TINJAUAN TEORI
1. PENGERTIAN
Diabetes insipidus adalah sindrom yang terjadi apabila terjadi defesiensi atau bila
organ sasarannya, ginjal, gagal untuk berespons terhadap hormon. ( Ganong F Williams,
2003 )
2. KLASIFIKASI
Merupakan bentuk tersering dari diabetes insipidus dan biasanya berakibat fatal.
Diabetes insipidus sentral merupakan manifestasi dari kerusakan hipofisis yang
berakibat terganggunya sintesis dan penyimpanan ADH. Hal ini bisa disebabkan oleh
kerusakan nucleus supraoptik, paraventrikular, dan filiformis hipotalamus yang
mensistesis ADH. Selain itu, diabetes insipidus sentral (DIS) juga timbul karena
gangguan pengangkutan ADH akibat kerusakan pada akson traktus supraoptiko
hipofisealis dan akson hipofisis posterior di mana ADH disimpan untuk sewaktu-
waktu dilepaskan ke dalam sirkulasi jika dibutuhkan.
Penanganan pada keadaan DI sentral adalah dengan pemberian sintetik ADH
(desmopressin) yang tersedia dalam bentuk injeksi, nasal spray, maupun pil. Selama
mengkonsumsi desmopressin, pasien harus minum hanya jika haus.
Mekanisme obat ini yaitu menghambat ekskresi air sehingga ginjal
mengekskresikan sedikit urin dan kurang peka terhadap perubahan keseimbangan
cairan dalam tubuh.
Keadaan ini terjadi bila ginjal kurang peka terhadap ADH. Hal ini dapat di
sebabkan oleh konsumsi obat seperti lithium, atau proses kronik ginjal seperti
penyakit ginjal polikistik, gagal ginjal, blok parsial ureter, sickle cell disease, dan
kelainan genetik, maupun idiopatik. Pada keadaan ini, terapi desmopressin tidak akan
berpengaruh.
Penderita diterapi dengan hydrochlorothiazide (HCTZ) atau indomethacin. HCTZ
kadang dikombinasikan dengan amiloride. Saat mengkonsumsi obat ini, pasien hanya
boleh minum jika haus untuk mengatasi terjadinya volume overload.
Diabetes insipidus gestasional terjadi hanya saat hamil jika enzim yang dibuat
plasenta merusak ADH ibu. Kebanyakan kasus diabetes insipidus pada kehamilan
membaik diterapi dengan desmopressin. Pada kasus dimana terdapat abnormalitas
dari mekanisme haus, desmopresin tidak boleh digunakan sebagai terapi.
3. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya Diabetes Insipidus antara lain : Defisiensi ADH ( diabetes
insipidus sentral) yang mungkin kongenital atau didapat, disebabkan oleh defek SSP,
trauma kepala, infeksi , tumor otak, atau idiopatik. Penurunan sensitivitas ginjal pada
ADH ( diabetes insipidus nefrogenik ) biasanya menyertai penyakit ginjal kronis , atau
supresi ADH sekunder akibat mengkonsumsi cairan berlebihan ( polidipsia primer).
4. MANIFESTASI KLINIS
a. Polidipsia : rasa sangat kehausan , 4 sampai 40 liter cairan setiap hari, terutama sangat
membutuhkan air yang dingin .
b. Dehidrasi
Bila tidak mendapat cairan yang adekuat akan terjadi dehidrasi. Komplikasi dari
dehidrasi, bayi bisa mengalami demam tinggi yang disertai dengan muntah dan kejang-
kejang. Jika tidak segera terdiagnosis dan diobati, bisa terjadi kerusakan otak, sehingga
bayi mengalami keterbelakangan mental. Dehidrasi yang sering berulang juga akan
menghambat perkembangan fisik. Penderita terus berkemih dalam jumlah yang sangat
banyak, terutama di malam hari (nokturia). Tentu akan sangat merepotkan jika setiap
tidur malam harus bolak-balik ke kamar mandi hanya untuk buang air kecil. Akibatnya
kualitas tidur menjadi berkurang, dan kondisi kesehatan pun turun/kelelahan karena
kurang tidur. Pada bayi yang diberikan minum seperti biasa akan tampak kegelisahan
yang tidak berhenti, sampai timbul dehidrasi, panas tinggi, dan terkadang sampai syok.
a. Gejala lain:
3. Hipotensi
4. Tidak berkeringat atau keringat sedikit, sehingga kulit kering dan pucat
5. Anoreksia
5. PATOFIOLOGI
6. DIAGNOSA
Pembentukan air kemih, kadar elektrolit darah (natrium) dan berat badan diukur
secara rutin selama beberapa jam. Segera setelah tekanan darah turun atau denyut jantung
meningkat atau terjadi penurunan berat badan lebih dari 5%, maka tes ini dihentikan dan
diberikan suntikan hormon antidiuretik.
