Anda di halaman 1dari 2

Pseudomorf dalam Batuan Metamorf

Distribusi Pseudomorf dalam Batuan Metamorf.


Proses metamorfisme dibagi menjadi metamorfisme prograde dan retrograde.
Metamorfisme prograde mengakibatkan adanya perubahan kumpulan mineral
(paragenesis) seiring dengan meningkatnya suhu dan (biasanya) juga termasuk
meningkatnya kondisi tekanan. Metamorfisme prograde menyebabkan hilangnya
volatil seperti air atau karbon dioksida. Metamorfisme retrograde terjadi akibat adanya
penurunan temperature sehingga kumpulan mineral metamorf derajat tinggi berubah
menjadi kumpulan mineral stabil pada temperature yang lebih rendah.
Metamorfisme retrograde jarang terjadi sehingga memiliki tekstur khusus yaitu
pseudomorf yang berkembang akibat penggantian mineral dari reaksi kimia yang
berlangsung saat penurunan suhu berlangsung. Penggantian unsur-unsur kimia ini juga
menyebabkan perubahan bentuk kristal. Contohnya pada metamorfisme kontak
batugamping silisiklastik dimana terjadi penggantian kristal Fo akibat tumbuhnya
kristal serpentin dan dolomit. Pseudomorf tidak terbatas pada metamorfisme kontak
batugamping silisiklastik tetapi syarat terbentuk pseudomorf adalah adanya
penggantian dari cordierite pada batuan pelitik akibat tumbuhnya klorit dan muskovit.

Gambar 12. Kenampakan pseudomorf talc + calcite setelah penggantian unsur kimia pada tremolit
dan dolomit akibat penurunan suhu. Sampel yang berasal dari Dolomite Reed pada kontak Aureole
dari batuan plutonik Sage Hen Flat, California.
Pseudomorf jarang terbentuk pada mekanisme metamorfisme prograde
sehingga Carmichael (1969) membuat percobaan reaksi kimia dan mengkhususkan
perubahan pada kyanite menjadi silimanit dalam batuan pelitik. Percobaan pertama
kyanit dan kuarsa bereaksi terhadap muscovite. Percobaan kedua muscovite, albite,
bereaksi terhadap silimanit, kuarsa dan biotit. Pada percobaan ketiga biotit bereaksi
terhadap albit. Hasilnya terjadi perubahan bentuk dan unsur mineral dari kyanit
menjadi silimanit. Muskovit, kuarsa, dan biotit berfungsi sebagai katalis dalam
keseluruhan reaksi kimia pada percobaan tersebut. Dengan mengetahui penyebaran
tekstur khusus pseudomorf dapat menjadi dasar pengetahuan baru mengenai proses
reaksi kimia dan mekanis selama proses metamorfisme.

Besaran Gaya Kristalisasi, Reaksi Mineral dan Pembentukan Pseudomorf


Beberapa ahli menggunakan model termodinamika untuk mengetahui besaran
gaya tingkat kristalisasi pada mineral. Hasilnya besaran gaya tersebut bergantung pada
permukaan planar mineral fase A dalam sistem suhu yang seragam dan tekanan yang
isotropic. Persamaan berikut menunjukkan keadaan dimana besaran gaya kristalisasi
dapat mendorong pembentukan pseudomorf dalam batuan.

Besaran gaya kristalisasi menghasilkan Ds > 0. If DV < 0, maka Gs n ,T < 0


dan energi bebas Gibbs dalam produk mineral yang baru akan berkurang dan lebih
sedikit dari unsur kimia yang berperan sebagai reaktan. Besaran gaya kristalisasi
membuat batas antar muka A dan B menjadi mudah bereaksi. Fase A akan secara
langsung tergantikan menjadi Fase B dan membentuk pseudomorf. Di sisi lain apabila
DV > 0 maka Gs n ,T > 0 dan energy bebas Gibbs dalam produk lebih besar daripada
reaktan, besaran gaya kristalisasi membuat batas antar muka A dan B menjadi tidak
bereaksi sehingga Fase B bernukleasi dan tumbuh maka tidak terbentuk pseudomorf B
sebelum A berkembang.

Anda mungkin juga menyukai