Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN KEGIATAN PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN

DI KABUPATEN LANGKAT DESA BELINTENG KECAMATAN


SEI BINGAI SIMPANG BURAG
TAHUN 2017

OLEH:

KELOMPOK III

1. AYU DWI SAPUTRI 1313192009


2. CUN LABAN PUTRA.S 1313192012
3. ERNIWATI NDRURU 1313192017
4. EVA ANUM SARI 1313192019
5. M.SUKRI 1313192031
6. NOVIKA HARYANTI PURBA 1313192036
7. NIARI WARUWU 1313192071
8. OKTA TINUS BAENE 1313192072

PROGRAM STUDI STRATA-1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN
TAHUN 2017
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan kegiatan pengalaman belajar lapangan di Desa


Belinteng Simpang Burag Dusun IV Kecamatan Sei Bingai
Kabupaten Langkat Tahun 2017
Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Nama-nama - Ayu dwi saputri
Kelompok IV - Cun laban putra silaban
- Erniwati ndruru
- Eva anum sari
- M.sukri
- Novika haryanti purba
- Niari waruwu
- Okta tinus baene
Lokasi Desa Belinteng Simpang Burag
Waktu Tanggal 14 27 maret 2017

Dosen Pembimbing

(Rosdiana SKM,MKM)
RINGKASAN PROGRAM KERJA DI DESA BELINTENG SIMPANG BURAG
DUSUN IV KECAMATAN SEI BINGAI KABUPATEN LANGKAT
TAHUN 2017
Nama/Tanda
No Hari/Tanggal Nama Kegiatan Tangan Stempel
Petugas
1 Selasa, 14 Maret - Tiba di kantor
2017 camat
- Pengarahan dan
puskesmas
- Pembagian wilayah
kerja
- Kunjungan dosen
pembimbing
- Pengarahan dosen
pembimbing
2 Rabu, 15 Maret - Silaturahmi ke
2017 rumah kepala dusun
IV, meminta ijin ke
kepala dusun IV
untuk mendata
penduduk
- Kunjungan ke
kantor kepala desa,
minta izin
melakukan PBL
- Melakukan
pendataan dor to
dor penduduk
3 Kamis, 16 Maret - Melakukan
2017 pendataan dor to
dor
- Mengambil data ke
puskesmas namu
ukur

4 Jumat , 17 - Melakukan
Maret 2017 pendataan dor to
dor
- Rapat dalam
pembentukan
panitia untuk
rembuk desa
5 Sabtu , 18 Maret - Melakukan data dor
2017 to dor
- Mengambil data
propil desa di namu
ukur
-
6 Minggu , 19 - Penggelolahan data
Maret 2017 membuat data SPSS
7 Senin, 20 Maret - Rapat persiapan
2017 dalam melakukan
rembuk desa di
rumah induk
semang dusun V
- Berkunjung ke
pustu desa
belinteng

8 Selasa, 21 Maret - Menyiapkan bahan


2017 untuk rembuk desa
- Melakukan rembuk
desa di kantor
kepala desa
9 Rabu, 22 Maret -Melakukan kunjungan
2017 dan penyuluhan ke sdn
no 057199 lau
serden.kec.sei bingei
-Melakukan diskusi
bersama dosen
pembimbing pbl
10 Kamis, 23 Maret -Menginput spss
2017 -Melakukan
penyuluhan kepada
anak-anak dusun IV
simp burag dib alai
desa
-Berkunjung ke rumah
kepala dusun
11 Jumat 24 Maret -Menginput spss
2017 -Melakukan gotong-
royong bersama kepala
desa di desa belinteng
12 Sabtu, 25 Maret -Intervensi
2017 -Membuat laporan
13 Minggu, 26 - Gotong-royong
maret 2017 bersama dusun IV
serta membagikan
masker
- Mempersiapkan
acara untuk
perpisahan dengan
warga dusun IV
14 Senin, 27 Maret - Berpamitan dengan
2017 induk se
- mang dan penduduk
setempat
- Penutupan di
puskesmas
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dan rahmat karena atas

rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan

Praktek Belajar Lapangan ini. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktek

belajar lapangan di pendidikan S1 Kesehatan Masyarakat di Institut Helevetia

Medan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Praktek Belajar Lapangan

ini masih jauh dari sempurna, untuk ini dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca.

Dalam menyelesaikan Laporan PBL ini, penulis banyak mengalami

kesulitan, akan tetapi berkat bimbingan dukungan dan saran dari berbagai pihak,

maka penulis dapat menyelesaikan laporan PBL ini sebagaimana mestinya. Maka

pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Ibu Dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc, M.Kes selaku Pendidikan dan

Sosial RSU Helvetia Medan.

2. Bapak Darwin Samsul, S.Si, M.Si, Apt selaku ketua Institut Helvetia

Medan.

3. Ibu Rosdiana, SKM, MKM selaku pembimbing kelompok yang telah

banyak memberikan masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan

PBL ini.

4. Bapak Camat di Kecamatan Sei Bingei.

5. Bapak camat kecamatan langkat

6. Bapak kepala Desa Sei Bingai Kecamatan Langkat dan para staffnya

i
7. Ibu kepala puskesmas Pembantu Desa Belinteng Kecamatan Langkat

8. Seluruh masyarakat di Desa Belintang Simpang Burag Kecamatan Sei

Bingai

9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa/i Di Institut Kesehatan Helvetia Medan

yang telah membantu dalam penulisan laporan Pengalama Belajar

Lapangan. Atas segala bantuan tersebut kelompok tidak dapat

membalasnya,melainkan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa,

Semoga semua pihak yang telah membantu dilimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya yang tiada terhingga .

Kelompok menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat

kesalahan dan kekurangan, untuk ini kelompok mengharapkan saran dari

pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Harapan kelompok semoga laporan ini bermanfaat bagi para

pembaca, khususnya bagi kelompok sendiri dan semoga Tuhan Yang

Maha Esa selalu melindungi kita dan memberikan rahmat-Nya bagi kita

semua.

Medan. 05 April 2017

Kelompok IV

ii
DAFTAR ISI

iii
DAFTAR TABEL

iv
DAFTAR LAMPIRAN

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah tercapainya

kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat

kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum

dari tujuan nasional. Untuk mencapai tujuan itu, diprlukan segala potensi yang

ada dalam meningkatkan masyarakat.

Penyelengaraan pelayanan kesehatan tidak merata dilakukan, namun

dalam penyelenggaraannya dibutuhkan beberapa langkah-langkah strategis mulai

dari perencanaannya hingga evaluasi. Selain itu, pendekatan masyarakat yang

komprehensif untuk mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan

penduduk sangat dibutuhkan. Hal tersebut dilakukan dengan membina lingkungan

yang memungkinkan masyarakat dapat hidup sehat, membina perilaku hidup

sehat, melakukan upaya promotif dan preventif serta memperbaiki dan

meningkatkan pelayanan kesehatan agar lebih efektif dan efisien dan

miningkatkan derajat kesehatan.

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dan modal dasar manusia agar

dapat menjalani hidup yang wajar dengan berkarya dan menikmati kehidupan

secara optimal di dunia ini secara produktif. Upaya yang dilakukan untuk

merealisasikan hal ini di tempuh melalui pembinaan professional dalam bidang

promotif dan preventif yang mengarah pada permasalahan-perma salahan

kesehatan masyarakat, untuk selanjutnya dapat dilakukan pengembangan program

1
2

intervensi menuju perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat yang sehat. Salah

satu bentuk konkret upaya tersebut adalah dengan Pengalaman Belajar Lapangan

(PBL).

Pengalaman Belajar Lapangan merupakan bagian dari proses pendidikan

yang berhubungan erat dengan pembinaan mahasiswa secara utuh. Serta

pengembangan dan peningkatan kemampuan mahasiswa dalam mencermati

permasalahan-permasalahan kesehatan masyarakat. PBL adalah mata kuliah yang

bertujuan untuk menyiapkan lulusan yang memiliki sifat responsife,

mengembangkan kemampuan mengidentifikasi masalah untuk kemudian mencari

alternative pemecahan masalah dimasyarakat. Oleh karena itu, PBL merupakan

bagian integral dari kurikulum pendidikan tinggi dan merupakan persyaratan bagi

mahasiswa Institusi Kesehatan Helvetia Medan.

