Anda di halaman 1dari 64

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan program yang sedang

gencar dianjurkan pemerintah. IMD bukan program ibu menyusui bayi

tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting susu ibu. Program

ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di

dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting

susu ibu untuk menyusu. IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa

boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga

tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini

harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu (Andini, 2009 : 1)

Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2002-2003 hanya ada 4% bayi yang mendapat Air Susu Ibu (ASI)

dalam satu jam kelahirannya (Menkokesra, 2009 : 1). Berdasarkan studi

pendahuluhan di Desa Cendono, dari 10 ibu yang diamati, 4 orang tidak

mau melakukan inisiasi dini, para ibu primigravida mempunyai alasan geli

(tidak nyaman), takut dan mengalami kekhawatiran dalam pemberian

kolostrum sedangkan para ibu bersalin multipara atau grandemultipara

beralasan tidak memberikan ASI secara dini karena ibu merasa geli ketika

memberikan inisiasi dini, padahal ASI yang baru keluar banyak

mengandung kolostrum yang sangat berguna bagi bayi.

1
2

Menurut Notoatmodjo (2003:48), pengetahuan merupakan hasil

tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

suatu subyek tertentu. Faktor pengetahuan merupakan faktor yang penting

dalam menunjang terbentuknya perilaku karena dengan pengetahuan yang

baik tentang inisiasi menyusu dini seorang ibu diharapkan melaksanakan

Inisiasi Menyusu Dini, sejalan dengan teori Notoatmodjo (2003:48) yang

menyatakan bahwa pengetahuan merupakan domain terpenting

terbentuknya tindakan seseorang (over Behaviour).

Untuk meningkatkan penggunaan ASI dan meningkatkan

pelaksanaan inisiasi dini dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan

dan pengertian kepada ibu tentang keuntungan menyusui dan bahaya jika

tidak dilakukan, mendorong para ibu agar menyusui bayinya, memberikan

pendidikan pada petugas kesehatan tentang pentingnya pemberian ASI.

Selain itu dapat dilakukan dengan cara menciptakan pengertian serta

dukungan dari lingkungan sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara

eksklusif, melindungi, mempromosikan dan memberi dukungan pada

pemberian ASI (Roesli U, 2000 : 3). Berdasarkan hal tersebut di atas,

peneliti ingin mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu bersalin

tentang inisiasi menyusu dini dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini di

Desa Cendono Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan.


3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas masalah dapat dirumuskan

sebagai berikut :

Bagaimana hubungan pengetahuan ibu bersalin tentang inisiasi

menyusu dini dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini di Desa Cendono

Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan?.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu bersalin

tentang inisiasi menyusu dini dengan pelaksanaan inisiasi menyusu

dini di Desa Cendono Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi pengetahuan ibu bersalin tentang inisiasi

menyusu dini di Desa Cendono Kecamatan Purwosari

Kabupaten Pasuruan.

1.3.2.2 Mengidentifikasi pelaksanaan inisiasi menyusu dini di Desa

Cendono Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan.

1.3.2.3 Menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu bersalin

tentang inisiasi menyusu dini dengan pelaksanaan inisiasi

menyusu dini di Desa Cendono Kecamatan Purwosari

Kabupaten Pasuruan.
4

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1.4.1 Peneliti

Sebagai dasar bagi pengembangan untuk penelitian yang

lebih mendalam atau luas.

1.4.1 Institusi Pelayanan Puskesmas

Sebagai dasar untuk membuat kebijakan tentang pelaksanaan

IMD.

1.4.2 Bagi responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

awal kepada para ibu tentang pengetahuan ibu tentang inisiasi

menyusu dini dan pemberian inisiasi menyusu dini

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dasar

bagi institusi pendidikan dalam pengelolahan praktek klinik

kebidanan khususnya yang berhubungan dengan hubungan antara

pengetahuan ibu bersalin tentang inisiasi menyusu dini dengan

pelaksanaan inisiasi menyusu dini.


5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

subyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Sebagaimana besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003 : 121).

Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala

yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi.

Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau

akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang

belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika

seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan

mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma

masakan tersebut (Wikipedia, 2008 : 1)

Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan

pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau

pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan

melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara

5
6

empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat

berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat

melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang

ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa

didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi

berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk

memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan

pengetahuan tentang manajemen organisasi (Wikipedia, 2008 : 1).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

2.1.2.1 Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya termasuk didalam pengetahuan. Tingkat ini

adalah bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh karena itu tahu itu merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah.

2.1.2.2 Memahami (Comprehention)

Kemampuan memakai arti suatu yang telah dipelajari

seperti menafsirkan, menjelaskan dan meringkas tentang suatu

kemampuan. Itu lebih tinggi dari pengetahuan.

2.1.2.3 Penerapan (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi, kondisi riil (sebenarnya).


7

2.1.2.4 Analisa (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek

kedalam suatu komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi

dan masih ada kaitannya satu sama lain.

2.1.2.5 Sintesa (Syntesis)

Kemampuan untuk menghimpun bagian dalam keseluruhan

seperti merumuskan tema rencana atau melihat hubungan abstrak

dan sebagaian informasi dan fakta.

2.1.2.6 Evaluasi (Evaluation)

Berkenaan dengan kemampuan menggunakan pengetahuan

untuk membantu penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud

atau kriteria tertentu ( Notoatmodjo, 2003 : 121)

Ranah pengetahuan di atas digunakan oleh individu sebagai

dasar pembentukan perilaku, penelitian Rogers mengungkapkan

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku

baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,

yakni.

1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu

2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

3) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya

stimulus tersebul bagi dirinya). Hal ini berarti sikap

responden sudah lebih baik lagi


8

4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap

stimulus (Notoatmodjo, 2003 : 122).

