Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air pada bagian ujung pantai yang berbatasan dengan lautan tidak pernah diam
pada suatu ketinggian yang tetap, tetapi mereka selalu bergerak naik dan turun sesuai dengan
siklus pasang. Permukaan air laut perlahan-lahan naik sampai pada ketinggian maksimum,
peristiwa tersebut dinamakan pasang tinggi (high water), setelah itu turun sampai pada suatu
ketinggian minimum yang disebut pasang rendah (low water). Dari sini permukaan air akan
mulai bergerak naik lagi. Perbedaan ketinggian antara pasang tinggi dan pasang rendah dikenal
sebagai tinggi pasang (tidal range). Sifat khas dari naik turunnya permukaan air terjadi dua kali
setiap hari, sehingga terdapat dua periode pasang tinggi dan dua periode pasang rendah.
Pasang terutama disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik antara dua tenaga
yang terjadi di lautan berasal dari gaya sentrifugal yang disebabkan oleh perputaran bumi pada
sumbunya dan gaya gravitasi yang berasal dari bulan. Akibat adanya tenaga pembangkit pasang
ini akan dijumpai adanya dua tonjolan (bulges) massa air di mana satu bagian terdapat pada
permukaan bumi yang letaknya paling dekat dengan bulan dan dua tonjolan yang lain terdapat
pada bagian yang letaknya paling jauh (sisi lain) dari bulan. Kedudukan posisi bulan, bumi,
matahari menghasilkan gelombang spring tides dan neap tides.
Gelombang pasang yang tertinggi biasaya dikenal tsunami. Gelombang tersebut terjadi
akibat gangguan yang berada di dasar laut, yakni gempa. Saat gerakan ini terjadi maka akan
menyebabkan gerakan air dasar bergejolaknya massa air. Gerakan ini menyebabkan air yang
terombang ambing secara vertical.

B. Perumusan Masalah
Makalah ini akan dibahas dalam beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep gelombang pasang surut air laut?
2. Apakah faktor-faktor pembentuk gelombang pasang surut air laut?
3. Jelaskan tipe-tipe gelombang pasang surut air laut?
4. Bagaimana pasang surut di Indonesia ?
5. Bagaimana konsep terjadinya tsunami?
C. Tujuan Permasalahan
1. Menjelaskan konsep gelombang pasang surut air laut;
2. Menyebutkan faktor-faktor pembentuk gelombang pasang surut air laut;
3. Menjelaskan tipe-tipe gelombang pasang surut air laut;
4. Menjelaskan pasang surut di Indonesia;
5. Menjelaskan konsep tsunami.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Gelombang Pasang Surut Air Laut


Fenomena pasang surut diartikan naik turunnya muka laut secara berkala akibat
adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi
(Pariwono, 1989). Selain itu, pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik
turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan
gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan
(Dronkers, 1964). Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh
atau ukurannya lebih kecil.
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal berasal dari dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung
dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari
matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam
membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke
bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua
tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan
oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.
Beberapa teori yang mengkaji tentang pasang surut air laut antara lain: (1) Eqilibrium
Theory, dan (2) Dynamical Theory. Berikut masing-masing penjelasan teori-teori tersebut.
(1) Teori Keseimbangan (Eqilibrium Theory)
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642 1727).
Teori tersebut menerangkan sifat-sifat pasang surut secara kualitatif. Teori tersebut terjadi pada
bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia)
diabaikan. Teori tersebut juga menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding
dengan gaya pembangkit pasang surut (King, 1966). Oleh karena itu, memahami gaya
pembangkit passng surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari
menjadi 2, yaitu sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari. Teori kesetimbangan bumi
diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut
sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force), yaitu
Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal. Teori tersebut berkaitan dengan hubungan
antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan
menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).

(2) Teori Pasang Surut Dinamik (Dynamical Theory)


Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace (1796-1825). Teori tersebut
melengkapi teori kesetimbangan, sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif.
Teori tersebut menyatakan lautan yang homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi
pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang
dengan periode sesuai dengan konstitue-konstituennya (Pond dan Pickard, 1978). Gelombang
pasang surut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP (Tide Generating Force), yaitu Resultante
gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan
pengaruh gesekan dasar.
Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasang surut menghasilkan gelombang pasang surut
(tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut. Terbentuknya
gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan selain GPP. Menurut Defant
(1958), faktor-faktor tersebut antara lain :
Kedalaman perairan dan luas perairan;
Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis);
Gesekan dasar rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan
berubah arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan di
belahan bumi selatan benda membelok ke kiri. Pengaruh tersebut tidak terjadi di equator, tetapi
semakin meningkat sejalan dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub.
Besarnya juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut.
Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan dengan fenomeana pasang surut, gaya Coriolis
mempengaruhi arus pasang surut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi tunggang pasut dan
menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang pasut
menjadi non linier semakin dangkal perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya.

