id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
a. Umur
waktu yang merupakan ukuran sifat seseorang yang dipandang dari hal usia
anak, dewasa, dan tua. Umur anak-anak adalah 18 tahun, umur dewasa
b. Jenis Kelamin
laki-laki atau perempuan yang biasanya berdasarkan ciri fisik, sikap dan
penghargaan orang tua, serta tekanan sosial dan psikologis yang dialami
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id6
dalam situasi sosial ekonomi yang kurang dan harus memilih prioritas, maka
biasanya perempuan dianggap wajar untuk berkorban. Keadaan ini juga dapat
a. Nekrosis Pulpa
pulpa yang tidak memperoleh aliran darah dan saraf serta sudah tidak
mengandung jaringan hidup, dengan atau tanpa invasi bakteri. Hal ini dapat
maupun trauma. Apabila keadaan nekrosis jaringan pulpa disebabkan oleh suatu
infeksi bakteri yang mengikuti hingga mengganggu suplai darah ke pulpa serta
memberikan gambaran stadium lanjut dari pulpitis yang tidak tertangani, maka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id7
Gambar 2.1 Nekrosis Pulpa dengan Abses Periapikal (Shafer et al., 2009)
tempat tumbuh bagi bakteri. Bakteri pada gigi dan mulut akan mungubah plak
menjadi zat asam yang akan menurunkan pH. Hal tersebut akan mengawali
akan terlihat bercak putih pada lapisan email gigi yang kemudian berangsur-
jaringan pulpa yang selanjutnya akan menjadi sumber utama inflamasi sehingga
(Sutasmi, 2012). Menurut Fouad (2009), beberapa jenis bakteri yang menjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id8
1) Peptostreptococcus sp
hemolisin. Streptococcus ini merupakan flora normal mulut, saluran napas atas,
usus, dan traktus genitalia. Organisme ini bersama dengan spesies bakteri lain
otak.
2) Porphyromonas sp
ini merupakan bagian dari flora normal mulut dan terdapat juga pada organ
3) Prevotella sp
organisme anaerob lainnya yang merupakan bagian dari flora normal terutama
bakteri anaerob fakultatif gram positif dan gram negatif yang merupakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id9
4) Fusobacterium sp
yang paling sering diisolasi dari infeksi bakteri campuran yang disebabkan oleh
flora normal mukosa. Namun, spesies Fusobacterium juga dapat menjadi satu-
5) Actinomyces sp
Beberapa spesies dapat bersifat aerotoleran dan tumbuh dengan adanya udara.
lainnya.
6) Enterococcus sp
ini bersifat nonhemolitik, katalase negatif, dan merupakan salah satu penyebab
infeksi nosokomial yang paling sering dan resisten terhadap antibiotik tertentu.
limfosit, dan sel plasma akan berinfiltrasi secara lokal pada jaringan pulpa. Jika
daerah nekrosis pada lokasi terbukanya pulpa. Jaringan pulpa bisa tetap
terinflamasi untuk waktu yang lama, apabila tanpa perawatan yang baik akan
menjadi nekrosis pulpa. Hal ini tergantung pada virulensi bakteri, kemampuan
ketahanan inang, jumlah sirkulasi, dan drainase limfe. Apabila sampai terjadi
Beberapa penyebab lain nekrosis pulpa dapat berupa trauma yang hebat
periapikalnya, benturan yang hebat, dislokasi gigi, dan fraktur gigi (Mansjoer,
Adanya kerusakan gigi disadari setelah timbul rasa nyeri. Nyeri biasanya
timbul bila rangsangan mengenai ujung sel odontoblas pada perbatasan dentin
dengan email yang merupakan garis depan pertahanan jaringan pulpa. Apabila
rangsangan sudah mencapai pulpa, nyeri dentin dapat berlanjut menjadi nyeri
pulpa. Kemudian terjadi reaksi pada sistem aliran darah mikro dan sistem seluler
jaringan pulpa. Proses ini menyebabkan odema pada pulpa karena terganggunya
keseimbangan antara aliran darah yang masuk dengan yang keluar. Odema pada
pulpa yang terletak di dalam rongga pulpa yang sempit mengakibatkan sistem
persarafan pulpa terjepit sehingga menimbulkan rasa nyeri hebat. Persarafan pulpa
gigi adalah serat saraf cabang sensorik ganglion trigeminal dan cabang otonomik
