PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat setinggi tingginya serta
terwujudnya kelestarian lingkungan.
B. Tujuan Pedoman
1) Tujuan Umum
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan kerja institusi pengelola sanitasi
rumah sakit dalam menyelenggarakan program sanitasi untuk mendukung
pelayanan prima di RSU Puri Raharja.
2) Tujuan Khusus
Sebagai pedoman dalam melaksanakan program :
a. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit
b. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
c. Penyehatan air
d. Pengelolaan limbah
e. Pengelolaan tempat pencucian linen (Lundry)
f. Pengendalian serangga, tikus dan binatang penganggu lainnya
g. Disinfeksi dan sterilisasi
h. Promosi kesehatan dari aspek kesehatan lingkungan
2
pemantauan kepatuhan penggunaan APD dan ketepatan 6 langkah mencuci
tangan.
6. Pengendalian serangga tikus dan binatang penganggu dengan cara kegiatan
monitoring yang di bantu oleh jumantik kota Denpasar. Kegiatan PSN.
7. Desinfeksi dan sterilisasi meliputi disinfeksi gedung dan juga ruanga
perawatan yang dilakukan oleh tenaga CS. Sterilisasi alat yang dialkukan oleh
petugas CSSD.
8. Promosi kesehatan dari aspek kesehatan lingkungan meliputi kegiatan
sosialisasi karyawan dan pemasangan poster terkait program sanitasi.
D. Batasan Operasional
Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup
perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, saniatsi dapur, sanitasi
laundry dan sebaginya.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Sampah
2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Udang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990 tentang Syarat dan
Pengawasan Kualias Air
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405 tahun 2001 tentang Kesehatan
Lingkungan Kerja dan Perkantoran
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan
BAB II
STANDART KETENAGAAN
3
Sumber daya manusia terdiri dari 1 oarang tenaga sanitasi, pendidikan DIII
Kesehatan Lingkungan.
B. Distribusi Ketenagaan
Tenaga sanitasi melakukan pemantauan pengelolaan sanitasi yang meliputi 8
bidang pengawasan serta evaluasi dan rekomendasi perbaikan.
C. Pengaturan Jaga
6 Hari kerja dengan waktu kerta 07.30 14.30.
BAB III
TATA LAKSANA
Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua ruangan/unit dan
halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan
kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan
rumah sakit. Berikut ini persyaratan lingkungan bangunan dan halaman rumah
sakit adalah sebagai berikut :
1. Kontruksi bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas,
dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang
atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.
4
2. Luas bahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan
keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan
dilengkapi dengan rambu parkir.
3. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan
intensitas cahaya yang cukup.
4. Lingkungan rumah sakit harus tidak berbau , tidak becek, atau tidak
terdapat genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau
tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan diseduaikan dengan
luas halaman.
5. Saluran air limbah domestic dan limbah medis harus tertutup dan
terpisah, masing masing dihubungkan langsung dengan instalasi
pengolahan limbah.
6. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat tempat tertentu
yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.
7. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam
keadaan bersih dan tersedia fasilitas secara kualitas dan kuantitas yang
memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan
sebagai tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang
pengerat, dan binatang penganggu lainnya. Berikut ini tata laksana
pemeliharaan ruang bangunan di rumah sakit :
a. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore hari.
b. Pembersihan lantai di ruangan perawatan pasien dilakukan setelah
pembenaha/merapikan tempat tidur pasien, jam makan, jam
kunjunga dokter, kunjungan keluarga, dan sewaktu waktu bila
mana diperlukan.
c. Cara cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus
dihindari.
d. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan
pembersih (pel) yang memenuhi syarat dan bahan antiseptik yang
tepat.
e. Pada masing masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel
tersendiri.
f. Pembersihan dindin dilakukan secara periodic minimal 2 (dua) kali
setahun dan di cat ulang apabila sudah kotor atau cat sudah pudar.
5
g. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus
segera dibersihkan dengan menggunakan antiseptic.
