Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit menurut UU Nomor 44 Tahun 2009 adalah institusi


pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna. Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan
yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Oleh karena itu
Rumah Sakit bukan hanya melayani pasien dengan cara pengobatan (kuratif dan
rehabilitatif) tetapi juga harus melayani masyarakat dengan cara menjaga
lingkungan tempat Rumah Sakit itu berada supaya bersih dan bebas dari sumber
penyakit (promotif dan preventif). Berdasarkan Kepmenkes Nomor 1204 Tahun
2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, sebagai sarana
pelayanan kesehatan rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit
maupun orang sehat, sehingga dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.
Untuk menghindari risiko pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan maka
penyelenggaraan kesehatan lingkungan Rumah Sakit harus sesuai dengan
persyaratan sanitasi rumah sakit. Kebersihan Rumah Sakit adalah suatu keadaan
atau kondisi yang bebas dari bahaya dan risiko minimal untuk terjadinya infeksi
silang. Untuk menciptakan kondisi fasilitas pelayanan publik yang sehat maka
Presiden RI telah mengintruksikan melalui Surat Sekretaris Wakil Presiden
Nomor B.1082/Seswapres/KK.04.01.10/2011 tanggal 17 Oktober 2011 untuk
melaksanakan gerakan Indonesia Bersih. Kementerian Kesehatan RI
memprioritaskan gerakan Indonesia Bersih ini pada fasilitas pelayanan kesehatan
dan dalam pelaksanaannya diperlukan pedoman teknis fasilitas pelayanan
kesehatan bersih.
Dari latar belakang di atas disusunlah pedoman sanitasi RSU Puri
Raharja yang bertujuan sebagai bahan acuan dalam melaksanakan program

1
sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat setinggi tingginya serta
terwujudnya kelestarian lingkungan.

B. Tujuan Pedoman
1) Tujuan Umum
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan kerja institusi pengelola sanitasi
rumah sakit dalam menyelenggarakan program sanitasi untuk mendukung
pelayanan prima di RSU Puri Raharja.
2) Tujuan Khusus
Sebagai pedoman dalam melaksanakan program :
a. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit
b. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
c. Penyehatan air
d. Pengelolaan limbah
e. Pengelolaan tempat pencucian linen (Lundry)
f. Pengendalian serangga, tikus dan binatang penganggu lainnya
g. Disinfeksi dan sterilisasi
h. Promosi kesehatan dari aspek kesehatan lingkungan

C. Ruang Lingkup Pelayanan


1. Pematauan kebersihan lingkungan rumah sakit penyangkut halaman, gedung,
tempat parkir, kamar pasien, fasilitas umum dll.
2. Pengawasan sanitasi dapur yang meliputi fasilitas alat masak, proses
pengelolaan makanan, hygiene penjamah makanan, fasilitas sanitasi,
pemeriksaan laboratorium makanan, alat masak, air bersih dan juga uji rectal
sweb penjamah makanan. Kepatuhan petugas dalam penggunaan APD dan
kebersihan lingkungan instalasi gizi.
3. Penyehatan air yang meliputi pemantauan kualitas dan kwantitas air bersih
yang di pantau daru sumbber air serta proses pemantauan kualitas melalui
pemeriksaan laboratorium kualitas kimia dan bakteiologis air bersih rumah
sakit.
4. Pengelolaan limbah yang meliputi pemilahan limbah dari tiap unit, pelabelan,
penyimpanan, pengiriman kepada pihak ketiga sampai pemeliharaan instalasi
pengelolaan air limbah cair (IPAL) dan juga pelaksanaan monitoring kualitas
air limbah melalui pengujian kualitas kimia dan bakteriologis air limbah.
5. Pengelolaan tempat pencucian linen meliputi proses pemilahan linen di
ruangan, pengangkutan, penghitungan, pengiriman linen kepada pihak ke tiga,
penyimpanan, distribusi linen bersih dan sterilisasi linen rumah sakit. Serta

2
pemantauan kepatuhan penggunaan APD dan ketepatan 6 langkah mencuci
tangan.
6. Pengendalian serangga tikus dan binatang penganggu dengan cara kegiatan
monitoring yang di bantu oleh jumantik kota Denpasar. Kegiatan PSN.
7. Desinfeksi dan sterilisasi meliputi disinfeksi gedung dan juga ruanga
perawatan yang dilakukan oleh tenaga CS. Sterilisasi alat yang dialkukan oleh
petugas CSSD.
8. Promosi kesehatan dari aspek kesehatan lingkungan meliputi kegiatan
sosialisasi karyawan dan pemasangan poster terkait program sanitasi.

D. Batasan Operasional
Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup
perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, saniatsi dapur, sanitasi
laundry dan sebaginya.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Sampah
2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Udang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990 tentang Syarat dan
Pengawasan Kualias Air
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405 tahun 2001 tentang Kesehatan
Lingkungan Kerja dan Perkantoran
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan

BAB II
STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

3
Sumber daya manusia terdiri dari 1 oarang tenaga sanitasi, pendidikan DIII
Kesehatan Lingkungan.

B. Distribusi Ketenagaan
Tenaga sanitasi melakukan pemantauan pengelolaan sanitasi yang meliputi 8
bidang pengawasan serta evaluasi dan rekomendasi perbaikan.

C. Pengaturan Jaga
6 Hari kerja dengan waktu kerta 07.30 14.30.

BAB III
TATA LAKSANA

A. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman Rumah Sakit

Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua ruangan/unit dan
halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan
kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan
rumah sakit. Berikut ini persyaratan lingkungan bangunan dan halaman rumah
sakit adalah sebagai berikut :
1. Kontruksi bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas,
dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang
atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.

4
2. Luas bahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan
keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan
dilengkapi dengan rambu parkir.
3. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan
intensitas cahaya yang cukup.
4. Lingkungan rumah sakit harus tidak berbau , tidak becek, atau tidak
terdapat genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau
tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan diseduaikan dengan
luas halaman.
5. Saluran air limbah domestic dan limbah medis harus tertutup dan
terpisah, masing masing dihubungkan langsung dengan instalasi
pengolahan limbah.
6. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat tempat tertentu
yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.
7. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam
keadaan bersih dan tersedia fasilitas secara kualitas dan kuantitas yang
memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan
sebagai tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang
pengerat, dan binatang penganggu lainnya. Berikut ini tata laksana
pemeliharaan ruang bangunan di rumah sakit :
a. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore hari.
b. Pembersihan lantai di ruangan perawatan pasien dilakukan setelah
pembenaha/merapikan tempat tidur pasien, jam makan, jam
kunjunga dokter, kunjungan keluarga, dan sewaktu waktu bila
mana diperlukan.
c. Cara cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus
dihindari.
d. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan
pembersih (pel) yang memenuhi syarat dan bahan antiseptik yang
tepat.
e. Pada masing masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel
tersendiri.
f. Pembersihan dindin dilakukan secara periodic minimal 2 (dua) kali
setahun dan di cat ulang apabila sudah kotor atau cat sudah pudar.

