Anda di halaman 1dari 46

Disusun oleh

dr. Tri wahyuningsih

Narasumber
dr. Andrew Jackson, SpB

RSUD BUDHI ASIH


PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
( Periode 12 Februari 2015 11 Februari 2016)
Identitas
Nama : An. A S
Nomor RM : 01004888
Usia : 1 Tahun 5 Bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Cikoko Barat Dalam No. 29 Jakarta Selatan
Pekerjaan Orang tua :
Ayah : Pegawai Swasta
Ibu : Ibu Rumah Tangga
Pembayaran : BPJS
Tanggal masuk : 29 November 2015
Keluhan utama
Luka bakar pada dada, punggung dan leher sejak
1 jam SMRS.
Pasien datang diantar oleh kedua orang tua
dengan keluhan luka bakar yang dialami sejak
satu jam sebelum masuk rumah sakit. Luka
bakar terjadi pada saat ayah pasien sedang
memanaskan sayur didapur. Saat itu pasien
berada di belakang ayah pasien dan menabrak
ayah pasien yang sedang membawa sayur panas
dan pasien tersiram sayur yang baru saja
mendidih. sesak nafas (-), terbentur kepala (-),
pingsan (-), pusing (-), mual (-), muntah (-).
Pasien sebelumnya telah dibawa oleh orang tua
Riwayat pasien ke RS TRIADIPA, pasien diberikan salep
bermazine pada luka bakarnya, karena
pengobatan permasalahan BPJS pasien akhirnya di rujuk ke IGD
RSUD Budhi Asih.

Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini


Riwayat sebelumnya. Riwayat alergi obat (-)
kesehatan / Riwayat penyakit keluarga
penyakit Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asma, alergi,
dan penyakit jantung dalam keluarga disangkal.

Pasien menggunakan BPJS untuk membayar


Riwayat pengobatan. Saat ini ayah pasien
sosial Bekerja sebagai pegawai swasta dan ibu pasien ibu
rumah tangga.
tampak sakit sedang
Keadaan
Umum:

A: Bebas, bulu hidung tidak terbakar


B: Spontan, frekuensi nafas 24x/menit, reguler
C: Akral hangat, CRT < 2, frekuensi nadi 120x/menit,
Primary suhu 36,50 C
survey D: kesadaran composmentis, GCS: 15
BB : 10 kg status gizi : baik

Kepala & wajah: status lokalis


Mata : edema (-), konjungtiva tidak pucat, sklera tidak
ikterik, pupil isokor, RCL +/+, RCTL +/+
Leher : status lokalis
THT : sekret (-)
Dada : status lokalis, simetris dalam diam dan pergerakan
Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : SN vesikuler, sonor, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : status lokalis, datar, supel, bising usus normal
Genitalia : dalam batas normal
Ekstrimitas : status lokalis, akral teraba hangat (+), oedema (-).
Tampak Lesi melibatkan epidermis dan
mencapai kedalaman dermis namun
masih terdapat epitel vital disertai
adanya bula yang berisi cairan eksudat
pada leher, dada, punggung, dan lengan
kiri.
Lund and browder burn chart
Leher : 2%
Lengan kiri atas : 4%
Lengan kiri bawah:1 %
Badan depan : 7%
Badan Belakang :6 % +
20%
Luka Bakar 20%, Derajat II
Cek ABC
Resusitasi cairan dengan menggunakan rumus Baxter :
= 4cc x 10kg x 20% = 800 cc
(IVFD Asering 400cc dlm 7 jam pertama 57 tpm(mikro)
400cc dlm 16 jam berikutnya25tpm(mikro)
Injeksi ATS ampul
Paracetamol drip 4 x 150 mg
Injeksi cefotaxime 3 x 200 mg (skin test)
Cuci luka dengan NaCl 0,9 %, pecahkan bula dan
jaringan kulit mati dibersihkan kemudian pengolesan
luka dengan salep mebo dan menutup luka dengan kassa
steril.
Rawat inap
ad vitam : ad bonam
ad fungsionam : ad bonam
ad sanationam : ad bonam
PENDAHULUAN
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan
atau hilangnya jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api,
air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
Luka bakar merupakan salah satu jenis
trauma yang mempunyai angka morbiditas
dan mortalitas tinggi yang memerlukan
penatalaksanaan khusus sejak awal (fase
syok ) sampai fase lanjut.
Di rumah sakit anak di Inggris, selama satu tahun, terdapat sekitar
50.000 pasien luka bakar dimana 6400 diantaranya masuk ke
perawatan khusus luka bakar. Tahun 1997-2002 terdapat 17.237
anak di bawah 5 tahun mendapat perawatan di gawat darurat di
100 rumah sakit di Amerika. Jumlah kasus pada anak sering
berhubungan dengan kekerasan pada anak.
Sedangkan di Indonesia sejak digulirkan program pemerintah
tentang konversi minyak tanah ke tabung gas elpiji 3 kg, kasus
luka bakar terus meningkat, Data MKI (Masyarakat Konsumen
Indonesia) ledakan tabung gas 3 kg selama Januari 2008
sampai Mei 2010 sebanyak 10.000 kasus kebakaran terjadi di
Jakarta Utara. 156 kebakaran terjadi di Jakarta Timur. 1738
kebakaran di Jakarta Pusat. 2.789 kasus kebakaran di Jakarta Barat.
2.654 kebakaran di Jakata Selatan. Dari jumlah kasus kebakaran
tersebut pastinya akan banyak lagi korban luka bakar dengan
mencakup dari berbagai jenis usia dan tingkat keparahan luka
bakar.
Luka bakar berdasarkan penyebab dibedakan atas:

Luka bakar karena api


Luka bakar karena air panas
Luka bakar karena listrik dan petir
Luka bakar karena bahan kimia ( yang bersifat
asam atau basa kuat )
Luka bakar karena radiasi
Cedera akibat suhu sangat rendah ( frost bite )
Lukabakar pada anak 65,7% disebabkan
oleh air panas atau uap panas (scald).
Derajat I
Pajanan hanya merusak epidermis masih
menyisakan >> jaringan untuk dapat
melakukan regenerasi.
biasanya sembuh dalam 5-7 hari dan dapat
sembuh secara sempurna.
Luka biasanya tampak sebagai eritema dan
timbul dengan keluhan nyeri dan atau
hipersensitivitas lokal.
Contoh luka bakar derajat I adalah sunburn.
Lesi melibatkan epidermis mencapai dermis namun
masih terdapat epitel vital yang bisa menjadi dasar
regenerasi dan epitelisasi
Luka dapat sembuh dalam 2-3 minggu.
Gambaran luka bakar berupa gelembung/bula yang
berisi cairan eksudat dari pembuluh darah karena
perubahan permeabilitas dindingnya, disertai rasa
nyeri.
Apabila luka bakar derajat II yang dalam tidak
ditangani dengan baik, dapat timbul edema dan
penurunan aliran darah di jaringan, sehingga cedera
berkembang menjadi full-thickness burn atau luka
bakar derajat III.
Derajat II dangkal/superficial (IIA)
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan
atas dari dermis. Organ-organ kulit seperti folikel
rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea
masih banyak. Penyembuhan terjadi secara spontan
dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk sikatriks.
Derajat II dalam/deep (IIB)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
dan sisa-sisa jaringan epitel tinggal sedikit. Organ-
organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
dan kelenjar sebasea tinggal sedikit. Penyembuhan
terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi.
Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih
dari satu bulan
Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis
hingga mungkin organ atau jaringan yang lebih
dalam.
Tidak tersisa jaringan epitel yang dapat
menjadi dasar regenerasi sel spontan, sehingga
untuk menumbuhkan kembali jaringan kulit
harus dilakukan cangkok kulit.
Gejala yang menyertai justru tanpa nyeri
maupun bula, karena pada dasarnya seluruh
jaringan kulit yang memiliki persarafan sudah
tidak intak.
Ada beberapa metode cepat untuk menentukan luas luka bakar, yaitu:

Estimasi luas luka bakar


Luas telapak tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka
menggunakan luas permukaan bakar hanya dihitung pada pasien dengan derajat luka II atau III.
palmar pasien.