6
2. Memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan (Sanitasi).
3. Memelihara dan melakukan kebersihan dan pemeliharaan peralatan
Kegiatan pembersihan insalasi Gizi dilaksanakan oleh petugas clening servis 2
kali dalam sehari. Dalam proses pengolahan maupun penyajian makanan petugas
penjamah makanan tetap memperhatikan hygiene, atau upaya kesehatan berupa
kepatuhan mencuci tangan, mencuci piring (peralatan), membuang bagian makanan
yang rusak serta kepatuhan pengunaan APD sesuai dengan sandar yang ditetapkan
dalam Kepmenkes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004. Upaya saniasi meliputi
penyediaan air bersih untuk pengolahan makanan, penyediaan sarana sanitasi seperti
tempat sampah, wastafel, dan toilet.
Tata Cara Pelaksanaan pengelolaan hygiene sanitasi makanan dan minuman di
Rumah Sakit adalah :
1. Bahan Makanan dan Makanan Jadi
a. Pembelian bahan ditempat yang resmi dan berkualitas baik
b. Bahan makanan dan makanan jadi yang berasal dari instalasi Gizi atau
luar rumah sakit/jasaboga harus diperiksa secara fisik, dan laboratorium
minimal 1 bulan peraturan menteri kesehatan no. 715/Menkes/SK/V/2003
tentang Persyaratan Hygiene sanitasi jasaboga.
c. Makanan jadi yang dibawa oleh keluarga pasien dan berasal dari sumber
lain harus selalu diperiksa kondisi fisiknya sebelum dihidangkan.
d. Bahan makanan kemasan (terolah) mempunyai label dan merek serta
dalam keadaan baik.
2. Bahan Makanan Tambahan
Bahan makanan tambahan (bahan pewarna, pengawet, pemanis buatan) harus
sesuai dengan ketentuan.
3. Penyimpanan Bahan Makanan dan Makanan Jadi
Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam
keadaan bersih, terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan
hewan lainnya.
4. Pengolahan Makanan
Unsure unsure yang terkait dalam pengolahan makanan :
a. Tempat Pengolahan Makanan
1) Perlu disediakan tempat pengolahan makanan (dapur) sesuai dengan
persyaratan kontruksi, bangunan dan ruangan dapur
7
2) Sebelum dan sesudah kegiatan pengelolaan makanan selalu
dibersihkan dengan antiseptic
3) Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan sungkup
asap
4) Intensitas pencahayaan duipayakan tidak kurang dari 200 lux.
b. Peralatan Masak
Peralatan masak adalah semua perlengkapan yang diperlukan dalam
proses pengolahan makanan.
1) Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat beracun kepada makanan.
2) Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor.
3) Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam/basa atau garam-garam
yang lazin dijumpai dalam makanan.
4) Peralatan agar dicuci segera sesudah digunakan, selanjutnya
didesinfeksi dan dikeringkan.
5) Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam keadaan kering dan
disimpan pada rak terlindung dari vector.
c. Penjamah Makanan
1) Harus sehat dan bebas dari penyakit menular.
2) Secara berkala minimal 2 kali setahun diperiksa kesehatannya oleh
dokter yang berwenang.
3) Harus menggunakan pakaian kerja dan perlengkapan pelindung
pengolahan makanan dapur.
d. Pengangkutan Makanan
Makanan yang telah siap santap perlu diperhatikan dalam cara
pengangkutannya, yaitu:
1) Makanan diangkut dengan menggunakan kereta dorong yang tertutup
dan bersih
2) Pengisisan kereta dorong tidak sampai penuh, agar masih tersedia
udara untuk ruang gerak.
3) Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur untuk
mengangkut bahan/barang kotor.
e. Penyajian Makanan
1) Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran dan
peralatan yang dipakai harus bersih.
2) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan tertutup.
8
3) Makanan jadi yang disajkan dalam keadaan hangat ditempatkan pada
fasilitas penghangat makanan dengan suhu minimlah 60C dan 4C
untuk makanan daging.
4) Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat dan perbaikan
bersih.
5) Makanan jadi harus segera disajikan.
6) Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada
pasien.
5. Pengontrolan terhadap fasilitas untuk pengolahan makanan meliputi :
a. Pengontrolan sisten ventilasi
b. Pengontrolan fasilitas gizi seperti: ketersediaan tabung gas, pemeliharaan
kompor, dan fasilitas steril makanan
c. Pengontrolan lemari pendingin dan fasilitas pendukung lainnya.
6. Pengawasan hygiene dan sanitasi makanan minuman dilakukan secara Inernal
dan Eksternal meliputi:
a. Inernal
Pemeriksaan parameter mikrobiologi yang dilakukan dengan cara
pengambilan sampel makanan dan minuman yang menangdung protein
inggi, makanan siap santap, air bersih alat makanan dan alat masak serta
usap dubur (rectal sweb). (Jadwal pemeriksaan mikrobiologi terlampir).