B. Tenaga Pembentuk Gelombang Pasang Surut Air Laut


Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori
kesetimbangan, yakni rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, dan
revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan
luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu, terdapat
beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasang surut di suatu perairan, seperti topogafi
dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang
berlainan (Wyrtki, 1961).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi
secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan
lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik
matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak
matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan
menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan
pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital
bulan dan matahari (Priyana, 1994).
Gambar 1.1 Gravitasi antara bumi dan bulan
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang
besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan
memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari. Hal tersebut disebabkan
walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya
ini mengakibatkan air laut yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu
yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah
muka air yang menggelembung tersebut yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan
permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki
efek yang sama, namun dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua
kali pasang dan dua kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam (Priyana, 1994).
Bumi berputar pada porosnya, maka pasang tinggi yang terjadi pun akan bergerak
bergantian secara perlahan-lahan dari satu tempat ke tempat yang lain di permukaan bumi. Satu
perputaran yang dialami bumi sehubungan dengan gerakan bulan memerlukan waktu selama 24
jam 50 menit, maka dua pasang tinggi dan dua pasang rendah terjadi dalam periode tersebut.
Gaya tarik gravitasi matahari juga mempengaruhi terjadinya pasang walaupun
tenaga yang ditimbulkan terhadap lautan hanya sekitar 47% dari tenaga yang dihasilkan oleh
gaya gavitasi bulan. Pada waktu bulan baru dan bulan penuh matahari dan bulan terletak pada
satu garis terhadap bumi dan gaya gravitasi yang ditimbulkan mempunyai arah yang sama.
Akibatnya, gaya tarik gabungan tersebut menghasilkan tonjolan air pasang yang lebih besar dari
biasanya dan pasang yang terjadi pada saat ini dinamakan spring tide. Pada waktu bulan
seperempat dan tiga perempat, matahari dan bulan terletak pada posisi yang membentuk sudut
siku-siku (90) satu sama lain, sehingga pada saat ini gaya tarik gravitasi matahari bersifat
melemahkan gaya tarik bulan. Akibatnya, gaya tarik yang ditimbulkan terhadap massa air laut
menjadi berkurang dan terjadi pasang yang lebih kecil dinamakan neap tide.

Gambar 1.2 Tenaga pembentuk pasang surut air laut


Faktor-faktor setempat seperti bentuk dasar lautan dan massa daratan di sekitarnya
kemungkinan menghalangi aliran air yang dapat berakibat luas terhadap sifat-sifat pasang.
Contohnya, di Cua Cam di Teluk Tonkin, tipe pasangnya adalah diurnal, di sini hanya terjadi
satu periode pasang tinggi dan satu periode pasang rendah dalam waktu satu hari. Mixed tide
adalah tipe pasang yang tingginya selalu berubah-ubah yang terjadi di beberapa tempat. Pasang
campuran (mixed tides) yang bentuk pasangnya berdasar pada pola pasang semi diurnal terjadi di
daerah Sandakan di Laut Sulu, sedang yang bentuk pasangnya berdasar pada pola pasang diurnal
terdapatdi Hon Nie Nieu di Vietnam.

Gambar 1.3 Bentuk pantai juga memepengaruhi


pasang surut air laut
C. Tipe Tipe Gelombang Pasang Surut Air Laut
Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang
surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir. Terdapat tiga tipe pasut
yang dapat diketahui (Dronkers, 1964), yaitu:
1) Pasang surut diurnal. Bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut.
Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
2) Pasang surut semi diurnal. Bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang
hampir sama tingginya.
3) Pasang surut campuran. Gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi khatulistiwa
(deklinasi kecil), pasang surutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati
maksimum terbentuk pasang surut diurnal.
Pasang surut juga terjadi di Indonesia dibagi menjadi 4 (Wyrtki, 1961), yaitu:
1) Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)
Pasang surut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari.
Contohnya, terdapat di Selat Karimata.

Gambar 1.4 Diurnal Tides

2) Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)


Pasang surut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama
dalam satu hari. Contohnya terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
Gambar 1.5 Semi Diurnal Tides

3) Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal)
Pasang surut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang
dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu.
Contohnya terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.

