Anda di halaman 1dari 6

PRESENTASI KASUS KEGAWAT DARURATAN MEDIS

PPOK EKSASERBASI AKUT

Disusun oleh
dr. Tri wahyuningsih

Pembimbing:
dr. Afifah Is Sp.PD

RSUD BUDHI ASIH

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

( Periode 12 Februari 2015 11 Februari 2016)


Nama Peserta : dr. Tri wahyuningsih
Nama Wahana : RSUD BUDHI ASIH
Topik : PPOK
Tanggal Kasus : 26 November 2015
Nama Pasien : Tn. A No. Rekam Medis :
Tanggal Presentasi :- Nama Dokter Pendamping : dr. Afifah Is Sp.PD
Tempat Presentasi :-
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Remaja Dewasa Lansia Bumil
Bayi Anak
Deskripsi: Tn.A usia 64 tahun, datang dengan keluhan sesak napas sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit, muncul tidak dipengaruhi dengan aktifitas dan tidak membaik dengan istirahat, tidak
disertai dengan nyeri dada, dada berdebar debar dan keringat dingin. Terdapat batuk berdahak yang
sulit dikeluarkan.
Tujuan: Mengenali dan mengatasi kegawatdaruratan kasus PPOK eksaserbasi akut
Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas: Diskusi Presentasi dan Diskusi E-mail Pos
DATA PASIEN
Nama : Tn.A (64 tahun) No RM:
Nama RS : RSUD BUDHI ASIH Telp: Terdaftar Sejak:
Data Utama Untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis/gambaran klinis: Sesak muncul sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, tidak
dipengaruhi aktifitas, tidak ada nyeri dada, dada berdebar dan keringat dingin. Sesak
mengganggu aktifitas dan tidur malamnya, napas dirasakan berbunyi ngik-ngik. Kadang
pasien terbangun di malam hari karena tidurnya. Pasien juga mengeluh adanya batuk berdahak
yang sulit dikeluarkan sejak 1 hari SMRS. Dahak yang dapat keluar berwarna putih, kental,
jumlahnya hanya sedikit. Tidak ada batuk darah, demam, dan penurunan berat badan.
2. Riwayat pengobatan: Sudah sering berobat jalan ke rumah sakit, dan pernah datang ke IGD
dengan keluhan yang serupa
3. Riwayat kesehatan/penyakit: Pasien sering menderita keluhan yang sama sebelumnya yaitu
sesak yang muncul tiba-tiba, kadang pada malam hari dan mengganggu tidur, awal kali keluhan
muncul tidak terlalu memberat, namun seiring berjalannya waktu, keluhan serangan sesak
semakin memberat. Riwayat penyakit paru atau TB paru disangkal, riwayat sakit kuning (-).
4. Riwayat kebiasaan: Pasien adalah seorang perokok aktif selama 30 tahun, ia biasa merokok
sebanyak 24 batang/ hari. Tempat tinggal pasien jauh dari industri dan polusi udara.
5. Riwayat keluarga: Ibu pasien menderita asma.
6. Riwayat pekerjaan: Bekerja sebagai pedagang di pinggir jalan raya.
7. Penatalaksanaan: Tatalaksana pada pasien dengan dilakukan pemberian bronkodilator.
Data Pustaka:
1. Tim Kelompok Kerja PPOK. PPOK: Pedoman Praktis Diagnosis dan Penatalaksanaan Di
Indonesia. Jakarta: Team Pokja PPOK ; 2004
2. Riyanto BS, Hisyam B. Obstruksi Saluran Pernapasan. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Edisi
IV Jilid III. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI; 2009. Hal
988-1004
3. Global Initiave for Chronic Obstructive Lung Disesase (GOLD). Global Strategy for the
diagnosis, management, and prevention of chronic obstructive pulmonary disesase. National
Institute of Health. National Institute of Health, National hearth, Lung and Blood Institute.
2005
Hasil Pembelajaran:
1. Etiologi PPOK
2. Patofisiologi PPOK
3. Diagnosis PPOK
4. Penatalaksanaan PPOK
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :
1. Subyektif:
Pasien mengeluh sesak muncul sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, tidak dipengaruhi
aktifitas, tidak ada nyeri dada, dada berdebar dan keringat dingin. Sesak mengganggu aktifitas