Adapun Pengalaman Belajar Lapangan yang dilaksanakan adalah di Desa

Belinteng DusunIV Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat. Pengalaman

Belajar Lapangan merupakan proses belajar untuk mendapatkan kemampuan

profesional kesehatan masyarakat, yaitu mengenali, mengembangkan program

penanganan masalah kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif,

bertindak sebagai manajer madya yang dapat berfungsi sebagai pelaksana,

pengelola, pendidikan dan peneliti untuk melakukan pendekatan serta masyarakat

dan bekerja dalam tim multidisiplin.

Kabupaten Langkat merupakan daerah yang cukup padat penduduk, dan

memiliki luas daerah 6.272 km2, serta mempunyai 23 Kecamatan salah satunya
3

adalah Kecamatan Sei Bingai yang memiliki luas 331,75 km2. Kecamatan Sei

Bingai memiliki 13 desa yaitu Desa Belinteng, Desa Durian Lingga, Desa

Gunung Ambat, Desa Kwala Mencirim, Desa Mekar Jaya, Desa Namu Ukur

Selatan, desa Namu Ukur Utara, ddesa Pasar IV Namu Terasi, desa Pekan Sawah,

desa Rumah Galuh, desa Simpang Kuta Buluh, desa Tanjung Gunung dan desa

Telaga.

Dalam kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan di Desa Belinteng Dusun

IV Simpang Burah Kecamatan Sei Bingai terdapat beberapa masalah kesehatan

diantaranya mengenai ISPA, diare pada anak usia sekolah, dan jaminan kesehatan

masyarakat. Maka muncul prioritas masalah yang akan kelompok intervensikan

dalam laporan pengalaman belajar lapangan ini.

1.2. Tujuan Laporan PBL

1.2.1. menggetahui gambaran karakteristik sosial ekonomi masyarakat di Dusun

IV Simpang Burah Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat.

1.2.2. Untuk menggetahui kesehatan masyarakat dan memiliki bekal

keterampilan dasar untuk menyelesaikan masalah kesehatan berdasarkan

teori yang di peroleh saat kuliah dan menerapkannya di lapangan.

1.2.3. Untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di masyarakat,

menetapkan prioritas masalah yang ada dengan menggunakan metode

Bryant dalam pemecahan masalah, serta memberikan alternatif

penyelesaian masalah kesehatan yang ada di masyarakat, mengenal

karakteristik dan lingkungan masyarakat serta faktor lain yang berkaitan


4

dengan masalah kesehatan di Dusun IV Simpang Burag Desa Belinteng

Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat.

1.2.2. Tujuan Khusus

Secara khusus tujuan praktik PBL ini adalah untuk menggambarkan

karakteristik sosial ekonomi masyarakat serta kesehatan masyarakat di Dusun IV

simpangburah Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat.

1.3. Manfaat

1.3.1. Bagi Mahasiswa

1. Mahasiswa, masyarakat bersama dengan instansi terkait dapat mengetahui

permasalahan-permasalahan yang terjadi di wilayah Dusun IV Simpang

Burag Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat.

2. Mahasiswa, masyarakat bersama dengan instansi terkait dapat mengetahui

permasalahan-permasalahan yang terjadi di wilayah Dusun IV kampung

burah Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat.

3. Meningkatkan kemampuan Mahasiswa dalam melakukan pemecahan

masalah yang terdapat di Wilayah Dusun IV Simpang Burah Kecamatan

Sei Bingai Kabupaten Langkat.

4. Mahasiswa dapat mengetahui struktur masyarakat beserta organisasi-

organisasi yang ada di Wilayah Dusun IV simpang burag Kecamatan Sei

Bingai Kabupaten Langkat.

5. Mahasiswa dapat melakukan analisis situasi di Wilayah Dusun IV

Simpang Burag Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat.


5

6. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah kesehatan berdasarkan hasil dari

data primer dan data sekunder baik yang di peroleh dari lapangan maupun

data dari Puskesmas Namu Ukur.

7. Mahasiswa dapat membuat prioritas masalah kesehatan dari berbagai jenis

masalah kesehatan yang ada di Wilayah Dusun IV Simpang Burag

Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat.

8. Mahasiswa dapat membuat pemecahan masalah dan merencanakan program

intervensi masalah yang ada di Wilayah Dusun IV kampung burah

Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat.

1.3.2 Bagi Institusi dan Dusun Belinteng

a. Kerja sama yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara institusi

tempat praktek dengan Institusi pendidikan.

b. Institusi dapat memanfaatkan tenaga terdidik dalam membantu

menyelesaikan tugas-tugas di Institusi selama proses praktek berlangsung.

1.3.3 Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan Helvetia

a. Laporan praktek Kesehatan Masyarakat dapat dijadikan salah satu audit

Internal kualitas pengajaran.

b. Memperoleh masukan yang positif untuk di terapkan dalam program

praktek selanjutnya.

c. Mendapatkan informasi tentang daerah yang mengalami masalah

kesehatan yang terjadi di daerah tersebut, sehingga sebagai Kesehatan

Masyarakat dapat memberikan suatu kegiatan preventif dan promotif


6

kepada masyarakat tentang masalah kesehatan yang terjadi di wilayah

tersebut.

Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak

biasanya, di tandai dengan peningkatan volume keenceran serta frekuensi lebih

dari 3 x sehari pada balita lebih dari 4 x dalam sehari dengan atau tanpa lendir.

Menurut World Health Organization (WHO) secara klinis diare didefinisikan

sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari

tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) dengan

atau tanpa darah (Roni, 2010). Sedangkan menurut Depkes RI

Diare: sesuai dengan defenisi Hippocrates, maka diare adalah buang air

besar dangan frekuensi yang tidak normal ( meningkat ) dan konsistensi tinja yang

lebih lembek atau cair ( Nelson dkk 1969) berpendapat bahwa istilah

gastroenteritis hendak dikesampaikan saja, karena memberikan kesan terdapatnya

suatu radang sehingga selama ini penyelidikan tentang diare cenderung lebih

ditekankan pada penyebabnya.


7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang

mencakup perumahan, pembuangan kotoran dan penyedian air bersih dan sebagai

( Notoadmojo, 2003)

A. Rumah

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.

Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perubahan.

Pada zaman purba manusia bertempat tinggal di gua-gua, kemudian

berkembang,dengan mendirikan rumah tempat tinggal di hutan-hutan dan di

bawah pohon.

Sampai pada abad modern ini manusia sudah membangun rumah ( tempat

tinggalnya) bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yang serba modern.

Sejak zaman dahulu pula manusia telah

mencoba mendesain rumahnya, dengan ide mereka masing masing yang

dengan sendirinya berdasarkan kebudayaan masyarakat setempat dan membangun

rumah mereka dengan bahan yang ada setempat ( local material ) pula. Setelah

manusia memasuki abad modern ini meskipun rumah mereka dibangun dengan

bukan bahan bahan setempat tetapi kadang kadang desainnya masih mewarisi

kebudayaan generasi sebelumnya ( Notoadmojo, 2003 )

Syarat syarat rumah sehat :

1. Bahan bangunan

7
8

1. Lantai utama atau semen adalah baik, namun tidak cocok

untuk kondisi ekonomi pedesaan. Lantai kayu sering

terdapat pada rumah rumah orang yang mampu di

pedesaan, dan inipun mahal. Oleh karena itu, untuk lantai

rumah pedesaan cukuplah tanah bisa yang dipadatkan.

Syarat yang penting disini adalah tidak berdebu pada

musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk

memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat

di tempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan

dengan benda benda yang berat, dan dilakukan berkali

kali. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang

penyakit.

2. Dinding : tembok adalah baik, namun disamping mahal

tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih

lebih bila ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah

didaerah tropis khususnya di pedesaan lebih baik dinding

atau papan. Sebab mesikpun jendela tidak cukup, maka

lubang lubang pada dinding atau papan tersebut dapat

merupakan ventilasi, dan dapat menambah penerangan

alamiah.

3. Atap genteng : atap genteng adalah umum di pakai baik di

daerah perkotaan maupun pedesaan. Di samping atap

genteng cocok untuk daerah tropis , juga dapat terjangkau


9

oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya

sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan

yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun rumbia atau

daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng ataupun

asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, disamping mahal

juga menimbulkan suhu panas di dalam rumah.

4. Lain lain ( tiang, kaso, dan reng ) : katu untuk tiang, bamboo untuk kaso

dan reng adalah umum di pedesaan. Menurut pengalaman bahan bahan

ini tahan lama. Tapi perlu di perhatikan bahwa lubang lubang bamboo

merupakan sarang tikus yang baik. Untuk menghindari ini cara

memotongnya harus menurut ruas ruas bamboo tersebut, maka lubang

pada ujung ujung bamboo yang di gunakan untuk kaso tersebut ditutup

denga kayu.

2. Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi, yaitu :

a. Untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal

ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut

tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2 di dalam rumah

yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi

meningkat. Disamping tidak cukup ventilasi akan menyebabkan

kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses

penguapan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan


10

media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-bakteri penyebab

penyakit ).

2. Untuk membebaskan udara ruangan-ruangan dari bakteri-bakteri,

terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi aliran udara yang

terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara yang selalu mengalir.

3. Untuk menjaga agar ruangan selalu tetap di dalam kelembaban

(humuduty) yang optimal.

Ada 2 macam ventilasi yakni:

1). Fungsi kedua dari pada ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan

dari bakteri-bakteri, terutama bakteri pathogen karena selalu terjadi aliran

udara dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan,

karena masuknya jalan masuknya nyamuk dan serangga lainya kedalam rumah.

Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk melindungi dari gigitan-gigitan

nyamuk tersebut.

2). Ventilasi buatan, yaitu mempegunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan

udara tersebut, misalny kipas angin, mesin penghisap udara. Tetapi jenis alat

ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.

Perlu diperhatikan disini pembuatan ventilasi harus dijaga agar udara tidak

berhenti atau membalik lagi, harus menalir. Artinya didalam ruangan

rumah harus ada jalan masuk keluarnya udara.

3. Cahaya

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak

terlalu banyak. Kurang cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah, terutama
11

cahaya matahari disamping kurang nyaman juga merupakan media atau tempat

yang baik untuk hidup dan berkembanganya bibit-bibit penyakit. Sebaiknya

terlalu banyak cahaya di dalam rumah akan menyebakan silau dan akhirnya dapat

merusak mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2 yakni:

1). Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya matahari ini sangat penting,

karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen didalam rumah. Oleh karena

itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup.

Seyogyanya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya (15%)

sampai (20%) dari luas lantai terdapat didalam ruangan rumah. Perlu

diperhatikan dalam membauat jendela diusahakan agar sinar matahari dapat

langsung masuk keruangan, tidak terhalang oleh bangunan oleh bangunan lain.

Fungsi jendela disini, disamping sebagai ventilasi, juga sebagi jalan masuk

cahaya.

Lokasi sebagai penempatan jendela pun harus dipehatikan dan diusahakan

agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Maka

sebaiknya jendela harus di tngah-tengah tingggi dinding (tembok). Jalan

masuknya cahaya ilmiah juga di usahakan denagn genteng kaca. Geteng

kaca pun dapat dibuat secara sederhana, yakni dengan melubangi gnteng

bisa waktu pembuatan kemudian menutupnya dengan pecahan kaca.

2). Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah,

seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.

2.4.4. Luas Bangunan Rumah


12

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni

didalamnya, artinya luas lantai banggunan rumah harus disesuaikan dengan

jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah

penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded) hal ini tidak sehat,

sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu

anggota keluarga terkenak penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota

keluarga yang lain. Luas banggunan yang optimum adalah apabilah dapat

menyediakan 2,5 3 m2 untuk tiap orang (tiap anggota keluarga).

2.4.5. fasilitas-fasilitas di dalam rumah sehat

Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasiltas sebagai berikut:

1.Penyediaan air bersih yang cukup

2. Pembuangan tinja

3. Pembuangan air limbah (air bekas)

4. Pembuangan sampah

5. fasilitas dapur ruang berkumpul keluarga

Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau

belakang). Disamping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang perlu

diadakan tersendiri untuk rumah pedesaan, yakni:

1) Gudang, tempat menyimpan hasil panen. Gudang ini dapat merupakan

bagian dari rumah tempat tinggal tersebut, atau bangunan tersendiri.

2) Kandang ternak, merupakan bagian hidup dari petani, maka kadang-kadang

ternak tersebut diletakkan didalam rumah. Hal ini tidak sehat, karena ternak

kadang-kadang merupakan sumber penyakit pula. Maka sebaiknya demi


13

kesehatan, ternak harus terpisah dari rumah tinggal, atau dibuat kandang

sendiri (Notoadmojo, 2003).

2.2. Sistem Pembuangan

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang berasal dari

rumah tangga industry maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya

mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan

manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air

limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah

pemukiman, perdagangan, perkantoran, dan industri, dan bersama-sama dengan

air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusno

Putranto, 1985).

Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air

yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan

lain seperti industry, perhotelan, dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa,

namun volumenya besar, karena lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi

kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang

sudah kotor (tercemar). Selanjutnya, air limbah ini akhirnya akan mengalir

kesungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, akhir

buangan ini harus dikelolah atau diolah secara baik.

Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat

dikelompokan sebagai berikut:

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water),

yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya
14

air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian

dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.

2. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai

jenis industrial akibat proses produksi. Zat-zat yang tergantung

didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai

masing-masing industry antara lain : nitrogen, logam berat, zat pelarut dan

sebagainya. oleh sebab itu, pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak

menimbulkan polusi lingkungan menjadi rumit.

3. Air buangan kota praja (municipal wastes water),yaitu air buangan yang

berasal dari daerah: perkantoran,perhotelan,perdagangan,restoran,tempat-

tempat ibadah dan sebagainya. pada umumnya zat-zat yang terkandung

dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.

Karakteristik air limbah perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara

pengolahan yang tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis

besar karakteristik air limbah ini digolongkan menjadi sebagai berikut:

1) Karakteristik fisik, sebagian besar terdiri dari air dan sebagain kecil terdiri

dari bahan-bahan padat dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga,

biasanya berwarna suram seperti larutan sabun, sedikit berbau. Kadang-

kadang mengandung sisa-sisa kertas, bekas cucian beras dan sayur,

bagian-bagian tinja, dan sebagainya.

2) Karakteristik kimiawi, biasanya air buangan ini mengandung zat-zat kimia

anorganik yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organic

berasal dari penguraian tinja, urin dan sampah-sampah lainnya. Oleh sebab
15

itu, bersifat basah pada waktu masik baru, dan cenderung keasam apabila

sudah mulai membusuk. Subtansi organik dalam air buangan terdiri dari

dua gabungan, yakni:

(1). Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya: urea, protein, amine,

dan asam amino.

(2). Gabungan yang tak mengandung nitrogen misalnya: lemak, sabun,

dan karbohidrat dan selulosa.

3) Karakteristik bakteriologis, kandungan bakteri potogen serta organism

golongan coli terdapat juga dalam air limbah tergantung dari mana

sumbernya, namun kedunya tidak berperan dalam proses dalam

pengolahan air buangan. Sesuai dengan zat=zat yang terkandung didalam

air limbah ini, maka air yang tidak diolah terlebih dahulu akan

menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup

antara lain :

(1) Menjadi transmisi media penyebaran berbagai penyakit, terutama

cholera, typhus abdominalis, disentri baciler.

(2) Menjadi media berkembang biaknya nyamuk atau tempat hidup larva

nyamuk.

(3) Menjadi tempat-tempat berkembang biaknya nyamuk atau tempat

hidup larva nyamuk.

(4) Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap

(5) Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan

hidup lainnya
16

(6) Mengurangi produktivitas manusia, karena orang bekerja tidak nyaman

dan sebagainya.

Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup

terhadap pencemaran air limbah tersebut. Secara ilmia lingkungan mempunyai

daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena pencemara

air limbah yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena pencemaran

air limbah tersebut. Namun demikian, alam tersebut mempunyai kemampuan yang

terbatas dalam daya dukungnya, sehingga air limbah perlu dibuang.

2.3. Puskesmas

2.3.1. Pengertian Puskesmas

Pusat kesehatan masyarakat adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan

masyarakat yang amat penting di Indonesia. Adapun yang dimaksud dengan

Puskesmas ialah suatu unit pelaksanaan fungsional yang berfungsi sebagai pusat

pembangunan kesehatan, pusat pembinaan, peran serta masyarakat dalam bidang

kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu

wilayah tertentu.

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kabupaten/Kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu

wilayah kerja. Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang

langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam

suatu wilayah tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.


17

2.3.2. Visi dan Misi Puskesmas

Visi dan misi Puskesmas Desa Belinteng Dusun IV Simpang Burag

Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat adalah mewujudkan masyarakat yang

mampu mengupayakan kesehatannya secara mandiri.

2.2.3. Fungsi Puskesmas

Ada tiga fungsi pokok utama yang dimiliki puskesmas dalam

melaksanakan pelayanan kesehatan dasar (PKD) kepada seluruh target/sasaran

masyarakat di wilayah kerjanya, yakni sebagai berikut:

1. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat di wilaya kerjanya.