Serta melakukan monitoring secara rutin terhadap fasilitas peralatan,
proses pengolahan dan hygine personal tenaga penjamah makanan di RSU
Puri Raharja.
b. Eksternal
Dengan melakukan uji petik yang dilakukan oleh Petugas Saniasi Dinas
Kesehaan Provinsi dan Kabupaten/Kota secara insidenil atau mendadak
untuk menilai kualitas pengelolaan makanan dan minuman di Rumah
Sakit.
C. Penyehatan Air
Air minum adalah air yang melalui proses pengelolaan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Sumber
9
penyediaan air minum dan untuk keperluan rumah sakit berasal dari sumur kali dan
juga PDAM.
1. Persyaratan
a. Kualitas Air Minum
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/Menkes/ SK/VIII/2002 tentang syarat syarat dan pengawasan
kualitas air minum.
b. Kualitas air yang digunakan di ruang khusus
1) Ruang operasi
Bagi rumah sakit yang menggunakan air yang sudah diolah seperti dari
PDAM, sumur bor, dan sumber lain untuk keperluan operasi dapat
melakukan pengolahan tambahan dengan catridge filter dan dilengkapi
dengan disinfeksi menggunakan ultra violet (UV).
2) Ruang farmasi dan hemodialisis
Air yang digunakan di ruang farmasi terdiri dari air yang dimurnikan
untuk penyiapan obat, penyiapan injeksi, dan pengenceran dan
hemodialisis.
c. Tata laksana
1) Kegiatan pengawasan kualitas air dengan pendekatan surveilans
kualitas air antara lain meliputim:
Inspeksi santasi terhadap sarana air minum dan air bersih
Pengambilan, pengiriman, dan pemeriksaan sampel air
Melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi pemeriksaan
laboratorium
Tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan kualitas air
2) Melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih rumah
sakit dilaksanakan minimal 1 tahun sekali. Petunjuk teknis inspeksi
sanitasi sarana penyediaan air sesuai dengan petunjuk yang
dikeluarkan Direktorat Jenderal PPM dan PL, Departemen Kesehatan.
3) Pengambilan sampel pada sarana penyediaan air minum dan/atau air bersih
rumah sakit tercantum dalam table berikut :
10
Jumlah Tempat Jumlah Minimum Sampel Air Perbulan
Tidur untuk Pemeriksaan Mikrobiologik
Air Minum Air Bersih
25 100 4 4
101 400 6 6
401 1000 8 8
>1000 10 10
(Gambar: tabel sampel untuk pemeriksaaan mikrobiologik menurut jumlah tempat tidur).
4) Pemeriksaan kimia air minum dan/atau air bersih dilakukan minimal 2
(dua) kali setahun (sekali pada musim kemarau dan sekali pada musim
hujan) dan titik pengambilan sampel masing-masing pada tempat
penampungan (reservoir) dan keran terjauh dari reservoir.
5) Titik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologik
terutama pada kran dari ruang dapur, ruang operasi, kamar bersalin,
kamar bayi, dan ruang makan, tempat penampungan (reservoir), secara
acak pada kran-kran sepanjang sistem distribusi, pada sumber air, dan
titik titik lain yang rawan pencemaran.
6) Sampel air dikirim dan diperiksa pada laboratorium yang berwenang
atau ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atau Pemerintah Daerah.
7) Pengambilan dan pengiriman sampel air dapat dilaksanakan sendiri
oleh pihak rumah sakit atau pihak ketiga yang direkomendasikan oleh
Dinas Kesehatan.
8) Setiap 24 jam sekali melakukan pemeriksaan sisa klor, Ph dan
kekeruhan air minum dan air bersih yang berasal dari sistem perpipaan
dan/atau pengelolaan air pada titik/tempat yang dicurigai rawan
pencemaran.
9) Melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi dan pemeriksaan
laboratorium.
10) Melakukan pengelolaan lebih lanjut jika terdapat parameter yang
menyimpang dari standar.
11) Dilakukan perbaikan sarana pengelolaan air jika terjadi tingkat resiko
tinggi pencemaran air.