Pada dewasa digunakan rumus 9, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung,
Rumus 9 atau rule of nine untuk pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan,
orang dewasa (Wallaces rule of paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%.
nines) Sisanya1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya
permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.

Pada anak dan bayi digunakan


rumus lain karena luas relatif
Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal
permukaan kepala anak jauh rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.
lebih besar dan luas relatif
permukaan kaki lebih kecil.
Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi
besarnya porsi massa tubuh di kepala pada anak.
Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas
permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel
tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak
dapat menggunakan Rumus 9 dan disesuaikan
dengan usia:
Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan
tiap tungkai 14%. Torso dan lengan persentasenya
sama dengan dewasa.
Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan
0.5% untuk tiap tungkai dan turunkan persentasi
kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa
Lund and Browder chart illustrating the method for calculating the
percentage of body surface area affected by burns in children
1. Luka bakar berat 2. Luka bakar sedang
3. Luka bakar ringan
(major burn) (moderate burn)
Derajat II-III > 20 % pada Luka bakar dengan luas 15 Luka bakar dengan luas <
pasien berusia dibawah 10 25 % pada dewasa, 15 % pada dewasa
tahun atau di atas usia 50 dengan luka bakar derajat Luka bakar dengan luas <
tahun III kurang dari 10 % 10 % pada anak dan usia
Derajat II-III > 25 % pada Luka bakar dengan luas 10 lanjut
kelompok usia selain 20 % pada anak usia < 10 Luka bakar dengan luas <
disebutkan pada butir tahun atau dewasa > 40 2 % pada segala usia
pertama tahun, dengan luka bakar (tidak mengenai muka,
Luka bakar pada muka, derajat III kurang dari 10 tangan, kaki, dan perineum
telinga, tangan, kaki, dan %
perineum Luka bakar dengan derajat
Adanya cedera pada jalan III < 10 % pada anak
nafas (cedera inhalasi) maupun dewasa yang tidak
tanpa memperhitungkan mengenai muka, tangan,
luas luka bakar kaki, dan perineum
Luka bakar listrik
tegangan tinggi
Disertai trauma lainnya
Pasien-pasien dengan
resiko tinggi
Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka bakar, yaitu:

Fase awal, fase akut, fase syok

Pada fase ini, masalah utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada saluran nafas
yaitu gangguan mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan adanya eskar melingkar di
dada atau trauma multipel di rongga toraks; dan gangguan sirkulasi seperti
keseimbangan cairan elektrolit, syok hipovolemia. Yang bisa dilakukan pada fase ini
adalah: menghindarkan pasien dari sumber penyebab luka bakar, evaluasi ABC,
periksa apakah terdapat trauma lain, resusitasi cairan, pemasangan kateter urine,
pemsangan NGT, pemeriksaan tanda vital dan laboratorium, manajemen nyeri,
profilaksis tetanus, pemberian antibiotik dan perawatan luka.

Fase setelah syok berakhir, fase sub akut

Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)
dan Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis. Hal ini merupakan
dampak dan atau perkembangan masalah yang timbul pada fase pertama dan masalah
yang bermula dari kerusakan jaringan (luka dan sepsis luka)

Fase lanjut

Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan.
Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut hipertrofik,
kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan jaringan atau struktur
tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan berlangsung lama
Merupakan daerah yang langsung mengalami
kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh cedera
Zona koagulasi,
termis, hampir dapat dipastikan jaringan ini
zona nekrosis
mengalami nekrosis beberapa saat setelah kontak.
Oleh karena itulah disebut juga sebagai zona nekrosis.

Merupakan daerah yang langsung berada di luar/di


sekitar zona koagulasi. Di daerah ini terjadi kerusakan
endotel pembuluh darah disertai kerusakan trombosit
dan leukosit, sehingga terjadi gangguam perfusi (no
Zona statis
flow phenomena), diikuti perubahan permeabilitas
kapilar dan respon inflamasi lokal. Proses ini
berlangsung selama 12-24 jam pasca cedera dan
mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.