Adapun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers

menyimpulkan hahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati

tahap-tahap di atas.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

Menurut, Notoatmodjo (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi

terbentuknya pengetahuan yaitu:

2.1.3.1 Intelegensi

Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa

sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu

dengan cara tertentu. Orang berpikir menggunakan

inteleknya atau pikirannya, cepat atau tidaknya dan

terpecahkan tidaknya suatu masalah tergantung kemampuan

intelegensinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi

penerimaan pesan dalam suatu komunikasi adalah taraf

intelegensi seseorang. Secara common sense dapat

dikatakan bahwa orang-orang yang lebih intelegen akan

lebih mudah menerima suatu pesan. Dari uraian tersebut

dapat disimpulkan bahwa orang yang mempunyai taraf

intelegensi tinggi akan mempunyai pengetahuan yang baik


9

dan sebaliknya.

2.1.3.2 Pendidikan

Tugas dari pendidikan adalah memberikan atau

meningkatkan pengetahuan, menimbulkan sifat positif serta

memberikan atau meningkatkan keterampilan masyarakat

atau individu tentang aspek-aspek yang bersangkutan,

sehingga dicapai suatu masyarakat yang berkembang.

Pendidikan dapat berupa pendidikan formal dan non-

formal. Sistem pendidikan yang berjenjang diharapkan

mampu meningkatkan pengetahuan melalui pola tertentu

(Notoatmodjo, 2003 : 18). Jadi tingkat pengetahuan

seseorang terhadap suatu obyek sangat ditentukan oleh

tingkat pendidikannya.

2.1.3.3 Pengalaman

Menurut teori determinan perilaku yang disampaikan

WHO, menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang

itu berperilaku tertentu salah satunya disebabkan karena

adanya pemikiran dan perasaan dalam diri seseorang yang

terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-

kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang terhadap

obyek tersebut, dimana seseorang dapat mendapatkan

pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun

pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2003 : 169).


10

2.1.3.4 Informasi

Sistem informasi yang memiliki peranan penting dalam

proses pemeliharaan, perubahan dan konflik dalam tatanan

masyarakat, kelompok atau individu dalam aktivitas sosial dimana

media massa ini nantinya akan mempengaruhi fungsi kognitif,

afektif dan behavioral. Pada fungsi kognitif diantaranya adalah

berfungsi untuk menciptakan atau menghilangkan ambiguitas,

pembentukan sikap, perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan

penegasan atau penjelasan nilai-nilai tertentu (Notoatmodjo, 2003 :

63).

Sistem informasi didapatkaa melalui media, media ini

dibagi menjadi tiga yaitu media cetak yang meliputi booklet,

leaflet, rubrik yang terdapat pada surat kabar atau majalah dan

poster. Kemudian media elektronik yang meliputi televisi, radio,

video, slide dan film serta papan (bilboard) (Notoatmodjo, 2003 :

63).

2.1.3.5 Kepercayaan

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai

apa yang berlaku bagi obyek sikap, sekali kepercayaan itu telah

terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang

mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu (Saifudin

A, 2002 : 25)
11

2.1.4 Cara Pengukuran Pengetahuan

Menurut, Notoatmodjo (2003 : 124) pengukuran pengetahuan

dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan

tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden.

2.1.5 Kriteria Pengetahuan

Kriteria pengetahuan menurut Nursalam (2003 : 124) adalah

sebagai berikut :

2.1.5.1 Baik = 76-100%

2.1.5.2 Cukup = 56-75%

2.1.5.3 Kurang = 56%

2.1.6 Interpretasi pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat diinterpretasikan menjadi skala

kualitatif sebagai berikut :

100 % : Seluruh dari responden

76 %- 99% : Hampir seluruh dari responden

51 % - 75 % : Sebagian besar responden

50 % : Setengah dari responden

26 % - 49 % : Hampir setengah responden

1 % -25 % : Sebagian kecil responden

0% : Tidak satupun dari responden

(Nursalam, 2003 : 124)


12

2.2 Konsep Dasar Inisiasi Menyusu Dini

2.2.1 Pengertian Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi menyusu dini adalah proses membiarkan bayi menyusu

sendiri segera setelah lahiran. Hal ini merupakan kodrat dan anugrah

dari Tuhan yang sudah disusun untuk kita. Melakukannya juga tidak

sulit, hanya membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua jam) (Andini,

2009 : 1)

Adapun pengertian yang lain inisiasi menyusu dini atau

permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera

setelah lahir. Jadi sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia

lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan

dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama

satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu

dini ini dinamakan the brest crawl atau merangkak mencari payudara

(Wahyuni, 2009 : 1)

2.2.2 Manfaat Menyusui Dini :

2.2.2.1 Memulai proses pembentukan kekebalan tubuh pada saat

lahir dan memberikan perlindungan kepada bayi terhadap

berbagai macam virus dan bakteri yang bersifat patogen

sebelum kekebalan aktif pada tubuh bayi tersebut terbentuk

melalui vaksinasi, salah satu kelebihan ASI adalah

mengandung zat anti infeksi yang spesifik.


13

2.2.2.2 Menyusui secara dini, teratur, sesering mungkin merupakan

salah satu metode penjarangan kehamilan yang cukup efektiif

terutama bagi ibu-ibu yang belum mau ikut program

Keluarga berencana.

2.2.2.3 Segera menyusui dan isapan pertama bayi pada puting susu

ibu akan merangsang pengeluaran kolostrum yang

mengandung zat kekebalan terhadap infeksi serta kaya akan

zat gizi penting, sekaligus memberikan keuntungan bagi ibu

yaitu merangsang kontraksi uterus kembali ke ukuran normal

(DepKes, 2002; 6), sedangkan menurut (Wiharta;1992;67)

menyusui dini menyebabkan rahim ibu mengkerut akibat

pengaruh hormon tertentu dan akan mengurangi perdarahan

setelah melahirkan. Kolostrum yang merupakan susu pertama

yang dihasilkan oleh buah dada mempunyai daya penangkis

yang tinggi ( Utami, 2009 : 1)

2.2.3 Waktu Menyusui Dini :

Sesegera mungkin setelah melahirkan. Pada dasarnya,

menyusui dalam setengah jam pertama akan membangunkan refleks

menghisap pada bayi supaya dia dapat menghisap dengan baik

selanjutnya. Jika refleks menghisap ini tidak dibangunkan saat itu, bayi

akan kehilangan refleks ini selama 48 jam, sehingga bayi kelihatan

tidak berminat untuk menyusui hingga 48 jam kemudian

Semakin cepat bayi disodorkan payudara, semakin cepat ASI


14

terproduksi. Sebelum ASI terproduksi, di payudara terdapat kolostrum

yang kaya akan faktor kekebalan tubuh dan sangat mudah dicerna. ASI

itu sendiri baru keluar sekitar mulai hari kedua hingga hari ke enam.

