Anda di halaman 1dari 16

Tugas Akhir Rancang Bangun

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Sistem Pengapian


Sistem pengapian merupakan bagian yang sangat penting pada suatu
kendaraan, karena sistem ini berhubungan dengan sistem kerja suatu mesin
kendaraan. Sistem pengapian pada motor bensin berfungsi mengatur proses
pembakaran campuran bensin dan udara di dalam silinder sesuai waktu
yang sudah ditentukan yaitu pada akhir langkah kompresi. Permulaan
pembakaran diperlukan, karena pada motor bensin pembakaran tidak bisa
terjadi dengan sendirinya. Pembakaran campuran bensin-udara yang
dikompresikan terjadi di dalam silinder setelah busi memercikkan bunga api,
sehingga diperoleh tenaga akibat pemuaian gas hasil pembakaran, mendorong
piston ke Titik Mati Bawah (TMB) menjadi langkah usaha. Agar busi dapat
memercikkan bunga api, maka diperlukan suatu sistem yang bekerja secara
akurat. Sistem pengapian terdiri dari berbagai komponen, yang bekerja
bersama-sama dalam waktu yang sangat cepat dan singkat (Jalius, 2008).

2.1.1 Syarat Sistem Pengapian


Agar mesin dapat bekerja dengan baik, maka ada beberapa syarat yang
harus dimiliki mesin bensin tersebut, yaitu :
a. Percikan bunga api harus kuat
Pada saat campuran bensin-udara dikompresi di dalam silinder, maka
kesulitan utama yang terjadi adalah bunga api meloncat di antara celah
elektroda busi sangat sulit, hal ini disebabkan udara merupakan tahanan
listrik dan tahanannya akan naik pada saat dikompresikan.
Tegangan listrik yang diperlukan harus cukup tinggi, sehingga dapat
membangkitkan bunga api yang kuat di antara celah elektroda busi
(Jalius, 2008).
Terjadinya percikan bunga api dipengaruhi oleh pembentukan tegangan
induksi yang dihasilkan dari proses pengapian. Semakin tinggi teganaga
yang dihasilkan maka semakin kuat bunga api yang dihasilkan.

4
Tugas Akhir Rancang Bangun

b. Saat pengapian harus tepat


Untuk memperoleh pembakaran yang sempurna, maka campuran
bensin dan udara yang paling tepat. Saat pengapian harus dapat berubah
mengikuti berbagai perubahan kondisi operasional mesin.
Saat pengapian dari campuran bensin dan udara adalah saat terjadinya
percikan bunga api busi beberapa derajat sebelum Titik Mati Atas (TMA)
pada akhir langkah kompresi. Saat terjadinya percikan waktunya harus
ditentukan dengan tepat supaya dapat membakar dengan sempurna
campuran bensin dan udara agar dicapai energi maksimum.
Setelah campuran bahan bakar dibakar oleh bunga api, maka diperlukan
waktu tertentu bagi api untuk merambat di dalam ruangan bakar. Oleh
sebab itu akan terjadi sedikit keterlambatan antara awal pembakaran
dengan pencapaian tekanan pembakaran maksimum. Dengan demikian,
agar diperoleh output maksimum pada engine dengan tekanan pembakaran
mencapai titik tertinggi, periode perambatan api harus diperhitungkan pada
saat menentukan saat pengapian (ignition timing) seperti di tunjukkan
diagram gambar 2.1.

Gambar 2.1 Proses Pengapian (Farhan,2012)


c. Sistem pengapian harus kuat dan tahan
Sistem pengapian harus kuat dan tahan terhadap perubahan yang terjadi
setiap saat pada ruang mesin atau perubahan kondisi operasional

5
Tugas Akhir Rancang Bangun

kendaraan harus tahan terhadap getaran, panas, atau tahan terhadap


tegangan tinggi yang dibangkitkan oleh sistem pengapian itu sendiri.
Komponen-komponen sistem pengapian seperti koil pengapian,
kondensor, kabel busi (kabel tegangan tinggi) dan busi harus dibuat
sedemikan rupa sehingga tahan pada berbagai kondisi. Misalnya dengan
naiknya suhu di sekitar mesin, busi harus tetap tahan (tidak meleleh)
agar bisa terus memberikan loncatan bunga api yang baik. Oleh karena itu,
pemilihan tipe busi harus benar-benar tepat.