2. Membina peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuan

untuk hidup sehat.

3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya.

2.3.4. Program Pokok Puskesmas

Program kesehatan dasar adalah program yang minimal harus

dilaksanankan oleh tiap puskesmas. Kegiatan 6 dasar, yaitu:

1. Promosi kesehatan.

2. Kesehatan lingkungan.

3. Kesehatan ibu dan anak, termasuk keluarga berencana (KB).

4. Perbaikan gizi.

5. Pemberantasan penyakit menular.

6. Pengobatan
18

2.4. Diare

2.4.1. Pengertian Diare

Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak

biasanya, ditandai dengan peningkatan volume keenceran serta frekuensi lebih

dari 3x sehari pada balita lebih dari 4x dalam sehari dengan atau tanpa lendir.

Menurut World Health Organization (WHO) secara klinis diare

didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari

biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsistensi tinja

(menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Diare adalah suatu penyakit dengan

tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja yang melembek

sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali

atau lebih dalam sehari.

Diare merupakan kurang gizi yang penting terutama pada anak. Diare

menyebabkan anoreksia (kurang nafsu makan) sehingga mengurangi asupan gizi

dan diare dapat mengurangi daya serap usus terhadap sari makanan. Dalam

keadaan infeksi kebutuhan sari makanan pada anak yang mengalami diare akan

meningkat, sehingga setiap serangan diare akan menyebabkan kekurangan gizi.

Jika hal ini berlangsung terus menerus akan mengakibatkan gangguan

pertumbuhan anak.
19

2.4.2. Etiologi Diare

Diare merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas pada anak di Negara

berkembang. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi sebagai

akibat kehilangan air dan eletrolit melalui tinja yang tidak diganti secara

seimbang. Diare juga adalah penyebab penting kekurangan gizi. Hal ini karena

adanya anoreksia pada penderita diare sehingga anak lebih sedikit makan dari

biasanya. Berbagai kemungkinan dapat menyebabkan seserang terkena diare,

sehingga untuk penanggulangannya akan berbeda-beda sesuai dengan

penyebabnya.

Penyebab diare dapat digolongkan menjadi:

1.Golongan virus

Rotavirus, adenovirus, asrtovirus, calicivirus,minirotavirus.

2.Golongan parasit

Balantidium coil, cryptosporidium, giardia lamblia, faciolopsis buski.

3.Makanan yang terkontaminasi

Salah satu penyebab wabah diare adalah kontaminasi makanan yang tidak

higienis yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen tertentu. Ada beberapa

mikroorganisme patogen yang bisa menyebabkan kasus diare atau muntaber.

Pencegahan dini yang dapat kita lakukan adalah menjaga kebersihan makanan

serta menjaga alat-alat untuk makan yang steril serta perbaikan sanitasi

lingkungan terutama perbaikan penyedian air bersih untuk kehidupan sehari-hari.


20

2.4.3. Jenis diare

Menurut Notoatmodjo jenis diare di bagi menjadi dua yaitu:

1. Diare akut

Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut

bercampur air termaksud kolera berlangsung beberapa jam/hari, bahaya utamanya

adalah dehidrasi, juga penurunan berat badan jika tidak di berikan

makanan/minuman. Diare akut bercampur darah (disentri), bahaya utama adalah

kerusakan usus halus (intestinum), sepsis (infeksi bakteri dalm darah) dan

malnutrisi (kurang gizi), dan konflikasi lain termaksud dehidrasi.

2. Diare persisten

Diare persisten adalah dengan atau tanpa di sertai darah yang berlangsung

selama 14 hari dan di sebabkan oleh infeksi. Diare persisten (berlangsung atau

lebih lama), bahaya utamanya adalah malnutrisi (kurang gizi) serius diluar usus

halus, dehidrasi juga bisa terjadi.

2.4.4. Potofisiologi

Menurut Suyono berdasarkan patofisiologinya makan penyebab diare di

bagi menjadi:

1. Diare sekresi yang di sebabkan oleh infeksi virus,kuman patogen dan

apatogen, hiperperistaltik usus halus akibat bahan kimia atau

makanan,gangguan psikis, gangguan saraf, hawa dingin, dan alergi dan

ifesiensiimun terutama sekretorik.


21

2. Diare osmotik yang dapat si sebabkan oleh mal absorba makanan,

kekurangan kalori protein (KKP) atau bayi berat badan lahir rendah dan

bayi baru lahir.

2.4.5. Patogenesis

Patogenesis sangat berbeda dan bervariasi sesuai dengan penyebabnya,

misalnya diare yang disebabkan oleh bakteri yaitu.

1. Bakteri masuk kedalam saluran cerna melalui makanan atau minuman,

kemudian berkembangbiak di dalam cerna dan mengeluarkan toksin.

2. Toksin merangsang epitel usus dan menyebabkan peningkatan enzim yang

mempunyai kemampuan merangsang sekresi klorida, natrium dan air dari

dalam sel.

2.4.6. Tanda dan Gejala Diare

Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya nafsu makan

berkurang atau tidak ada, tinja cair, warna tinja makin lama kehijauhijauan

karena bercampur dengan empedu, anus dan daerah sekitar lecet, ubun ubun

cekung, berat badan menurun, muntah dan selaput lendir mulut kering.

1. Tanda tanda diare menurut Depkes RI adalah sebagai berikut :

1.) Bayi atau anak menjadi cengeng atau gelisa.

2.) Suhu badan meningkat.

3.) Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah.

4.) Warna tinja kehijaun akibat bercampur dengan cairan empedu.

5.) Lecet pada usus.


22

6.) Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang.

7.) Muntah sebelum dan sesudah diare.

8.) Hipoglikimia (penurunan kadar gula darah).

9.) Dehidrasi (kekurangan cairan) dehidrasi ringan, dehidrasi sedang,

dehidrasi berat, sebelum anak di bawa kepuskesmas untuk

mengurangi resiko dehidrasi sebaiknya diberi oralit terlebih

dahulu, bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangan misalnya

air tajin, kuah suyar, air matang dan lain-lain.

2. Gejala- gejala diare menurut Syafrudin adalah sebagai sebagai berikut:

1.Muntah.

2.Badan lesu atau lemah.

3.Panaas.

4.Tidak nafsu makan.

5.Darah dan lendir dalam kotoran.

2.4.7. Epidemiologi Penyakit Diare

Epidemiologi penyakit diare adalah penyebaran kuman dan virus yang

menyebabkan diare. Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecel oral

antara lain makanan atau minuman yang tercemar tinja atau kontak langsung

dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman

enterik dan menyebabkan risiko terjadinya diare antara lain tidak memberikan air

susu ibu secara penuh 4-6 bulan pertama, menggunakan botol susu yang kotor,

menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang

tercemar, tidak mencuci tangan setelah buang air besar atau sesudah membuang
23

tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak,dan tidak membuang tinja

dengan benar.

2.4.8. Dehidrasi Karena Diare

Menurut Widoyono dehidrasi terdiri dari :

1. Dihidrasi minimal atau tanpa dehidrasi (kehilangan <3% cairan tubuh)

mulut atau lidah lembab, elastisitas kulit cepat kembali setelah di

cubit,suhu badan hangat, produksi urin normal.

2. Dehidrasi sedang (kehilangan 3-9% cairan tubuh) anak kelihatan lesu dan

rewel, haus ingin minum terus, mata cekung, mulut dan lidah kering,suhu,

lengan dan tungkai dingin, produksi urin berkurang.

3. Dehidrasi berat (kehilangan >9% cairan tubuh) , anak kelihatan lesu

sampai tidak sadar, minum sangat sikit,mata cekung, mulut dan bibir

pecah-pecah, elastisitas kulit kembali setelah 2 detik, produksi urin sangat

sedikit.

2.4.9. Faktor Faktor Mempengaruhi Diare pada Balita

Faktor diare pada balita dipengaruhi oleh faktor lingkungan (tersedia air

bersih, jamban keluarga, pembuangan sampah, pembuangan air limbah), perilaku

hidup bersih dan sehat, kekebalan tubuh, infeksi saluran pencernaan, alergi,

keracunan, sistem imun,defesiensi. Sedangkan balita faktor resiko terjadinya

dipengaruhi oleh perilaku ibu atau pengasuh balita karena balita masih belum

bisa menjaga dirinya sendriri dan sangat tergantung pada lingkungan, jadi

apabila ibu balita dan pengasuh balita tidak mengasuh balita dengan baik sehat

maka kejadian diare pada balita tidak dapat dihindari.