terdapat dalam organ pulpa gigi ini yang mengatur proses pemulihan/reaksi
dengan nyeri spontan sedangkan nekrosis total tidak menunjukkan gejala dan
tidak ada respons terhadap tes termal dan tes listrik. Pada saat inspeksi, pada
bagian depan mahkota gigi, terkadang akan terlihat bercak coklat kehitaman yang
pada akar gigi dan gambaran ruang pulpa menghilang. Gambaran radiografik ini
akan sangat berguna untuk menentukan penyebab nyeri yang tidak jelas di
Menurut Tarigan (2006), ada 2 tipe nekrosis pulpa, yaitu tipe koagulasi
dan tipe likuifaksi. Pada nekrosis pulpa tipe koagulasi terdapat bagian jaringan
pulpa yang larut, mengendap, dan berubah menjadi bahan yang padat. Pada tipe
likuifaksi, enzim proteolitik mengubah jaringan pulpa menjadi suatu bahan yang
lunak atau cair. Pada setiap proses nekrosis pulpa selalu terbentuk hasil akhir
dan CO 2 . Selain itu juga dihasilkan indol, skatol, putresin, dan kadaverin yang
menyebabkan bau busuk pada nekrosis pulpa. Secara klinis pada pasien dengan
Nekrosis pulpa merupakan akibat akhir dari pulpitis yang diawali karies,
tetapi juga menjadi awal dari penyakit atau kelainan periapikal ketika nekrosis
b. Abses Periapikal
Abses periapikal adalah abses pada apikal gigi yang ditandai dengan
pengeluaran pus secara intermiten melalui saluran sinus dengan onset yang
Kondisi ini tanpa gejala, tetapi disertai dengan pembentukan daerah radiolusen
sebagai akibat dari resorpsi tulang periapikal (Queiroz et al., 2010), sedangkan
pada prosedur perkusi dan palpasi hasilnya respons tidak sensitif (McClanahan et
al., 2002).
imunitas inang terhadap produk bakteri yang dikeluarkan melalui foramen apikal
dari pulpa yang terinfeksi. Respons imunitas inang ini ditandai oleh migrasi
leukosit polimorfonuklear, monosit, limfosit, plasma, dan sel mast ke daerah yang
bakteri ke dalam jaringan periapikal. Dalam hal ini, sel imun dan mediator
inflamasi seharusnya melindungi inang dari invasi patogen, tetapi pada kasus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
abses periapikal sel imun dan mediator inflamasi justru mengakibatkan resorpsi
infeksi dan melepaskan mediator proinflamasinya. Salah satu mediator adalah IL-
12, yang menginduksi sel Th1 untuk memproduksi IFN-. Jalur IL-12 - IFN-
TNF- dan IL-1. Jalur ini menginduksi resorpsi tulang dengan menekan
disertai gejala atau ada sedikit kepekaan terhadap perkusi dan penebalan ligamen
berlebih atau rangsangan obat saluran akar. Selain itu adanya plak, kalkulus,
debris makanan, benda asing, dan prosedur drainase yang salah juga dapat
inflamasi, sehingga terjadi produk pus di dalam poket yang menyebabkan abses
iritasi pulpa yang mati dapat menjadi rangsangan yang terus-menerus di jaringan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
periapikal. Dalam keadaan normal jaringan periapikal gigi tersebut akan berusaha
dua faktor yaitu umur dan jenis kelamin yang erat hubungannya dengan oral
hygiene individu, maka semakin besar risiko terkena nekrosis pulpa dengan
dibandingkan dengan negara lain. Hal ini berkaitan dengan tingginya konsumsi
gula per kapita. Selain itu, pada masa industri, kebiasaan tradisional masyarakat
asam. Namun, saat ini di negara maju seperti Eropa sudah terdapat perbaikan
karena tingkat kesadaran yang tinggi akan menjaga kesehatan dan kebersihan
gigi dan mulut (Shafer et al., 2009). Berbanding terbalik dengan Indonesia pada
era globalisasi saat ini di mana menurut penelitian Bagramian (2009) dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
dan minuman kemasan berkarbonasi sangat berdampak pada kesehatan gigi dan
mulut. Selain itu kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan dan melakukan
perawatan gigi dan mulut jelas akan meningkatkan kejadian nekrosis pulpa yang
disertai abses.