2.2 Type EFI


EFI adalah sebuah sistem bahan bakar yang dalam kerjanya sampai
(penyemprotan bahan bakar di ruang bakar) dikontrol secara elektronik agar
didapatkan nilai campuran udara dan bahan bakar yang selalu sesuai dengan
kebutuhan motor bakar. Penyemprotan bahan bakarnya sudah di atur secara
electronic, maka pada EFI dikenal ada komponen yang bernama injector yang
berfungsi untuk menginjeksikan bahan bakar dalam bentuk kabut yang
mudah terbakar.
Dengan adanya EFI ini, maka proses pembakaran yang terjadi diruang
bakar akan terjadi secara sempurna sehingga didapatkan daya motor yang
optimal serta didapatkan gas buang yang ramah lingkungan. Proses
pemberian bahan bakar dari ECU (Electronic Control Unit) ke injector yang
didasarkan pada signal dari sensor yang bekerja.
Tipe EFI adalah sebuah sistem injeksi yang terbagi menjadi dua macam
yaitu:
1.2.1 Sistem D EFI (Manifold Pressure Control Type)
Sistem D EFI mengukur tekanan udara dalam intake manifold,
kemudian melakukan penghitungan jumlah udara yang masuk. Sistem ini
sering pula disebut D Jetronic. Huruf D singkatan dari Druck (bahasa
Jerman) yang berarti tekanan, sedang Jetronic berarti penginjeksian
(injection). Pada system D EFI dalam mendeteksi tekanan udara dan
jumlah udara dalam intake manifold kurang akurat apabila dibanding
sistem L EFI. Berikut ini tampilan system D EFI di tunjukkan pada
gambar 2.2.

6
Tugas Akhir Rancang Bangun

Gambar 2.2 Sistem EFI Tipe D(Ibrahim, 2010)


1.2.2 Sistem L EFI (Air flow Control Type)
Pada sistem L EFI, air flow meter langsung mengukur jumlah
udara yang mengalir melalui intake manifold. Air flow meter mengukur
jumlah udara dengan sangat akurat, sehingga sistem ini dapat mengontrol
penginjeksian bahan bakar lebih tepat dibanding sistem D EFI. Istilah L
diambil dari bahasa Jerman yaitu Luft yang berarti udara. Berikut ini
tampilan system L EFI di tunjukkan pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Sistem EFI Tipe L(Ibrahim, 2010)

7
Tugas Akhir Rancang Bangun

2.3 Pembahasan Sistem Kontrol Elektronik

Sistem kontrol elektronik merupakan sistem yang mengatur suplai


bahan bakar pada mesin injeksi agar bahan bakar dapat di injeksikan pada
saat dan jumlah volume yang tepat berdasarkan kondisi kerja mesin.
Berikut ini diagram alur sistem kontrol elektronik pada sistem ECU dapat
di lihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Sistem Kontrol Elektronik (Ruswid, 2008)


Komponen sistem kontrol elektronik terdiri dari beberapa bagian
yaitu :
2.3.1 Bagian Input
Sensor MAQS (Modulated Air Quantity Sensor) yang merupakan
serangkaian dari beberapa sensor yang terdiri dari sensor suhu udara
masuk (Intake Air Temperature Sensor), sensor tekanan udara masuk
(Intake Air Pressure Sensor), dan sensor posisi katup gas (Throttle
Position Sensor) yang terletak dalam satu komponen. MAQS sendiri
berfungsi untuk mengatur waktu pengapian yaitu mengatur kapan injector
menyemprotkan bahan bakar dan mengatur campuran bahan bakar dengan
udara yang ideal sesuai dengan temperatur mesin. Berikut ini adalah
tampilan dari sensor MAQS yang ditunjukkan pada gambar 2.5.

8
Tugas Akhir Rancang Bangun

Gambar 2.5 Modulated Air Quantity Sensor(Ruswid, 2008)


a. Sensor Suhu Udara Masuk (Intake Air Temperature Sensor)
Sensor suhu udara masuk (Intake Air Temperature Sensor) berfungsi
untuk memberikan sinyal ke ECU berupa informasi (deteksi) tentang suhu
udara yang masuk ke intake manifold. Tegangan referensi/suplai dari ECU
selanjutnya akan berubah menjadi tegangan sinyal yang nilainya
dipengaruhi oleh suhu udara masuk (Ruswid, 2008). Berikut ini adalah
tampilan dari sensor suhu yang ditunjukkan pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Letak Intake Air Temperature Sensor (Ruswid, 2008)


b. Sensor Tekanan Udara Masuk (Intake Air Pressure Sensor)
Sensor tekanan udara masuk (Intake Air Pressure Sensor) memiliki
saluran udara yang terhubung ke intake manifold dan terletak setelah
katup gas. Sensor tekanan udara masuk merupakan sensor yang berfungsi
untuk mendeteksi beban mesin melalui tekanan udara yang masuk ke
intake manifold dan memberikan sinyal hasil deteksi ke ECU berupa
referensi tegangan yang selanjutnya digunakan ECU untuk menentukan
durasi penginjeksian bahan bakar atau banyaknya bahan bakar yang di
injeksikan.