24

2.4.10. Penanganan dan Penanggulangan

Hal pertama yang harus di perhatikan dalam penanggulangan diare adalah

masalah kehilangan cairan tubuh yang berlebihan (dehidrasi). Dehidrasi ini bila

tidak segera diatasi, dapat membawa bahaya, terutama bagi anak- anak dan balita.

Untuk diare yang disebabkan oleh infeksi, pemberian obat yang

dimaksudkan untuk menghentikan diare, hampir tidak ada gunanya dengan

terjadinya diare. Maka mikroba beserta toksin (racun) yang dikeluarkan akan

terbuang bersama tinja. Pemberian obat untuk mengentikan diare sama saja

artinya menahan mikroba di dalam saluran pencernaan. Untuk diare akut berat dan

kronis seperti ini selain oralit perlu juga diberikan antibiotik dan obat lainnya

Beberapa hal dalam penanggulangan diare adalah:

1. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) turut memberikan perlindungan terhadap

terjadinya diare pada balita karena antibody dan zat-zat lain yang

terkandung di dalamnya memberikan perlindungan secara imunologi.

2. Memberikan makanan pendamping ASI, perilaku yang salah dalam

pemberian makanan pendamping ASI, dapat meneyebabkan resiko

terjadinya diare sehingga dalam pemberiannya harus memperhatikan

waktu dan jenis makanan yang diberikan.

3. Menggunakan air bersih yang cukup.

4. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan

dan sesudah BAB, kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan

perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci

tangan.
25

5. Menggunakan jamban yang sehat, upaya penggunaan jamban mempunyai

dampak yang besar dalam penularan diare karena penularan kuman

penyebab diare dapat di hindari.

6. Membuag tinja bayi dengan benar, membuang tinja bayi kedalam jamban

segera.

7. Memberikan imunisasi campak, anak yang sakit campak sering di sertai

dengan imunisasi campak dan dapat mencegah terjadi diare yang

berlebihan.

8. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan

sebagian besar penyakit.

9. Jangan membeli makanan di luar rumah jika tidak yakin kebersihannya.

10. Tetap berikan pengobatan hingga tinja kembali normal, tidak lembek atau

cair.

11. Untuk meminimalisir supaya tidak tertular, jauhkan balita yang sehat dari

balita yang sudah terkena penyakit diare dengan di sertai muntah-muntah

dan diare.

12. Untuk bebrapa makanan padat/keras, bila ternyata terbukti membuat

keadaan semakin buruk sebaiknya konsumsinya dihentikan untuk

sementara waktu.

2.5. Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA )

2.6.1. Pengertian ISPA


26

ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini

diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).

Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari

saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)

termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena

sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek pada

balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang

balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.

Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut,

dimanapengertiannya sebagai berikut :

1. Infeksi

Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia

dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

2. Saluran pernafasan

Adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya

seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

3. Infeksi Akut

Adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari

diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa

penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat

berlangsung lebih dari 14 hari.


27

ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran

pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru paru) dan organ adneksa

saluran pernafasan.dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran

pernafasan (respiratory tract). Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan

hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan

dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi

paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. Program

Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan

yaitu :

1. ISPA non- Pneumonia : dikenal masyarakat dengan istilah batuk pilek

2. Pneumonia : apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti kesukaran bernapas,

peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat).

Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran

mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan

dan dilembabkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang

terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam

lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke posterior ke rongga

hidung dan ke arah superior menuju faring.

Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat

menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat

berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh

bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan


28

penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran

pernafasan.

Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga

benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran

pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.

Menurut Word Healt Organization (WHO), sekresi lendir atau gejala pilek terjadi

juga pada penyakit common cold disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis

rhinovirus dan atau coronavirus. Penyakit ini dapat disertai demam pada anak

selama beberapa jam sampai tiga hari. Sedangkan pencemaran udara diduga

menjadi pencetus infeksi virus pada saluran nafas bagian atas. ISPA dapat

ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang mengandung

kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernafasannya.

2.5.2. Klasifikasi ISPA

Pembagian ISPA menurut derajat keparahannya. Pembagian ini dibuat

berdasarkan gejala-gejala klinis yang timbul dan telah ditetapkan dalam lokakarya

Nasional II ISPA tahun 1988. Adapun pembagiannya sebagai berikut :

Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut :

1. ISPA ringan

Ditandai dengan satu atau lebih gejala berikut :

1.Batuk.

2.Pilek.

3.Demam.

2. ISPA sedang
29

Meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut :

1. Pernapasan cepat.

2. Wheezing (nafas pendek).

3. Sakit atau keluar cairan dari telinga.

4. Bercak kemerahan (campak).

5. Khusus untuk bayi.

3. ISPA berat

Meliputi gejala sedang atau ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut :

1. Penarikan sela iga kedalam sewaktu inspirasi.

2. Kesadaran menurun.

3. Bibir/kulit pucat kebiruan.

4. Stridor (nafas ngorok) sewaktu istirahat.

5. Adanya selaput membrane difteri.

2.5.3. Etiologi

Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Mayoritas

penyebab ISPA adalah virus dengan frekuensi lebih dari 90% untuk ISPA bagian

atas, sedangkan ISPA untuk bagian bawah frekuensinya lebih kecil (WHO, 1995).

Dalam Harrisons Principle of Internal Medicine disebutkan bahwa penyakit

infeksi saluran nafas akut bagian atas mulai dari hidung, nasofaring, sinus

paranasalis sampai dengan laring hampir 90% disebabkan oleh viral, sedangkan

infeksi akut saluran nafas bagian bawah hampir 50 % diakibatkan oleh bakteri

streptococcus pneumonia adalah yang bertanggung jawab untuk kurang lebih 70-

90%, sedangkan stafilococcus aureus dan H influenza sekitar 10-20%.


30

Saat ini telah diketahui bahwa infeksi saluran pernapasan akut ini melibatkan

lebih dari 300 tipe antigen dari bakteri maupun virus tersebut (WHO,

1995)Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian

ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan

buruknya sanitasi lingkungan.

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :

1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi

apa-apa.

2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh

menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya

rendah.

3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala

demam dan batuk.

4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh

sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal

akibat pneumonia.

2.6.4. Penyebaran Penyakit ISPA

Pada ISPA, dikenal 3 cara penyebaran infeksi, yaitu :

1. Melalui aerosol (partikel halus) yang lembut, terutama oleh karena batuk-

batuk.

2. Melalui aerosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk-batuk dan

bersin.
31

3. Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang telah

dicemari oleh jasad renik.

2.5.5. Faktor Risiko

Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA :

1. Usia

Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau

terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang

usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.

2. Status Imunisasi

Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih

baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.

3. Lingkungan

Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota

besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada

anak.

2.5.6. Pencegahan ISPA

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA

pada anak antara lain:

1. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan cara

memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.

2. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh

terhadap penyakit baik.

3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.


32

4. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah

memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota

keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit ISPA.

2.6. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

2.7.1. Pengertian Jaminanan Kesehatan Nasional (JKN)

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah program pemerintah yang

berujuan memberian kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh

rakyat indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera. JKN adalah

program pelayanan kesehatan dari pemerintah yang berwujud BPJS Kesehatan

dan BPJS Ketenagakerjaan dan sistemnya menggunakan sistem asuransi. Dengan

adanya JKN ini maka seluruh warga Indonesia berkesempatan besar untuk

memproteksi kesehatan mereka dengan lebih baik.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu PBL

3.1.1. Lokasi Pelaksanaan PBL

Tempat pelaksanaan PBL mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan

Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan Tahun 2017 kelompok III berada

di Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten

Langkat.

3.1.2. Waktu Pelaksanaan PBL

Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan PBL ini selama 14 hari dari

tanggal 14-27 Maret Tahun 2017.

3.2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif yaitu suatu metode

penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi yang menggunakan

kuesioner sebagai alat pengumpulan data.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan.

Populasi dalam laporan ini adalah seluruh jumlah keluarga yang ada di lingkungan

Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten

Langkat. Sebanyak 150 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 446 jiwa.

34
35

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan sampel diambil dianggap mewakili seluruh populasi dengan menggunakan

teknik simple random sampling dengan rumus slovin 5%.

