Anda di halaman 1dari 10

Nomor SOP 0081/RSL.060/06.

12
Tanggal Pembuatan 01 Juni 2012
RS LAPANGAN
Tanggal revisi
KABUPATEN
KEPULAUAN ANAMBAS Tanggal Efektif
Disusun Oleh Unit Tata Usaha
Disahkan Oleh Direktur RS Lapangan
SOP INSTALASI GAWAT DARURAT

DASAR HUKUM KUALIFIKASI PELAKSANA


UU. No 23 Tahun 1992; UU.No.29 Tahun 2004 ; Dokter Umum dan Perawat
PP.No 10 Tahun 1996; PP.No 32 Tahun 1996;
PERMENKES No.920 Tahun 1986;
PERMENKES No.159 b Tahun 1988;
KEPMENKES No.191 Tahun 2001;
PERMENKES No.1575 Tahun 2005;
PERMENKES No.1275 Tahun 2007 mengenai
persetujuan tindakan medis.
KETERKAITAN PERALATAN/PERLENGKAPAN
SOP Henti jantung, SOP RJP, SOP Intubasi Stetoskop, Sphignomanometer, dan Termometer
Orotracheal Anak dan Dewasa, SOP Cedera
Kepala, SOP Hemoptisis Masif, Sop
Penanganan Status Asmatikus, SOP Payah
jantung, SOP Infark Jantung Akut, SOP Krisis
Hipertensi.
PERINGATAN PENCATATAN DAN PENDATAAN
Jika SOP ini tidak dilaksanakan maka tindakan Catatan Kegawatdaruratan
kegawatdaruratan tidak efektif dan tidak terarah

LANGKAH-LANGKAH INSTALASI GAWAT DARURAT


I.PENGERTIAN
Jenis pelayanan emergency yang siaga 24 jam yang memprioritaskan penanganan pasien yang mengalami
gangguan/penyakit yang mengancam nyawa, meliputi :
1. Tindakan penyelamatan jiwa pada pasien henti napas dan henti jantung;
2. Penanganan pasien sesak napas;
3. Penanganan serangan jantung/payah jantung;
4. Penanganan pasien tidak sadar;
5. Penanganan pasien kecelakaan
6. Penanganan pasien cedera, Mis: cedera tulang,cedera kepala, dan lain-lain
7. Penanganan pasien dengan pendarahan
8. Penanganan kasus stroke
9. Penanganan pasien kejang dan kejang pada anak;
10. Penanganan dengan luka-luka;
11. Penanganan dengan keracunan;
12. Penanganan dengan sakit perut hebat
13. Penanganan medis korban bencana/disaster

II.TUJUAN
1. Bagi RS : Agar prosedur pelayanan di UGD dapat berjalan dengan baik, teratur sesuai dengan tata
cara yang telah digariskan
2. Bagi pasien : Agar pasien mendapat pelayanan yang baik,cepat dan terarah sesuai dengan tata cara
yang ada.

III.KEBIJAKAN
Proses penatalaksanaan pasien harus efektif dan berlangsung cepat.

IV.PROSEDUR
a. Pemeriksaan
» Pada saat masuk UGD, perawat akan masuk mengantar pasien ke tempat pemeriksaan dan
menanyakan tentang gejala/gangguan yang diderita, memeriksa nadi, tekanan darah, dll
» Petugas akan menanyakan mengenai data identitas dan kartu asuransi (bila ada)
» Pasien

b. Penunjang Medis
» Dokter jaga dapat meminta dilakukan pemeriksaan laboratorium, foto rontgen, EKG, USG,dll,
dalam rangka menegakkan diagnosa
» Beberapa pemeriksaan membutuhkan waktu 1 sampai 2 jam sehari, pasien harus menunggu
sebelum diberikan pengobatan
160
c. Penanganan
» Penanganan emergency akan segera dilakukan oleh dokter jaga sedangkan penanganan
definitif setelah diagnosis ditegakkan
» Bila pasien memerlukan perawatan lanjutan maka akan ditempatkan pada Ruang Perawatan
Umum
» Pasien yang tidak memerlukan perawatan akan dipulangkan setelah mendapat pengobatan
» Dokter jaga akan berkonsultasi dengan Dokter Spesialis untuk tindakan yang bukan
kewenangannya