Diagnosis diabetes insipidus semakin kuat jika sebagai respon terhadap hormon
antidiuretik:
a. pembuangan air kemih yang berlebihan berhenti
b. tekanan darah naik
c. denyut jantung kembali normal. (mypotik.blogspot.co.id/2011)
7. PENATALAKSANAAN
Pada diabetes insipidus kranial, pengobatan mungkin tidak perlu dilakukan pada
kasus yang ringan. Untuk mengimbangi jumlah cairan yang terbuang, Anda perlu
mengonsumsi air lebih banyak. Terdapat obat yang berfungsi untuk meniru peran hormon
antidiuretik bernama desmopressin. Jika memang diperlukan, Anda bisa mengonsumsi
obat ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus diabetes insipidus pada umumnya diderita pada 3 dari 100.000 populasi.
Diabetes Insipidus merupakan penyakit yang ditandai oleh penurunan produksi sekresi dan
fungsi dari ADH sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh dalam mengkonvensi air. Simtom
dari penyakit ini adalah poliuria dan polidipsia. Jenis Diabetes Insipidus yang peling sering
ditemui adalah Diabetes Insipidus Sentral yang disebabkan oleh defisiensi Argina pada
hormon AVP. Jenis kedua adalah Diabetes Insipidus Nefrogenesis yang disebabkan oleh
kurang pekanya ginjal terhadap hormon dengan sifat anti-diuretik, seperti AVP.
Walaupun sama-sama bernama Diabetes dan memiliki simtoma yang sama yaitu
poliuria, tetapi Diabetes Insipidus dan Diabetes Mellitus merupakan dua jenis penyakit yang
sangat berbeda. Jika diabetes insipidus diakibatkan oleh masalah ginjal yang tidak merespon
hormon ADH dan masalah produksi hormon ADH pada hipofisis posterior sehingga
mengakibatkan volume urine yang keluar sangat banyak dan urine berwarna jernih,
sedangkan Diabetes Mellitus menyebabkan poliuria melalui proses diuretik osmosis dimana
gula darah tinggi dan terdapat glukosa pada urine.
B. Tujuan:
- Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai penyakit Diabetes
Insipidus
- Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Definisi penyakit Diabetes
Insipidus.
b. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Etiologi penyakit Diabetes
Insipidus.
c. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Klasifikasi penyakit Diabetes
Insipidus.
d. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Patofisiologi penyakit
Diabetes Insipidus.
e. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Manifestasi Klinis penyakit
Diabetes Insipidus.
f. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Penatalaksanaan medis
penyakit Diabetes Insipidus.
g. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Asuhan keperawatan penyakit
Diabetes Insipidus.
C. Sistematika
BAB I : yang merupakan Pendahuluan, akan membahas mengenai latar belakang, tujuan dan
sistematika penulisan.
BAB II :akan membahas mengenai Definisi, Etiologi, klasifikasi, Patofisiologi, Manifestasi
Klinis, Pemeriksaan Penunjang, dan Penatalaksanaan medis.
BAB III :Asuhan keperawatan pada Pasien dengan Diabetes Insipidus.
BAB III
1. PENGKAJIAN.
a. Data Pasien
Identitas pada pasien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/ bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung
biaya.
b. Riwayat Sakit dan Kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya pasien merasa haus, pengeluara air kemih yang berlebihan, lemas jika
minum tidak banyak.
3. Persarafan B3 (brain)
Kadang pasien merasa pusing, bentuk kepala simetris, GCS= E4V5M6, pupil normal,
orientasi tempat dan waktu baik, reflek bicara baik, pendengaran baik, penglihatan
baik, penghidu baik.
4. Perkemihan B4 (bladder)
Poliuria ( 4- 30 liter ).
5. Pencernaan B5 (bowel)
Nafsu makan baik, tidak ada mual/ muntah, BAB 2 kali/hari pagi dan sore.
6. Muskuloskeletal B6 (bone)
Mandi 2 kali/hari pagi dan sore, kulit bersih, turgor kulit buruk, tidak ada nyeri otot
dan persendian.
Data Fokus
Analisa Data
Diagnosa Keperawatan
3. TTV : b. Suhu
N : 60 kali/menit d. Pernapasan
Kolaborasi.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
Mandiri.
selama 3x24 jam masalah
resiko kerusakan 1. Kaji tingkat keterbatasan kemampuan untuk
2. integritas kulit teratasi berpindah atau bergerak dari tempat tidur.
dengan kreteria hasil :
2. Gunakan kasur atau tempat tidur penurun
1. Pigmentasi kulit tekanan.
membaik.
3. Pertahankan tempat tidur bersih, kering dan
2. Perubahan Turgor bebas kerutan.
kulit.
4. Gunakan teknik yang benar dalam
mengubah posisi, memindahkan dan
memiringkan.
Kolaborasi.
Kolaborasi.