Pada hari-hari itu kadang ASI masih bercampur kolostrum sehingga

warnanya agak krem. Kemudian, ASI akan kelihatan lebih encer

(Widodo, 2009 : 1)

2.2.4 Tata Laksana Inisiasi Menyusu Dini

3.4.1 Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat

persalinan.

3.4.2 Mengeringkan tubuh bayi nulai dari muka, kepala dan bagian

tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan

verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.

Membiarkan bayi atas perut ibu.

3.4.3 Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu. Ibu dapat merangsang

bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke

putting susu.

3.4.4 Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-

tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat

berlangsung beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih.

Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu.

Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit

ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil

menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan


15

putting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit

bayi bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu

pertama.

3.4.5 Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan

kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan,misalnya

operasi Caesar.

3.4.6 Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan dicap

setelah satu jam atau menyusu pertama selesai. Prosedur yang

invasive, misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi

dapat ditunda.

3.4.7 Rawat gabung. Ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama

24 jam ibu bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam

jangkauan ibu. Pemberian minuman selain ASI dihindari

walaupun ASI belum keluar (Utami, 2009 : 2)

2.2.5 Penghambat Inisiasi Menyusu Dini

4.1 Bayi kedinginan

Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan

kontak kulit dengan sang ibu. Suhu ayudara ibu meningkat 0,5

derajad dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu.

Berdasarkan hasil penelitian Neils Bergman (2005) cit Roesli

(2008; 28) ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan

menjadi 1 derajad celcius lebih panas dari pada suhu dada ibu

yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu


16

ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1 derjad celcius. Jika

bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2 derajad

celcius untuk menghangatkan bayi. Jadi dada ibu yang

melahirkan merupakan tempat terbaik bagi bayi yang baru lahir

dibandingkan tempat tidur yang canggih dan mahal.

4.2 Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui

bayinya

Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya

segera lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta

saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu

4.3 Tenaga kesehatan kurang tersedia

Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat

melanjutkan tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri

payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk

menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu

4.4 Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk

Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang

pulih atau kamar perawatan.

Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya

mencapai payudara dan menyusu dini.

4.5 Ibu harus dijahit

Kegiatan merangkak mencari payudara di area payudara

terjadi di area payudara yang dijahit bagian bawah tubuh ibu


17

4.6 Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit

gonore (gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir

Menurut American College of Obstetrics and Gynecology

dan Academy Breasfeeding Medicine (2007) cit Roesli (2008;

30), Tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama

satu jam.

4.7 Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan

diukur

Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan

hilangnya panas badan bayi, selain itu, kesempatan vernic

caseosa meresap, melunakkan dan melindungi kulit bayi lebih

besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir.

Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusui

awal selesai.

4.8 Bayi kurang siaga

Justru pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat

siaga (alert). Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama,

jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit

akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih

untuk bonding.

4.9 Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai

sehingga diperlukan cairan lain (cairan pralaktal)

Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru


18

lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang

dapat dipakai pada saat itu.

4.10 Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi

Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang

bayi. Selain sebagai imunisasi petama dan mengurangi

kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan

mematangkan dinding usus yang masih muda (Roesli;

2008;29)

2.3 Konsep Dasar Perilaku

2.3.1 Batasan Perilaku

Perilaku adalah merupakan suatu kegiatan aktivitas organisme

yang bersangkutan. Oleh karena itu, perilaku manusia mempunyai

bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi,

berpakaian dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity),

seperti berfikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia.

(Notoatmodjo, 2003 : 57).

Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa

perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat

diamati secara langsung atau secara tidak langsung (Notoatmodjo,2003 :

57).

Menurut Skinner seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa

perilaku adalah merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus)


19

dan tanggapan (respon). Sedangkan menurut Robert Kwich, perilaku

adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan

bahkan dipelajari (Notoatmodjo,2003 : 57).

2.3.2 Bentuk Perilaku

2.3.2.1 Bentuk Pasif

Bentuk perilaku pasif adalah respon internal, yaitu yang

terjadi di dalam diri manusia dan secara langsung terlihat oleh

orang lain misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin dan

pengetahuan (Notoatmodjo, 2003 : 58).

2.3.2.2 Bentuk Aktif

Bentuk perilaku aktif yaitu apabila perilaku ini jelas

dapat diobservasi secara langsung misalnya, si ibu sudah

membawa anaknya ke Posyandu untuk melakukan imunisasi

(Notoatmodjo, 2003 : 58).

2.3.3 Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah respon seoran terhadap stimulasi yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan dan minuman serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003). Dari

batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasi menjadi 3 kelompok :

2.3.3.1 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk

memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha

untuk penyembuhan bilamana sakit.


20

2.3.3.2 Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas

pelayanan kesehatan.

Perilaku ini adalah pelayanan menyangkut upaya atau

tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau

kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati

sendiri sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

2.3.3.3 Perilaku Kesehatan Lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan,

baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya,

sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi

kesehatannya. Dengan kata lain, bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu

kesehatannya sendiri, keluarga atau masyarakatnya.

2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut Lawrence Green (1980) yang dikutip Notoatmodjo

(2003), perilaku itu dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor

pokok, yaitu :

2.3.4.1 Faktor Predisposisi yang terdiri dari pengetahuan, sikap,

pendidikan, pengalaman, kepercayaan tradisi/adat istiadat.

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

subyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera


21

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagaimana besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003 :

121). Pelaksanaan inisiasi menyusu dini dipengaruhi oleh

pengetahuan dan kesadaran ibu tentang tujuan dan manfaat

inisiasi menyusu dini ini bagi kesehatan bayinya. Seorang ibu

yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang inisiasi

menyusu dini diharapkan mempunyai mempunyai perilaku

untuk melaksanakan inisiasi menyusu dini bagi bayinya.