V.UNIT TERKAIT
Poli Rawat Inap dan UGD

161
Nomor SOP 0082/RSL.060/06.12
Tanggal Pembuatan 01 Juni 2012
RS LAPANGAN
Tanggal revisi
KABUPATEN
KEPULAUAN ANAMBAS Tanggal Efektif
Disusun Oleh Unit Tata Usaha
Disahkan Oleh Direktur RS Lapangan
SOP HEMOTISIS MASIF

DASAR HUKUM KUALIFIKASI PELAKSANA


UU. No 23 Tahun 1992; UU.No.29 Tahun 2004 ; Dokter Umum dibantu Perawat
PP.No 10 Tahun 1996; PP.No 32 Tahun 1996;
PERMENKES No.920 Tahun 1986;
PERMENKES No.159 b Tahun 1988;
KEPMENKES No.191 Tahun 2001;
PERMENKES No.1575 Tahun 2005;
PERMENKES No.1275 Tahun 2007 mengenai
persetujuan tindakan medis.
KETERKAITAN PERALATAN/PERLENGKAPAN
SOP Intubasi Orotracheal Oksigen, Cairan Intravena, Transfusi Set, Obat-obatan
Koagulan,dan Kantung es

PERINGATAN PENCATATAN DAN PENDATAAN


Apabila tidak dilakukan dengan benar dapat Catatan Kegawatdaruratan
menyebabkan aspirasi, kekurangan darah dan
dapat menyebabkan kematian.

LANGKAH-LANGKAH HEMOPTISIS MASIF


I.PENGERTIAN
Batuk yang disertai dengan pendarahan lebih dari 600ml dalam waktu 24 jam

II.TUJUAN
1. Bagi RS : Agar prosedur penatalaksanaan Hemopfisis massif dapat berjalan dengan baik, teratur
sesuai dengan tata cara yang telah digariskan
2. Bagi pasien : Agar pasien mendapat pelayanan yang baik,cepat dan terarah sesuai dengan tata cara
yang ada.

III.KEBIJAKAN
Proses penatalaksanaan pasien harus efektif dan berlangsung cepat.

IV.PROSEDUR
a. Konservatif
» Istirahat baring dengan kepala lebih rendah dan miring ke sisi sakit
» Memberikan jalan napas dari bekuan darah, bila perlu berikan oksigen intermiten
» Pasang infus cairan, bila perlu lakukan transfusi darah
» Tindakan batuk keras dengan memberikan :
- Sedatif : Fenobarbital dengan dosis maksimum 250mg/pemberian 1M atau
- Dratepam 10-20 mg
- Antitusif : kodein (10-20 mg per oral)
- Antitusif : kodein (10-20 mg per oral)
» Obat-obatan koagulan
 Vitamin K 10mg IV
 Adona AC-17 50-100 mg/ 3-4 jam IU
» Kantong es pada dada
» Konsultasikan ke dokter Sp. Paru atau Sp. Penyakit dalam
» Konsultasikan ke Sp.Bedah bila ada indikasi
 Penderita batuk darah > 600ml per 24 jam dan pengangkut tidak berhenti
 Penderita batuk darah antara 250-600ml/24 jam dengan kadar Hb < 10 gr % dan batuk
darah masih berlangsung terus
 Penderita batuk darah antara 250-600 ml/24 jam dengan kadar Hb>10 gr % tetapi
selama 48 jam perawatan konservatif, batuk darah tidak berhenti

b. Penunjang Medis
» Dokter jaga dapat meminta dilakukan pemeriksaan laboratorium, foto rontgen, EKG, USG,dll,
dalam rangka menegakkan diagnosa
» Beberapa pemeriksaan membutuhkan waktu 1 sampai 2 jam sehari, pasien harus menunggu
sebelum diberikan pengobatan