D. Pengelolaan Limbah
11
Pengelolaan limbah adalah rangkaian kegiatan mengelola limbah yang
dimulai dari tahap pewadahan, pemilahan, pengumpulan, pengangkuan dan
pengolahan. Pengelolaan ini dimaksudkan agar limbah tidak mencemari lingkungan .
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiaan rumah
sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas. Limbah padat rumah sakit adalah semua
limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang
terdiri dari limbah medis padat dan non-medis. Limbah medis padat adalah limbah
padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah
farmasi, limba sitotoksik, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer
bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. Limbah padat
non- medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di luar
medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman, dan halaman yang dapat
dimanfaakan kembali apabila ada teknologinya. Limbah cair adalah semua air
buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan
mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioakif yang berbahaya
bagi kesehatan. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme
patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam
jumlah dan virulensi yang cukup unuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
Limbah siotoksik adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan
pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan
untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup. Pengelolaan limbah di
RSU Puri Raharja berdasarkan jenis dan sifat dari limbah. Limbah yang di hasilkan di
RSPR digolongkan menjadi 3 yaitu:
a. Limbah Medis Padat
b. Limbah Padat Non-Medis
c. Limbah Cair
1. Pengelolaan Limbah Medis Padat
Limbah Medis Padat yang dihasilkan di RSU Puri Raharja tediri dari :
a. Limbah Infeksius
b. Limbah benda tajam
c. Limbah farmasi
d. Limbah sitotoksis
e. Limbah kimiawi
12
Limbah medis padat dihasilkan dari sisa akifias medis yang dilaksanakan di
seluruh unit pelayanan kesehatan di RSU Puri Raharja. Pengelolaan limbah medis
dilaksanakan melalui beberapa proses yaitu Minimisasi limbah, pemilahan,
pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan.
1) Minimisasi Limbah
(a) Menyeleksi bahan bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum
membelinya.
(b) Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia
(c) Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara kimiawi
(d) Mencegah bahan bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam
kegiatan perawatan dan kebersihan
(e) Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi
limbah bahan berbahaya dan beracun
(f) Memesan bahan bahan sesuai kebutuhan
(g) Menggunakan bahan bahan yang diproduksi lebih awal untuk
menghindari kadaluarsa
(h) Menghabiskan bahan dari setiap kemasan
(i) Mengecek tanggal kadaluarsa bahan bahan pada saat diantar oleh
distributor.
2) Pemilahan dan Pewadahan
Pemilahan limbah medis dilaksanakan pada tiap unit penghasil limbah.
Pemilahan dilakukan untuk jenis limbah infeksius, non infeksius dan limbah
benda tajam. limbah infeksius di tampung menggunakan bak sampah yang
dialasi plasik warna kuning, limbah non infeksius dengan bak sampah yang
dialasi plastik warna hitam, limbah sitotoksis diletakkan pada trempat sampah
dengan lebel warna ungu khusus limbah kemoterapi, limbah farmasi
ditampung dalam tempat sampah dengan lebel warna coklat dan pewadahan
limbah jarum dan syringes dipisahkan di dalam safe box tanpa memperhatikan
terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk, dan
tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak
mudah membukanya. Wadah limbah medis ditempatkan di ruang tindakan
medis dan juga troli perawat.
3) Pengumpulan dan Pengangkutan
13
Kegiatan pengumpulan dan pengangkutan limbah dilaksanakan mulai
dari pengumpulan rutin limbah yang dilakukan oleh tenaga cleaning servis
setiap pagi (1 x 24 jam). Limbah pada tiap unit dikumpulkan dan disimpan
pada tempat penampungan sementara limbah b3. RSU Puri Raharja
bekerjasama dengan pihak ke 3 dalam proses pengangkutan dan pemusnahan
limbah medis padat dan juga limbah kimia. Secara berkala setiap 1 minggu
sekali petugas mengangkut limbah yang telah dikumpulkan pada
penampungan sementara limbah b3.
14
1) Recyle : Kegiatan pengolahan ini berupa pembuatan kompos
organik dari limbah organik seperi sisa limbah dapur dan pertamanan.
2) Reuse : Kegiatan pengolahan ini berupa penggunaan kembali
limbah anorganik yang bisa dimanfaakan kembali. Seperti kaleng bekas,
dan juga kaleng bekas yang bisa di daur ulang sebagai tempa pembibitan
tanaman di rumah sakit.