Besar sample dihitung dengan rumus Slovin:

n = N

1 + N (d)2

Keterangan :
n= Jumlah sample
N= Jumlah populasi
d= Derajat ketetapan yang diinginkan (sebesar 0,5)
dimana:

n = 1+ ()2

150
n = 1+150(0,5)2

150
n = 1+150(0,0025)

150
n = 1+0,375

150
n = 1,375

=109,09

=109

Berdasarkan perhitungan diperoleh sample sebanyak 109 KK. Sample

diambil secara simple random sampling di Dusun IV Simpang Burah Desa

Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat.


36

3.4. Penetapan Prioritas Masalah

Untuk menentukan masalah kesehatan utama yang akan ditangani didusun

IV Simpang Burah Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai digunakan metode

Bryant, yang merupakan proses matematis dalam menetapkan kriteria untuk

memilih unsur-unsur terhadap nilai yang dibandingkan agar didapat alternatif

pertimbangan dengan 4 (empat) kriteria :

P = Prevalence atau besar masalah yaitu jumlah atau kelompok masyarakat yang

terkena masalah.

S = Seriousness atau kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas atau

mortalitas secara kecenderungan.

C =Community concern yaitu perhatihan atau kepentingan masyarakat dan

pemerintah atau institusi terkait terhadap masalah tersebut.

M =Menagebelity yaitu ketersediaan sumber daya (sumber dana, tenaga, sarana,

dan metode atau cara).

Skor penilaian:

Nilai 5 = sangat penting

Nilai 4 = penting

Nilai 3 = cukup penting

Nilai 2 = kurang penting

Nilai 1 = tidak penting


37

TABEL : 3.1

Kriteria Memilih Prioritas Pemecahan Masalah dengan Menggunakan Metode


Bryant.

No. MASALAH P S C M TOTAL URUTAN


1 Tingginya angka kejadian 4 5 5 5 19 I
diare
2 Tingginya angka kejadian 4 4 5 3 16 II
ISPA
3 Jaminan kesehatan 4 3 4 4 15 III

Kesimpulan : Berdasarkan hasil tabel diatas kami mendapatkan prioritas

masalah di Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai yaitu

tingginya angka kejadian diare.

3.5. Teknik Pengumpulan

3.5.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian

dengan menggunakan kuesioner.

3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain atau tidak

lansung yang diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data yang didapat

melalaui data sekunder ini adalah data dari desa dan data dari puskesmas melalui

system pencatatan dan pelaporan.

3.5.3. Data Tersier

Data yang diambil atau yang sudah dipublikasikan yang didapat melalui

WHO,Riskesdas,SDKI, dan lain-lain.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Data Geografis

1. Batas wilayah

Batas Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai,

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Dusun Proyek.

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Dusun Sangga Pura.

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Dusun Belinteng.

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Ssungai Lau Bertu.

1. Lokasi Wilayah PBL

Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai

Kabupaten Langkat.

2. Keadaan Tanah

Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng terletak di Kecamatan Sei

Bingai Kabupaten Langkat memiliki kondisi tanah yang bercampur batu.

3. Keadaan Iklim

Dusun IV Simpang Burah terletak di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten

Langkat Beriklim tropis.

38
39

3.1. Hasil Analisis Data Univariat

TABLE 4.1.

Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Dusun IV Simpang Burah Desa


Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Kelompok Umur Frekuensi Persentase (%)


1. dibawah 1 tahun 3 0,7
2. 1-5 tahun 26 5,8
3. 6-10 tahun 26 5,8
4. 11-15 tahun 41 9,2
5. 16-20 tahun 43 9,6
6. 21-25 tahun 58 13,0
7. 26-30 tahun 52 11,7
8. 31-35 tahun 38 8,5
9. 36-40 tahun 58 13,0
10. 41-45 tahun 27 6,1
11. 46-50 tahun 24 5,4
12. 51-55 tahun 19 4,3
13. 56-60 tahun 10 2,2
14. diatas 60 tahun 21 4,7
Total 446 100
Sumber : Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa

mayoritas kelompok umur 21-25 tahun yaitu 58 orang (13%), sedangkan

minoritas kelompok umur dibawah 1 tahun yaitu 3 orang (0,7%).

TABEL 4.2.

Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Dusun IV Simpang Burah Desa


Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


1. laki-laki 194 43,5
2. Perempuan 252 56,5
Total 446 100
Sumber : Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017
40

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi penduduk berdasarkan Jenis

Kelamin di Dusun IV Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai dapat disimpulkan

bahwa mayoritas berjenis kelamin Perempuan sebanyak 252 orang (56,5%) dan

minoritas berjenis kelamin Laki-Laki sebanyak 194 orang (43,5%).

TABEL 4.3.

Distribusi Penduduk Menurut Agama di Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng


Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Agama Frekuensi Persentase (%)


1. Islam 229 51,3
2. Kristen Protestan 196 43,9
3. Kristen Katolik 21 4,7
Total 446 100
Sumber : Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa

mayoritas agama Islam yaitu 229 orang (51,3%), sedangkan minoritas agama

Kristen Katolik yaitu 21 orang (4,7%).

TABEL 4.4.

Distribusi Penduduk Menurut suku di Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng


Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Suku Frekuensi Persentase (%)


1. batak karo 393 88,1
2. Jawa 41 9,2
3. batak toba 12 2,7
Total 446 100
Sumber : Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi penduduk berdasarkan Suku di

Dusun IV Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai dapat disimpulkan bahwa


41

mayoritas Suku Batak Karo sebanyak 393 orang (88,1%) dan minoritas Suku

Batak Toba sebanyak 12 orang (2,7%).

TABEL 4.5.

Distribusi Penduduk Menurut Status Perkawinan di Dusun IV Simpang Burah


Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Status Perkawinan Frekuensi Persentase (%)


1. belum kawin 175 39,2
2. Kawin 260 58,3
3. cerai hidup 4 0,9
4. cerai mati 7 1,6
Total 446 100
Sumber : Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi penduduk berdasarkan Status

Perkawinan di Dusun IV Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai dapat

disimpulkan bahwa mayoritas berstatus Kawin sebanyak 260 orang (58,3%) dan

minoritas berstatus cerai hidup sebanyak 4 orang (0,9%).

TABEL 4.6.

Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Dusun IV Simpang Burah


Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)


1. Belum Sekolah 66 14,8
2. Sd 117 26,2
3. Sltp 128 28,7
4. Slta 126 28,3
5. Sarjana 9 2
Total 446 100
Sumber : Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia
Medan, Tahun 2017

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa

mayoritas tingkat pendidikan Sltp yaitu 128 Orang (28,7%), sedangkan minoritas
42

tingkat pendidikan Sarjana yaitu 9 Orang (2 %).

TABEL 4.7.

Distribusi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Dusun IV Simpang Burah Desa


Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)


1. PNS 2 0,9
2. pegawai swasta 10 4,7
3. Wiraswasta 38 17,9
4. Buruh 4 1,9
5. Petani 158 74,5
Total 212 100%
Sumber : Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa

mayoritas pekerjaan sebagai petani yaitu 158 orang (74,5%), sedangkan minoritas

pekerjaan sebagai PNS yaitu 2 orang (0,9%).

TABEL 4.8.

Distribusi Penduduk Menurut Penghasilan ART di Dusun IV Simpang Burah


Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Penghasilan ART Frekuensi Persentase (%)


1. 500.000 < 1 juta 120 56,6
2. 1 juta - < 2,5 juta 92 43,4
Total 212 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia
Medan, Tahun 2017

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa

mayoritas penghasilan anggota rumah tangga yang bekerja 500.000< 1 Juta yaitu

120 Jiwa (56,6%), sedangkan minoritas anggota rumah tangga 1 juta -< 2,5 juta

yaitu 92 Jiwa (43,4%).


43

TABEL 4.9.

Distribusi Penduduk Menurut Status Kegiatan 1 Minggu di Dusun IV Simpang


Burah Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 201
7
No. Status Kegiatan (1Minggu) Frekuensi Persentase (%)
1. Bekerja 212 47,5
2. Tidak Bekerja 159 35,7
3. Sekolah 75 16,8
Total 446 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia
Medan, Tahun 2017

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa

mayoritas status kegiatan dalam 1 minggu terakhir yang bekerja yaitu 212 orang

(47,5%), sedangkan minoritas status kegiatan 1 minggu yang Sekolah yaitu 75

orang (16,8%).

TABEL 4.10.

