(dr.I Gusti Ngurah Tri Gunawan) (Ns. Putu Gustina Ariani, S.Kep)
NIK.162.0306.10 NIK. 043.2609.07
KERANGKA ACUAN KERJA
PELATIHAN INTERNAL CODE BLUE DAN EWS (EARLY WARNING SYSTEM)
DI RSU PREMAGANA TAHUN 2019
A. PENDAHULUAN
Seiring berjalannya Akreditasi Rumah Sakit oleh KARS telah membawa pola
pemikiran untuk penanganan pasien henti jantung maupun nafas dengan baik. Hal ini
dikarenakan dituntut adanya sebuah tim reaksi cepat dalam menangani kejadian seperti ini,
tim ini biasanya dinamakan “Tim Code Blue”. Tim Code Blue lebih banyak akan menangani
pasien setelah kejadian henti jantung, dengan mengedepankan reaksi cepat dan melakukan
resusitasi jantung paru dengan kualitas tinggi kurang dari 5 menit setelah code blue
diaktifkan. Sebuah prinsip lebih baik mencegah dari pada mengobati layak untuk
diperhitungkan dalam pengelolaan pasien henti jantung maupun henti nafas, hal ini
disebabkan pasien mengalami henti jantung sebenarnya tidak tiba-tiba tetapi ada sebuah
proses yang telah mendahuluinya dan penderita ataupun kita lalai atau justru tidak
memahaminya sebagai tanda awal terjadinya henti jantung.
Tindakan pencegahan untuk terjadinya henti jantung di rumah sakit sebenarnya telah
dikembangkan pertama kali sejak tahun 1997 oleh tim di Rumah Sakit James Paget, Norfolk,
Inggris, dan dipresentasikan pada konferensi Mei 1997 dari Intensive Care Society dengan
diterbitkannya sebuah skoring Early Warning System (EWS).
B. LATAR BELAKANG
Kegawat daruratan dapat terjadi dimanapun dan kapanpun khususnya di lingkungan
rumah sakit. Kejadian ini dapat dialami oleh pasien, keluarga pasien, maupun petugas rumah
sakit itu sendiri. Penanganan Code Blue memerlukan suatu rangkaian prosedur dan protokol
dari tim yang mempunyai pelatihan khusus terhadap situasi tersebut, sebuah tim respon cepat
dengan tanggap darurat terhadap upaya penyelamatan nyawa pasien pada tahap yang sangat
kritis. Aktivasi Code Blue RS adalah hal yang niscaya harus dikelola dengan baik oleh RS.
Selain sebagai pra-syarat akreditasi RS versi KARS 2012 maupun standar Joint Commmitte
International (JCI), sistem pengelolaan keadaan gawat darurat yang dapat diaktivasi dengan
cepat dan tepat setiap saat sangat diperlukan. Aspek ini mendukung pelayanan RS secara
keseluruhan, maupun keselamatan pasien secara khusus. Dalam, standar akreditasi setiap staf
RS harus mengetahui bagaimana sistem ini dapat dijangkau untuk diaktifkan segera.
Pimpinan RS harus menjamin bahwa setiap staf baik medis maupun non-medis memiliki
kemampuan dasar BLS (Basic Life Support) serta menyiapkan sistem dan sarana prasarana
yang diperlukan guna memastikan Code Blue tersebut dapat terlaksana. SNARS edisi satu
dalam salah satu elemen penilaian juga menuntut adanya sistem EWS di sebuah rumah sakit.
Manfaat berjalannya Sistem EWS di rumah sakit dapat mencegah 50% pasien untuk tidak
terjadi cardiac arrest atau aktifasi code blue. Tindakan code blue dengan respon yang cepat
dan high quality CPR akan memberikan harapan hidup / ROSC (return of spontaneus
circulation).
C. TUJUAN
Tujuan Umum :
Meningkatkan kualitas SDM dalam hal ini mutu pelayanan dalam pengelolaan pasien
risiko tinggi.
Tujuan Khusus :
1. Peserta dapat memahami pengertian EWS (early warning system).
2. Peserta dapat mengidentifikasi pasien risiko tinggi yang memerlukan EWS (early
warning system).
3. Peserta dapat memahami dan melakukan pelayanan resusitasi pasien
4. Peserta dapat melakukan aktivasi code blue.
F. SASARAN
1. Sebesar 100% peserta mengetahui dan dapat melaksanakan EWS (early warning
system).
2. Sebesar 100% peserta mengetahui dan dapat melakukan aktivasi code blue di
rumah sakit.
3. Sebesar 100% peserta dapat memberikan bantuan hidup dasar bagi pasien.
G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
NO KEGIATAN Bulan Mei 2019
Minggu Minggu Minggu MinggIV
I II III
1. Pembuatan proposal kegiatan x
2. Rapat tim x
3. Persiapan tempat, alat & bahan x x
4 Pelaksanaan kegiatan pelatihan x
H. PERKIRAAN BIAYA
No Pelatihan Biaya Keterangan
1 Biaya pembicara 3 (hari) x Rp Rp 3.000.000,-
1.000.000,-
2 Biaya konsumsi snack Rp 580.000,-
101 x Rp 5.000,- = Rp 505.000,-
Biaya konsumsi nasi pembicara
3 x Rp 25.000 = Rp 75.000,-
3 Biaya fotokopi & hardcopy materi Rp 100.000,-
Total Rp 3.680.000,-