2. Sikap

La Pierce (1934) dalam Allen, Guy & Edgley 1980

mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi

atau kesiapan antisipatif. Predisposisi untuk menyesuaikan

diri dalam situasi sosoial atau secara sederhana sikap adalah

respon terhadap situasi sosial yang telah terkondisikan.

(Saifudin A, 2003 :5). Seorang ibu yang mempunyai sikap

yang mendukung tentang inisiasi menyusu dini diharapkan

mempunyai mempunyai perilaku untuk melaksanakan inisiasi

menyusu dini bagi bayinya

3. Pendidikan

Tingkat pendidikan ibu akan mempengaruhi pengetahuan dan

sikap ibu terhadap perilaku hidup sehat dan kemampuan ibu

menanggulangi masalah yang dihadapi sehari hari. Ibu yang


22

mempunyai pendidikan yang tinggi akan menambah

pengetahuan, demikian juga halnya dengan inisiasi menyusu

dini, seorang ibu dengan pendidikan tinggi akan lebih paham

tentang inisiasi menyusu dini dan cara inisiasi menyusu dini

sehingga hal tersebut mempengaruhi pelaksanaan inisiasi

menyusu dini

4. Kepercayaan masyarakat

Kepercayaan Masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan juga dapat mendorong atau menghambat

ibu melakukan inisiasi menyusu dini bagi bayinya, misalnya

ASI yang keluar pertama kali adalah kotor, hal ini akan

mempengaruhi pelaksanaan inisiasi menyusu dini

2.3.4.2 Faktor Pendukung (enabling) yang terdiri dari ketersediaan

sumber-sumber informasi, sarana dan prasarana, sosial

ekonomi geografi.

Ketersediaan sarana prasarana beserta kelengkapannya

akan mempengaruhi seorang ibu dalam melaksanakan inisiasi

menyusu dini, seorang ibu akan cenderung memilih fasilitas

kesehatan yang mempunyai ketersediaan sarana prasarana yang

lengkap, mudah dijangkau dibanding sebaliknya sehingga hal

ini akan mempermudah pelaksanaan inisiasi menyusu dini.

2.3.4.3 Faktor Pendorong (reinforcing) yang terdiri dari sikap dan

perilaku : (petugas kesehatan, tokoh masyarakat dan tokoh


23

agama serta undang-undang terkait kesehatan

Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang

bukan hanya perlu pengetahuan, sikap yang positif dan

dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh

(acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama maupun para

petugas kesehatan. Di samping itu Undang-undang juga

diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat, seperti

perilaku seorang ibu untuk mau melakukan inisiasi menyusu

dini bagi bayinya, juga diperlukan peraturan atau perundang-

undangan yang mengharuskan ibu memberikan inisiasi

menyusu dini.
24

2.4 Kerangka Konsep

Faktor yang mempengaruhi


perilaku
Faktor prediposisi
- Pendidikan
- Tradisi dan kepercayaan
- Pengetahuan
- Sikap Ya

Faktor enabling :
Pelaksanaan inisiasi
Ketersediaan sarana dan
menyusui dini
prasarana
Tidak
Faktor reinforcing
teratur
- Sikap dan perilaku : (petugas
kesehatan, tokoh masyarakat
dan tokoh agama
- Undang-undang terkait
kesehatan

Bagan 2.1 : Kerangka Konsep Hubungan antara Pengetahuan Ibu Bersalin tentang Inisiasi Menyusu Dini Dengan Pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini di Desa Cendono Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan
25

2.5 Kerangka Penelitian

Faktor yang mempengaruhi perilaku


Faktor prediposisi
Faktor yang - Pendidikan
mempengaruhi - Tradisi dan kepercayaan Ya
pengetahuan Pelaksanaan inisiasi
Pengetahuan
- Intelegensi menyusui dini
- Pendidikan - Sikap
Tidak
- Pengalaman Faktor enabling :
teratur
- Informasi Ketersediaan sarana dan prasarana
- Kepercayaan Faktor reinforcing
- Sikap dan perilaku : (petugas
kesehatan, tokoh masyarakat dan
tokoh agama
- Undang-undang terkait kesehatan

Keterangan : : Diteliti
: Tidak diteliti

Bagan 2.2 : Kerangka Penelitian Hubungan antara Pengetahuan Ibu Bersalin tentang Inisiasi Menyusu Dini Dengan Pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini di Desa Cendono Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan
26

2.6 Hipotesa Penelitian

Hipotesa adalah pernyataan tentang suatu dalil atau kaidah tetapi yang

kebenarannya belum terujikan secara empirik (Pratiknya, 2003 : 46). Dalam

penelitian ini hipotesa adalah :

Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu bersalin tentang inisiasi menyusu dini

dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini di Desa Cendono Kecamatan Purwosari

Kabupaten Pasuruan

H1 : Ada hubungan antara pengetahuan ibu bersalin tentang inisiasi menyusu dini

dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini di Desa Cendono Kecamatan Purwosari

Kabupaten Pasuruan
27

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, yang

memungkinkan pemaksimalan kontrol faktor-faktor yang bisa mempengaruhi

akurasi suatu hasil (Nursalam, 2003 : 79)

Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian case control, dimana

peneliti melakukan pengukuran pada variabel dependen , sedangkan variabel

independen ditelusuri secara untuk menentukan ada tidaknya faktor (variabel

independen) yang berperan. sebagai kontrol pada jenis penelitian ini, dipilih

kelompok subjek yang berasal dari populasi yang karakteristiknya sama dengan

kasus dan hanya berbeda dalam hal terdapatnya kelainan. (Nursalam, 2003 : 86-87).

3.2 Kerangka Kerja


27
28

Kerangka kerja adalah suatu bagan kerja peneliti dalam melakukan penelitian

yang akan dilakukan (Alimul, 2003), adapun kerangka kerja penelitian adalah sebagai

berikut :

Populasi
Seluruh ibu bersalin
di Desa Cendono Purwosari sebanyak 17 orang

Sampel
Seluruh ibu bersalin
di Desa Cendono Purwosari
Teknik Sampling
Sampling jenuh

Pengumpulan data
kuisioner dan observasi

Analisa data
29

Kesimpulan

Bagan 3.1 : Kerangka Kerja Hubungan antara Pengetahuan Ibu Bersalin tentang
Inisiasi Menyusu Dini dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di
Desa Cendono Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan

3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik yang diamati, yang mempunyai variasi nilai

dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara

empiris atau ditentukan tingkatannya (Setiadi, 2007 : 161). Variabel dalam

penelitian ini ada dua yaitu variabel independen dan variabel dependen.