5
g. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus
segera dibersihkan dengan menggunakan antiseptic.

B. Penyehatan Hygiene dan Sanitasi Makanan Minuman


Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman
yang disajikan dari dapur rumah sakit unuk pasien dan karyaman, makanan dan
minuman yang dijual didalam lingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar rumah
sakit. Persyaratan hygiene dan sanitasi makanan adalah sebagai berikut :
Upaya kesehatan makanan dan minuman yang dilaksanakan di RSU Puri
Raharja meliputi:
1. Angka kuman E. Coli pada makanan harus 0/gr sampel makanan dan pada
minuman angka kuman E. Coli harus 0/100 ml sampel minuman.
2. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman sebanyak-
banyaknya 100/cm permukaan dan tidak ada kuman E. Coli.
3. Makanan yang mudah membusuk disimpan dalam suhu panas lebih dari
65,5 atau dalam suhu dingin kurang dari 4C. Untuk makanan yang
disajikan lebih dari 6 jam disimpan suhu -5 C sampai -1 C.
4. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu 10 C.
5. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu sebagai berikut :
Jenis Bahan Makanan Digunakan untuk
3 hari atau kurang 1 minggu atau 1 minggu atau lebih
kurang
Ikan, udang, dan -5C sampai 0 C -10 C sampai -5C Kurang dari -10 C
olahannya
Telur, susu, dan 5 C sampai 7 C -5 C sampai 0 C Kurang dari -5 C
olahannya
Sayur, buah, dan 10 C 10 C 10 C
minuman
Tepung dan biji 25 C 25 C 25 C
( Gambar : Suhu penyimpanan menurut jenis bahan makanan )
6. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80 90 %
7. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai, dinding,
atau langit langitdengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm
b. Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm
c. Jarak bahan makanan dengan langit langit 60 cm
1. Memeliharan dan melindungi kebersihan individu (Hygiene).

6
2. Memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan (Sanitasi).
3. Memelihara dan melakukan kebersihan dan pemeliharaan peralatan
Kegiatan pembersihan insalasi Gizi dilaksanakan oleh petugas clening servis 2
kali dalam sehari. Dalam proses pengolahan maupun penyajian makanan petugas
penjamah makanan tetap memperhatikan hygiene, atau upaya kesehatan berupa
kepatuhan mencuci tangan, mencuci piring (peralatan), membuang bagian makanan
yang rusak serta kepatuhan pengunaan APD sesuai dengan sandar yang ditetapkan
dalam Kepmenkes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004. Upaya saniasi meliputi
penyediaan air bersih untuk pengolahan makanan, penyediaan sarana sanitasi seperti
tempat sampah, wastafel, dan toilet.
Tata Cara Pelaksanaan pengelolaan hygiene sanitasi makanan dan minuman di
Rumah Sakit adalah :
1. Bahan Makanan dan Makanan Jadi
a. Pembelian bahan ditempat yang resmi dan berkualitas baik
b. Bahan makanan dan makanan jadi yang berasal dari instalasi Gizi atau
luar rumah sakit/jasaboga harus diperiksa secara fisik, dan laboratorium
minimal 1 bulan peraturan menteri kesehatan no. 715/Menkes/SK/V/2003
tentang Persyaratan Hygiene sanitasi jasaboga.
c. Makanan jadi yang dibawa oleh keluarga pasien dan berasal dari sumber
lain harus selalu diperiksa kondisi fisiknya sebelum dihidangkan.
d. Bahan makanan kemasan (terolah) mempunyai label dan merek serta
dalam keadaan baik.
2. Bahan Makanan Tambahan
Bahan makanan tambahan (bahan pewarna, pengawet, pemanis buatan) harus
sesuai dengan ketentuan.
3. Penyimpanan Bahan Makanan dan Makanan Jadi
Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam
keadaan bersih, terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan
hewan lainnya.
4. Pengolahan Makanan
Unsure unsure yang terkait dalam pengolahan makanan :
a. Tempat Pengolahan Makanan
1) Perlu disediakan tempat pengolahan makanan (dapur) sesuai dengan
persyaratan kontruksi, bangunan dan ruangan dapur

7
2) Sebelum dan sesudah kegiatan pengelolaan makanan selalu
dibersihkan dengan antiseptic
3) Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan sungkup
asap
4) Intensitas pencahayaan duipayakan tidak kurang dari 200 lux.

b. Peralatan Masak
Peralatan masak adalah semua perlengkapan yang diperlukan dalam
proses pengolahan makanan.
1) Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat beracun kepada makanan.
2) Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor.
3) Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam/basa atau garam-garam
yang lazin dijumpai dalam makanan.
4) Peralatan agar dicuci segera sesudah digunakan, selanjutnya
didesinfeksi dan dikeringkan.
5) Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam keadaan kering dan
disimpan pada rak terlindung dari vector.
c. Penjamah Makanan
1) Harus sehat dan bebas dari penyakit menular.
2) Secara berkala minimal 2 kali setahun diperiksa kesehatannya oleh
dokter yang berwenang.
3) Harus menggunakan pakaian kerja dan perlengkapan pelindung
pengolahan makanan dapur.
d. Pengangkutan Makanan
Makanan yang telah siap santap perlu diperhatikan dalam cara
pengangkutannya, yaitu:
1) Makanan diangkut dengan menggunakan kereta dorong yang tertutup
dan bersih
2) Pengisisan kereta dorong tidak sampai penuh, agar masih tersedia
udara untuk ruang gerak.
3) Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur untuk
mengangkut bahan/barang kotor.
e. Penyajian Makanan
1) Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran dan
peralatan yang dipakai harus bersih.
2) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan tertutup.