9
Tugas Akhir Rancang Bangun

Sensor tekanan udara masuk terbuat dari Piezo Resistive yang


merupakan bahan yang nilai tahanannya tergantung dari perubahan
bentuknya. Piezo resistive dibuat berbentuk diafragma/membran silicon
chip antara ruangan referensi (kevakuman = 0,2 bar) dan ruangan yang
terhubung dengan intake manifold.
Perbedaan tekanan antara ruang referensi dengan intake manifold
berakibat perubahan lengkungan pada membran silicon chip. Pengolah
sinyal merubah menjadi tegangan sinyal. Berikut ini adalah tampilan
bagian-bagian sensor tekanan udara yang ditunjukkan pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Bagian-Bagian Sensor Tekanan Udara Masuk(Unit


Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009)
Keterangan :
1&3 = konektor 5 = gelas isolator
2 = vakum referensi 6 = rumah vacum
4 = silicon chip ukur 7 = input vacum
c. Sensor Posisi Katup Gas (Throttle Position Sensor)
Sensor posisi katup gas (Throttle Position Sensor) merupakan sebuah
tahanan geser dengan bahan karbon arang, berfungsi untuk
mengetahui posisi (derajat) pembukaan katup gas guna mengkoreksi AFR
(Air Fuel Ratio), pendeteksi perlambatan bersama-sama dengan sensor
RPM untuk fuel cut-off dan untuk mendeteksi beban maksimum
(Jalius,2008). Berikut ini adalah tampilan dari sensor posisi katup yang
ditunjukkan pada gambar 2.8.

10
Tugas Akhir Rancang Bangun

Gambar 2.8 Sensor Posisi Katup Gas (Ruswid, 2008)


d. Sensor Posisi Poros Engkol (Crankshaft Position Sensor)
Crankshaft Position Sensor terdiri dari magnet dan coil yang
ditempatkan di bagian atas rotor AC magneto pada Honda Revo FI, saat
mesin berputar Crankshaft Position Sensor menghasilkan pulsa tegangan
listrik seperti pada grafik. Berikut ini adalah tampilan dari diagaram sensor
poros engkol yang ditunjukkan pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 Bentuk sinyal pada sensor posisi poros engkol (Anonim,
2004)
Crankshaft Position Sensor digunakan sebagai sensor utama untuk
mendeteksi putaran mesin, output signal dari Crankshaft Position Sensor
dikirim ke ECU untuk menentukan injection timing dan besarnya basic
injection volume. Berikut ini adalah tampilan dari letak sensor crankshaft
yang ditunjukkan pada gambar 2.10.

11
Tugas Akhir Rancang Bangun

Gambar 2.10 Crankshaft Position Sensor(Ruswid, 2008)


e. Sensor Suhu Mesin (Engine Temperature Sensor)
Sensor suhu mesin berfungsi untuk mendeteksi suhu mesin
dan memberikan input sinyal deteksi ke ECU berupa referensi tegangan
yang berbeda- beda berdasarkan suhu mesin yang terdeteksi yang akan
digunakan ECU untuk menentukan banyaknya bahan bakar yang di
injeksikan. Berikut ini adalah tampilan dari sensor suhu yang ditunjukkan
pada gambar 2.11.

Gambar 2.11 Sensor Suhu Mesin(Ruswid, 2008)


Sensor suhu mesin terbuat dari thermistor, yaitu sebuah variable
resistor yang dipengaruhi oleh temperature. Kerja sensor suhu mesin
sama dengan sensor suhu udara, hanya fungsi pendeteksiannya yang
berbeda. Sensor suhu mesin berfungsi mendeteksi temperature oli mesin
sebagai input ECU untuk mengoreksi besarnya penginjeksian bensin pada
injektor (Anonim,2004). Berikut ini adalah tampilan dari hubungan sensor
suhu mesin dengan ECU yang ditunjukkan pada gambar 2.12.

