Anda di halaman 1dari 2

SELVIA RISANTI

H1E114219
BALI ROADMAP

Bali Roadmap atau Peta Perjalanan Bali adalah kesepakan yang dihasilkan melalui sidang PBB
yang dilaksanakan di Bali, Indonesia pada tahun 2007 mengenai upaya untuk menyelamatkan bumi
dari dampak perubahan iklim. "Bali Roadmap" adalah hasil kesepakatan dari Konferensi PBB tentang
Perubahan Iklim (UNFCCC) dalam upaya menyelamatkan bumi. "Bali Roadmap" merupakan sebuah
jalan untuk semua negara yang telah menyepakati untuk dapat menjalankan tugasnya dalam
penyelamatan planet bumi dengan langkah-langkah mengurangi emisi CO2. Bali Roadmap
menggantikan Protokol Kyoto yang berakhir tahun 2012. Hal itu tentu saja merupakan langkah maju
dalam usaha melawan global warming. Luluhnya sikap AS tersebut dilihat sebagai kemenangan
negara berkembang atas negara maju. Indonesia sebagai tuan rumah dinilai punya peran penting
dalam melunaknya sikap AS tersebut. Ada tiga hal penting hasil Konferensi PBB mengenai Perubahan
Iklim (UNCCC), yaitu:
1. Tercapainya kesepakatan dunia.
2. Menyepakati 4 agenda sebagai berikut.
a) Aksi untuk melakukan kegiatan adaptasi terhadap dampak negatif perubahan iklim (misalnya
banjir dan kekeringan).
b) Cara mengurangi emisi GRK.
c) Cara mengembangkan dan memanfaatkan teknologi yang bersahabat dengan iklim.
Pendanaan untuk mitigasi dan adaptasi.
3. Menyepakati target waktu pelaksanaan, yaitu pada tahun 2009.
Adapun Bali Roadmap sendiri terdiri atas lima hal, yaitu komitmen pasca 2012, dana adaptasi,
alih teknologi, REDD (Reducing Emission from Deforestation in Developing Countries atau
mengurangi emisi akibat penggundulan hutan di negara berkembang), dan CDM (Clean Development
Mechanism) yang di dalam kelima hal tersebut terakomodir kepentingan bagi negara berkembang
terutama dalam penyelamatan hutan. Negara-Negara di dunia, termasuk AS, menyepakati kerangka
kerjasama baru untuk mememerangi pemanasan global. Ini merupakan suatu keberhasilan, bahwa
untuk pertama kalinya, Negara-Negara berkembang diikutkan dalam tindakan perlindungan iklim.
Indonesia akan terus berupaya melakukan pengurangan emisi, disamping juga terus melakukan
penanaman pohon dan perlindungan hutan yang ada dengan harapan dapat menyerap CO2.
Menurut Emil Salim, jika negara-negara maju tidak mampu bersama-sama menahan laju suhu
bumi yang naik mencapai 2C itu, maka negara kecil atau kepulauan tersebut akan tenggelam.
Kesepakatan negara-negara kecil inilah yang berupaya untuk mengingatkan negara maju untuk
memperhatikan nasibnya dengan tindakan pengurangan pengeluaran emisi terhadap lingkungan.
SELVIA RISANTI
H1E114219

Berakhirnya Protokol Kyoto pada tahun 2012, tidak serta merta upaya untuk mengatasi
perubahan iklim kandas begitu saja. Upaya yang dilakukan komunitas internasional dan organiasi
internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi masalah perubahan iklim di
bawah kerangka Konvensi Kerangka PBB tentang Perubahan Iklim (United Nations Framework
Convention on Climate Change/UNFCCC) mengadakan COP 13 UNFCCC di Bali, Indonesiam
mengingat Protokol Kyoto masa berlaku Prtokol Kyoto yang telah berakhir. Dalam pembukaan
konferensi menekankan bahwa akan dibahas sebuah road map bagi perjanjian mendatang. Berbagai
pihak tentu saja mengharapkan dari pertemuan ini mencapai kata sepakat untuk menyepakati
Roadmap yang diajukan untuk mengganti Protokol Kyoto.
Bali Roadmap merupakan sebuah peta yang menjelaskan bagaimana sistem dan startegi dalam
menyikapi perubahan iklim global yang merupakan sebuah langkah awal yang signifikan dan
merupakan kabar yang menggembirakan bagi negara-negara berkembang. Indonesia dengan
kepemilikan hutan kurang lebih 138 juta hektar memiliki peranan yang penting dalam menjaga suhu
bumi dan dapat memanfaatkan hal-hal yang tercantum dalam Bali Roadmap salah satunya yaitu
mengenai skema REDD (Reducing Emission from Deforestation in Developing Countries). Skema
merupakan sebuah skema Internasional (secara sukarela) pemberian insentif dari negara pengemisi
karbon seperti Indonesia karena keberhasilannya mengurangi emisi dari deforestasi (hilang) dan
degradasi (berkurang) hutannya. Kompensasi bantuan ini, terlihat dengan bantuan dari pemerintah
Norwegia yang sejak awal berkomitmen mengelontorkan uang senilai US$ 1 miliar bagi
kelangsungan hutan di Indonesia. Akan bantuan dari implementasi REDD juga rawan akan konflik
dan mendapatkan tantangan dari berbagai bentuk lobi dan praktek penyelewengan seperti korupsi
yang dapat menghambat program pemerintah Indonesia dalam pelestarian hutan. Oleh sebab itu
dibutuhkan komitmen dan koordinasi bersama antar pihak yang terkait agar hutan Indonesia dapat
lestari.

Anda mungkin juga menyukai