Oleh:
VERLITA UTAMI
14711075
TUTORIAL 13
Tutor : dr. Fajar Alfa Saputra
2017
ASESMEN GERIATRI
1. IDENTITAS
Nama Pasien Tn. J
Jenis Kelamin Laki-Laki
Umur 79 tahun
Agama Islam
Pendidikan Tidak sekolah
Alamat Padasan, Sleman
Nomor Telepon -
Pekerjaan Sudah tidak bekerja
Kegiatan sekarang Di panti melakukan kegiatan yang ringan
dan sudah tidak melakukan kegiatan yang
berat
Nama orang terdekat Ny.Y
Orang yang tinggal serumah Tinggal di panti bersama dengan 9 orang
temannya
Jumlah anak laki-laki: - perempuan: -
Jumlah cucu laki-laki: - perempuan: -
Jumlah cicit -
Asesmen dibuat tanggal 13 juli 2017
Pengirim pasien Keluarga
10 MENIT PEMERIKSAAN PENYARING TERHADAP
KONDISI GERIATRI
PROBLEM CARA PEMERIKSAAN HASIL POSITIF HASIL
Penglihatan 1. Pertanyaan: apakah Terdapat Tidak. Pasien tidak
anda mempunyai ketidakmampuan mempunyai
kesulitan dalam melihat dalam kesulitan dalam
berkendara, menonton TV jarak >20/40 menonton tv atau
atau membaca atau dengan kartu melakukan aktivitas
melakukan aktivitas Snellen sehari-hari. Namun,
sehari-hari karena pasien memiliki
penglihatan anda? keterbatasan dalam
2. Jika ya, lakukan tes mata membaca karena
dengan kartu Snellen saat pasien tidak pernah
pasien memakai lensa mengenyam bangku
koreksi (bila pendidikan jadi
memungkinkan) atau pasien tidak bisa
jika tidak memungkinkan membaca atau buta
bisa juga dilakukan tes huruf. Pasien masih
membaca koran bisa melihat tulisan
angka karena
kebaiasaan pasien
melihat uang.
4. Riwayat alergi
Pasien mengatakan bahwa beliau tidak memiliki alergi.
5. Kebiasaan dan lingkungan
Lingkungan tempat tingal pasien cukup aman. Pasien tinggal di panti
yang sudah di desain oleh pemerintah ramah terhadap lansia. Jadi hampir di
semua tembok ada pegangan besi yang memungkinkan pasien memegang
pegangan ketika akan berjalan. Lantai tempat tinggal pasien juga aman karena
tidak licin.
6. Riwayat obat-obatan yang diminum saat ini
Saat ini pasien mengonsumsi obat ambroksol karena beberapa waktu lalu
pasien mengeluhkan batuk, namun sekarang pasien sudah tidak batuk lagi. Selain
itu pasien mengkonsumsi onat kaptopril sesuai petunjuk dokter untuk mengontrol
tekanan darah pasien yang baiasanya tinggi. Pasien juga mengkonsumsi obat
metformin dan glibenklamid untuk mengontrol kadar gula pasien yang cenderung
tinggi.
Berapa banyak obat-obatan yang anda minum, termasuk yang
diresepkan dokter, membeli sendiri, vitamin dan berapa dosisnya ?
Pasien meminum obat yang diberi oleh dokter dan pasien tidak membeli obat
sendiri di warung. Pasien meminum obat ambroksol 2 kali sehari. Untuk obat
metformin diminum 3 kali sehari sedangkan obat glibenklamid diminum setengah
tablet per hari dan obat kaptopril diminum 2 kali sehari.
7. Ringkasan gejala
Gejala Ya/ Tidak Keterangan
Anoreksia Tidak -
Lelah/ capai Ya
BB turun tidak
Insomnia Tidak
Nyeri kepala Ya Kadang-kadang dialami pasien
setelah mencuci terlalu banyak
Gangguan Tidak
penglihatan
Gangguan Tidak
pendengaran
Gangguan gigi tiruan Tidak Pasien tidak punya gigi tiruan
Batuk/ mengi Tidak
Sesak napas Tidak -
Tak enak pada dada Tidak -
waktu kerja
Sesak waktu tidur Tidak -
Sembab di kaki Tidak -
Jatuh ya Sekitar 22 tahun yang lalu
Pingsan Tidak -
Nyeri telan Tidak -
Nyeri perut Tidak -
Gangguan BAB Tidak -
Gangguan BAK tidak
Gangguan kaki Ya Myeri ketika berjalan
Lemah/ lumpuh Tidak
setempat/ gangguan
rasa
Gangguan Tidak -
penglihatan sementara
Sering lupa Tidak -
Depresi Tidak -
Mengembara/ Tidak -
kelakuan aneh
8. Penapisan depresi
Untuk setiap pertanyaan di bawah ini, penjelasan mana yang paling dekat
dengan perasaan yang anda rasakan bulan lalu?