3.3.1 Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel

lain (Nursalam, 2003 : 101). Variabel independen dalam penelitian ini

adalah pengetahuan ibu bersalin tentang inisiasi dini yang meliputi

pengetahuan tentang pengertian, manfaat, tatalaksana, waktu dan

penghambat inisiasi menyusu dini

3.3.2 Variabel Dependen (Variabel Tergantung)

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel

lain (Nursalam, 2003 : 101). Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah pelaksanaan inisiasi dini


30

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2003 : 104).

Adapun perumusan definisi operasional dalam penelitian ini diuraikan

dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.1: Definisi Operasional Hubungan antara Pengetahuan Ibu Bersalin


tentang Inisiasi Menyusu Dini dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu
Dini di Desa Cendono Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor


Independen Segala sesuatu yang Jumlah Kuesioner Ordinal Benar : skor 1
Pengetahuan diketahui ibu bersalin jawaban benar Salah : skor 0
ibu bersalin tentang upaya bayi ibu bersalin Baik =
tentang inisiasi untuk mencari putting yang benar (76% -100%) :
dini susu ibunya dengan berkaitan kode 1
kemampuan bayi dengan Cukup = (56% -
sendiri inisiasi 75%) = kode 2
menyusu Kurang baik=
dini ( 55%) = kode 3
yang meliputi : (Notoatmodjo,
Pengertian, 2003 : 124)
manfaat,
tatalaksana,
waktu dan
penghambat
inisiasi dini
Dependen
Pelaksanaan Pelaksanaan menyusui Pelaksanaan Observasi Nominal Ya ; (jika
inisiasi yang langsung Inisiasi dilakukan IMD)
menuyusui diberikan ibu bersalin Menyusu Dini Tidak ; (jika tidak
dini pada bayinya sesudah dilakukan IMD)
melahirkan
31

3.5 Populasi, Sampel dan Sampling

3.5.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto, 2006 :

130). Pada penelitian ini populasi adalah seluruh ibu bersalin di Desa Cendono

dengan jumlah persalinan rata-rata per bulan berjumlah 17 orang, jumlah ini

diambil dari total persalinan tahun 2008 sebanyak 204 kemudian dibagi 12

3.5.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Sugiyono, 2006 : 56).. Pada penelitian ini sampel

penelitiannya adalah seluruh ibu bersalin di Desa Cendono

3.5.2.1 Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian

dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Setiadi,

2007 : 178)

1) Bersedia menjadi responden

2) Bisa membaca dan menulis

3.5.2.2 Kriteria eksklusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan studi karena berbagai

sebab (Setiadi, 2007 : 178)

1) Mengalami persalinan patologis

3.5.3 Sampling
32

Teknik pengambilan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti dengan sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili

populasi (Nursalam, 2003 : 96). Dalam penelitian ini menggunakan Non

Probability Sampling dengan teknik Sampling jenuh yaitu seluruh populasi

dijadikan sampel penelitian (Setiadi, 2007 : 184).

3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini sebelum melakukan proses pengumpulan data,

peneliti mengurus ijin penelitian ke Intitusi pendidikan, setelah mendapatkan

surat ijin dari Ka Prodi DIII Kebidanan STIKES Karya Husada Pare Kediri,

surat tersebut ke Puskesmas Purwosari yang membawahi wilayah penelitian,

kemudian sesudah mendapatkan ijin, peneliti melakukan proses pengumpulan

data dilakukan dengan cara pemberian kuisioner oleh peneliti kepada individu

yang dijadikan sampel penelitian sesuai kriteria inklusi dan eksklusi untuk

mengkaji pengetahuan, sedangkan untuk mengkaji pelaksanaan inisiasi dini,

peneliti melakukan observasi.

3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengkaji pengetahuan

adalah kuesioner tertutup dan untuk mengkaji pelaksanaan inisiasi dini di

pakai lembar observasi.

3.6.3 Pengolahan Data


33

Pengolahan data dilakukan melalui proses sebagai berikut :

3.6.3.1 Editing

Editing adalah meneliti kembali data. Ini berarti bahwa semua

kuisioner harus diteliti satu persatu tentang kelengkapannya,

pengisian dan kejelasan penelitian yang meliputi :

1) Dicek kelengkapannya

2) Setelah lengkap baru menyesuaikan kodenya

3) Baru kita pilah-pilah sesuai datanya

3.6.3.2 Coding :

Memberikan kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam

kategori yang diteliti dengan tujuan untuk mempermudah waktu

mengadakan tabulasi dan analisa data.

1) Data umur ibu

Umur < 20 tahun : kode 1

Umur 20-35 tahun : kode 2

Umur > 35 tahun : kode 3

2) Pendidikan

Dasar (SD, SMP) : kode 1

Menengah (SMA atau sederajat) : kode 2

Tinggi (Diploma dan sarjana) : kode 3

3) Pekerjaan

Tidak bekerja atau IRT : kode 1

Petani atau buruh : kode 2


34

Wiraswasta atau Swasta : kode 3

PNS : kode 4

4) Informasi

Ya : kode 1

Tidak : kode 2

5) Sumber informasi

Nakes : kode 1

Kader kesehatan : kode 2

TV : kode 3

Majalah/koran : kode 4

Seminar : kode 5

Internet : kode 6

6) Dukungan keluarga

Ya : kode 1

Tidak : kode 2

7) Status Persalinan

Primipara : kode 1

Multipara : kode 2

Grandemultipara : kode 3

8) Pengetahuan

Baik : kode 1

Cukup : kode 2

Kurang : kode 3
35

9) Inisiasi Menyusu Dini

Ya : kode 1

Tidak : kode 2

3.6.3.3 Scoring : memberikan skor pada masing-masing variabel

Untuk tingkat pengetahuan jawaban yang benar dinilai 1 dan

jawaban salah dinilai 0.

