Narasumber
dr. Andrew Jackson, SpB
Pada dewasa digunakan rumus 9, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung,
Rumus 9 atau rule of nine untuk pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan,
orang dewasa (Wallaces rule of paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%.
nines) Sisanya1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya
permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.
Pada fase ini, masalah utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada saluran nafas
yaitu gangguan mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan adanya eskar melingkar di
dada atau trauma multipel di rongga toraks; dan gangguan sirkulasi seperti
keseimbangan cairan elektrolit, syok hipovolemia. Yang bisa dilakukan pada fase ini
adalah: menghindarkan pasien dari sumber penyebab luka bakar, evaluasi ABC,
periksa apakah terdapat trauma lain, resusitasi cairan, pemasangan kateter urine,
pemsangan NGT, pemeriksaan tanda vital dan laboratorium, manajemen nyeri,
profilaksis tetanus, pemberian antibiotik dan perawatan luka.
Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)
dan Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis. Hal ini merupakan
dampak dan atau perkembangan masalah yang timbul pada fase pertama dan masalah
yang bermula dari kerusakan jaringan (luka dan sepsis luka)
Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan.
Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut hipertrofik,
kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan jaringan atau struktur
tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan berlangsung lama
Merupakan daerah yang langsung mengalami
kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh cedera
Zona koagulasi,
termis, hampir dapat dipastikan jaringan ini
zona nekrosis
mengalami nekrosis beberapa saat setelah kontak.
Oleh karena itulah disebut juga sebagai zona nekrosis.
31/11/15 Anak Nadi: 112 x/mnt, RR: 22 x/mnt Luka bakar 20 Terapi lanjut
tampak Suhu: 36,5oC %, derajat II
tenang St. Lokalis: luka dibalut perban
01/12/15 S:- Nadi: 112 x/mnt, RR: 22 x/mnt Luka bakar 20 Terapi lanjut
Suhu: 36,5oC %, derajat II
St. Lokalis: luka dibalut perban
02/12/15 S:- Nadi: 112 x/mnt, RR: 22 x/mnt Luka bakar 20 Terapi lanjut
Suhu: 37,0oC, St. Lokalis: %, derajat II
03/12/15 S:- Nadi: 112 x/mnt, RR: 22 x/mnt Luka bakar 20 Terapi lanjut
Suhu: 36,5oC %, derajat II Besok BLPL
St. Lokalis: luka dibalut perban
1. Moenadjat, Yefta, Dr, Sp.BP; Luka Bakar Pengetahuan Klinik Praktis;Jakarta, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2003.
2. Mansjoer, Arif, dkk (editor); Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, edisi III Luka Bakar; Jakarta,
Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.
3. Hansbrough JF, Hansbrough W. Pediatrics Burns. Pedriatics in Review.Vol 20;1999
4. Morgan ED, Bledsoe SC, Barker J. Ambulatory management of Burns. American association of
family Physician, 2000.
5. Anonim. Maret 2010. Artikel tabung gas 3 kg kurang pengawasan,
http://birokrasi.kompasiana.com/2010/06/28/fakta-tabung-gas-3-kg-kurang-pengawasan/
6. Marzoeki, Djohansjah. Ilmu Bedah Luka dan Perawatannya, Airlangga University Press, Surabaya
1993 : 10 - 19.
7. Fenlon S, Nene S. Burns in children. Continuing Education in Anasthesia, Critical Care&Pain. British
Journal of Anasthesia. 2007
8. Atkinson K. Burns : how to protect your child now. Parenting. 2001.
9. Hudspith J, Rayatt S. First aid and treatment of minor burns. ABC of Burns. BMJ 2004;328;1487-9.
10. Anonymous. Burns, Clinical practice Guidelines. Royal Children Hospital Melbourne. 2010
11. Holland AJA. Pediatric burns: the forgotten trauma of childhood. Canadian journal of
Surgery;2006;4;272-7
12. Bisono. Reksopradjo, Soelarto (ed.).Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Cet.I. Jakarta: Binarupa
Aksara.1999
13. Pusponegoro, Aryono D. Luka dalam de Jong, Wim (ed.).Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. Cet. I.
Jakarta:EGC. 2005
14. Schwartz, Seymour I. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Cet. I. Jakarta: EGC. 2000.