8
3) Makanan jadi yang disajkan dalam keadaan hangat ditempatkan pada
fasilitas penghangat makanan dengan suhu minimlah 60C dan 4C
untuk makanan daging.
4) Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat dan perbaikan
bersih.
5) Makanan jadi harus segera disajikan.
6) Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada
pasien.
5. Pengontrolan terhadap fasilitas untuk pengolahan makanan meliputi :
a. Pengontrolan sisten ventilasi
b. Pengontrolan fasilitas gizi seperti: ketersediaan tabung gas, pemeliharaan
kompor, dan fasilitas steril makanan
c. Pengontrolan lemari pendingin dan fasilitas pendukung lainnya.
6. Pengawasan hygiene dan sanitasi makanan minuman dilakukan secara Inernal
dan Eksternal meliputi:
a. Inernal
Pemeriksaan parameter mikrobiologi yang dilakukan dengan cara
pengambilan sampel makanan dan minuman yang menangdung protein
inggi, makanan siap santap, air bersih alat makanan dan alat masak serta
usap dubur (rectal sweb). (Jadwal pemeriksaan mikrobiologi terlampir).
Serta melakukan monitoring secara rutin terhadap fasilitas peralatan,
proses pengolahan dan hygine personal tenaga penjamah makanan di RSU
Puri Raharja.
b. Eksternal
Dengan melakukan uji petik yang dilakukan oleh Petugas Saniasi Dinas
Kesehaan Provinsi dan Kabupaten/Kota secara insidenil atau mendadak
untuk menilai kualitas pengelolaan makanan dan minuman di Rumah
Sakit.

C. Penyehatan Air
Air minum adalah air yang melalui proses pengelolaan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Sumber

9
penyediaan air minum dan untuk keperluan rumah sakit berasal dari sumur kali dan
juga PDAM.
1. Persyaratan
a. Kualitas Air Minum
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/Menkes/ SK/VIII/2002 tentang syarat syarat dan pengawasan
kualitas air minum.
b. Kualitas air yang digunakan di ruang khusus
1) Ruang operasi
Bagi rumah sakit yang menggunakan air yang sudah diolah seperti dari
PDAM, sumur bor, dan sumber lain untuk keperluan operasi dapat
melakukan pengolahan tambahan dengan catridge filter dan dilengkapi
dengan disinfeksi menggunakan ultra violet (UV).
2) Ruang farmasi dan hemodialisis
Air yang digunakan di ruang farmasi terdiri dari air yang dimurnikan
untuk penyiapan obat, penyiapan injeksi, dan pengenceran dan
hemodialisis.
c. Tata laksana
1) Kegiatan pengawasan kualitas air dengan pendekatan surveilans
kualitas air antara lain meliputim:
Inspeksi santasi terhadap sarana air minum dan air bersih
Pengambilan, pengiriman, dan pemeriksaan sampel air
Melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi pemeriksaan
laboratorium
Tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan kualitas air

2) Melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih rumah
sakit dilaksanakan minimal 1 tahun sekali. Petunjuk teknis inspeksi
sanitasi sarana penyediaan air sesuai dengan petunjuk yang
dikeluarkan Direktorat Jenderal PPM dan PL, Departemen Kesehatan.
3) Pengambilan sampel pada sarana penyediaan air minum dan/atau air bersih
rumah sakit tercantum dalam table berikut :

10
Jumlah Tempat Jumlah Minimum Sampel Air Perbulan
Tidur untuk Pemeriksaan Mikrobiologik
Air Minum Air Bersih
25 100 4 4
101 400 6 6
401 1000 8 8
>1000 10 10
(Gambar: tabel sampel untuk pemeriksaaan mikrobiologik menurut jumlah tempat tidur).
4) Pemeriksaan kimia air minum dan/atau air bersih dilakukan minimal 2
(dua) kali setahun (sekali pada musim kemarau dan sekali pada musim
hujan) dan titik pengambilan sampel masing-masing pada tempat
penampungan (reservoir) dan keran terjauh dari reservoir.
5) Titik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologik
terutama pada kran dari ruang dapur, ruang operasi, kamar bersalin,
kamar bayi, dan ruang makan, tempat penampungan (reservoir), secara
acak pada kran-kran sepanjang sistem distribusi, pada sumber air, dan
titik titik lain yang rawan pencemaran.
6) Sampel air dikirim dan diperiksa pada laboratorium yang berwenang
atau ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atau Pemerintah Daerah.
7) Pengambilan dan pengiriman sampel air dapat dilaksanakan sendiri
oleh pihak rumah sakit atau pihak ketiga yang direkomendasikan oleh
Dinas Kesehatan.
8) Setiap 24 jam sekali melakukan pemeriksaan sisa klor, Ph dan
kekeruhan air minum dan air bersih yang berasal dari sistem perpipaan
dan/atau pengelolaan air pada titik/tempat yang dicurigai rawan
pencemaran.
9) Melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi dan pemeriksaan
laboratorium.
10) Melakukan pengelolaan lebih lanjut jika terdapat parameter yang
menyimpang dari standar.
11) Dilakukan perbaikan sarana pengelolaan air jika terjadi tingkat resiko
tinggi pencemaran air.

D. Pengelolaan Limbah

11
Pengelolaan limbah adalah rangkaian kegiatan mengelola limbah yang
dimulai dari tahap pewadahan, pemilahan, pengumpulan, pengangkuan dan
pengolahan. Pengelolaan ini dimaksudkan agar limbah tidak mencemari lingkungan .
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiaan rumah
sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas. Limbah padat rumah sakit adalah semua
limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang
terdiri dari limbah medis padat dan non-medis. Limbah medis padat adalah limbah
padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah
farmasi, limba sitotoksik, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer
bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. Limbah padat
non- medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di luar
medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman, dan halaman yang dapat
dimanfaakan kembali apabila ada teknologinya. Limbah cair adalah semua air
buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan
mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioakif yang berbahaya
bagi kesehatan. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme
patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam
jumlah dan virulensi yang cukup unuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
Limbah siotoksik adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan
pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan
untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup. Pengelolaan limbah di
RSU Puri Raharja berdasarkan jenis dan sifat dari limbah. Limbah yang di hasilkan di
RSPR digolongkan menjadi 3 yaitu:
a. Limbah Medis Padat
b. Limbah Padat Non-Medis
c. Limbah Cair
1. Pengelolaan Limbah Medis Padat
Limbah Medis Padat yang dihasilkan di RSU Puri Raharja tediri dari :
a. Limbah Infeksius
b. Limbah benda tajam
c. Limbah farmasi
d. Limbah sitotoksis
e. Limbah kimiawi

