(Purwanto, 2013). Respon relaksasi merupakan bagian dari penurunan umum kognitif,
fisiologis, dan stimulasi perilaku. Relaksasi dapat merangsang munculnya zat kimia
yang mirip dengan beta blocker di saraf tepi yang dapat menutup simpul-simpul saraf
simpatis yang berguna untuk mengurangi ketegangan dan menurunkan tekanan darah
(Hartono, 2007).
dan peregangan dan relaksasi sekelompok otot dan memokuskan pada perasaan rileks.
Hal ini dapat mengurangi ketegangan dan kejemuan otot yang biasanya menyertai nyeri.
Menurut ahli fisiologis dan psikologis Edmun Jacobson yang menjadi pelopor relaksasi
progressif, Relaksasi progressif adalah cara yang efektif untuk relaksasi dan mengurangi
kecemasan. Jacobson percaya, jika kita bisa belajar mengistirahatkan otot-otot kita
melalui suatu cara yang tepat, maka hal ini akan diikuti relaksasi mental atau pikiran.
Teknik yang digunakan Jacobson terdiri dari peregangan dan pengenduran berbagai
kelompok otot di seluruh tubuh yang teratur. Jacobson terus menyempurnakan dan
progressif yang dilaksanakan 20-30 menit, satu kali sehari secara teratur selama satu
minggu cukup efektif dalam menurunkan insomnia. (Jacobson,1994 dalam Davis,
2005).
dengan ansietas sehingga akan menurunkan denyut nadi, tekanan darah, dan frekuensi
kesempatan untuk beristirahat dan stress lingkungan eksternal dan stress internal dan
pikiran. Hal ini menghindari penggunaan semua tenaga vital saat bereaksi terhadap
stressor, respon relaksasi, mengembalikan proses fisik, mental dan emosi (Davis, 2005).
menstimulasi turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh sistem saraf simpatis dan
menstimulasi naiknya semua fungsi yang diturunkan oleh saraf simpatis. Masing-
masing saraf parasimpatis dan simpatis saling berpengaruh maka dengan bertambahnya
salah satu aktivitas sistem yang satu akan menghambat atau menekan fungsi yang lain
(Utami, 2006).
1. Nyeri
2. Kecemasasan
3. Depresi
4. Insomnia
dengan cara melemaskan otot-otot badan. Dalam latihan relaksasi otot progresif lansia
sehingga individu dapat membedakan antara otot yang tegang dengan yang lemas. Pada
saat lansia berada pada keadaan rileks maka saraf otonom akan bekerja dan tidur yang
Menurut Davis (2005), ada 3 macam relaksasi otot progresif yaitu tension
kemudian diminta untuk merasakan dan menikmati perbedaan antara ketika otot
tegang dan ketika otot lemas. Disini individu diberitahu bahwa pada fase
dengan kecemasan, dan sensasi tersbut bertindak sebagai isyarat atau tanda untuk
akan merasa rileks. Otot yang dilatih adalah otot lengan, tangan, biceps, bahu, leher,
Metode ini untuk meperdalam relaksasi. Setelah individu berlatih relaksasi pada
semua kelompok otot tubuhnya. Pada fase ini individu dilatih untuk lebih
Dengan demikian individu itu akan lebih peka terhadap ketegangan dan akan lebih
Instruksi relaxation via letting go adalag melemaskan otot-otot yang terletak pada
c. Bagian perut
d. Bagian kaki.
Dalam fase itu dilakukan selama 3 detik pada masing-masing bagian. Setelah semua
selesai pasien disuruh untuk memikirkan pada diri sendiri dengan kata-kata yang kalem
setiap anda bernafas. Hal ini akan membantu anda dalam menghubungkan kata kalem
tersebut dengan ketenangan yang anda rasakan saat ini dalam pikiran anda.