Gambar 1.6 Mixed Tide, Prevailing Diurnal


4) Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal)
Pasang surut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang
terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda.
Contohnya terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur.

Gambar 1.7 Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal


Gambar 1.8 Fase ditribusi pasang surut
Kedudukan posisi bulan, matahari, dan bumi, akan menghasilkan gelombang, yang dibagi
menjadi 2 yaitu :
a. gelombang pasang semi atau purnama (Spring tides). Apabila posisi bumi, bulan dan matahari
terletak dalam satu garis lurus, sehingga mempunyai puncak gelombang peling tinggi dan
lembah gelombang rendah, terjadi dua kali dalam satu bulan.
b. Gelombang pasang perbani (neap tides). Terjadi dua kali dalam sebulan apabila posisi bulan,
bumi dan matahari membentuk menyiku sehingga dihasilkan gelombang pasang yang berupa
lunar bulge dan lembah gelombang mengalami kenaikan sedikit yang di sebabkan karena solar
bulge sehingga puncak gelombang mengalami penurunan sedikit apabila dibandingkan dengan
spring tides, tetapi lembah gelombang mengalami kenaikan.
Gambar 1.9 Tipe pasang surut perbani

Gambar 1.10 Tipe pasang surut spring tides


Faktor lain yang mempengaruhi efek ketinggian gelombang adalah proses revolusi
bulan mengelilingi bumi dalam elliptical orbit. Titik perige apabila bulan berada dekat dengan
bumi dan titik apogee apabila bulan berada pada titik terjauh dari bumi. Gelombang yang terjadi
akibat proses revolusi bulan terhadap bumi dibedakan menjadi:
a. Fase gelombang perige, apabila 2 kali dalam setahun bumi, bulan dan matahari berada dalam
satu garis dan bulan berada dalam titik perige sehingga terjadi puncak gelombang benar-benar
tinggi dan lembah gelombang benar-benar rendah.
b. Fase gelombang apogee, apabila dalam setahun terjaadi 2 kali posisi bumi, bulan, dan matahari
berada dalam fase yang tidak segaris dab bulan berada pada titik apogee, sehingga menyebabkan
puncak gelombang benar-benar rendah, dan lembah gelombang benar-benar tinggi.
Gelombang pasang merupakan sinergi dari tiga fenomena yang terjadi serentak yakni:
a. Pasang tertinggi. Terjadi setiap 18,6 tahun sekali pada 17 mei terjadi bulan baru sehingga bumi
segaris lurus dengan bulan dan matahari pada jarak terdekat (perigeum), sehingga kombinasi
gravitasi keduanya mampu mengangkat air hingga mencapai pasang maksimal.
b. Gelombang Kelvin. Gelombang di samudra atau atmosfer yang mengimbangi gaya Coriolis
(gaya akibat rotasi bumi). Gaya tersebut mengarah dari masing-masing kutub ke equator dengan
tendensi ke timur dengan kecepatan tetap, hingga membentur pantai atau saling berbenturan
dengan gelombang Kelvin dari arah yang berlawanan di equator.
c. Gelombang Swell. Gelombang akibat tiupan angin dengan skala yang lebih besar dari pada riak
(ripples). Angin terjadi karena perbedaan pemanasan. Perbedaan pemanasan ini antara lain
diakibatkan oleh perbedaan liputan awan yang berbeda.
Sinergi tiga kekuatan ini (pasang surut, rotasi bumi, dan angin) yang masing-masing pada
kondisi maksimum, mengahasilkan gelombang maksimum pula. Ketika gelombang tersebut
bertemu topografi dasar laut yang melandai di dekat pantai, maka puncak gelombang tersebut
akan tampak membesar, sehingga ketika menghantam pantai menimbulkan bencana yang
mengerikan.
berapa tipe gelombang pasang surut tersebut juga mempengaruhi arus gelombang
pasang surut. Gerakan air vertikal yang berhubungan dengan naik dan turunnya pasang surut,
diiringi oleh gerakan air horizontal yang disebut dengan arus pasang surut. Permukaan
air laut senantiasa berubah-ubah setiap saat karena gerakan pasang surut, keadaan tersebut juga
terjadi pada tempat-tempat sempit, seperti teluk dan selat, sehingga menimbulkan
arus pasut(Tidal current). Gerakan arus pasut dari laut lepas yang merambat ke perairan pantai
akan mengalami perubahan, faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah berkurangnya
kedalaman (Mihardja, 1994).
Arus yang terjadi di laut teluk dan laguna akibat massa air mengalir dari
permukaan yang lebih tinggi ke permukaan yang lebih rendah yang disebabkan oleh pasang
surut. Arus pasang surut adalah arus yang cukup dominan pada perairan teluk yang memiliki
karakteristik pasang (Flood) dan surut. Pada waktu gelombang pasang surut merambat memasuki
perairan dangkal, seperti muara sungai atau teluk, maka badan air kawasan ini akan bereaksi
terhadap aksi dari perairan lepas (King, 1962).
Daerah-daerah di mana arus pasang surut cukup kuat, tarikan gesekan pada
dasar laut menghasilkan potongan arus vertikal, dan resultan turbulensi menyebabkan
bercampurnya lapisan air bawah secara vertikal. Pada daerah lain, di mana arus pasang surut
lebih lemah, pencampuran sedikit terjadi, dengan demikian stratifikasi (lapisan-lapisan air
dengan kepadatan berbeda) dapat terjadi. Perbatasan antar daerah-daerah kontras dari perairan
yang bercampur dan terstratifikasi seringkali secara jelas didefinisikan, sehingga terdapat
perbedaan lateral yang ditandai dalam kepadatan air pada setiap sisi batas.
Sifat pasang surut yang periodik tentunya dapat diramalkan. Untuk meramalkan pasang
surut, diperlukan data amplitudo dan beda fasa dari masing-masing komponen pembangkit
pasang surut. Komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan
harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai dan superposisi
antar gelombang pasang surut komponen utama, akan terbentuklah komponen-komponen pasang
surut yang baru.

