Anda di halaman 1dari 3

1.

Judul Jurnal : Magnetic Resonance Enterography Findings of Intestinal Behet Disease


in a Child
2. Penulis : Tommaso DAngelo, Romina Gallizzi, Claudio Romano, Giuseppe
Cicero, and Silvio Mazziotti
3. Penerbit : Hindawi
4. Tahun Terbit : 24 May 2017

Pendahuluan

Behcet's disease (BD) merupakan suatu peradangan multisistem kronis yang etiologi nya
belum diketahui, ditandai dengan ulserasi pada rongga mulut, genital, mata, kulit, sistem saraf
pusat, saluran pencernaan dan pathergy positif. Penyakit gastrointestinal selain rongga mulut
adalah ulserasi pada usus, dengan lesi yang sering terjadi di daerah ileocaecal. Gejalanya yaitu
mual, muntah, nyeri perut kolik, dan gangguan buang air besar yang dapat mengancam jiwa
seperti perforasi usus atau fistulisasi yang mungkin membutuhkan operasi reseksi usus.
Pemeriksaan radiologis yang mampu memadai kelainan gastrointestinal BD yaitu endoskopi dan
CT abdomen. Namun saat ini terdapat MR-Enterography (MRE), pencitraan yang relatif baru,
telah menunjukkan diagnostik yang baik untuk menilai patologi usus kecil, terutama CD. Peneliti
melaporkan kasus seorang pasien wanita berusia 12 tahun dengan diagnosis BD gejalanya yaitu
nyeri perut kolik berulang dan diare. Gambaran MRE menunjukkan kelainan gastrointestinal.

Presentasi Kasus

Seorang pasien wanita berusia 12 tahun dengan riwayat aphthosis oral, dirawat di RS
pada bulan September 2014 disertai gejala sakit kepala, leher kaku, paresis oculomotor kiri,
paresis nervus fasialis kiri, gaya berjalan tidak stabil dan hemiparesis kiri. Hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkan leukositosis neutrofil, c reaktif protein (CRP) dan laju endap darah
(LED) meningkat, serta terdapat adanya papilledema dan vaskulitis retina, yang menyebabkan
hilangnya ketajaman visual di kedua mata. Lumbar puncture menunjukkan tingginya tekanan
cairan serebrospinal (CSF) dan ditemukan pita oligoklonal IgG dalam serum darah. Pada hasil
MRI otak menunjukkan papilledema, subarachnoid yang menonjol di ruang sekitar saraf optik
dan sebagian kosong pada sella turcica. Pasien juga menunjukkan gejala gastrointestinal seperti
nyeri perut kolik, mual, muntah, diare dan adanya episode perdarahan gastrointestinal.
Hasil dari kolonoskopi terdapat ulkus di sepanjang daerah caecal. Selain itu,
esophagogastroduodenoscopy menunjukkan beberapa ulserasi aphthous sepanjang lambung.
Diagnosis dari pasien ini mengarah BD dengan manifestasi neurologis dan gastrointestinal,
pasien dirawat dengan injeksi bolus intravena methylprednisolone untuk tiga hari pertama,
diikuti pemberian prednisone secara oral dan siklofosfamid. Tiga bulan kemudian, diganti
dengan mycophenolate mofetil. Setelah menghilangkan gejala neurologis dan gastrointestinal,
dosis steroid dikurangi. Pada bulan Desember 2015 pasien tersebut disarankan menjalani MRE,
untuk mengevaluasi usus kecil (ileum), pasien diminta untuk berpuasa dari zat padat dan cairan
untuk 4-6 jam sebelum pemeriksaan dan mengasumsikan 1200 mL polietilena glikol (PEG)
dalam 45 menit sebelumnya awal pemindaian MRE. Hasil dari MRE menunjukkan perubahan
inflamasi ileum dan caecum, ditandai dengan penebalan dinding usus yang menyebar dan
terdapat polipoid. Selain itu juga menunjukkan adanya difusi air yang terkena dinding usus,
pembuluh vaskular mesenterika juga terlihat (Gambar 1). Temuan ini juga dikonfirmasi dari
hasil pemeriksaan endoskopi daerah ileocaecal yang menunjukkan edema, eritema, dan ulserasi.
Pada bulan Maret 2016, gejala gastrointestinal kambuh lagi dan pasien direncanakan untuk ileum
terminal.

Gambar 1.

Terdapat penebalan dinding usus yang menyebar dan terdapat polipoid, menunjukkan adanya
difusi air yang terkena dinding usus.
Perjalanan klinis BD intestinal biasanya ringan namun pada beberapa pasien mungkin
memiliki gejala klinis yang parah, sering terjadi penyakit flare-up dan memerlukan terapi
kortikosteroid, terapi imunosupresan, atau perawatan bedah. Bentuk manifestasi gastrointestinal
BD yang paling khas adalah ulserasi daerah ileocecal

MRE adalah teknik pencitraan yang relatif baru, yang telah menunjukkan nilai diagnostik
yang baik untuk patologi usus kecil. Secara khusus, saat ini dianggap sebagai bagian dari
algoritma evaluasi standar dalam tindak lanjut pasien CD, berkat kemampuannya untuk
menggambarkan secara halus perubahan patologis usus kecil dan untuk mendeteksi segmen
terstruktur. Selain itu, MRE adalah teknik bebas radiasi dan non-invasif, yang dapat ditoleransi
dengan baik oleh pasien yang lebih muda.

Pada CTE, temuan khas BD gastrointestinal adalah penebalan dinding usus, yang terdiri
dari edema mural dengan penetrasi ulkus, atau massa polipoid "tumor-like", keduanya biasanya
menunjukkan hyperenhancement mural yang ditandai karena substrat patologis vascular. Dalam
kasus kami, MRE menunjukkan penebalan dinding usus yang menyebar dari ileum terminal dan
sekum dengan penampilan polipoid dan difusivitas air yang terbatas pada DWI, ciri khas
peradangan aktif. MRE mungkin memiliki peran utama pada pasien dengan riwayat BD untuk
stadium lanjut, tindak lanjut, dan juga menggambarkan komplikasi ekstraluminal.

Kesimpulannya, ahli gastroenterologi dan ahli radiologi harus mengetahui temuan CTE
dan MRE yang serupa pada CD dan BD usus. Meskipun CTE memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan MRE, seperti resolusi spasial yang lebih baik dan waktu perolehan yang
lebih rendah, jika divalidasi oleh penelitian yang lebih besar, MRE mungkin merupakan alat
diagnostik yang berguna untuk mengevaluasi pasien dengan manifestasi gastrointestinal BD,
sehingga membantu mereka mengurangi paparan radiasi yang berlebihan dan tidak tepat.

Anda mungkin juga menyukai