12
Limbah medis padat dihasilkan dari sisa akifias medis yang dilaksanakan di
seluruh unit pelayanan kesehatan di RSU Puri Raharja. Pengelolaan limbah medis
dilaksanakan melalui beberapa proses yaitu Minimisasi limbah, pemilahan,
pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan.
1) Minimisasi Limbah
(a) Menyeleksi bahan bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum
membelinya.
(b) Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia
(c) Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara kimiawi
(d) Mencegah bahan bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam
kegiatan perawatan dan kebersihan
(e) Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi
limbah bahan berbahaya dan beracun
(f) Memesan bahan bahan sesuai kebutuhan
(g) Menggunakan bahan bahan yang diproduksi lebih awal untuk
menghindari kadaluarsa
(h) Menghabiskan bahan dari setiap kemasan
(i) Mengecek tanggal kadaluarsa bahan bahan pada saat diantar oleh
distributor.
2) Pemilahan dan Pewadahan
Pemilahan limbah medis dilaksanakan pada tiap unit penghasil limbah.
Pemilahan dilakukan untuk jenis limbah infeksius, non infeksius dan limbah
benda tajam. limbah infeksius di tampung menggunakan bak sampah yang
dialasi plasik warna kuning, limbah non infeksius dengan bak sampah yang
dialasi plastik warna hitam, limbah sitotoksis diletakkan pada trempat sampah
dengan lebel warna ungu khusus limbah kemoterapi, limbah farmasi
ditampung dalam tempat sampah dengan lebel warna coklat dan pewadahan
limbah jarum dan syringes dipisahkan di dalam safe box tanpa memperhatikan
terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk, dan
tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak
mudah membukanya. Wadah limbah medis ditempatkan di ruang tindakan
medis dan juga troli perawat.
3) Pengumpulan dan Pengangkutan

13
Kegiatan pengumpulan dan pengangkutan limbah dilaksanakan mulai
dari pengumpulan rutin limbah yang dilakukan oleh tenaga cleaning servis
setiap pagi (1 x 24 jam). Limbah pada tiap unit dikumpulkan dan disimpan
pada tempat penampungan sementara limbah b3. RSU Puri Raharja
bekerjasama dengan pihak ke 3 dalam proses pengangkutan dan pemusnahan
limbah medis padat dan juga limbah kimia. Secara berkala setiap 1 minggu
sekali petugas mengangkut limbah yang telah dikumpulkan pada
penampungan sementara limbah b3.

2. Limbah Padat Non-Medis


a. Pemilahan dan Pewadahan
Kegiatan pemilahan dan pewadahan limbah non medis padat telah
dilakukan di RSU Puri Raharja. Pemilahan disini dilakukan untuk limbah non
medis padat dengan kategori limbah organik dan anorganik. Limbah
anorganik terdiri atas kertas bekas, plasik bekas, botol bekas dan kaleng bekas
minuman. Dan limbah organik terdiri atas sampah daun, kulit buah, sisa
makanan. Pewadahan limbah organik berwarna hijau sedangkan limbah
anorganik berwarna kuning dan biru.
b. Pengumpulan, Penyimpanan, dan Pengangkutan
Kegiatan pengumpulan dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi
hari dan sore hari. Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebun dengan
menggunakan troli pengumpul bak sampah yang ada di koridor-koridor
ruangan. Limbah non medis padat yang telah terkumpul di gerobak sampah
kemudian diangkut ke TPS untuk disimpan sementara.
c. Pengolahan dan Pemusnahan
Kegiaaan pengolahan limbah non medis padat di RSU Puri Raharja
masih dalam tahap perencanaan. Tahapan perencanaan meliputi kegiatan 3 R
(Reuse, Reduce, Recycle).

14
1) Recyle : Kegiatan pengolahan ini berupa pembuatan kompos
organik dari limbah organik seperi sisa limbah dapur dan pertamanan.
2) Reuse : Kegiatan pengolahan ini berupa penggunaan kembali
limbah anorganik yang bisa dimanfaakan kembali. Seperti kaleng bekas,
dan juga kaleng bekas yang bisa di daur ulang sebagai tempa pembibitan
tanaman di rumah sakit.
3) Reduce : kegiatan pengolahan ini berupa pengurangan limbah
non medis dengan cara mengumpulkan sampah plastik dan kertas untuk
dijual kembali ke para pengepul pendaur ulang sampah.

3. Pengelolaan Limbah Cair


Pemantauan pengelolaan libah cair dilakukan pada Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) di Rumah Sakit Umum Puri Raharja setiap harinya dimulai
dari pemantauan kebersihan bak HGF dan kolam indikator agar terbebas dari
sampah sehingga tidak akan mengganggu aliran air limbah. Limbah rumah sakit
bisa mengandung bermacam- macam mikroorganisme tergantung pada jenis
rumah sakit tingkat pengelolahan yang dilakukan sebelum di buang (pree
treatmen) dan jenis sarana yang ada. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah
lain akan mengandung bahan bahan organic dan anorganik, yang tingkat
kandungannya dapat ditentukan dengan uji kualitas kimia air limbah pada
umumnya seperti BOD, COD,TSS dan lain lain . Kandungan kimia air limbah
harus dimonitor untuk menila hasil kerja unit pengolahan air limbah (IPAL).
Secara berkala melakukan pencucian batu pada bak HGF setiap 6 bulan
sekali, pengurasan septic tank setiap 6 bulan sekali serta pengurasan bak indikator
seiap 1 bulan sekali. Melakukan pemantauan kualias akhir limbah dengan cara uji
laboratorium kimia limbah setiap 1 bulan sekali dan uji bakteriologis limbah
setiap 6 bulan sekali yang dilakukan oleh UPT Balai Laboratorium Kesehatan
Provinsi Bali.
Program pencatatan debit air limbah di titik inlet dan outlet, pengukuran
pH dan suhu air masih menjadi rencana kedepan untuk penganggaran pembelian
alat flow meter, Ph meter dan alat ukur suhu air.