162
c. Penanganan
» Penanganan emergency akan segera dilakukan oleh dokter jaga sedangkan penanganan
definitif setelah diagnosis ditegakkan
» Bila pasien memerlukan perawatan lanjutan maka akan ditempatkan pada Ruang Perawatan
Umum
» Pasien yang tidak memerlukan perawatan akan dipulangkan setelah mendapat pengobatan
» Dokter jaga akan berkonsultasi dengan Dokter Spesialis untuk tindakan yang bukan
kewenangannya

V.UNIT TERKAIT
Poli Rawat Inap dan UGD

163
Nomor SOP 0083/RSL.060/06.12
Tanggal Pembuatan 01 Juni 2012
RS LAPANGAN
Tanggal revisi
KABUPATEN
KEPULAUAN ANAMBAS Tanggal Efektif
Disusun Oleh Unit Tata Usaha
Disahkan Oleh Direktur RS Lapangan
SOP PENANGANAN STATUS ASMATIKUS

DASAR HUKUM KUALIFIKASI PELAKSANA


UU. No 23 Tahun 1992; UU.No.29 Tahun 2004 ; Dokter Umum dibantu oleh Perawat
PP.No 10 Tahun 1996; PP.No 32 Tahun 1996;
PERMENKES No.920 Tahun 1986;
PERMENKES No.159 b Tahun 1988;
KEPMENKES No.191 Tahun 2001;
PERMENKES No.1575 Tahun 2005;
PERMENKES No.1275 Tahun 2007 mengenai
persetujuan tindakan medis.
KETERKAITAN PERALATAN/PERLENGKAPAN
SOP Penggunaan Nebulizer dan SOP 1. Infus Set, oksigen
Pemasangan Oksigen Binasal 2. Cairan Intravena
3. Nebulizer
4. Obat-obatan kortikosteroid, bronkodilator
PERINGATAN PENCATATAN DAN PENDATAAN
Apabila tidak dilaksanakan dengan baik dan Catatan Kegawatdaruratan
benar maka dapat menyebabkan penanganan
status asmatikus terkendala dan dapat berakibat
fatal.

LANGKAH-LANGKAH
I.PENGERTIAN
Suatu serangan asma yang berat, berlangsung dalam beberapa jam sampai beberapa hari, yang tidak memberi
perbaikan pada pengobatan yang lazim.

II.TUJUAN
1. Bagi RS : Agar prosedur penatalaksanaan Status Asmatikus dapat berjalan dengan baik, teratur sesuai
dengan tata cara yang telah digariskan
2. Bagi pasien : Agar pasien mendapatkan pelayanan yang baik,cepat dan tepat dan terarah sesuai
dengan tata cara yang ada.

III.KEBIJAKAN
Proses penatalaksanaan pasien harus efektif dan berlangsung cepat

IV.PROSEDUR
1. Bronkodilator
Tidak digunakan obat-obat bronkodilator secara oral, tetapi dipakai obat-obatan bronkodilator secara
inhalasi parenteral
2. Kortiko steroid
3. Jika pemberian obat-obatan bronkodilator tidak menunjukkan perbaikan, dilanjutkan dengan Kortiko
steroid - 200mg hidrokortison atau dengan dosis 2-4 mg/kg berat badan secara IV dapat diulur 2-4 jam
dengan diikuti pemberian 30-60mg prednison atau dengan dosis 1-2 mg/kg berat badan/hari secara oral
dalam dosis terbagi, kemudian dosis dikurangi secara bertahap.
4. Pemberian oksigen melalui kanul hidung dengan kecepatan 2-4 liter/menit dan dialiri melalui air untuk
memberi kelembaban.
5. Konsultasikan ke dokter Spesialis Penyakit Dalam