dan tidur malamnya, napas dirasakan berbunyi ngik-ngik. Kadang pasien terbangun di
malam hari karena tidurnya. Pasien juga mengeluh adanya batuk berdahak yang sulit
dikeluarkan sejak 1 hari SMRS. Dahak yang dapat keluar berwarna putih, kental, jumlahnya
sedikit. Tidak ada batuk darah, demam, dan penurunan berat badan.
2. Objektif. Berdasarkan pemeriksaan, didapatkan hasil berupa :
Primary survey :
Airway : Clear
Breathing : Spontan, RR: 32 x/mnt
Circulation : Nadi: 100 x/mnt, CRT < 3 detik, sianosis (-)
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Pernafasan : 32 x/mnt
Nadi : 100 x/mnt
Suhu : 37,0 oC
Kesadaran : Compos Mentis, GCS : E4M6V5 = 15
Status Generalis :
Mata : KP -/-, SI -/-
Leher : JVP 5-2 CmH20 (tidak meningkat)
Paru :
- Inspeksi : Pergerakan dada simetris kanan-kiri, barrel chest (-), retraksi sela iga (+)
- Palpasi : Fremitus Vokal simetris kanan-kiri.
- Perkusi : Hipersonor pada seluruh lapang paru.
- Auskultasi : Suara napas vesikuler kanan-kiri, Ronchii (-)/(-), Wheezing (+)/(+), ekspirasi
memanjang
Jantung : Bunyi jantung 1 2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, supel, hepar/lien tidak teraba membesar, shifting dullness (-), bising usus
(+) normal.
Ekstremitas : Akral hangat (+)/(+), edema (-)/(-)
3. Assessment:
Berdasarkan data yang didapatkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang dapat
ditegakkan diagnosis kerja yaitu penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) eksaserbasi akut.
Berdasarkan anamnesis: Pasien mengeluh sesak muncul sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit, tidak dipengaruhi aktifitas, tidak ada nyeri dada, dada berdebar dan keringat dingin. Sesak
mengganggu aktifitas dan tidur malamnya, napas dirasakan berbunyi ngik-ngik. Kadang
pasien terbangun di malam hari karena tidurnya. Pasien juga mengeluh adanya batuk berdahak
yang sulit dikeluarkan sejak 1 hari SMRS. Dahak yang dapat keluar berwarna putih, kental,
jumlahnya sedikit.
Pada pemeriksaan fisik: Tekanan darah : 125/85 mmHg, penafasan: 32 x/mnt, nadi 100 x/mnt ,
suhu 37.0 oC, Paru : Inspeksi : retraksi sela iga (+), perkusi : hipersonor, Auskultasi ; Wheezing
(+)/(+), Ekspirasi memanjang.
Pada pemeriksaan penunjang: Hb: 12,5 gr/dl, leukosit : 7800 gr/dl, eritrosit: 3,65 juta/ul,
trombosit: 133.000 /ul. Saturasi O2 (portable): 97 %. Pemeriksaan EKG dalam batas normal.
Pemeriksaan foto radiologi menunjukkan peningkatan corakan bronkovaskular.
4. Plan:
Dalam menegakkan diagnosis dan penentuan derajat PPOK, perlu dilakukan pemeriksaan uji
faal paru yang sangat bermanfaat dalam menentukan tatalaksana awal dan lanjutan bagi pasien,
serta membedakan dari penyakit asma. Pemeriksaan utama adalah FEV 1 dan rasio FEV1/FVC.
Dilakukan juga pemeriksaan EKG untuk menyingkirkan diagnosis banding.
Penatalaksanaan
Nilai berat gejala
PPOK eksaserbasi(keasadaran, frekuensi
akut merupakan napas, pemeriksaan
kasus kegawatdaruratan, fisis) penatalaksanaan meliputi
sehingga
Analisis
prinsip gawat darurat yaitu gas
: darah
Foto toraks
- Airway: Pastikan bebas. Pada pasien tidak ada hambatan jalan napas.
- Breathing: Diberikan bantuan oksigen yang adekuat. Dilakukan pemasangan nasal kanul
oksigen sebanyak 3-4 ltr/mnt untuk mengatasi sesak yang terjadi pada pasien
Terapi
- Circulation: Nilai nadi,oksigen
ada tidaknya sianosis, segera pasang akses vena untuk membantu
Bronkodilator
masuknya cairan dan obat-obatan.
Inhalasi / nebulizer: agonis 2, antikolinergik
Intravena: metal xantin, bolus & drip
Antibiotik Manajemen di Rumah Sakit
Kortikosteroid sistemik
Diuretika bila ada retensi cairan