Merupakan daerah di luar zona statis, ikut mengalami


reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan
reaksi selular. Tergantung keadaan umum dan terapi
Zona hiperemi
yang diberikan, zona ketiga dapat mengalami
penyembuhan spontan, atau berubah menjadi zona
kedua bahkan zona pertama
Menurut American Burn Association, seorang
pasien diindikasikan dirawat inap bila:
Luka bakar derajat III > 5%
Luka bakar derajat II > 10%
Luka bakar derajat II atau III yang melibatkan area kritis
(wajah, tangan, kaki, genitalia, perineum, kulit di atas
sendi utama) risiko signifikan untuk masalah kosmetik
dan kecacatan fungsi
Luka bakar sirkumferensial di thoraks atau ekstremitas
Luka bakar signifikan akibat bahan kimia, listrik, petir,
adanya trauma mayor lainnya, atau adanya kondisi medik
signifikan yang telah ada sebelumnya
Adanya trauma inhalasi
Secara sistematik dapat dilakukan 6c:
clothing,
cooling,
cleaning,
chemoprophylaxis,
covering and
comforting (contoh pengurang nyeri).

Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling,


baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan.
Airway, Breatihing
stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black sputum), gagal
napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah.
Luka bakar daerah orofaring & leher membutuhkan tatalaksana intubasi
Circulation
Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas luka bakar
>10%.
Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl
0,9%/normal Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya
dipertimbangkan untuk diberikan pada bayi dengan luka bakar.
Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan rumus Baxter: [4 cc x berat
badan (kg) x %luas luka bakar]. Cairan diberikan setengahnya dalam 8
jam pertama dan setengah sisanya dalam 16 jam berikutnya.
Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi
urin yaitu 0,5-1cc/kgBB/jam.
Pemeriksaan Laboratorium

pemeriksaan Hb, Ht tiap 8 jam pada 2 hari pertama, dan


tiap 2 hari pada 10 hari selanjutnya

Fungsi hati dan ginjal tiap minggu

Pemeriksaan elektrolit tiap hari pada minggu pertama

Pemeriksaan AGD bila nafas lebih dari 32x/menit

Kultur jaringan pada hari ke-1, 3, 7


faktor penderita ( usia, gizi, jenis kelamin, dan kelainan
sistemik),
Beberapa faktor
faktor trauma ( jenis, luas, kedalaman luka bakar, dan
yang berperan
trauma penyerta), dan
antara lain
faktor penatalaksanaan (prehospital and inhospital
treatment).

Pada usia yang sangat muda (terutama bayi) beberapa


hal mendasar menjadi perhatian, antara lain sistem
regulasi tubuh yang belum berkembang sempurna ;
Prognosis luka komposisi cairan intravaskuler dibandingkan dengan
bakar umumnya cairan ekstravaskuler, interstitial, dan intraselular yang
jelek pada usia berbeda dengan komposisi pada manusia dewasa,
yang sangat muda sangat rentan terhadap suatu bentuk trauma. Sistem
dan usia lanjut. imunologik yang belum berkembang sempurna
merupakan salah satu faktor yang patut diperhitungkan,
karena luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang
bersifat imunosupresi.
mengeluhkan luka bakar pada dada, punggung, dan
leher sejak 1 jam SMRS akibat tersiram sayur
Anamnesis mendidih.
Keluhan ini diserta rasa nyeri dan adanya gelembung
berisi cairan akibat kulit yang melepuh
KU: TSS, anak menangis kuat karna nyeri, kesadaran:
CM, TTV: dbn.
status generalis: dbn.
status lokalis:
Pemeriksaan Fisik terdapat Lesi melibatkan epidermis dan mencapai
kedalaman dermis namun masih terdapat epitel
vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan
epitelisasi.
adanya bula yang berisi cairan, disertai rasa nyeri
luas luka bakar 20%.
Diagnosa kerja Luka bakar 20 %, derajat II
Menilai ABC aman
Resusitasi cairan IVFD Asering 800 cc,
400cc dalam 8 jam pertama setelah kejadian,
sisanya dalam 16 jam berikutnya,
injeksi ATS ampul,
Tatalaksana analgetik berupa paracetamol drip 4x150 mg,
antibiotik berupa injeksi cefotaxime 3x200mg dengan melakukan
skin test terlebih dahulu.
Luka bakar dicuci dengan NaCl 0,9%, bula dipecahkan, jaringan
kulit mati dibersihkan, kemudian dioleskan Mebo ointmen dan
luka ditutup dengan kassa steril.
pasien dirawat inap.