3. Differential Relaxation
dapat dilakukan dengan cara menginduksi individu untuk relaksasi yang dalam, pada
otot-otot yang tidak baik diperlukan untuk melakukan suatu aktivitas tertentu.
dalam melakukan aktivitas itu sehingga didapat ketegangan yang wajar pada otot-otot
Di dalam latihan relaksasi differensial yang penting bagi individu adalah tidak
hanya menyadari kelompok otot yang diperlukan untuk melakukan aktivitas tertentu,
tetapi juga mengidentifikasi dan lebih menyadari otot0otot yang tidak perlu untuk
melakukan aktivitas tersebut. Latihan akan dimulai ketika subjek sudah mencapai
keadaan rileks. Latihan yang secara teratur akan mengurangi ketegangan secara umum.
Hal ini akan menyebabkan individu tersebut nyaman ketika melakukan aktivitas sehari-
hari dengan demikian relaksasi ini dapat dilakukan tanpa individu itu berbaring.
7. Membuat tidur lebih lelap dan kesehatan mental menjadi lebih baik
8. Menjadikan daya ingat lebih baik dan meningkatkan daya berpikir logis
Sedangkan menurut (Dewi, 2001) manfaat relaksasi otot progresif bagi lansia,
antara lain:
psikologi.
misalnya naiknya jumlah rokok yang dihisap, konsumsi slkohol, pemakaian onat-
ketegangan otot), sikap yang dapat diubah (mengosongkan semua pikiran dari alam
(Dempsey, 2007).
1. Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan yang dilakukan dengan cara
menggenggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan. Klien diminta membuat
kepalan semakin kuat, sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi. Pada saat
kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan rileks selama 12 detik. Gerakan
pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat membedakan perbedaan
antara ketegangan otot dan keadaan rileks yang dialami. Prosedur serupa juga
2. Gerakan kedua adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian belakang. Gerakan
ini dilakukan dengan cara menekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan
tangan sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang,
yang terdapat di bagian atau pangkal lengan. Gerakan ini diawali dengan
mengendurkan bagian otot-otot bahu dapat dilakukan dengan cara mengangkat kedua
telinga. Fokus perhatian gerakan ini adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu,
melemaskan otot-otot di wajah. Otot-otot wajah yang dilatih adalah otot-otot dahi,
mata, rahang, dan mulut. Gerakan untuk dahi dapat dilakukan dengan cara
mengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya keriput.
menutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata dan
7. Gerakan ketujuh ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot-
otot rahang dengan cara mengatupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi-gigi
8. Gerakan kedelapan ini dilakukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir
bagian depan dan belakang. Gerakan ini diawali dengan otot leher bagian belakang
baru kemudian otot leher bagian depan. Klien dipandu meletakkan kepala sehingga
bantalan kursi sedemikian rupa sehingga klien dapat merasakan ketegangan di bagian
10. Gerakan kesepuluh bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan, ini dilakukan
11. Gerakan kesebelas bertujuan untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan ini dapat
dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian punggung
12. Gerakan keduabelas dilakukan untuk melemaskan otot-otot dada. Pada gerakan ini,
klien diminta untuk menarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara
ketegangan di bagian dada kemudian turun ke perut. Pada saat ketegangan dilepas,
klien dapat bernafas normal dengan lega. Sebagaimana dengan gerakan yang lain,
gerakan ini diulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi
13. Gerakan ketiga belas bertujuan untuk melatih otot perut. Gerakan ini dilakukan
dengan cara menarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian menahannya sampai perut
menjadi kencang dan keras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas, kemudian diulangi
14. Gerakan keempatbelas dan kelimabelas adalah gerakan untuk otot-otot kaki. Gerakan
ini dilakukan secara berurutan. Gerakan keempatbelas bertujuan untuk melatih otot-
otot paha, dilakukan dengan cara meluruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot
15. Gerakan kelimabelas ditujukan untuk melatih otot-otot betis dengan mengunci lutut,
sehingga ketegangan pindah ke otot-otot betis. Tahan posisi tegang selama 10 detik,