3) Reduce : kegiatan pengolahan ini berupa pengurangan limbah
non medis dengan cara mengumpulkan sampah plastik dan kertas untuk
dijual kembali ke para pengepul pendaur ulang sampah.
15
Limbah cair yang bersifat kimia di tampung dalam jiriken untuk
selanjunya di angkut dan di olah oleh pihak ke 3. Limbah cair ini dihasilkan dari
laboratorium RSU Puri Raharja.
4. Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah dapat dilakukan mulai dari sebagai berikut :
a. Identifikasi Limbah
1) Padat
2) Cair
3) Tajam
4) Infeksius
5) Non Infeksius
b. Pemisahan
1) Pemisahan dimulai dari awal penghasil limbah
2) Pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah
3) Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya
4) Limbah cair segera dubuang ke wastafel di spoelhok
c. Labeling
1) Limbah padat infeksius :
a) Plastik kantong kuning
b) Kantong warna lain tapi diikat tali warna kuning (jika tidak tersedia
plastik warna kuning)
2) Limbah padat non infeksius :
a) Plastik kantong warna hitam
3) Limbah benda tajam
a) Wadah tahan tusuk dan air (Shape Box)
d. Pemberian Label Biohazard atau sesuai Jenis Limbah
e. Packing
1) Tempatkan dalam wadah limbah tertutup
2) Tutup mudah dibuka, sebaiknya bisa dengan menggunakan kaki
3) Container dalam keadaan bersih
4) Container terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat
5) Tempatkan setiap container limbah pada jarak 10-20 meter
6) Ikat limbah jika sudah terisi penuh
7) Container limbah harus dicuci setiap hari.
f. Penyimpanan
1) Simpan limbah di tempat penampungan sementara khusus
2) Tempatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat dengan kuat
3) Beri label pada kantong plastik limbah
4) Setiap hari limbah diangkat dari tempat penampungan sementara
5) Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus
16
6) Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup
7) Tidak boleh ada yang tercecer
8) Sebaiknya lift pengangkut limbah berbeda denga lift pasien
9) Gunakan alat pelindung diri ketika menangani limbah
g. Pengangkutan
1) Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus
2) Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup
3) Tidak boleh ada yang tercecer
4) Gunakan alat pelindung diri ketika menangani limbah
h. Treatment
1) Limbah infeksius dimusnahkan oleh pihak ke 3
2) Limbah non infeksius dibawa ke tempat pembuangan limbah umum
3) Limbah benda tajam dimusnahkan oleh pihak ke 3
4) Limbah cair di buang melalui wastafel/ saluran pembuangan air limbah
menuju ke IPAL.
5) Limbah Faces, urine ke dalam Septic tank dan sisa air olahan berakhir di
IPAL.
i. Penanganan Limbah Benda Tajam
1) Jangan menekuk atau mematahkam benda tajam
2) Jangan meletakkan limbah benda tajam sembarang tempat
3) Segera buang limbah benda tajam ke container yang tersedia tahan tusuk
dan tahan air dan tidak bisa di buka lagi.
4) Selalu buang sendiri oleh si pemakai
5) Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai
6) Kontainer benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan.
j. Penanganan Limbah Pecahan Kaca
1) Gunakan sarung tangan rumah tangga
2) Gunakan kertas karton untuk mengumpulkan pecahan benda tajam
tersebut, kemudian bungkus dengan kertas
3) Masukkan dalam container tahan tusukan dan beri label
5. Pembuangan Limbah Terkontaminasi
Pembuangan limbah kontaminasi yang benar meliputi :
a. Menuangkan cairan atau limbah basah ke sistem pembuangan kotoran
tertutup.
b. Insinerasi (pembakaran) untuk menghancurkan bahan-bahan sekaligus
mikroorganismenya. Ini merupakan metode terbaik untuk pembuangan limbah
terkontaminasi. Pembakaran juga akan mengurangi volume limbah dan
memastikan bahwa bahan-bahan tersebut tidak kan dijarah atau dipakai ulang.
17
Bagaimanapun juga pembakaran akan dapat mengeluarkan kimia beracun ke
udara.
c. Mengubur limbah terkontaminasi agar tidak disentuh lagi.