3.6.3.4 Tabulating : Memasukkan data dalam tabel distribusi frekwensi

yang disajikan dalam prosentase.

1. Untuk menganalisis pengetahuan ibu, jumlah skor yang di dapat

dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan dikalikan 100 %

dan hasilnya berupa persentase.

Adapun rumus yang digunakan adalah :

Sp
N 100%
Sm

Keterangan :

N : nilai yang didapat (persentase)

Sp: Skor yang didapat

Sm : Skor maksimal.

Hasil persentase dari cara pemberian skor dan penilaian untuk

setiap variabel independen (pengetahuan) diinterpretasikan secara

deskriptif yang menggunakan kriteria kualitatif, yaitu :

1. Baik apabila mempunyai prosentase 76%-100%

2. Cukup apabila mempunyai prosentase 56%-75%


36

3. Kurang apabila mempunyai prosentase 55% (Nursalam,

2003 : 124)

2. Untuk menganalisis pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini

didasarkan ibu melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini atau tidak,

kemudian diklasifikasikan menjadi ya dan tidak

Dari hasil prosentase pengolahan kemudian

diinterpretasikan

100 % : Seluruh dari responden

76 %- 99% : Hampir seluruh dari responden

51 % - 75 % : Sebagian besar responden

50 % : Setengah dari responden

26 % - 49 % : Hampir setengah responden

1 % -25 % : Sebagian kecil responden

0% : Tidak satupun dari responden

(Nursalam, 2003 : 124)

3. Untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel. analisa data yang

digunakan adalah Uji Chi Square dengan nilai kemaknaan 5%.

Adapun rumus daru uji Chi square adalah sebagai berikut :

( fo fh)
2


2
X =
fh

Keterangan :

fo : frekuensi observasi

fh : frekuensi harapan
37

Dalam proses penghitungan uji Chi square, peneliti

menggunakan komputer dengan tingkat signifikan sebesar

0,05.

Sedangkan interpretasinya adalah sebagai berikut :

apabila harga X2 hitung > X2 , maka kesimpulannya adalah


tabel

Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan (Oktarina,

2006 : 111). Untuk menginterpretasikan derajat hubungan

digunakan panduan sebagai berikut :

Tabel 3.1 : Interpretasi derajat hubungan

Interval Tingkat Hubungan


0,000 0,199 Sangat rendah (tidak
berkolerasi)
0,200 0,399 Rendah
0,400 0,599 Sedang
0,600 0,799 Kuat
0,800 1,000 Sangat kuat
(Sugiyono, 2007 : 216)

3.7 Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian ini peneliti mengajukan ijin kepada institusi

pendidikan dalam hal ini adalah Prodi DIII Kebidanan STIKES Karya Husada Pare

Kediri dan pihak Puskesmas Purwosari Kabupaten Pasuruan, kemudian peneliti

melakukan pengumpulan data kepada ibu balita dengan kuisioner yang telah dibuat

dan menekankan pada masalah etika yang meliputi:

3.7.1 Informed Consent (lembar persetujuan penelitian)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada ibu bersalin sesaat sebelum


38

ibu bersalin diberikan kuesioner. Jika ibu bersalin bersedia diteliti, maka

diminta untuk tanda tangan di lembar persetujuan tersebut, tetapi jika tidak

bersedia maka peneliti menghormati hak ibu bersalin.

3.7.2 Anonymity (tanpa nama)

Kerahasiaan identitas ibu bersalin tidak mencantumkan nama ibu

bersalin pada lembar pengumpulan data, yang diisi pada lembar tersebut

dan hanya diberi kode tertentu.

3.7.3 Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subyek dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan

disajikan pada hasil penelitian.


39

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A.Aziz. 2003. Riset keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika

Andini, 2009, Inisiasi Menyusu Dini, http://kumpulan.info/keluarga. Diakses tanggal 20


Agustus 2009

Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Ed. Revisi
5. Jakarta : Rineka Cipta.

Menkokesra, 2009, Ibu Negara Serukan Inisiasi Menyusu Dini,


http://www.menkokesra.go.id. Diakses tanggal 20 Agustus 2009

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta PT. Rineka
Cipta

Nursalam, 2003, Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan


Edisi I, Jakarta : Rineka Cipta.

Oktarina, 2005. SPSS 13.0 untuk Orang Awam. Palembang : Maxicom

Pratiknya, 2003. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.


Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Roesli, Utami. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Gramedia.

Roesli, Utami 2009, Inisiasi Menyusu Dini, http://www.kesehatan-anak.com. Diakses


tanggal 20 Agustus 2009
40

Roesli, Utami, 2008. Inisiasi Menyusu Dini Untuk Awali ASI Eksklusif.
http://www.gizi.net, diakses tanggal 2 April 2009

Saifudin 2003. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Offset.

Setiadi, 2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sugiono, 2006. Statistik Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta

Wahyuni, 2009, Pentingnya Inisiasi Menyusu Dini Bagi Ibu Dan Bayi, http://stikes-
solo.co.cc. Diakses tanggal 20 Agustus 2009

Widodo, Judarwanto, 2009, Inisiasi Menyusu Dini Segera Pada Bayi Anda,
http://supportbreastfeeding.wordpress.com. Diakses tanggal 20 Agustus 2009

Wikipedia, 2008, Pengetahuan dan Informasi, Http//www. wikipedia. co. id. Diakses
tanggal 15 November 2008
41

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth. Ibu Bersalin
Di Desa Cendono Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Sekolah Tinggi Kesehatan Karya
Husada Pare Kediri Program Studi D-III Kebidanan Program Khusus di Pasuruan:
Nama : Luluk Masfula
NIM : 08024
Bersama ini kami megajukan permohonan kepada ibu untuk menjadi responden
dalam penelitian berjudul Hubungan antara Pengetahuan Ibu Bersalin tentang Inisiasi
Menyusu Dini Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Desa Cendono Kecamatan
Purwosari Kabupaten Pasuruan.
Jawaban ibu kami jamin kerahasiaannya, oleh karena itu kami harap ibu
memberikan jawaban sesuai dengan kehendak.