12
Tugas Akhir Rancang Bangun

Gambar 2.12 Hubungan Sensor Suhu Mesin dengan ECU (Unit


Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009)
f. Sensor O2 (O2 Sonsor)
Sensor O2 dipasangkan di exhaust manifold yang berfungsi untuk
mendeteksi konsentrasi oksigen pada gas buang kendaraan, menghitung
perbandingan udara dan bensin, dan menginformasikan hasilnya pada
ECU (Anonim,2004). Berikut ini adalah tampilan dari letak sensor O2
yang ditunjukkan pada gambar 2.13.

Gambar 2.13 Letak Sensor O2 (Ruswid, 2008)


Cara kerja sensor O2:
Sensor O2 membantu mesin mencapai kinerja yang tinggi dengan
campuran udara dan bahan bakar dengan rasio 14,7: 1. Sensor ini bekerja
pada temperatur 2500c dan memiliki celah 2mm. Sensor O2 ini
menggunakan solid state electrolyctic oxygen ion conduction untuk
mendeteksi kerapatan oksigen. Saat beroperasi, tabung zirconium yang
terbuat dari solid state electrolytes berhubungan dengan gas buang di
exhaust manifold, Bila bagian dalam sensor bersinggungan dengan udara
luar maka akan diketaui tingkat kerapatan oksigen. Ketika bagian luar dan
bagian dalam dari tabung zirconium mendeteksi adanya perbedaan
kerapatan oksigen, maka ion oksigen akan menghasilkan tegangan melalui

13
Tugas Akhir Rancang Bangun

saringan zirconium. Ketika kerapatan oksigen rendah (rasio udara-bahan


bakar jenuh), tegangan meningkat. Ketika kerapatan oksigen tinggi (rasio
udara-bahan bakar rendah), tegangan diturunkan. Tegangan yang
dihasilkan dari kerapatan gas hasil pembakaran akan disimpan oleh ECU,
sehingga dapat memperbaiki waktu injeksi bahan bakar (Ruswid, 2008).
2.3.2 Bagian output
a. Injector
Injector adalah salah satu bagian dari sistem bahan bakar injeksi yang
akan mengabutkan bahan bakar agar terjadi proses pencampuran yang
homogen antara udara dan bahan bakar. Injector dilengkapi dengan
plunger yang akan membuka dan menutup saluran bahan bakar dan kerja
plunger dikontrol oleh solenoid yang mendapat instruksi dari ECU.
Injektor berfungsi menyemprotkan bensin menuju engine untuk
dicampur dengan udara. Agar bensin mudah bercampur dengan udara
maka bensin dikabutkan dengan halus sehingga mudah berubah menjadi
uap (Jalius, 2008). Berikut ini adalah tampilan dari injector yang
ditunjukkan pada gambar 2.14.

Gambar 2.14 Injector (Jalius, 2008)


b. ISC (Idle Speed Control)
ISC (Idle speed control) difungsikan untuk mengatur besarnya udara
yang diberikan pada saat putaran idle. Idle speed control dipasangkan
pada air assist passage. ECU hanya mengoperasikan katup ISC untuk
membuat idle-up dan memberikan umpan balik untuk mencapai target

14
Tugas Akhir Rancang Bangun

putaran idling (Ruswid,2008). Berikut ini adalah tampilan dari idle speed
control yang ditunjukkan pada gambar 2.15.

Gambar 2.15 Idle Speed Control


(Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009)
2.4 Cara Kerja Sistem Bahan Bakar Injeksi
Sistem EFI atau PGM-FI (istilah pada Honda) dirancang agar bisa
melakukan penyemprotan bahan bakar yang jumlah dan waktunya
ditentukan berdasarkan informasi dari sensor-sensor. Pengaturan koreksi
perbandingan bahan bakar dan udara sangat penting dilakukan agar
mesin bisa tetap beroperasi/bekerja dengan sempurna pada berbagai
kondisi kerjanya. Oleh karena itu, keberadaan sensor-sensor yang
memberikan informasi akurat tentang kondisi mesin saat itu sangat
menentukan unjuk kerja (performance) suatu mesin.
Semakin lengkap sensor, maka pendeteksian kondisi mesin dari
berbagai karakter (suhu, tekanan, putaran, kandungan gas, getaran
mesin dan sebagainya) menjadi lebih baik. Informasi-informasi tersebut
sangat bermanfaat bagi ECU untuk diolah guna memberikan
perintahyang tepat kepada injektor, sistem pengapian, pompa bahan
bakar dan sebagainya. Berikut ini adalah tampilan dari sistem aliran
udara yang ditunjukkan pada gambar 2.16.