6. Cara Penanganan Limbah Terkontaminasi
a. Untuk limbah terkontaminasi, pakailah wadah plastik atau disepuh logam
dengan tutup yang rapat. Sekarang, kantong-kantong plastik yang berwarna
digunakan untuk membedakan limbah umum (yang tidak terkontaminasi
dengan yang terkontaminasi) pada sebagian besar fasilitas kesehatan.
b. Gunakan wadah tahan tembus untuk pembuangan semua benda-benda tajam.
(benda-benda tajam yang tidak akan digunakan kembali).
c. Tempatkan wadah limbah dekat dengan lokasi terjadinya limbah itu dan
mudah dicapai oleh pemakai (mengangkat-angkat limbah kemana-mana
meningkatkan risiko infeksi pada pembawanya). Terutama penting sekali
terhadap benda tajam yang membawa risiko besar kecelakaan perlukaan pada
petugas kesehatan dan staf.
d. Peralatan yang dipakai untuk mengumpulkan dan mengangkut limbah tidak
boleh dipakai untuk keperluan lain di klinik atau rumah sakit (sebaiknya
menandai wadah limbah terkontaminasi).
e. Cuci semua wadah limbah dengan larutan pembersih disinfektan (larutan
klorin 0,5% + sabun) dan bilas teratur dengan air.
f. Jika mungkin, gunakan wadah terpisah untuk limbah yang akan dibakar dan
yang tidak akan dibakar sebelum dibuang. Langkah ini akan menghindarkan
petugas dari memisahkan limbah dengan tangan kemudian.
g. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) ketika menangani limbah (misalnya
sarung tangan utilitas dan sepatu pelindung tertutup).
h. Cuci tangan atau gunakan penggosok tangan antiseptic berbahan dasar alkohol
tanpa air setelah melepaskan sarung tangan apabila menangani limbah.
18
Sesudah penuh, bahan seperti semen, pasir, atau bubuk plastik dimasukkan
dalam wadah sampai penuh. Sesudah bahan-bahan menjadi padat dan kering,
wadah ditutup, disebarkan pada tanah rendah, ditimbun dan dikuburkan. Bahan-
bahan sisa kimia dapat dimasukkan bersama dengan benda-benda tajam
(WHO,1999).
Insinerasi : adalah proses dengan suhu tinggi untuk mengurangi isi dan
berat limbah. Proses ini biasanya dipilih untuk menangani limbah yang tidak
dapat didaur ulang, dipakai lagi, atau dibuang ke tempat pembuangan limbah atau
tempat kebersihan perataan tanah.
Pembakaran Terbuka : Tidak dianjurkan karena berbahaya, batas
pandangan tidak jelas, dan angin dapat menyebarkan limbah ke sekitarnya. Jika
pembakaran terbuka harus dikerjakan, lakukanlah pada tempat tertentu dan
terbatas, pindahkan limbah ke tempat tersebut hanya segera sebelum dibakar dan
biarkanterbakar sehingga surut. Pada fasilitas kesehatan dengan sumberdaya
terbatas dan incinerator bersuhu tinggi tidak tersedia, maka limbah dapat
diinsinerasi dalam incinerator tong. Incinerator tong merupakan jenis incinerator
kamar tunggal. Dapat dibuat dengan murah, dan lebih baik dari pada pembakaran
Limbah Rumah
terbuka.
Sakit
Mengubur Limbah : Di fasilitas kesehatan dengan sumber terbatas,
penguburan limbah secara aman pada atau dekat fasilitas mungkin merupakan
Berbahaya Tidak Berbahaya
satu-satunya alternatif untuk pembuangan limbah. Caranya : buat lobang sedalam
2,5 m, setiap tinggi limbah 75 cm ditutupi kapur tembok, kemudian diisi lagi
Hazard obat- limbah samppai
dengan Limbah
75 cmKlinik
ditutupi kapur tembok, Organik Anorganik
kemudian diisi lagi dengan
obatan sitotoksik, (Infeksius) (dapur,sampah)
limbah sampai 75 cm, kemudian dikubur.
bahan kimia,
bahan radioaktif Kompos
beracun. Dapat Lainnya
diolah
Dipasarka DKP
Tajam Tidak tajam
n
PT Triata
Limbah klinik dari Laboratorium
Perawatan pasien
19
PT Triata
(Gambar: Klasifikasi Limbah Rumah Sakit Umum Puri Raharja dan Metode Penanganannya.)