Atas perhatian dan kerjasama untuk menjadi responden, kami mengucapkan


terima kasih.
42

Pasuruan, Oktober 2009

Peneliti

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini Responden:

No responden :

Umur :

Alamat :

Berdasarkan penjelasan yang telah diberikan, bersama ini saya menyatakan tidak

keberatan untuk menjadi Responden dalam penelitian dengan judul Hubungan antara

Pengetahuan Ibu Bersalin tentang Inisiasi Menyusu Dini Dengan Pelaksanaan Inisiasi

Menyusu Dini di Desa Cendono Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan.

Demikian pernyataan ini saya buat, tanpa paksaan dan tekanan dari penulis.

Pasuruan, Oktober 2009

Responden
43

KISI-KISI KUESIONER

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU BERSALIN TENTANG INISIASI


MENYUSU DINI DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI
DI DESA CENDONO KECAMATAN PURWOSARI
KABUPATEN PASURUAN

A. Kisi-kisi pertanyaan Tingkat pengetahuan

Indikator No soal Jawaban


Pengertian 1 A

manfaat inisiasi dini 3 A


4 C

tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini 8 B


9 B
10 A
11 A
12 A

Waktu menyusui dini 2 B

Penghambat Inisiasi Menyusu Dini 5 C


6 A
7 C
44

12
Jumlah

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU BERSALIN TENTANG INISIASI


MENYUSU DINI DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI
DI DESA CENDONO KECAMATAN PURWOSARI
KABUPATEN PASURUAN

A. Karakteristik Responden

a. Responden No :..
b. Umur ibu : < 20 tahun
20-35 tahun
> 35 tahun
c. Pekerjaan : Tidak bekerja atau IRT
Petani atau buruh
Swasta
PNS
d. Pendidikan terakhir : Dasar (SD, SMP)
Menengah (SMA atau sederajat)
Tinggi (Diploma dan sarjana)
e. Status Persalinan : Primipara (jumlah anak 1)
Multipara (jumlah anak 2-3)
Grandemultipara (jumlah anak 4)
45

B. Pertanyaan umum
Petunjuk pengisian : Berilah tanda silang (X) pada kotak yang disediakan

1. Pernahkan ibu mendapat informasi tentang Inisiasi Menyusu Dini ?


Ya Tidak

2. Bila pernah dari mana ibu mendapatkan informasi tersebut ?


Tenaga kesehatan Kader kesehatan
TV Majalah / Koran
Seminar Internet

C. Pertanyaan variabel Tingkat pengetahuan.


Petunjuk Pengisian : Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang ibu anggap benar
1. Dibawah ini yang benar tentang Inisiasi Menyusu Dini yaitu..........
a. Proses membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah melahirkan
b. Proses membiarkan bayi menyusu sendiri setelah memandikan bayi
c. Proses membiarkan bayi menyusu sendiri setelah lepasnya tali pusat

2. Waktu yang tepat untuk melakukan inisiasi menyususi dini adalah .............
a. 1 jam setelah melahirkan
b. Segera setelah melahirkan
c. 1 hari setelah melahirkan

3. Manfaat pemberian inisiasi menyusu dini bagi bayi adalah.................


a. Meningkatkan kekebalan dan daya tahan tubuh bayi
b. Menyebabkan kekurangan zat besi
c. Mengurangi pertumbuhan
46

4. Manfaat pemberian inisiasi menyusu dini bagi ibu adalah...................


a. Menyebabkan perdarahan
b. Menyebabkan puting lecet
c. Mampu menjarangkan kehamilan

5. Faktor dari bayi yang menyebabkan ibu tidak memberikan inisiasi menyusu dini
adalah......
a. Takut
b. Risih
c. Bayi kedinginan

6. Faktor dari ibu yang menyebabkan ibu tidak memberikan inisiasi menyusu dini
adalah.....
a. Ibu kelelahan.
b. Pelekatan puting yang salah
c. Dukungan suami yang kurang.

7. Faktor lain yang menyebabkan ibu tidak memberikan inisiasi menyusu dini
adalah........
a. Malu
b. Ibu rileks dan percaya diri
c. Ibu dilakukan tindakan medis (dijahit akibat robekan jalan lahir)

8. Tindakan yang harus dilakukan suami untuk meningkatkan keberhasilan inisiasi


menyusu dini................
a. Meyuruh ibu kemudian suami menunggu diluar

b.Memberikan motivasi istri dan mendampingi dalam pemberian inisiasi


47

menyusu dini

c. Menyerahkan semua keputusan pada istri

9. Apa yang harus dilakukan ibu untuk meningkatkan keberhasilan inisiasi


menyusu dini ?
a. Merangsang dengan susu botol
b. Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu
c. Ibu memaksakan bayi ke putting susu.

10. Dibawah ini tindakan yang benar untuk meningkatkan keberhasilan inisiasi
menyusu dini ?.............
a. Menyusu menimbang
b. Menimbang menyusu
c. Menyuntik menimbang - menyusu

11. Cara melakukan inisiasi menyusu dini ?.............


a. Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu
b. Bayi dituntun mencari putting susu ibu
c. Putting susu ibu dimasukkan ke mulut bayi

12. Tindakan yang harus dilakukan ibu apabila bayi tidak mau menyusu dini ?
a. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan
bayi ke putting susu.
b. Menuntun bayi mencapai putting susu ibu
c. Ibu memaksakan bayi ke putting susu.
48

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU BERSALIN TENTANG INISIASI


MENYUSU DINI DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI
DI DESA CENDONO KECAMATAN PURWOSARI
KABUPATEN PASURUAN

NO INDIKATOR INISIASI
MENYUSU DINI
YA TIDAK
1 Dianjukan suami atau keluarga untuk mendampingi ibu
saat persalinan

2 Mengeringkan tubuh bayi nulai dari muka, kepala dan


bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut
ibu.

3 Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu. Ibu dapat


merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak
memaksakan bayi ke putting susu

4 Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali


tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal
ini dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam,
bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa
percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit
bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu
jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama
sebelum satu jam. Jika belum menemukan putting
payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit
bayi bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil
49

menyusu pertama.

5 Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit


dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan
tindakan,misalnya operasi Caesar.