Distribusi Penduduk Menurut Jaminan Kesehatan di Dusun IV Simpang Burah


Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Jaminan Kesehatan Frekuensi Persentase (%)


1. Jamsostek 7 1,6
2. Bpjs 140 31,4
3. Kartu Indonesia Sehat 64 14,3
4. Tidak Ada 235 52,7
Total 446 100
Sumber : Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia
Medan, Tahun 2017

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa

mayoritas tidak memiliki jaminan kesehatan yaitu sebanyak 235 orang (52,7%),

sedangkan minoritas memliki jaminan kesehatan jamsostek sebanyak 7 orang

(1,6%).
44

TABEL 4.11.

Distribusi Penduduk Menurut Merokok di Dusun IV Simpang Burah Desa


Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Merokok Frekuensi Persentase (%)


1. Ya 130 29,1
2. Tidak 316 70,9
Total 446 100%
Sumber : Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa

mayoritas Tidak Merokok sebanyak 316 orang (70,9%), sedangkan minoritas

merokok yaitu 130 orang (70,9%).

TABEL 4.12.

Distribusi Frekuensi Sakit Panas di Dusun IV Simfpang Burah Desa Belinteng


Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Sakit Panas Frekuensi Persentase (%)


1. Ya 19 4,3
2. Tidak 427 95,7
Total 446 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi sakit panas di

Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng sebanyak 19 (4,3%) dan minoritas tidak

sakit panas sebanyak 427 (95,7%).


45

TABEL 4.13.
.
Distribusi Frekuensi Sakit Batuk di Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng
Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Sakit Batuk Frekuensi Persentase (%)


1. Ya 32 7,2
2. Tidak 414 92,8
Total 446 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi sakit batuk di

Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng mayoritas sebanyak 32 (7,2%) dan

minoritas tidak sakit batuk sebanyak 441 (92,8%).

TABEL 4.14.

Distribusi Frekuensi Sakit Pilek di Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng


Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Sakit Pilek Frekuensi Persentase (%)


1. Ya 14 3,1
2. Tidak 432 96,9
Total 446 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi sakit pilek di

Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng mayoritas sebanyak 14 (3,1%) dan

minoritas tidak sakit pilek sebanyak 432 (96,9%).


46

Tabel 4.15.

Distribusi Frekuensi Sakit Asma di Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng


Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Sakit Asma Frekuensi Persentase (%)


1. Ya 7 1,6
2. Tidak 439 98,4
Total 446 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi sakit asma di

Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng mayoritas sebanyak 7 (1,6%) dan

minoritas tidak sakit Asma sebanyak 439 (98,4%).

TABEL 4.16.

Distribusi Frekuensi Sakit Napas cepat di Dusun IV Simpang Burah Desa


Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Sakit Napas Cepat Frekuensi Persentase (%)


1. Ya 0 0
2. Tidak 446 100
Total 446 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi sakit napas

cepat di Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng mayoritas sebanyak 0 (0%)

dan minoritas tidak sakit pilek sebanyak 446 (100%).


47

TABEL 4.17.

Distribusi Frekuensi Sakit Diare di Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng


Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Sakit Diare Frekuensi Persentase (%)


1. Ya 35 7,8
2. Tidak 411 92,2
Total 446 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi sakit diare di

Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng mayoritas sebanyak 35 (7,8%) dan

minoritas tidak sakit diare sebanyak 411(92,2%).

TABEL 4.18.

Distribusi Frekuensi Sakit Campak di Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng


Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Sakit Campak Frekuensi Persentase (%)


1. Ya 0 0
2. Tidak 446 100
Total 446 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi sakit campak di

Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng mayoritas sebanyak 0 (0%) dan

minoritas tidak sakit campak sebanyak 446 (100%).


48

TABEL 4.19.

Distribusi Frekuensi Sakit Panas di Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng


Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Sakit Telinga Berair Frekuensi Persentase (%)


1. Ya 0 0
2. Tidak 446 100
Total 446 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi sakit panass di

Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng mayoritas sebanyak 0 (0%) dan

minoritas tidak sakit panas sebanyak 446 (100%).

TABEL 4.19.

Distribusi Frekuensi Sakit Panas di Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng


Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Sakit Kuning Frekuensi Persentase (%)


1. Ya 0 0
2. Tidak 446 100
Total 446 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi sakit kuning di

Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng mayoritas sebanyak 0 (0%) dan

minoritas tidak sakit kuning sebanyak 446 (100%).


49

Tabel 4.21.

Distribusi Frekuensi Sakit Kepala di Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng


Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Sakit Kepala Frekuensi Persentase (%)


1. Ya 18 4
2. Tidak 428 96
Total 446 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi sakit kepala di

Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng mayoritas sebanyak 18 (4%) dan

minoritas tidak sakit kepala sebanyak 428 (96%).

TABEL 4.22.

Distribusi Frekuensi Sakit Kejang di Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng


Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Sakit Kejang Frekuensi Persentase (%)


1. Ya 0 0
2. Tidak 446 100
Total 446 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi sakit kejang di

Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng mayoritas sebanyak 0 (0%) dan

minoritas tidak sakit kejang sebanyak 446 (100%).


50

TABEL 4.23.

Distribusi Frekuensi Sakit Lumpuh di Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng


Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Sakit Lumpuh Frekuensi Persentase (%)


1. Ya 0 0
2. Tidak 446 100
Total 446 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi sakit lumpuh di

Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng mayoritas sebanyak 0 (0%) dan

minoritas tidak sakit lumpuh sebanyak 446 (100%).

TABEL 4.24.

Distribusi Frekuensi Sakit Pikun di Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng


Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Sakit Pikun Frekuensi Persentase (%)


1. Ya 0 0
2. Tidak 446 100
Total 446 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi sakit pikun di

Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng mayoritas sebanyak 0 (0%) dan

minoritas tidak sakit pikun sebanyak 446 (100%).


51

TABEL 4.25.

Distribusi Frekuensi Kecelakaan di Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng


Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Sakit Kecelakaan Frekuensi Persentase (%)


1. Ya 0 0
2. Tidak 446 100
Total 446 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi sakit

kecelakaan di Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng mayoritas sebanyak 0

(0%) dan minoritas tidak kecelakaan sebanyak 446 (100%)

TABEL 4.26.

Distribusi Frekuensi Sakit gigi di Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng


Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Sakit Gigi Frekuensi Persentase (%)


1. Ya 9 2
2. Tidak 437 98
Total 446 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi sakit gigi di

Dusun IV Simpang Burah Desa Belinteng mayoritas sebanyak 0 (0%) dan

minoritas tidak sakit pikun sebanyak 446 (100%).


52

TABEL 4.27.

Gambaran Rumah Sehat Menurut Jenis Atap di Dusun IV Simpang Burah Desa
Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Jenis Atap Frekuensi Persentase (%)


1. Beton 0 0
2. Genteng 0 0
3. Sirap 0 0
4. Seng 109 0
5. Asbes 0 0
6. Ijuk 0 0
Total 109 100%
Sumber : Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa seluruh rumah yang

menjadi responden di Dusun IV Desa Belinteng menggunakan jenis atap seng

sebanyak 109 rumah (100%).

TABEL 4.28.

Gambaran Rumah Sehat Menurut Jenis Plafon di Dusun IV Simpang Burah Desa
Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Jenis Plafon Frekuensi Persentase (%)


1. Asbes 86 78,9
2. Tidak Menggunakan Plafon 23 21,1
Total 109 100%
Sumber : Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas rumah yang

menjadi responden di Dusun IV Desa Belinteng menggunakan jenis plafon asbes

sebanyak 86 rumah (78%) dan minoritas rumah yang tidak menggunakan plafon

sebanyak 23 rumah (21,1%).


53

TABEL 4.29.

Gambaran Rumah Sehat Menurut Kepemilikan Kamar Mandi di Dusun IV


Simpang Burah Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun
2017

No. Kamar Mandi Frekuensi Persentase (%)


1. Memliki Kamar Mandi 106 97,2
Tidak Memliki Kamar
2. Mandi 3 2,8
Total 109 100%
Sumber : Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas rumah yang

menjadi responden di Dusun IV Desa Belinteng memiliki kamar mandi sebanyak

106 rumah (97,2%) dan minoritas rumah yang tidak memiliki kamar mandi

sebanyak 3 rumah (2,8%).

TABEL 4.30.

Gambaran Rumah Sehat Menurut Kepemilikan Fasilitas BAB di Dusun IV


Simpang Burah Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun
2017

No. Fasilitas BAB Frekuensi Persentase (%)


1. Ada 105 96,3
2. Tidak Ada 4 3,7
Total 109 100%
Sumber : Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas rumah yang

menjadi responden di Dusun IV Desa Belinteng memiliki fasilitas BAB sebanyak

105 rumah (96,3%) dan minoritas rumah yang tidak memiliki fasilitas BAB

sebanyak 4 rumah (3,7%).