15
Limbah cair yang bersifat kimia di tampung dalam jiriken untuk
selanjunya di angkut dan di olah oleh pihak ke 3. Limbah cair ini dihasilkan dari
laboratorium RSU Puri Raharja.
4. Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah dapat dilakukan mulai dari sebagai berikut :
a. Identifikasi Limbah
1) Padat
2) Cair
3) Tajam
4) Infeksius
5) Non Infeksius

b. Pemisahan
1) Pemisahan dimulai dari awal penghasil limbah
2) Pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah
3) Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya
4) Limbah cair segera dubuang ke wastafel di spoelhok
c. Labeling
1) Limbah padat infeksius :
a) Plastik kantong kuning
b) Kantong warna lain tapi diikat tali warna kuning (jika tidak tersedia
plastik warna kuning)
2) Limbah padat non infeksius :
a) Plastik kantong warna hitam
3) Limbah benda tajam
a) Wadah tahan tusuk dan air (Shape Box)
d. Pemberian Label Biohazard atau sesuai Jenis Limbah
e. Packing
1) Tempatkan dalam wadah limbah tertutup
2) Tutup mudah dibuka, sebaiknya bisa dengan menggunakan kaki
3) Container dalam keadaan bersih
4) Container terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat
5) Tempatkan setiap container limbah pada jarak 10-20 meter
6) Ikat limbah jika sudah terisi penuh
7) Container limbah harus dicuci setiap hari.
f. Penyimpanan
1) Simpan limbah di tempat penampungan sementara khusus
2) Tempatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat dengan kuat
3) Beri label pada kantong plastik limbah
4) Setiap hari limbah diangkat dari tempat penampungan sementara
5) Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus

16
6) Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup
7) Tidak boleh ada yang tercecer
8) Sebaiknya lift pengangkut limbah berbeda denga lift pasien
9) Gunakan alat pelindung diri ketika menangani limbah

g. Pengangkutan
1) Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus
2) Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup
3) Tidak boleh ada yang tercecer
4) Gunakan alat pelindung diri ketika menangani limbah
h. Treatment
1) Limbah infeksius dimusnahkan oleh pihak ke 3
2) Limbah non infeksius dibawa ke tempat pembuangan limbah umum
3) Limbah benda tajam dimusnahkan oleh pihak ke 3
4) Limbah cair di buang melalui wastafel/ saluran pembuangan air limbah
menuju ke IPAL.
5) Limbah Faces, urine ke dalam Septic tank dan sisa air olahan berakhir di
IPAL.
i. Penanganan Limbah Benda Tajam
1) Jangan menekuk atau mematahkam benda tajam
2) Jangan meletakkan limbah benda tajam sembarang tempat
3) Segera buang limbah benda tajam ke container yang tersedia tahan tusuk
dan tahan air dan tidak bisa di buka lagi.
4) Selalu buang sendiri oleh si pemakai
5) Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai
6) Kontainer benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan.
j. Penanganan Limbah Pecahan Kaca
1) Gunakan sarung tangan rumah tangga
2) Gunakan kertas karton untuk mengumpulkan pecahan benda tajam
tersebut, kemudian bungkus dengan kertas
3) Masukkan dalam container tahan tusukan dan beri label
5. Pembuangan Limbah Terkontaminasi
Pembuangan limbah kontaminasi yang benar meliputi :
a. Menuangkan cairan atau limbah basah ke sistem pembuangan kotoran
tertutup.
b. Insinerasi (pembakaran) untuk menghancurkan bahan-bahan sekaligus
mikroorganismenya. Ini merupakan metode terbaik untuk pembuangan limbah
terkontaminasi. Pembakaran juga akan mengurangi volume limbah dan
memastikan bahwa bahan-bahan tersebut tidak kan dijarah atau dipakai ulang.

17
Bagaimanapun juga pembakaran akan dapat mengeluarkan kimia beracun ke
udara.
c. Mengubur limbah terkontaminasi agar tidak disentuh lagi.
6. Cara Penanganan Limbah Terkontaminasi
a. Untuk limbah terkontaminasi, pakailah wadah plastik atau disepuh logam
dengan tutup yang rapat. Sekarang, kantong-kantong plastik yang berwarna
digunakan untuk membedakan limbah umum (yang tidak terkontaminasi
dengan yang terkontaminasi) pada sebagian besar fasilitas kesehatan.
b. Gunakan wadah tahan tembus untuk pembuangan semua benda-benda tajam.
(benda-benda tajam yang tidak akan digunakan kembali).
c. Tempatkan wadah limbah dekat dengan lokasi terjadinya limbah itu dan
mudah dicapai oleh pemakai (mengangkat-angkat limbah kemana-mana
meningkatkan risiko infeksi pada pembawanya). Terutama penting sekali
terhadap benda tajam yang membawa risiko besar kecelakaan perlukaan pada
petugas kesehatan dan staf.
d. Peralatan yang dipakai untuk mengumpulkan dan mengangkut limbah tidak
boleh dipakai untuk keperluan lain di klinik atau rumah sakit (sebaiknya
menandai wadah limbah terkontaminasi).
e. Cuci semua wadah limbah dengan larutan pembersih disinfektan (larutan
klorin 0,5% + sabun) dan bilas teratur dengan air.
f. Jika mungkin, gunakan wadah terpisah untuk limbah yang akan dibakar dan
yang tidak akan dibakar sebelum dibuang. Langkah ini akan menghindarkan
petugas dari memisahkan limbah dengan tangan kemudian.
g. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) ketika menangani limbah (misalnya
sarung tangan utilitas dan sepatu pelindung tertutup).
h. Cuci tangan atau gunakan penggosok tangan antiseptic berbahan dasar alkohol
tanpa air setelah melepaskan sarung tangan apabila menangani limbah.

7. Cara Penanganan Benda-Benda Tajam


Benda-benda tajam sekali pakai (jarum suntik, jarum jahit, silet, pisau
skalpel) memerlukan penanganan khusus karena benda-benda ini dapat melukai
petugas kesehatan dan juga masyarakat sekitarnya jika limbah ini dibuang di
tempat pembuangan limbah umum.
Enkapsulasi : dianjurkan sebagai cara termudah membuang benda-benda
tajam. benda tajam dikumpulkan dalam wadah tahan tusukan dan antibocor.