20
jenis linen yang tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis jenis linen
yang berbeda.
3. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius dan non
infeksius
4. Laundry dilengkapi saluran air limbah tertutup yang dilengkapi dengan
pengolahan awal (pre-treatment) sebelum dialirkan ke instalasi pengolahan air
limbah.
5. Laundry harus disediakan ruang ruang terpisah sesuai kegunaannya yaitu
ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk perlengkapan kebersihan,
ruang perlengkapan cuci, ruang kereta linen, kamar mandi dan ruang peniris
atau pengering untuk alat alat termasuk linen.
Untuk pengelolaan linen di RSU Puri Raharja tidak melakukan proses
pencucian di rumah sakit melainkan bekerjasama dengan pihak ke tiga untuk
pengelola linen rumah sakit. Namu tetap memerlukan perlakuan yang tepat
terhadap linen untuk bisa sampai di pihak ke tiga. Berikut ini alur pengelolaan
linen yang dilaksanakan di RSU Puri Raharja:
Infeksius
Di Angkut Oleh
Linen Kotor Yang
Petugas Laundry
Dipakai Pasien
Non Infeksius
Di Pilah dan Di
Hitung
Di Kirim Ke
Rekanan
21
Distribusi Ke Distribusi
Seluruh Unit RS
(Gambar : Alur Pengelolaan Linen di RSU Puri Raharja)
Proses pengelolaan linen melibatkan seluruh unit di ruangan. Proses tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pengumpulan
1) Pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius dimulai dari
sumber dan memasukkan linen ke dalam kantong plastik sesuai
jenisnya serta diberi label. Proses ini dilakukan oleh tenaga perawat
dan juga CS (Cleaning Servis) dan linen diletakkan di (spoel hock).
b. Pengangkutan
Petugas laundry mengangkut linen untuk segera di kirim oleh rekanan
22
2) Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara linen
bersih dan linen kotor. Kereta dorong harus dicuci dengan disinfektan
setelah digunakan mengangkut linen kotor.
3) Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh dilakukan
bersamaan.
4) Linen bersih diangkut dengan kereta dorong yang berbeda warna.
5) Pengangkutan dari dan ke tempat laundry rekanan, menggunakan
mobil khusus pengangkutan linen yang tertutup dan sesuai standart.
Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen harus menggunakan
pakaian kerja khusus, alat pelindung diri dan dilakukan pemeriksaan kesehatan secara
berkala, serta dianjurkan memperoleh imunisasi hepatitis B.
23
c. Tikus : Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang-lubang di dinding,
plafon, pintu dan jendela, melakukan pengelolaan sampah yang memenuhi
syarat kesehaan sehingga lingkungan tetap bersih dan sehat.
3. Pemberantasan
a. Nyamuk : Dengan cara pemberian bubuk abate pada tempat perindukan
serta jika ada kasus demam berdarah yang tertular di rumah saki, maka
akan dilaksanakan pengasapan (fogging) di rumah saki.
b. Kecoa : membunuh kecoa dengan cara membersihkan telur yang
menempel pada perindukan, menyemprot kecoa denan cairan kimia.
c. Tikus: Pemasangan perangkap tikus pada lokasi-lokasi yang biasa di
lewati tikus.
24
Dilaksanakan uji laboratorium kualitas lingkunan dan unuk mengetahui bebas dari
mikroorganisme hidup yang dilaksankan pada ruang operasi, ICU, UGD, VK, dan
ruang perawatan pasien (jadwal pemeriksaan terlampir).
Untuk program kedepan akan diterapkan kebijakan pembersihan pada tiap
unit menggunakan alat-ala kebersihan yang khusus dan terstandar serta dilengkapi
dengan lebel ruangan, sehingga peralattan tidak akan tertukar pada masing-masing
unit. Hal ini diharapkan dapat mencipakan kondisi ruangan yang bebas
mikroorganisme pembawa penyakit.