LEMBAR KONSULTASI

Nama : Luluk Masfula


NIM : 08024
Judul : Hubungan antara Pengetahuan Ibu Bersalin tentang Inisiasi
Menyusu Dini Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Desa
Cendono Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan
Pembimbing I : Uswatun Khasanah, SST, M.Keb

Catatan Pembimbing Tanda


No Tanggal Materi
Tangan
1

6
50

LEMBAR KONSULTASI

Nama : Luluk Masfula


NIM : 08024
Judul : Hubungan antara Pengetahuan Ibu Bersalin tentang Inisiasi
Menyusu Dini Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Desa
Cendono Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan
Pembimbing I : Wahyu Nuraisya, SSiT

Catatan Pembimbing Tanda


No Tanggal Materi
Tangan
1

6
51

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU BERSALIN


TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DENGAN
PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI
DI DESA CENDONO KECAMATAN PURWOSARI
KABUPATEN PASURUAN

OLEH :

LULUK MASFULA
NIM. 08024
52

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


STIKES KARYA HUSADA PARE KEDIRI
2009
PERSETUJUAN

Proposal penelitian penelitian ini telah disetujui oleh pembimbing proposal

penelitian Program Studi D III Kebidanan STIKES Karya Husada Pare Kediri pada:

Hari / Tanggal : Sabtu, 24 Oktober 2009

Pasuruan, 24 Oktober 2009

LULUK MASFULA
NIM. 08024

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II
53

USWATUN KHASANAH, SST, M.Keb WAHYU NURAISYA, SSiT

ii
54

PENGESAHAN

Proposal penelitian ini telah disetujui untuk disahkan oleh penguji proposal

penelitian penelitian Prodi D III Kebidanan STIKES Karya Husada Pare Kediri dalam

Ujian proposal penelitian pada :

Hari / Tanggal : Sabtu, 12 Desember 2009

Tempat: Prodi D III Kebidanan STIKES Karya Husada Pare Kediri

Penguji I : Reni Yuli Astutik, SST _______________

Penguji II : Retno Hastuti, SKM _______________

Penguji III : Uswatun Khasanah, SST,M. Keb _______________

Mengetahui
Ka.Prodi DIII Kebidanan
STIKES Karya Husada Pare Kediri

Tintin Hariyani, SSiT, M.Kes

iii
55

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam proposal penelitian ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Pasuruan, 24 Oktober 2009

LULUK MASFULA
NIM. 08024

iv
56

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga proposal penelitian dengan judul

Hubungan antara Pengetahuan Ibu Bersalin tentang Inisiasi Menyusu Dini dengan

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Desa Cendono Kecamatan Purwosari Kabupaten

Pasuruan ini dapat diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang tidak

terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah

membantu terselesaikannya proposal penelitian ini, khususnya kepada:

1. H. Nanang Hari P, dr, M.Si Selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

2. Denok Sri Utami, dr Selaku Kepala STIKES Karya Husada Pare Kediri

3. Tintin Hariyani, SSiT, M.Kes selaku Ka Prodi DIII Kebidanan STIKES Karya

Husada Kediri yang telah memberikan sarana dan prasarana.

4. Uswatun Khasanah, SST, M.Keb selaku pembimbing I, yang mengarahkan,

memotivasi dan memberikan semangat sehingga segala hambatan dan permasalahan

dapat diselesaikan dengan baik, hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

proposal penelitian ini.

5. Wahyu Nuraisya, SSiT selaku pembimbing II, yang dengan penuh perhatian dan

kesabaran telah membimbing penulis dan memberikan semangat sehingga segala

hambatan dan permasalahan dapat diselesaikan dengan baik, hingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan proposal penelitian ini.

v
57

6. Seluruh staf dosen dan karyawan di STIKES Karya Husada Kediri yang telah

memberikan keilmuan yang sangat berarti, bantuan dan bimbingan selama penulis

mengikuti pendidikan.

7. Semua rekanrekan seangkatan yang telah membantu dan memberikan saran untuk

kelancaran penulisan proposal penelitian ini.

8. Dan semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian yang tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata, Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala

amal yang telah diberikan dan semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi

penulis sendiri maupun pihak lain yang memanfaatkan.

Pasuruan, Oktober 2009

LULUK MASFULA

vi
58

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN ...............................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii

HALAMAN PERNYATAAN.................................................................................iv

KATA PENGANTAR..............................................................................................v

DAFTAR ISI..........................................................................................................vii

DAFTAR TABEL...................................................................................................ix

DAFTAR BAGAN ..................................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1. Latar Belakang...................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah..............................................................................3

1.3. Tujuan Penelitian...............................................................................3

1.4. Manfaat Penelitian.............................................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5

2.1. Konsep Dasar Pengetahuan................................................................5

2.2. Konsep Dasar Inisiasi Menyusu Dini..............................................12

2.3. Konsep Dasar Perilaku.....................................................................18

2.4. Kerangka Konseptual.......................................................................24

2.5. Kerangka Penelitian.........................................................................25

2.6. Hipotesa Penelitian..........................................................................26

vii
59

BAB 3 METODE PENELITIAN........................................................................27

3.1. Desain Penelitian.............................................................................27

3.2. Kerangka Kerja................................................................................28

3.3. Variabel Penelitian...........................................................................29

3.4. Definisi Operasional........................................................................29

3.5. Populasi, Sampel dan Sampling.......................................................30

3.6. Pengumpulan Data dan Analisa.......................................................31

3.7. Etika Penelitian................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................38

LAMPIRAN...........................................................................................................39

viii
60

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian........................................................29

ix
61

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Konseptual.......................................................................24

Bagan 2.2 Kerangka Penelitian.........................................................................25

Bagan 3.1 Kerangka Kerja................................................................................ 28

x
62

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Lembar Permohonan Responden........................................................40

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden.........................................................41

Lampiran 3 Kisi-kisi Kuisioner..............................................................................42

Lampiran 4 Lembar Kuisioner...............................................................................43

Lampiran 5 :Lembar Observasi.................................................................47

Lampiran 6 Lembar Konsultasi..............................................................................48

xi
63
64

Anda mungkin juga menyukai