18
Sesudah penuh, bahan seperti semen, pasir, atau bubuk plastik dimasukkan
dalam wadah sampai penuh. Sesudah bahan-bahan menjadi padat dan kering,
wadah ditutup, disebarkan pada tanah rendah, ditimbun dan dikuburkan. Bahan-
bahan sisa kimia dapat dimasukkan bersama dengan benda-benda tajam
(WHO,1999).
Insinerasi : adalah proses dengan suhu tinggi untuk mengurangi isi dan
berat limbah. Proses ini biasanya dipilih untuk menangani limbah yang tidak
dapat didaur ulang, dipakai lagi, atau dibuang ke tempat pembuangan limbah atau
tempat kebersihan perataan tanah.
Pembakaran Terbuka : Tidak dianjurkan karena berbahaya, batas
pandangan tidak jelas, dan angin dapat menyebarkan limbah ke sekitarnya. Jika
pembakaran terbuka harus dikerjakan, lakukanlah pada tempat tertentu dan
terbatas, pindahkan limbah ke tempat tersebut hanya segera sebelum dibakar dan
biarkanterbakar sehingga surut. Pada fasilitas kesehatan dengan sumberdaya
terbatas dan incinerator bersuhu tinggi tidak tersedia, maka limbah dapat
diinsinerasi dalam incinerator tong. Incinerator tong merupakan jenis incinerator
kamar tunggal. Dapat dibuat dengan murah, dan lebih baik dari pada pembakaran
Limbah Rumah
terbuka.
Sakit
Mengubur Limbah : Di fasilitas kesehatan dengan sumber terbatas,
penguburan limbah secara aman pada atau dekat fasilitas mungkin merupakan
Berbahaya Tidak Berbahaya
satu-satunya alternatif untuk pembuangan limbah. Caranya : buat lobang sedalam
2,5 m, setiap tinggi limbah 75 cm ditutupi kapur tembok, kemudian diisi lagi
Hazard obat- limbah samppai
dengan Limbah
75 cmKlinik
ditutupi kapur tembok, Organik Anorganik
kemudian diisi lagi dengan
obatan sitotoksik, (Infeksius) (dapur,sampah)
limbah sampai 75 cm, kemudian dikubur.
bahan kimia,
bahan radioaktif Kompos
beracun. Dapat Lainnya
diolah

Dipasarka DKP
Tajam Tidak tajam
n

PT Triata
Limbah klinik dari Laboratorium
Perawatan pasien
19

PT Triata
(Gambar: Klasifikasi Limbah Rumah Sakit Umum Puri Raharja dan Metode Penanganannya.)

E. Pengelolaan Tempat Pencucian Linen (Laundry)


Laundry rumah sakit adalah tempat pegelolaan linen yang dilengkapi dengan
sarana penunjang berupa mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler),
pengering, meja dan meja setrika. Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar
dari proses tidak mengandung 6 x 103 spora spesies bacilus per inci persegi.
Tata laksana pengelolaan linen :
1. Di tempat laundry tersedia kran air bersih dengan kualitas dan tekanan aliran
yang memadai, air panas untuk disinfeksi dan tersedia disinfektan.
2. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan saluran
pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis

20
jenis linen yang tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis jenis linen
yang berbeda.
3. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius dan non
infeksius
4. Laundry dilengkapi saluran air limbah tertutup yang dilengkapi dengan
pengolahan awal (pre-treatment) sebelum dialirkan ke instalasi pengolahan air
limbah.
5. Laundry harus disediakan ruang ruang terpisah sesuai kegunaannya yaitu
ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk perlengkapan kebersihan,
ruang perlengkapan cuci, ruang kereta linen, kamar mandi dan ruang peniris
atau pengering untuk alat alat termasuk linen.
Untuk pengelolaan linen di RSU Puri Raharja tidak melakukan proses
pencucian di rumah sakit melainkan bekerjasama dengan pihak ke tiga untuk
pengelola linen rumah sakit. Namu tetap memerlukan perlakuan yang tepat
terhadap linen untuk bisa sampai di pihak ke tiga. Berikut ini alur pengelolaan
linen yang dilaksanakan di RSU Puri Raharja:
Infeksius

Di Angkut Oleh
Linen Kotor Yang
Petugas Laundry
Dipakai Pasien
Non Infeksius

Di Pilah dan Di
Hitung

Di Kirim Ke
Rekanan

Linen Bersih Linen Non Steril

Gudang Menuju CSSD


Penyimpanan Untuk di Steril

21

Distribusi Ke Distribusi
Seluruh Unit RS
(Gambar : Alur Pengelolaan Linen di RSU Puri Raharja)
Proses pengelolaan linen melibatkan seluruh unit di ruangan. Proses tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pengumpulan
1) Pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius dimulai dari
sumber dan memasukkan linen ke dalam kantong plastik sesuai
jenisnya serta diberi label. Proses ini dilakukan oleh tenaga perawat
dan juga CS (Cleaning Servis) dan linen diletakkan di (spoel hock).
b. Pengangkutan
Petugas laundry mengangkut linen untuk segera di kirim oleh rekanan

c. Pencatatan dan Penghitungan


1) Mencatat linen yang diterima dan telah terpisah antara infeksius dan
non- infeksius
2) Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya
3) Linen Infeksius tidak dibuka dan di hitung lagi
4) Pencatatan dan penghitungan dilakukan di unit laundry dan
dilaksanakan oleh petugas laundry.
d. Penyimpanan Linen Bersih
1) Linen harus dipisahkan sesuai jenisnya
2) Linen baru yang diterima ditempatkan di lemari bagian bawah.
3) Pintu lemari selalu tertutup
e. Pengangkutan ke Semua Unit
1) Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan
kantong yang digunakan untuk membungkus linen kotor.

22
2) Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara linen
bersih dan linen kotor. Kereta dorong harus dicuci dengan disinfektan
setelah digunakan mengangkut linen kotor.
3) Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh dilakukan
bersamaan.
4) Linen bersih diangkut dengan kereta dorong yang berbeda warna.
5) Pengangkutan dari dan ke tempat laundry rekanan, menggunakan
mobil khusus pengangkutan linen yang tertutup dan sesuai standart.
Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen harus menggunakan
pakaian kerja khusus, alat pelindung diri dan dilakukan pemeriksaan kesehatan secara
berkala, serta dianjurkan memperoleh imunisasi hepatitis B.