2004, diderita oleh 90% penduduk Indonesia dengan penyakit utama yang
didapatkan pasien gigi dan mulut di Indonesia sebanyak 23,5%. Hasil Riskesdas
tahun 2013, di Indonesia yang mengalami penyakit gigi dan mulut sebanyak
25,9%.
oleh dua faktor yaitu umur dan jenis kelamin yang erat hubungannya dengan
oral hygiene masing-masing individu. Hal ini dikarenakan semakin rendah oral
hygiene individu, maka semakin besar risiko terkena nekrosis pulpa dengan
sudah tua lebih mudah mengalami pulpitis hingga nekrosis. Faktor yang
kebersihan gigi dan mulut yang berkurang. Semakin muda ( 18 tahun) dan tua
sehingga rongga mulut akan menjadi tempat yang baik untuk pertumbuhan
bakteri yang merugikan (Neville et al., 2008; Chu et al., 2012; Jain et al., 2012;
Dixit et al., 2013). Perilaku orang dewasa yang lebih teratur melakukan
perwatan gigi dan mulut dan menggosok gigi 2 kali perhari sehingga angka
kejadiannya lebih sedikit (Wiener et al., 2013). Selain itu, pada individu tua
dan semakin mudah terserang penyakit gigi dan mulut seperti nekrosis pulpa
2014). Berdasarkan jenis kelamin, terbukti bahwa laki-laki lebih mudah terkena
permen karet (Kundu et al., 2011; Glazar et al., 2013). Menurut Wiener et al
jenis kelamin yang menyebabkan perempuan memiliki oral hygiene yang lebih
baik daripada laki-laki. Perilaku yang diteliti meliputi menggosok gigi 2 kali
perawatan gigi dan mulut secara teratur sebagai pencegahan terhadap penyakit
angka kejadian nekrosis pulpa dengan abses periapikal (Kundu et al., 2011;
peningkatan jumlah plak. Adanya kandungan tembakau seperti tar, nikotin dan
berakibat pula mudah terbentuk plak dan kalkulus. Selain itu dalam asap rokok
terdapat eugenol (minyak cengkeh) dan derivatnya yang mempunyai efek anti
inflamasi dan topikan anestesi yang menyebabkan perokok jarang merasa sakit
besar. Hal ini disebabkan oleh sintesa ekstra sel sukrosa lebih cepat daripada
gula lainnya seperti glukosa, fruktosa, dan laktosa sehingga cepat diubah oleh
Zero et al (2011), rongga mulut yang asam akan menurunkan pH plak sehingga
mudah terbentuk lubang pada gigi yang mengawali proses karies dan apabila
abses periapikal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
B. Kerangka Pemikiran
Plak
Karies gigi
Bakteri (anaerob
pyogenik)
Umur
Peradangan pada pulpa
Bakteri penetrasi ke
jaringan periapikal
Peradangan jaringan
periapikal
Abses periapikal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
C. Hipotesis
H0: Tidak terdapat pengaruh umur dan jenis kelamin dengan angka kejadian
H1: Terdapat pengaruh umur dan jenis kelamin dengan angka kejadian nekrosis
commit to user