F. Tsunami
Perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara
vertikal dengan tiba-tiba dinamakan Tsunami. Perubahan permukaan laut tersebut bisa
disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut,
longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke
segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami tetap terhadap fungsi ketinggian
dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-
1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut
dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang
sedang berada di tengah laut.
Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga
sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter.
Hantaman gelombang tsunami dapat masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai.
Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena tsunami dapat diakibatkan hantaman air maupun
material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.

Gambar 3.1 Proses Tsunami


Gambar 3.2 Tsunami akibat gempa tektonik di dasar laut

Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang


terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai
pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak
daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm
hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya dapat mencapai
puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap
masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan
bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi
juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng
benua. Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan
gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba, sehingga
keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula benda kosmis atau
meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi
megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gelombang pasang surut air laut disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut teori
keseimbangan gaya pembangkit pasang surut terjadi karena pemisahkan pergerakan sistem bumi-
bulan-matahari menjadi 2, yaitu sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari. Sedangkan
menurut teori dinamik gaya pembangkit pasang surut menghasilkan gelombang pasang surut
(tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut. Selain itu, faktor
faktor lokal seperti bentuk dasar lautan dan massa daratan di sekitarnya kemungkinan
menghalangi aliran air yang dapat berakibat luas terhadap sifat-sifat pasang.
. Tenaga pembentuk pasang surut juga berasal dari bulan, bumi, dan matahari yang
menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut
gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut
antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (Priyana, 1994).
Tipe-tipe pasang surut air laut bermacam-macam. Salah satunya berdasarkan
kedudukan bulan, bumi, dan matahari antara lain spring tides dan nead tides. Indonesia terjadi
tipe pasang surut harian, campuran, dan semi diurnal. Indonesia juga memiliki pasang surut
yang tinggi karena dipengaruhi oleh Samudera Hindia dan Pasifik.
Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran pasang surut air laut antara lain, tide
staff, Tide Gauge, dan satelit. Sedangkan metode yang digunakan dalam pengukuran pasang
surut air laut dengan proses perhitungan dari komputer didasarkan pada penyesuaian lengkung
dari data pengamatan dengan metoda kuadrat terkecil dengan menggunakan beberapa komponen
yang dianggap mempunyai faktor yang paling menentukan. Dengan bantuan komputer, maka
akan memperoleh data pasang surut air laut.
Tsunami merupakan gelombang laut besar yang terjadi karena gempa tektonik di
dasar laut, gunung meletus, dan tanah longsor. Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan
bumi atau sesar. Patahan tersebut akan terisi oleh air secara tiba-tiba yang biasanya dinamakan
surut secara drastis. Jika sudah cukup terisi oleh air dan mendapat tekanan yang kuat, maka
gelombang tersebut lama-kelamaan akan tinggi dan sangat kuat untuk mencapai daratan, hingga
membuat kerusakan. Gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per
jam. Dengan gelombang besar tersebut menyebabkan daerah di sekitar pantai juga luluh lantak.

Anda mungkin juga menyukai