F. Pengendalian Serangga, Tikus, dan Binatang Penganggu Lainnya.


Pengendalian serangga, tikus dan binatang penganggu lainnya adalah upaya
untuk mengurangi populasi seranga, tikus,dan binaang pengangu lainnya sehingga
keberadaannya tidak menjadi vector penularan penyakit. Tata laksana Pengendalian
vector di RSU Puri Raharja adalah sebagai berikut :
1. Upaya Surveilans yang dilakukan oleh petugas sanitasi untuk mengetahui ada
atau tidaknya vector pembawa bibit penyakit seperti (nyamuk, kecoa, tikus,
lalat, anjing dan kucing) di tempat-tempat yang potensial sebagai tempat
perindukan vector tersebut. Kegiatan surveilans ini dilaksanakan setiap 1
(satu) minggu sekali.
2. Upaya pencegahan
a. Nyamuk : Melakukan pembersihan sarang nyamuk (PSN) dengan prinsip
(3M). memastikan tidak terdapat genangan air yang menjadi tempat
perindukan nyamuk, memberihkan tanaman sekitar rumah sakit secara
berkala yang menjadi tempat perindukan. (Kegiatan, dibantu oleh
jumantik Puskesmas denpasar utara 1).
b. Kecoa: Melakukan pengelolaan sampah sehingga tidak menjadi tempat
perindukan kecoa, serta menyimpan bahan makanan dan makanan siap
saji pada tempat yang tertutup.

23
c. Tikus : Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang-lubang di dinding,
plafon, pintu dan jendela, melakukan pengelolaan sampah yang memenuhi
syarat kesehaan sehingga lingkungan tetap bersih dan sehat.
3. Pemberantasan
a. Nyamuk : Dengan cara pemberian bubuk abate pada tempat perindukan
serta jika ada kasus demam berdarah yang tertular di rumah saki, maka
akan dilaksanakan pengasapan (fogging) di rumah saki.
b. Kecoa : membunuh kecoa dengan cara membersihkan telur yang
menempel pada perindukan, menyemprot kecoa denan cairan kimia.
c. Tikus: Pemasangan perangkap tikus pada lokasi-lokasi yang biasa di
lewati tikus.

G. Desinfeksi dan Sterilisasi


Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan atau menghilangkan
kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralaan, bahan, dan ruang melalui
disinfeksi dan sterilisasi dengan cara fisik dan kimia. Disinfeksi adalah upaya untuk
mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme pathogen penyebab
penyakit (tidak termasuk spora) dengan cara fisik dan kimiawi. Sterilisasi adalah
upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme dengan cara fisik dan kimia.
Program disinfeksi di RSU Puri Raharja telah berjalan dan di awasi oleh
masin-masing unit. Disinfeksi pada ruang operasi dilaksanakan setiap hari meliputi
pembersihan lantai, alat operasi, bed operasi, dinding dan seluruh bagian ruangan
dengan mengunkaan cairan pembersih yang mengandung disinfektan (klorin, teralin,
anios). Disinfeksi dan terilisasi instrument dan alat medis dilaksankan oleh tenaga
CSSD (sebagai petugas khusus steril alat medis). Sterilisasi dilaksanakan dengan
menggunakan metode panas kering.
Pada ruang perawatan pasien dilaksanakan disinfeksi setiap kamar kosong
(bongkaran) sebelum kamar ditempati kembali oleh pasien baru.

24
Dilaksanakan uji laboratorium kualitas lingkunan dan unuk mengetahui bebas dari
mikroorganisme hidup yang dilaksankan pada ruang operasi, ICU, UGD, VK, dan
ruang perawatan pasien (jadwal pemeriksaan terlampir).
Untuk program kedepan akan diterapkan kebijakan pembersihan pada tiap
unit menggunakan alat-ala kebersihan yang khusus dan terstandar serta dilengkapi
dengan lebel ruangan, sehingga peralattan tidak akan tertukar pada masing-masing
unit. Hal ini diharapkan dapat mencipakan kondisi ruangan yang bebas
mikroorganisme pembawa penyakit.

H. Upaya Promosi Kesehatan Dari Aspek Kesehaan Linkungan.


Promosi hygiene dan sanitasi adalah penyampaian pesan tenang hygiene dan
sanitasi rumah sakit kepada pasien/keluarga pasien dan pengunjung, karyawan
terutama karyawan baru serta masyarakat sekitar agar mengetahui, memahami,
menyadari,dan mau membiasakan diri berprilaku hidup berih dan sehat (PHBS) serta
dapat memanfaatkan fasilitas sanitasi rumah sakit dengan benar. Promosi kesehatan
lingkungan adalah penyampaian pesan yang berkaitan dengan PHBS yang sasarannya
ditujukan kepada karyawan.
Promosi hygiene dan sanitasi dapat dilaksanakan dengan mnggunakan cara
langsung , media cetak, maupun media elektronik.
a. Secara langsung : konseling, diskusi, ceramah, demonstrasi, partisipatiff,
pameran, melalui pengeras suara, dan lain lain.
b. Media cetak : penyebaran, pemasangan poster, gambar, spanduk, tata tertib,
pengumuman secara tertulis, pemasangan petunjuk.
c. Media elektronik : radio, televise (tellevisi khusus lingkungan rumah sakit),
Eye catcher.
Pelaksana promosi hygiene dan sanitasi supaya dilakukan oleh seluruh
karyawan rumah sakit dibawah koordinasi tenaga/unit organisasi penanggung jawab
penyelenggara kesehatan lingkungan rumah sakit yang menangani promosi kesehatan
lingkungan rumah sakit. Sarana promosi hygiene dan sanitasi adalah pasien/keluarga
pasien, pengunjung, karyawan rumah sakit, serta masyarakat sekitarnya. Pesan
promosi hygiene dan sanitasi hendaknya disesuaikan dengan sasaran. Pesan promosi