Berapa seringkah bulan lalu anda:
Mengalami gangguan kesehatan yang Jarang sekali
menghalangi kegiatan anda
Merasa gugup Tidak pernah
Merasa tenang dan damai Sering sekali
Merasa sedih sekali Tidak pernah
Bahagia Sering sekali
Sangat sedih dan tidak ada satupun yang dapat Tidak pernah
menghibur
Merasa tidak ada lagi yang diharapkan Tidak pernah
9. Keterbatasan fungsional
Sudah berapa lamakah (> 3 bulan, < 3 bulan, atau tidak ada
keterbatasan) kesehatan anda membatasi kegiatan anda dalam melakukan:
Pekerjaan berat (angkat Ya, ada keterbatasan > 3 bulan.
barang, lari, dll) Pasien mengeluhkan adanya keterbatasan
pada pekerjaan berat yaitu lari dan angkat
barang karena kondisi pasien yang pernah
tabrakan dan kakinya patah. Faktor risiko
lain adalah usia yang semakin menua yang
membuat pasien tidak lagi mampu
melakukan hal yang berat-berat.
Pekerjaan sedang (angkat Tidak, tidak ada keterbatasan
belanjaan, menggeser meja, Pasien masih mampu menggeser meja
dll) walau dilakukan dengan hati-hati
Pekerjaan rumah ringan Tida, tidak ada keterbatasan
(menyapu) Pasien masih mampu melakukan hal yang
ringan seperti menyapu.
Pekerjaan di kantor Ya, ada keterbatasan > 3 bulan.
(membaca, menulis, Asesmen ini tidak dapat dinilai karena
mengetik) pasien tidak bekerja di kantor.
Membungkuk, berlutut, Ya, ada keterbatasan > 3 bulan.
bersujud Pasien mengeluh tidak dapat membungkuk
dan berlutut serta sujud yang terlalu lama.
8. Leher
Inspeksi : pembesaran kelenjar tiroid (-), benjolan (-),
sikatrik (-), kemerahan (-)
Palpasi : pembesaran KGB leher (-), nyeri tekan (-),
Dada
Inspeksi : dada kanan dan kiri simetri, bentuk dinding dada
normal tidak ada kelainan atau deformitas,
deviasi tulang belakang (-), retraksi dinding dada
(-), ketinggalan gerak (-), lesi kulit (-),
perbandingan tinggi dinding dada dan dinding
abdomen normal, gerakan pernafasan teratur,
pulsasi ictus cordis (-)
Palpasi : nyeri (-), massa (-), krepitasi (-), pergerakan
dinding dada simetris antara kanan dan kiri,
fremitus taktil normal
Perkusi : batas, ukuran, dan posisi paru dan jantung normal,
cairan (-), massa (-)
Auskultasi : ronkhi (-), wheezing (-), gallop (-), irama teratur,
frekuensi normal, intensitas normal
9. Abdomen
Inspeksi : sikatrik (-), striae (-). bentuk dan lokasi umbilikus
normal, asites (-), distensi (-), penonjolan
suprapubik (-), dinding abdomen simetris,
pembesaran organ (-), massa atau benjolan (-),
gerakan peristaltik normal.
Auskultasi : peristaltik terdengar, bising aorta (-)
Perkusi : redup tanda asites (-), ukuran, posisi, dan batas
hepar dan lien normal
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar teraba namun tidak keras
dan dalam batas normal, ginjal tidak teraba, lien
tidak teraba
10. Muskuloskeletal
Inspeksi : benjolan (-), kulit kering (+), sisik (+), bekas luka
(-),bekas jahitan (-), bengkak genu (-), kemerahan
(-), benjolan (-)
Palpasi : nyeri tekan keseluruhan (-), benjolan (-), panas (-),
krepitasi genu (-), nyeri tekan genu (-)
C. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Darah rutin : -
b. Urin rutin :-
c. Profil lipid : -
d. Faal hati :-
e. Faal ginjal :-
f. Faal jantung : -
g. Gula darah : pasien pernah melakukan pemeriksaan gula darah namun
lupa. Setelah di cek pemeriksa gula darah sewaktu pasien adalah 454.