54

TABEL 4.31.

Gambaran Rumah Sehat Menurut Jenis Kloset di Dusun IV Simpang Burah Desa
Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Jenis Kloset Frekuensi Persentase (%)


1. Leher Angsa 105 96,3
2. Plengsengan 0 0
3. Cemplung 0 0
4. Tidak Ada Kloset 4 3,7
Total 109 100%
Sumber : Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas rumah yang

menjadi responden di Dusun IV Desa Belinteng menggunakan kloset leher angsa

sebanyak 105 rumah (96,3%) dan minoritas rumah yang tidak menggunakan

sebanyak 4 rumah (3,7%).

TABEL 4.32.

Gambaran Rumah Sehat Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja di Dusun IV


Simpang Burah Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun
2017

Tempat Pembuangan
No. Frekuensi Persentase (%)
Akhir Tinja
1. Septic Tank 105 96,3
2. Kolam/sawah 0 0
3. Sungai 4 3,7
4. Lubang Tanah 0 0
Total 109 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas rumah yang

menjadi responden di Dusun IV Desa Belinteng menggunakan septic tank sebagai

tempat pembuangan akhir tinja sebanyak 105 rumah (96,3%) dan minoritas

menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan akhir tinja sebanyak 4 rumah


55

(3,7%).

TABEL 4.33.

Gambaran Rumah Sehat Menurut Sarana Air Bersih di Dusun IV Simpang Burah
Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Sarana Air Bersih Frekuensi Persentase (%)


1. Air Kemasan 0 0
2. PAM 0 0
3. Air Pompa 3 2,8
4. Sumur Terlindung 102 93,6
5. Mata Air 0 0
6. Air Sungai 4 3,7
7. Air Hujan 0 0
Total 109 100%
Sumber : Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas rumah yang

menjadi responden di Dusun IV Desa Belinteng menggunakan sumur terlindung

sebanyak 102 rumah (93,6%) dan minoritas rumah menggunakan air pompa

sebanyak 3 rumah (2,8%).

TABEL 4.34.

Gambaran Rumah Sehat Menurut Kepemilikan Fasilitas Air Minum di Dusun IV


Simpang Burah Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun
2017

No. Fasilitas Air Minum Frekuensi Persentase (%)


1. Ada 109 100
2. Tidak Ada 0 0
Total 109 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa seluruh rumah yang

menjadi responden di Dusun IV Desa Belinteng memliki fasilitas air minum


56

sebanyak 109 rumah (100%)

TABEL 4.35.

Gambaran Rumah Sehat Menurut Kondisi Air di Dusun IV Simpang Burah Desa
Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Kondisi Air Frekuensi Persentase (%)


1. Jernih/Tidak Berwarna 109 100
2. Tidak Jernih/Berwarna 0 0
Total 109 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa seluruh rumah yang

menjadi responden di Dusun IV Desa Belinteng memiliki kondisi air yang jernih

sebanyak 109 rumah (100%).

TABEL 4.36.

Gambaran Rumah Sehat Menurut Sumber Penerangan di Dusun IV Simpang


Burah Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Sumber Penerangan Frekuensi Persentase (%)


1. Listrik/PLN 109 100
2. Listrik Non PLN 0 0
3. Petromak 0 0
4. Pelita/Senter/Obor 0 0
5. Lainnya 0 0
Total 109 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa seluruh rumah yang

menjadi responden di Dusun IV Desa Belinteng menggunakan listrik/PLN sebagai

sumber penerangan sebanyak 109 rumah (100%).


57

TABEL 4.37.

Gambaran Rumah Sehat Menurut Bahan Bakar Untuk Memasak di Dusun IV


Simpang Burah Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun
2017

Bahan Bakar Untuk


No. Memasak Frekuensi Persentase (%)
1. Listrik 0 0
2. Gas/LPJ 94 86,2
3. Minyak Tanah 0 0
4. Kayu Bakar 15 13,8
5. Lainnya 0 0
6. Tidak Memasak 0 0
Total 109 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas rumah yang

menjadi responden di Dusun IV Desa Belinteng menggunakan gas/LPJ sebanyak

94 rumah (86,2%) dan minoritas rumah yang menggunakan kayu bakar sebanyak

15 rumah (13,8%).

TABEL 4.38.

Gambaran Rumah Sehat Menurut Keadaan Air Got di Dusun IV Simpang Burah
Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Keadaan Air Got Frekuensi Persentase (%)


1. Mengalir Lancar 109 100
2. Mengalir Lambat 0 0
3. Tergenang 0 0
4. Tidak Ada Got 0 0
Total 109 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa seluruh rumah yang

menjadi responden di Dusun IV Desa Belinteng memiliki keadaan air got

mengalir lancar sebanyak 109 rumah (100%).


58

Tabel 4.39.

Gambaran Rumah Sehat Menurut Jenis Dinding Rumah di Dusun IV Simpang


Burah Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 201
7
No. Jenis Dinding Rumah Frekuensi Persentase (%)
1. Tembok 93 85,3
2. Kayu 13 11,9
3. Bambu 3 2,8
4. Lainnya 0 0
Total 109 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas rumah yang

menjadi responden di Dusun IV Desa Belinteng menggunakan jenis dinding

rumah tembok sebanyak 93 rumah (85,3%) dan minoritas rumah yang

menggunakan bambu sebanyak 3 rumah (2,8%).

TABEL 4.40.

Gambaran Rumah Sehat Menurut Jenis Lantai di Dusun IV Simpang Burah


Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Jenis Lantai Frekuensi Persentase (%)


1. Bukan Tanah 104 95,4
2. Tanah 5 4,6
Total 109 100%
Sumber :Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas rumah yang

menjadi responden di Dusun IV Desa Belinteng memiliki jenis lantai bukan tanah

sebanyak 104 rumah (95,4%) dan minoritas rumah memiliki jenis lantai tanah

sebanyak 5 rumah (4,6%).


59

TABEL 4.41.

Gambaran Rumah Sehat Menurut Saluran Pembuangan Air Limbah di Dusun IV


Simpang Burah Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun
2017

No. Saluran Pembuangan Air Limbah Frekuensi Persentase (%)


1. Dengan Saluran Tertutup 20 18,3
2. Dengan Saluran Terbuka 67 61,5
3. Tanpa Saluran 22 20,2
Total 109 100%
Sumber : Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas rumah yang

menjadi responden di Dusun IV Desa Belinteng memiliki saluran pembuangan air

limbah dengan saluran terbuka sebanyak 67 rumah (61,5%) dan minoritas rumah

dengan saluran tertutup sebanyak 22 rumah (20,2%).

TABEL 4.42.

Gambaran Rumah Sehat Menurut Pengolahan Sampah di Dusun IV Simpang


Burah Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Pengolahan Sampah Frekuensi Persentase (%)


1. Di bakar 109 0
2. Di timbun 0 0
3. Di buang Sembarangan 0 0
Total 109 100%
Sumber : Pengolahan Data Kelompok IV PBL IKM Institut Kesehatan Helvetia Medan,
Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa seluruh rumah yang

menjadi responden di Dusun IV Desa Belinteng mengolah sampah dengan cara

dibakar sebanyak 109 rumah (100%).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Data demografi untuk tempat penelitian berada di Dusun IV Simpang

Burah Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dengan

jumlah KK di dusun IV Simpang Burah sebanyak 150

2. Adapun prioritas masalah yang di ambil dari Dusun IV Simpang Burah

melalui rembuk Dusun adalah:

-Tingginya angka Diare

-Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

-Kurangnya Pengetahuan tentang Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

3. Bentuk pemberdayaan masyarakat/Intervensi di lakukan dengan cara

melakukan penyuluhan tentang diare dan mengajak masyarakat untuk

membersihkan lingkungan serta memberi poster kepada masyarakat

bagaimana cara pencegahannya.

5.2. Saran

1. Kepada pemerintah daerah diharapkan lebih perduli terhadap

kesehatan masyarakat melalui pembuatan kebijakan yang lebih tegas

tentang kebersihan lingkungan sehingga tercipta kecamatan bersih

dan sehat

60
61

2. Kepada masyarakat Dusun IV Simpang Burah diharapkan memiliki

kesadaran dan kemauan untuk memelihara kebersihan lingkungan

rumahnya agar dapat meningkatkan derajat kesehatannya

3. Diharapkan peran aktif tenaga kesehatan dalam meningkatkan

penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan

masyarakat terutama mengenai Prilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) dan Diare.

Anda mungkin juga menyukai