V.UNIT TERKAIT
Poli Rawat Inap dan UGD dan Poli Umum

164
Nomor SOP 0084/RSL.060/06.12
Tanggal Pembuatan 01 Juni 2012
RS LAPANGAN
Tanggal revisi
KABUPATEN
KEPULAUAN ANAMBAS Tanggal Efektif
Disusun Oleh Unit Tata Usaha
Disahkan Oleh Direktur RS Lapangan
SOP PENANGANAN PAYAH JANTUNG

DASAR HUKUM KUALIFIKASI PELAKSANA


UU. No 23 Tahun 1992; UU.No.29 Tahun 2004 ; Dokter umum dibantu perawat
PP.No 10 Tahun 1996; PP.No 32 Tahun 1996;
PERMENKES No.920 Tahun 1986;
PERMENKES No.159 b Tahun 1988;
KEPMENKES No.191 Tahun 2001;
PERMENKES No.1575 Tahun 2005;
PERMENKES No.1275 Tahun 2007 mengenai
persetujuan tindakan medis.
KETERKAITAN PERALATAN/PERLENGKAPAN
SOP Henti Jantung, SOP RJP, SOP infark Elektro kardiogram, infus set, cairan intravena, obat-
jantung akut obatan jantung, obat-obatan laksatif, stetoskop dan
oksigen
PERINGATAN PENCATATAN DAN PENDATAAN
Apabila tidak dilaksanakan maka dapat
menyebabkan henti jantung dan kematian.

LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN PAYAH JANTUNG


I.PENGERTIAN
Merupakan keadaan darurat karena sifat serangan yang mendadak dan membahayakan jiwa, dimana
terdapat gangguan hemodinamik akibat ketidakmampuan jantung-khususnya ventrikel kiri dalam
memperrtahankan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan peredaran darah jaringan.

II.TUJUAN
1. Bagi RS : Agar prosedur penatalaksanaan penanganan payah jantung dapat berjalan dengan baik,
teratur sesuai dengan tata cara yang telah digariskan
2. Bagi pasien : Agar pasien mendapatkan pelayanan yang baik,cepat dan tepat dan terarah sesuai
dengan tata cara yang ada.

III.KEBIJAKAN
Proses penatalaksanaan pasien harus efektif dan berlangsung cepat

IV.PROSEDUR
1. Morfin 5-15 mg SK/ IM/IV tergantung keadaan dan berat badan penderita guna mengurangi
kegelisahan
2. Penderita diletakkan dalam posisi duduk atau setengah duduk, dan diberikan oksigen murni dengan
tekanan positif
3. Aminovilin 240mg IV
4. Digitalisasi cepat : setelah tercapai, dipertahankan dengan dosis pemeliharaan.
Deslomosid 0.2-0.4 mg IV, dapat diulang tiap 4-6 jam 1-2 x 0,25 mg/hari
Cedilanid R dosis maksimum, oral
Hari I : 1,2-1,6 mg/hari
Hari II : 0,8-1,2 mg/hari
Disoksin 0,25-0,5 mg IV, dapat diulang tiap 4-6 jam, 2-3 x 0,125 mg/hari
Digokin R dosis maksimum 1-1,5 mg/hari Oral
lanokin R
Foli a digitalis 2-3 x 10 mg/ hari
oral