2. Radiologi :-
3. EKG :-
4. Lain-lain :-
D. DAFTAR MASALAH
1. Hipertensi derajat 2
2. Diabetus militus tipe 2
1. Kesehatan umum
a. Secara umum anda menggambarkan kesehatan anda saat ini: cukup
b. Seberapa parah nyeri pada tubuh yang anda rasakan selama 4 minggu
terakhir: sangat ringan
Hasil : skor 27
SKALA DEPRESI USIA LANJUT
Gejala utama:
1. Dirinya merasa sedih Tidak
2. Energi tidak ada/ berkurangnya energi Tidak
3. Penurunan minat/ hobi Tidak
Gejala lainnya:
4. Rasa harga diri dan kepercayaan diri turun Tidak
5. Rasa bersalah dan tidak berguna Tidak
6. Tidak mau makan/ nafsu makan turun Tidak
7. Konsentrasi dan perhatian berkurang Tidak
8. Selalu was-was pada masa depan Tidak
9. Seksual/ libido berkurang Ya
10. Sulit tidur Tidak
11. Ingin merusak diri Tidak
B. POLA MAKAN
1. Kebiasaan makan pagi : Ya
2. Kebiasaan makan sore : tidak
3. Kebiasaan selingan/ ngemil : Ya, buah-buahan, roti, makanan ringan,
agar-agar, lemper
4. Alergi makanan : Tidak ada
5. Sebutkan bahan makanan yang biasa dikonsumsi :
a. Makanan pokok : Nasi
b. Lauk hewani : telur, ayam, ikan
c. Lauk nabati : Tahu, tempe
d. Sayuran : Sayur bayam, gori, kacang, bomcis
e. Buah-buahan : jeruk, pisang, semangka
f. Minuman : Air putih
ASESMEN ORAL UNTUK USILA
2. DAFTAR MASALAH
a. Masalah aktif
Hipertensi derajat 2
Diabetus militus tipe 2
b. Masalah pasif
-bungkuk
3. DD
- Tekanan darah tinggi : hipertensi esensial/primer dan hipertensi sekunder
- Gula darah tinggi : diabetus militus tipe 1 dan diabetus militus tipe 2
- Bungkuk : osteomalasia, osteoporosis
4. DIAGNOSA
Hipertensi derajat 2 dan diabetus militus tipe 2
5. TERAPI
a. NONFARMAKOLOGIS
istirahat
kurangi makan tinggi gula
pengaturan gaya hidup
b. FARMAKOLOGIS
Metformin 500 mg
Kaptopril 25 mg
Ambroksol 30 mg
Glibenklamide 5 mg
6. PLANNING/ RENCANA PENATALAKSANAAN
Non farmakologis
-Rutin kontrol ke dokter spesialis saraf
Farmakologis
-pemberian obat anti hipertensi dan anti diabetus militus
PEMBAHASAN
2. ANALISA DD
A. Tekanan darah tinggi
I. Hipertensi Sekunder
II. Hipertensi Esensial/Primer
III. White Coat Hipertension
B. Diabetus Militus
I. Diabetus Militus Tipe 1
II. Diabetus Militus Tipe 2
III. Diabetus Mulitus Gestasional
IV. Diabetus Insipidus
1. ANALISA DIAGNOSA
Tekanan Darah tinggi
c. Sifat nyeri
Menurut pasien, nyeri persendian dialami secara bilateral, sehingga artritis
gout dapat dikeluarkan dari diagnosa. Berdasarkan Soenarto (2009), bahwa
sifat serangan pasien artritis gout adalah secara unilateral.
b. Lokasi
Lokasi nyeri pada pasien adalah di sendi genu, hal ini bertolak belakang
pada pasien dengan artritis reumatoid yang nyerinya terjadi pada sendi kecil.
c. Sifat nyeri
Artritis reumatoid tidak berhubungan dengan nyeri saat beraktivitas berat
seperti halnya osteoartritis. Soenarto (2009), Rosani & Isbagio (2016)
menyebutkan bahwa nyeri sendi pada pasien artritis reumatoid akan muncul
pada pagi hari. Selain itu, artritis reumatoid juga memiliki sifat nyeri yang
menetap walaupun diistirahatkan, sehingga sangat berbeda dengan osteoartritis
dan artritis gout.