15
Tugas Akhir Rancang Bangun

Gambar 2.16 Sistem Aliran Udara (Unit Pelaksana Teknis


Pelatihan Kerja Mojokerto 2009)
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Mesin
Yang dimaksud dengan kinerja mesin adalah prestasi dari suatu
mesin dimana prestasi tersebut erat hubungannya dengan daya mesin yang
dihasilkan serta daya guna dari mesin tersebut.
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kemampuan mesin
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Volume silinder
Pada mesin kendaraan, baik sepeda motor dibuat silinder dengan
ukuran volume yang berbeda, besar kecilnya volume silinder sangat
mempengaruhi daya yang dihasilkan oleh mesin itu sendiri. Volume
silinder adalah besarnya volume langkah (piston displacement) ditambah
volume ruang bakar. Volume langkah adalah volume di atas piston
sewaktu piston berada di TMB sampai garis TMA. Volume ruang bakar
adalah volume di atas piston pada saat piston berada di TMA, juga disebut
volume sisa. Berikut ini adalah tampilan volum pada silinder yang
ditunjukkan pada gambar 2.17.

16
Tugas Akhir Rancang Bangun

Gambar 2.17 Volume silinder(Rohidin,2011)


Besarnya volume langkah adalah luas lingkaran piston dikalikan
panjang langkah piston, persamaanya rumusnya dapat ditulis :
VL = 0,785. D2 . L (2.1)
Keterangan :
VL = volume langkah (cc)
D = diameter silinder
L = panjang langkah piston
Volume silinder :
Vt = VL + Vs (2.2)
Keterangan :
Vt = volume total
Vs = volume ruang bakar

b) Perbandingan kompresi
Perbandingan kompresi adalah perbandingan antara volume
silinder dan ruang bakar atau ruang kompresi, persamaan rumus dapat
ditulis :
c= (2.3)

Keterangan :
c = perbandingan kompresi Vs = Volume ruang bakar
Vt = volume total VL = Volume Langkah

17
Tugas Akhir Rancang Bangun

c) Torsi Mesin
Torsi adalah ukuran kemampuan mesin untuk melakukan kerja,
jadi torsi adalah suatu energi. Besaran torsi adalah besaran turunan yang
biasa digunakan untuk menghitung energi yang dihasilkan dari benda yang
berputar pada porosnya. Adapun perumusan dari torsi adalah sebagai
berikut. Apabila suatu benda berputar dan mempunyai besar gaya
sentrifugal sebesar F, benda berputar pada porosnya dengan jari-jari
sebesar b, persamaanya rumusnya dapat ditulis :
T = F x d (N.m) (2.4)
dimana:
T = Torsi benda berputar (N.m)
F = adalah gaya sentrifugal dari benda yang berputar (N)
d = adalah jarak benda ke pusat rotasi (m)
Karena adanya torsi inilah yang menyebabkan benda berputar
terhadap porosnya, dan benda akan berhenti apabila ada usaha melawan
torsi dengan besar sama dengan arah yang berlawanan.

d) Daya motor
Daya motor merupakan salah satu parameter dalam menentukan
performa motor. Pengertian dari daya itu adalah besarnya kerja motor
selama kurun waktu tertentu,maka dapat di rumuskan :
=2 (2.5)
Keterangan:
Wp =Daya poros (KWatt)
N =Putaran motor (Rps)
=Torsi (Nm)

e) Kosumsi bahan bakar


Jumlah bahan bakar yang diperlukan untuk menghasilkan daya
efektif selama perjam oprasi. konsumsi bahan bakar diukur dengan
menggunakan tabung ukur yang telah diketahui volumenya. Bahan bakar
akan dialirkan melalui tabung ukur ini kemudian diamati waktu yang

18
Tugas Akhir Rancang Bangun

diperlukan untuk menghabiskan bahan bakar sebesar volume tersebut pada


saat mesin bekerja, persamaanya rumusnya dapat ditulis :

= (2.6)

= (2.7)
Keterangan
Sfc =Konsumsi bahan bakar spesifik (Kg/Hp.h)
f =Laju aliran bahan bakar (kg/h)
V =Volume (liter)
P =daya yangdihasil kan oleh motor (Hp)

19

Anda mungkin juga menyukai