Selama pemberian digitalis, perhatikan ;


a. Frekuensi dan irama jantung; dosis harus dikurangi atau dihentikan bila frekuensi terus melambat atau
terdapat irama ektopik
b. Gejala Intoksikasi, malaise, anoreksia, mual, dan muntah-muntah
c. Harus lebih hati-hati pada penderita yang telah mendapat digitalis sebelumnya, orangtua, bayi,
gangguan elektrolit seperti hipokalemi, gangguan faal Ginjal dan infark jantung akut
5. Diuretik misalnya furosemid (lasix R )
a. 40-80 mg IV, selamjutnya 20-40 mg IV/hari atau 40-80 mg, oral/ hari
Sebaiknya disertai suplementasi kalium-KCL 3 x 500 -1000 mg/ hari
6. Diet lunak, rendah garam, rendah kalori dalam porsi kecil dan saring. Hindari mengejan / konstipasi bila
perlu diberikan laksatif (caulcolax R ) atau klisma
165
7. Mencari dan mengobati pencetus-anemia, tirotoksikosis, emboli paru, infeksi paru, aritmi, endokarditis
bakterial subakut dan lain-lain
8. Mencari dan mengatasi penyebab-kelainan congenital, kelainan katup, hipertensi, tirotoksikosis.
9. Konsultasikan ke spesialis penyakit dalam atau spesialis jantung pembuluh darah.

V.UNIT TERKAIT
Poli Rawat Inap dan UGD dan Poli Umum

166
Nomor SOP 0085/RSL.060/06.12
Tanggal Pembuatan 01 Juni 2012
RS LAPANGAN
Tanggal revisi
KABUPATEN
KEPULAUAN ANAMBAS Tanggal Efektif
Disusun Oleh Unit Tata Usaha
Disahkan Oleh Direktur RS Lapangan
SOP PENANGANAN INFARK JANTUNG AKUT

DASAR HUKUM KUALIFIKASI PELAKSANA


UU. No 23 Tahun 1992; UU.No.29 Tahun 2004 ; Dokter umum dibantu perawat
PP.No 10 Tahun 1996; PP.No 32 Tahun 1996;
PERMENKES No.920 Tahun 1986;
PERMENKES No.159 b Tahun 1988;
KEPMENKES No.191 Tahun 2001;
PERMENKES No.1575 Tahun 2005;
PERMENKES No.1275 Tahun 2007 mengenai
persetujuan tindakan medis.
KETERKAITAN PERALATAN/PERLENGKAPAN
SOP Henti Jantung, SOP RJP, SOP infark Alat kejut jantung, cairan intravena, infus set, stetoskop,
jantung akut obat-obat jantung, morfin, obat laksatif
PERINGATAN PENCATATAN DAN PENDATAAN
Apabila tidak dilaksanakan maka penanganan
infark jantung akut akan sulit untuk dilaksanakan
sesuai prosedur minimal.
LANGKAH-LANGKAH INFARK JANTUNG AKUT
I I.PENGERTIAN
Infark jantung ialah nekrosis sebagian otot jantung akibat berkurangnya suplai darah kebagian otot jantung
akibat berkurangnya suplai darah ke bagian otot tersebut karena oklusi atau trombosis arteri koronaria : dapat
juga akibat keadaaan syok atau anemia akut. Derajatnya bervariasi dari nekrosis secara histologi sampai infark
massif. 20% sampai 25% dari penderita meninggal pada serangan pertama,. Penyebab kematian tersering ialah
syok kardiogenik.

II.TUJUAN
1. Bagi RS : Agar prosedur penatalaksanaan penanganan infark jantung akut dapat berjalan dengan baik,
teratur sesuai dengan tata cara yang telah digariskan
2. Bagi pasien : Agar pasien mendapatkan pelayanan yang baik,cepat dan tepat dan terarah sesuai
dengan tata cara yang ada.