25
kesehatan lingkungan untuk karyawan berisi hubungan fasilitas sanitasi denan
kesehatan, syarat syarat fasilitas sanitasi, pentingnya
pengadaan/pemeliharaan/pembersihan fasilitas sanitasi , pentingnya member contoh
terhadap pasien/keluarga pasien dan pengunjung tentang pemanfaatan fasilitas
sanitasi serta fasilitas kesehatan lainnya dengan benar. Pesan promosi kesehatan
lingkungan untuk pasien, keluarga pasien, pengunjung, dan masyarakat disekitarnya
berisi tentang cara cara dan pentingnya membiasakan diri hidup bersih dan sehat,
memanfaatkan fasilitas sanitasi dan fasilitas kesehatan lainnya dengan benar. Materi
promosi kesehatan sangat penting diketahui oleh seluruh karyawan rumah sakit,
untuk itu dapat disampaikan pada waktu orientasi karyawan baru atau pada
pertemuan secara berkala.
Dalam melaksanakan program promosi kesehatan petugas sanitasi di bantu
oleh PPI sebagai tip pengendali infeksi rumah sakit. Program promosi kesehatan yang
telah berjalan yaitu:
1. Promosi kesehehatan 6 langkah cuci tangan yang dilaksankan secara langsung
lewat pelaksaan diklat (pelatihan pengetahuan pegawai), media ceak seperti
poster dan arahan yang berbentuk tulisan.
2. Promosi kesehatan area bebas rokok, pencegahan demam berdarah,
pengunaan APD, menangani tumpahan mercury, penggunaan alat pemadam
kebakaran (APAR), Kesehatan dan keselamatan kerja. Yang dilaksankan
secara langsung lewa demonstrasi, sosialisasi dan dengan mengunakan media
cetak (poster).
3. Promosi kesehaan juga dilaksankan pada waktu orienasi karyawan baru yang
dilaksankan dengan cara langsung lewat sisoalisasi dan juga demonstrasi.

26
BAB V
LOGISTIK

Pengadaan barang yang dimulai dari proses perencanaan kebutuhan dimasing


masing ruangan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang,
untuk pengadaan barang di masing-masing ruangan diajukan kebidang pelayanan.

27
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Upaya kesehatan kerja menurut UU No 23 tentang kesehatan khususnya pasal


23 tentang kesehatan kerja, menyatakan bahwa kesehatan kerja harus diselenggarakan
disemua tempat kerja, khususnya ditempat kerja yang mempunyai risiko bahaya
kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan lebih dari sepuluh.
Pekerja yang berada disaran kesehatan sangat bervariasi baik jenis maupun
jumlahnya, sesuai dengan fungsi sarana kesehatan tersebut, semua pekerja dirumah
sakit dalam melaksanakan tugasnya selalu berhubungan dengan bahaya potensial
yang bila tidak ditanggulangi dengan baik dan benar dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap keselamatan dan kesehatannya, yang pada akhirnya akan
menurunkan produktivitas kerja. Pada hakikatnya kesehatan kerja merupakan
penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja, bila bahaya
dilingkungan kerja tidak diantisipasi dengan baik akan menjadi beban tambahan bagi
pekerjanya. Khusus untuk petugas rumah sakit diinstalasi pencucian menerima
ancaman kerja potensial dari lingkungan bila keselamatan kerja tidak diperhatikan
dengan tepat.

28
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari
ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49
tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara
berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan
yang memadai.

Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan


kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya
kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara
potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks
bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum
ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tato, tindik, dll).

Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui


tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa
menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor
sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat
menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat
dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.

Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat


keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa
melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran
infeksi dikenal melalui Kewaspadaan Umum atau Universal Precaution
yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman
bagi Petugas Kesehatan.

Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan


kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus

29
tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan
wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit
agar dapat bekerja maksimal.

B. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
Universal Precaution.

C. Tindakan yang beresiko terpajan


a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
d. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan
kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan
sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan
pokok yaitu :

a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang


b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

30
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat .Oleh karena itu rumah sakit dituntut
untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah
ditentukan. Untuk mencegah atau mengurangi terjadi infeksinosokomial dan
menjamin mutu pelayanan di laundry, perlu diperhatikan :

1. Petugas
- Bekerja sesuai dengan standar operasional prosedur untuk pelayanan linen
- Memperhatikan tehnik aseptic dan antiseptic
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan
- Bila sakit segera berobat.
2. Alat-alat
- Perhatikan kebersihan alat-alat laundry, troly untuk tranpormasi linen
- Penyimpanan linen yang benar dan perhatikan batas waktu penyimpanan
- Linen yang rusak segera diganti
3. Ruangan atau lingkungan
- tersedia air yang mengalir untuk cuci tangan
- penerangan cukup
- ventilasi atau sirkulasi udara baik
- perhatikan kebersihan dan kelembaban mangan
- pembersihan ruangan secara berkala
- lantai kering dan bersih.
Pengelolaan linen yang benar dan baik di ruangan maupun di laundry dapat
memutus mata rantai transmisi kuman, menghasilkan linen yang higienis dan siap
pakai dapat memuaskan pelanggan maupun pasien ,sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayanan di rumah sakit.

BAB IX
PENUTUP

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen


menjadi tantangan yang harus diantisipasi para praktisi pelayanan kesehatan. Selain
itu kita dituntut memberikan pelayanan yang professional dengan diberlakukanya
undang-undang tentang praktek kedokteran yang ditujukan bagi kepastian hukum
baik bagi penerima pelayanan kesehatan maupun pemberi pelayanan kesehatan.

31
Kejadian infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat atau timbul pada
waktu pasien dirawat di rumah sakit. Bagi pasien dirumah sakit infeksi nosokomial
merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak
langsung kematian pasien. Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin tidak
menyebabkan kematian pasien namun menyebabkan pasien dirawat lebih lama
dirumah sakit. Ini berarti pasien membayar lebih mahal dan dalam kondisi tidak
produktif, disamping juga pihak rumah sakit akan mengeluarkan biaya lebih besar.
Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit merupakan suatu kegiatan yang
sangat penting dan salah satu factor yang mendukung untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dan erat kaitannya dengan citra rumah sakit. Oleh sebab itu pencegahan
dan pengendalian infeksi perlu diperhatikan. Salah satu upaya untuk menekan
kejadian infeksi nosokomial adalah dengan memberikan pelayanan penyediaan linen
yang memadai. Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman
dilingkungan pelayanan linen menjadi tanggung jawab petugas pelayanan linen
setelah dilakukan pembekalan terhadap bahaya yang mungkin terjadi dilingkungan
pusat sterilisasi. Pada dasarnya kecelakaan dapat dihindari dengan mengetahui
potensi bahaya yang dapat ditimbulkan. Dengan memperhatikan secara seksama dan
melatih tehnik teknik bekerja secara aman resiko terjadinya kecelakaan kerja dapat
diturunkan secara signifikan.

32

Anda mungkin juga menyukai