Mengancam jiwa Tidak mengancam jiwa


(gagal napas akut)

ICU Ruang rawat


Gejala ekasaserbasi:
Pasien PPOK dikatakan mengalami eksaserbasi akut bila kondisi pasien mengalami
perburukan yang bersifat akut dari kondisi sebelumnya yang stabil dan dengan variasi gejala
harian normal sehingga pasien memerlukan perubahan pengobatan yang sudah biasa digunakan.
Eksaserbasi akut ini biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri atau virus), bronkospasme, polusi
udara atau obat golongan sedatif.
Sekitar sepertiga penyebab eksaserbasi akut ini tidak diketahui. Pasien yang mengalami
eksaserbasi akut dapat ditandai dengan gejala yang khas seperti sesak napas yang semakin
bertambah, batuk produktif dengan perubahan volume atau purulensi sputum, keterbatasan
aktiviti bertambah, terdapat gagal napas akut pada gagal napas kronik, kesadaran menurun atau
dapat juga memberikan gejala yang tidak khas seperti malaise, fatigue dan gangguan susah
tidur. Roisin membagi gejala klinis PPOK eksaserbasi akut menjadi gejala respirasi dan gejala
sistemik. Gejala respirasi yaitu berupa sesak napas yang semakin bertambah berat, peningkatan
volume dan purulensi sputum. batuk yang semakin sering dan napas yang dangkal dan cepat.
Gejala sistemik ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, peningkatan denyut nadi serta
gangguan status mental pasien.
Pemeriksaan yang diperlukan untuk menilai tingkat keparahan pasien PPOK yang
mengalami eksaserbasi akut adalah :

Tes fungsi paru (mungkin sukar dilakukan untuk pasien yang kondisinya parah)
PEF < 100 L/menit atau FEV1 < 1 L mengindikasikan adanya eksaserbasi yang parah.

Pemeriksaan analisis gas darah.


PaO2 < 8,0 kPa (60 mmHg) dan atau Sa O 2 < 90% dengan atau tanpa PaCO2 > 6,7 kPa
(50 mmHg), saat bemapas dalam udara ruangan, mengindikasikan adanya gagal napas
PaO2 < 6,7 kPa (50 mmHg), PaCO2> 9,3 kPa (70 mmHg) dan pH < 7,30, memberi
kesan episode yang mengancam jiwa dan perlu dilakukan monitor ketat serta
penanganan intensif.

Foto toraks. Dilakukan untuk melihat adanya komplikasi seperti pnemoni.


Elektrokardiografi (EKG). Pemeriksaan EKG dapat membantu penegakan diagnosis
hipertropi ventrikel kanan, aritmia dan iskemia. Kultur dan sensitivitas kuman terhadap
antibiotik yang dipakai. Pemeriksaan ini juga diperlukan jika tidak ada respons
terhadap antibiotik yang dipakai sebagai pengobatan pada permulaan penyakit.
Kuman penyebab eksaserbasi akut yang paling sering ditemukan adalah Streptococcus
pneumoniae, Moraxella catarrhalis dan H.influenzae
Rujukan = Direncanakan jika proses penyakit berlanjut atau telah terjadi komplikasi
Kontrol = Dibutuhkan kontrol ke poliklinik yang menyediakan fasilitas uji faal paru

Anda mungkin juga menyukai