25
kesehatan lingkungan untuk karyawan berisi hubungan fasilitas sanitasi denan
kesehatan, syarat syarat fasilitas sanitasi, pentingnya
pengadaan/pemeliharaan/pembersihan fasilitas sanitasi , pentingnya member contoh
terhadap pasien/keluarga pasien dan pengunjung tentang pemanfaatan fasilitas
sanitasi serta fasilitas kesehatan lainnya dengan benar. Pesan promosi kesehatan
lingkungan untuk pasien, keluarga pasien, pengunjung, dan masyarakat disekitarnya
berisi tentang cara cara dan pentingnya membiasakan diri hidup bersih dan sehat,
memanfaatkan fasilitas sanitasi dan fasilitas kesehatan lainnya dengan benar. Materi
promosi kesehatan sangat penting diketahui oleh seluruh karyawan rumah sakit,
untuk itu dapat disampaikan pada waktu orientasi karyawan baru atau pada
pertemuan secara berkala.
Dalam melaksanakan program promosi kesehatan petugas sanitasi di bantu
oleh PPI sebagai tip pengendali infeksi rumah sakit. Program promosi kesehatan yang
telah berjalan yaitu:
1. Promosi kesehehatan 6 langkah cuci tangan yang dilaksankan secara langsung
lewat pelaksaan diklat (pelatihan pengetahuan pegawai), media ceak seperti
poster dan arahan yang berbentuk tulisan.
2. Promosi kesehatan area bebas rokok, pencegahan demam berdarah,
pengunaan APD, menangani tumpahan mercury, penggunaan alat pemadam
kebakaran (APAR), Kesehatan dan keselamatan kerja. Yang dilaksankan
secara langsung lewa demonstrasi, sosialisasi dan dengan mengunakan media
cetak (poster).
3. Promosi kesehaan juga dilaksankan pada waktu orienasi karyawan baru yang
dilaksankan dengan cara langsung lewat sisoalisasi dan juga demonstrasi.
26
BAB V
LOGISTIK
27
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
28
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari
ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49
tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara
berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan
yang memadai.
29
tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan
wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit
agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
Universal Precaution.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
30
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat .Oleh karena itu rumah sakit dituntut
untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah
ditentukan. Untuk mencegah atau mengurangi terjadi infeksinosokomial dan
menjamin mutu pelayanan di laundry, perlu diperhatikan :
1. Petugas
- Bekerja sesuai dengan standar operasional prosedur untuk pelayanan linen
- Memperhatikan tehnik aseptic dan antiseptic
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan
- Bila sakit segera berobat.
2. Alat-alat
- Perhatikan kebersihan alat-alat laundry, troly untuk tranpormasi linen
- Penyimpanan linen yang benar dan perhatikan batas waktu penyimpanan
- Linen yang rusak segera diganti
3. Ruangan atau lingkungan
- tersedia air yang mengalir untuk cuci tangan
- penerangan cukup
- ventilasi atau sirkulasi udara baik
- perhatikan kebersihan dan kelembaban mangan
- pembersihan ruangan secara berkala
- lantai kering dan bersih.
Pengelolaan linen yang benar dan baik di ruangan maupun di laundry dapat
memutus mata rantai transmisi kuman, menghasilkan linen yang higienis dan siap
pakai dapat memuaskan pelanggan maupun pasien ,sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayanan di rumah sakit.
BAB IX
PENUTUP
31
Kejadian infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat atau timbul pada
waktu pasien dirawat di rumah sakit. Bagi pasien dirumah sakit infeksi nosokomial
merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak
langsung kematian pasien. Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin tidak
menyebabkan kematian pasien namun menyebabkan pasien dirawat lebih lama
dirumah sakit. Ini berarti pasien membayar lebih mahal dan dalam kondisi tidak
produktif, disamping juga pihak rumah sakit akan mengeluarkan biaya lebih besar.
Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit merupakan suatu kegiatan yang
sangat penting dan salah satu factor yang mendukung untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dan erat kaitannya dengan citra rumah sakit. Oleh sebab itu pencegahan
dan pengendalian infeksi perlu diperhatikan. Salah satu upaya untuk menekan
kejadian infeksi nosokomial adalah dengan memberikan pelayanan penyediaan linen
yang memadai. Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman
dilingkungan pelayanan linen menjadi tanggung jawab petugas pelayanan linen
setelah dilakukan pembekalan terhadap bahaya yang mungkin terjadi dilingkungan
pusat sterilisasi. Pada dasarnya kecelakaan dapat dihindari dengan mengetahui
potensi bahaya yang dapat ditimbulkan. Dengan memperhatikan secara seksama dan
melatih tehnik teknik bekerja secara aman resiko terjadinya kecelakaan kerja dapat
diturunkan secara signifikan.
32