dapat timbul edema dan penurunan aliran darah jaringan,


sehingga cedera dapat berkembang menjadi full-thickness burn
atau luka bakar derajat III.
Komplikasi yang
dapat sepsis akibat infeksi pada luka bakar, hal ini dapat terjadi
mungkin dapat terjadi
sewaktu-waktu sehingga tatalaksana luka bakar harus dilakukan
pada pasien
secepatnya.
Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat II
dapat sembuh dengan meninggalkan cacat berupa parut.
Tanggal S O A P
30/11/15 Anak Nadi: 110 x/mnt, RR: 24 x/mnt Luka bakar 20 - Terapi resusitasi lanjut
masih Suhu: 36,5oC, %, derajat II - Paracetamol drip 4 x 150 mg
tampak St. Lokalis: luka dibalut perban - Inj. cefotaxime 3 x 200 mg
kesakitan - Mandi detol
- Rawat luka dengan Mebo ointmen

31/11/15 Anak Nadi: 112 x/mnt, RR: 22 x/mnt Luka bakar 20 Terapi lanjut
tampak Suhu: 36,5oC %, derajat II
tenang St. Lokalis: luka dibalut perban
01/12/15 S:- Nadi: 112 x/mnt, RR: 22 x/mnt Luka bakar 20 Terapi lanjut
Suhu: 36,5oC %, derajat II
St. Lokalis: luka dibalut perban
02/12/15 S:- Nadi: 112 x/mnt, RR: 22 x/mnt Luka bakar 20 Terapi lanjut
Suhu: 37,0oC, St. Lokalis: %, derajat II

03/12/15 S:- Nadi: 112 x/mnt, RR: 22 x/mnt Luka bakar 20 Terapi lanjut
Suhu: 36,5oC %, derajat II Besok BLPL
St. Lokalis: luka dibalut perban
1. Moenadjat, Yefta, Dr, Sp.BP; Luka Bakar Pengetahuan Klinik Praktis;Jakarta, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2003.
2. Mansjoer, Arif, dkk (editor); Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, edisi III Luka Bakar; Jakarta,
Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.
3. Hansbrough JF, Hansbrough W. Pediatrics Burns. Pedriatics in Review.Vol 20;1999
4. Morgan ED, Bledsoe SC, Barker J. Ambulatory management of Burns. American association of
family Physician, 2000.
5. Anonim. Maret 2010. Artikel tabung gas 3 kg kurang pengawasan,
http://birokrasi.kompasiana.com/2010/06/28/fakta-tabung-gas-3-kg-kurang-pengawasan/
6. Marzoeki, Djohansjah. Ilmu Bedah Luka dan Perawatannya, Airlangga University Press, Surabaya
1993 : 10 - 19.
7. Fenlon S, Nene S. Burns in children. Continuing Education in Anasthesia, Critical Care&Pain. British
Journal of Anasthesia. 2007
8. Atkinson K. Burns : how to protect your child now. Parenting. 2001.
9. Hudspith J, Rayatt S. First aid and treatment of minor burns. ABC of Burns. BMJ 2004;328;1487-9.
10. Anonymous. Burns, Clinical practice Guidelines. Royal Children Hospital Melbourne. 2010
11. Holland AJA. Pediatric burns: the forgotten trauma of childhood. Canadian journal of
Surgery;2006;4;272-7
12. Bisono. Reksopradjo, Soelarto (ed.).Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Cet.I. Jakarta: Binarupa
Aksara.1999
13. Pusponegoro, Aryono D. Luka dalam de Jong, Wim (ed.).Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. Cet. I.
Jakarta:EGC. 2005
14. Schwartz, Seymour I. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Cet. I. Jakarta: EGC. 2000.

Anda mungkin juga menyukai