Dalam kriteria Rosani & Isbagio (2016), tersebut disebutkan bahwa hasil positif
jika:
1. Nyeri lutut disertai dengan minimal 5 dari 9 kriteria (sensitivitas 92%,
spesivisitas 75%) berikut ini:
a. Usia > 50 tahun
b. Kekakuan < 30 menit
c. Krepitus
d. Bony tenderness
e. Pembengkakan tulang
f. No palpable warmth
g. LED < 40 mm/jam
h. RF < 1:40
i. SF OA
2. Nyeri lutut disertai dengan minimal satu dari 3 kriteria (sensitivitas 91%,
spesivisitas 86%) berikut ini:
a. Usia > 50 tahun
b. Kekakuan < 30 menit
c. Krepitus
d. + Osteofit
3. Nyeri lutut disertai dengan minimal 3 dari 6 kriteria (sensitivitas 95%,
spesivisitas 69%) berikut ini:
a. Usia > 50 tahun
b. Kekakuan < 30 menit
c. Krepitus
d. Bony tenderness
e. Pembengkakan tulang
f. No palpable warmth
Dilihat dari analisa data seperti yang disebutkan di atas, maka kecenderungan
pasien terdiagnosa suspect osteoartritis. Hal ini juga diperkuat dengan penuturan pasien
bahwa beberapa tahun terdahulunya pernah terdiagnosa oleh dokter sebagai pasien
osteoartritis. Namun untuk memastikan lebih lanjut, maka diperlukan pemeriksaan
penunjang lainnya.
Gangguan psikis
Untuk gangguan psikis pasien, maka pasien terdiagnosa suspect ansietas. Hal ini
diperkuat melalui hasil screening depresi pasien yang hasilnya masih normal.
Hasil diagnosa
Dari keseluruhan hasil pembahasan diagnosa, maka diagnosa lengkap pasien
adalah suspect osteoartritis disertai dengan suspect ansietas.
2. ANALISA TERAPI
Pasien menuturkan bahwa setiap kali nyeri sendinya kambuh, dokter akan
menyuntikkan obat ke lututnya yang sakit. Setelah disuntikkan, pasien merasa nyerinya
berkurang dan dapat beraktivitas rutin lagi. Kemungkinan obat yang disuntikkan ke
lutut pasienpun beragam, namun kemungkinan besar obat yang disuntikkan tersebut
adalah obat golongan chondroprotective agent. Obat golongan ini merupakan jenis
obat untuk menjaga atau merangsang perbaikan tulang rawan sendi pada pasien
osteoartritis. Contoh obat golongan ini sangat beragam, seperti tetrasiklin, asam
hyaluronat, kondroitin sulfat, dan sebagainya. Salah satu cara pemberian pengobatan
jenis ini adalah dengan cara injeksi intra artikular pada sendi yang sakit (Soeroso, et al,
2014).
Elvira SD, Hadisukanto G. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI.
Hochberg MC, Altman RD, April KT, et al. 2012. American college of rheumatology
2012 recommendations for the use of nonpharmacologic and pharmacologic
therapies in osteoarthritis of the hand, hip, and knee. Arthritis Care Res. 64 (4):
465-474.
Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, et al. 2012. Harrisons Principles of Internal
Medicine. Ed 18. New York: McGraw-Hill.
Putra, TR. 2014. Hiperurisemia. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M,
Setiyohadi B, Syam AF. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 6. Jakarta:
Interna Publishing.
Rosani S, Diatri H. 2016. Ilmu Kesehatan Jiwa. Dalam: Arifputera A, Calistania C,
Klarisa C, et al. 2016. Kapita Selekta Kedokteran. Ed IV jilid II. Jakarta: Media
Aesculapius.
Rosani S, Isbagio H. 2016. Reumatologi. Dalam: Arifputera A, Calistania C, Klarisa C,
et al. 2016. Kapita Selekta Kedokteran. Ed IV jilid II. Jakarta: Media
Aesculapius.
Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. 2014. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry:
Behavioural/ Clinical Psychiatry. Ed 11. New York: Lippincott William &
Wilkins.
Soenarto. 2009. Reumatik pada Usia Lanjut. Dalam: Darmojo RB, Martono HH. 2009.
Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Ed 5. Jakarta:
Badan Penerbit FK UI.
Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, et al. 2014. Osteoartritis. Dalam: Setiati S, Alwi I,
Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Ed 6. Jakarta: Interna Publishing.
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
( ) ( ) ( )