhasari dan
digunakan oleh umat Buddha pada masa itu.
Cirri-cirinya:
Candi ini terdiri dari kaki dan badan yang berbentuk stupa. Pada batur
candi yang tinggi terdapat selasar, kaki candi memiliki penampil pada
keempat sisinya. Di atas kaki candi berdiri stupa yang terdiri atas lapik
bujur sangkar, dan lapik berbentuk segi delapan dengan bantalan
Padma, sedang bagian atas berbentuk genta (stupa) yang puncaknya
telah hilang.
9. Candi Brahu
Candi Brahu dibangun dengan gaya dan kultur Buddha, didirikan abad
15 Masehi. Pendapat lain, candi ini berusia jauh lebih tua ketimbang
candi lain di sekitar Trowulan. Menurut buku Bagus Arwana, kata Brahu
berasal dari kata Wanaru atau Warahu. Nama ini didapat dari sebutan
sebuah bangunan suci seperti disebutkan dalam prasasti Alasantan,
yang ditemukan tak jauh dari candi brahu. Dalam prasasti yang ditulis
Mpu Sendok pada tahun 861 Saka atau 9 September 939,
Cirri-cirinya:
Candi Brahu merupakan tempat pembakaran (krematorium) jenazah
raja-raja Brawijaya. Anehnya dalam penelitian, tak ada satu pakarpun
yang berhasil menemukan bekas abu mayat dalam bilik candi. Lebih
lebih setelah ada pemugaran candi yang dilakukan pada tahun 1990
hingga 1995.
Menurut legenda rakyat setempat, seluruh candi ini berjumlah 999 dan
dibuat oleh seorang tokoh sakti bernama, Bandung Bondowoso hanya
dalam waktu satu malam saja, sebagai prasyarat untuk bisa
memperistri dewi Roro Jonggrang. Namun keinginannya itu gagal
karena pada saat fajar menyingsing, jumlahnya masih kurang satu.
TUGAS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
NAMA : Raihanatu
KELAS : 7G
NO ABSEN : 27
TUGAS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
DISUSUN OLEH :