III.KEBIJAKAN
Proses penatalaksanaan pasien harus efektif dan berlangsung cepat

IV.PROSEDUR
1. Atasi nyeri dengan morfin 5-10 mg 5k, dapat diulangi liat ½ jam sampai maksimum 60mg atau
meperidin (retidin) 50-100 mg/Im, dapat diulangi. Jangan diberikan bila frekuensi napas kurang dari
12x/menit.
2. Pasang infus glukosa 5 % 500ml/12 jam dan oksigen 4-6 l/menit.
3. Istirahat fisik dan mental selama 2-3 minggu, bila perlu berikan sedative-diazepam, 5-10mg IV
4. Diet cukup sayuran agar defekasi teratur, bila perlu beri lak sans
5. Atasi kompilkasi :
» Bradikardi :
- Atropine sulfat 0,5 mg 1M/IV, dapat diulang tiap 15 menit sampai maksimum 2 mg.
- Bila perlu tambahan deksametason 10 mg 1m/IV
» Takikardi (tanpa payah jantung) :
- Lidokain (xylocard) 50mg IM/IV
» Extrasystole Ventrikel
- DC shock, lanjutkan dengan resusitasi
» Henti jantung
- Pukul dengan keras di daerah dada 1/3 bagian bawah sternum lalu dilanjutkan
dengan resusitasi
» Presyok
- Dekametason 100-250 g IV dengan
» Syok:
- Dekametason 100-250g IV dengan
- Dopamin 2-5 µg/kg berat badan / menit per infus
6. Konsultasi Ahli

V.UNIT TERKAIT
Poli Rawat Inap dan UGD dan Poli Umum
167
Nomor SOP 0086/RSL.060/06.12
Tanggal Pembuatan 01 Juni 2012
RS LAPANGAN
Tanggal revisi
KABUPATEN
KEPULAUAN ANAMBAS Tanggal Efektif
Disusun Oleh Unit Tata Usaha
Disahkan Oleh Direktur RS Lapangan
SOP KRISIS HIPERTENSI

DASAR HUKUM KUALIFIKASI PELAKSANA


UU. No 23 Tahun 1992; UU.No.29 Tahun 2004 ; Dokter umum dibantu perawat
PP.No 10 Tahun 1996; PP.No 32 Tahun 1996;
PERMENKES No.920 Tahun 1986;
PERMENKES No.159 b Tahun 1988;
KEPMENKES No.191 Tahun 2001;
PERMENKES No.1575 Tahun 2005;
PERMENKES No.1275 Tahun 2007 mengenai
persetujuan tindakan medis.
KETERKAITAN PERALATAN/PERLENGKAPAN
SOP payah jantung, SOP Henti Jantung, SOP Sphigmomanometer, stestoskop, cairan intravena, infus
Infark Jantung Akut set, obat-obatan jantung,
PERINGATAN PENCATATAN DAN PENDATAAN
Apabila tidak dilaksanakan maka penanganan
krisis hipertensi akan sulit untuk dilaksanakan
sesuai prosedur minimal.

LANGKAH-LANGKAH KRISIS HIPERTENSI


I.PENGERTIAN
Keadaan dimana tekanan darah meningkat dan menetap pada nilai yang tinggi; misalnya diastole 120-150
mg atau lebih dan disertai beberapa penyakit, seperti :
1. Ensefalopati
2. Payah jantung kiri akut
3. Perdarahan akut
4. Hipertensi maligna (hipertensi yang disertai edama papil dan optici)

Merupakan keadaan darurat yang harus segera ditanggulangi, sebab dapat menimbulkan kematian yang
disebabkan oleh :
1. Kegagalan jantung
2. Iskemia serebri
3. Kegagalan ginjal
4. Pendarahan otak

II.TUJUAN
1. Bagi RS : Agar prosedur penatalaksanaan krisis hipertensi dapat berjalan dengan baik, teratur sesuai
dengan tata cara yang telah digariskan
2. Bagi pasien : Agar pasien mendapatkan pelayanan yang baik,cepat dan tepat dan terarah sesuai
dengan tata cara yang ada.

II.TUJUAN
3. Bagi RS : Agar prosedur penatalaksanaan krisis hipertensi dapat berjalan dengan baik, teratur sesuai
dengan tata cara yang telah digariskan
4. Bagi pasien : Agar pasien mendapatkan pelayanan yang baik,cepat dan tepat dan terarah sesuai
dengan tata cara yang ada.

III.KEBIJAKAN
Proses penatalaksanaan pasien harus efektif dan berlangsung cepat

IV.PROSEDUR
1. Rawat, istirahat total
2. Diet rendah garam
3. Pengobatan terhadap penyakit, seperti payah jantung, perdarahan otak
4. Pemberian obat antihipertensi

Pada hipertensi maligna dengan kompilkasi perdarahan atau edama otak, kebutaan, payah jantung akut,
edama paru-paru akut, penurunan tekanan darah dapat dilakukan dengan dua cara :
a. Pada hari pertama diberi tiga macam obat:
1. serposil 0,5-1 mg IM dapat diulang setiap 2-4 jam sampai tekanan diastolic ideal tercapai, kemudian
daiganti per poral dengan dosis sama dengan jumlah kebutuhan sehari pada 24 jam sebelumnya.

168
2. Furosemid (lasix R) 20-40 mg IV/ IM, dapat diulang setiap 2-4 jam sampai retensi garam dan air
hilang. Pada uremia sedang atau berat diperlukan dosis lebih besar.
3. Dapat dipilih salah satu obat di bawah : golongan beta blocker seperti :
Oksprenolol 3-4 x 40 mg/ hari ; propanolol 3-4 x 40 mg / hari; atau pilihan lain : alfametil dopa 3-4 x
125 mg/hari, dosis kedua macam obat dapat dinaikkan pada hari ke-empat, kemudian setiap tiga
hari sampai efek yang diinginkan tercapai atau timbul efek samping. Apabila dengan dosis besar
tekanan darah ideal belum tercapai, dapat ditambahkan obat golongan vasodilator seperti pratosin
dengan dosis 3x1 mg/hari yang dapat dinaikkan 2 mg tiap 3 hari sampai dosis tetap 120mg/hari
b. Pada hari pertama diberi dua macam obat:
1. klonidin (catapres) per oral 75-150 mikrogram yang dapat diulang setiap 2-4 jam sampai efek yang
diinginkan tercapai atau sampai dosis 9 tablet/hari. Dosis sehari diberikan dalam 3 kali pemberian
2. diuretika (misalnya HCT 25 mg) per oral 1-2 tablet per hari, dapat dinaikan 1 tablet setiap hari
sampai efek yang diinginkan tercapai. Secara parenteral diberikan hanya bila ada mual-mual,
muntah-muntah atau edema berat. Bila dosis sudah cukup besar sedangkan efek yang diinginkan
belum tercapai, dapat ditambah vasodilator.

Apabila derajat komplikasi berat atau tekanan diastolic lebih dari 150 mm Hg, diberikan obat-obatan dengan dua
cara :
a. klonidin (catapres) IM/IV 75-150 mikrogram yang dapat diulang setiap 2 jam, selain itu juga diberikan
diuretic dengan atau tanpa vasodilator seperti pada Ib
b. dapat dipilih salah satu obat di bawah ini :
 daiktosid 300 mg IV disuntikkan dalam waktu 15 detik
 hidralazin 20-40 mg dilarutkan di dalam Nacl 0.9 % sampai 20 cc disuntikkan IV
 natrium Mitropresid 50mg dilarutkan di dalam 1 liter dekstosa 5 % diberikan per infuse dengan
kecepatan 10 liter/ menit.
 Pentolinium 10 mg, dilarutkan di dalam 20 cc NaCl 0.9% diberikan IV
 Nogitin 5-20mg disuntikkan intravena cepat
 Trimatefan (Ar Fonad) 1000 mg, dilarutkan di dalam 1 liter dekstosa 5 % diberikan per infus 10
Hs/menit.
5. Awasi :
 Tensi, nadi dan respirasi secara ketat
 Tanda-tanda dehidrasi
 Buat daftar keseimbangan cairan masuk dan keluar

V.UNIT TERKAIT
Poli Rawat Inap, UGD dan Poli Umum

169

Anda mungkin juga menyukai