SKIZOFRENIA
Disusun oleh:
H1A009010
Dokter Pembimbing :
1
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. D
Usia : 27 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Serayu RT. 09, RW. 39 Kec. Ratu Agung Bengkulu
No RM : 03 41 92
Tanggal masuk : 30/05/2014 pukul 11.30
Tanggal wawancara : 03/06/2014 pukul 16.15
2
pasien tidak melihat apa yang dilihat pasien. Pasien lau merasa takut dan berusaha
tidak memperdulikan apa yang dia lihat.
Pasien juga mengaku, karena pernah ditangkap oleh warga saat pasien lari dari
rumah tidak menggunakan baju, pasien merasa orang- orang yang lewat di sekitar
rumahnya ingin menangkap dia dan di bawa ke kantor polisi, malahan polisi yang
lewat di depan rumahnya dianggap akan menangkapnya. Pasien mengaku menjadi
takut kepada orang-orang yang berada di sekitarnya, terutama yang belum di
kenalnya.
Pasien mengaku sulit tidur bahkan pasien pernah tidak tidur selama 2 hari.
Selama pasien tidak tidur pasien mengaku selalu shalat dan mengaji. Sebelumnya
pasien pernah menggunakan obat-obatan dan mengkonsumsi alkohol. Pasien
menggunakan obat-obatan dan alkohol tersebut sejak SMP. Pasien punya teman-
teman khusus untuk mengkonsumsi barang barang tersebut, yang berjumlah 4 orang.
Obat-obatan yang digunakan berupa ganja dan sabu-sabu. Pasien mengaku berhenti
menggunakan obat-obatan dan alkohol 4 bulan SMRS.
Karena ibunya takut terjadi sesuatu pada pasien, maka pasien dibawa ke IGD
RSJ dan mendapatkan obat, tapi pasien menolak untuk di rawat inap. Akhirnya pasien
pulang setelah mendapat beberapa obat oral dari rumah sakit untuk diminum dirumah.
Setelah beberapa jam berada di rumah, pasien tidak mau minum obat dan gejalanya
makin parah. Keesokan harinya, akhirnya dibawa lagi ke IGD RSJ dan di putuskan
untuk dirawat inap. Pasien akhirnya dirawat di VIP. Pasien mulai dirawat inap pada
tanggal 30 Maret 2014
Pasien dirawat selama dua hari di ruang VIP RSJ. Setelah 4 hari dirawat,
pasien minta pulang karena tidak betah dan sudah merasa sembuh. Pasien pulang atas
permintaan sendiri dari rumah sakit. Pasien akhirnya pulang kerumah dengan
diberikan beberapa obat oral dari rumah sakit. Pasien mengaku sudah teratur minum
obat setelah pulang dari rumah sakit Selama seminggu dirumah, pasien mulai kembali
mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk mengaji dan shalat. Pasien
terkadang mengikuti suara tersebut, tapi terkadang juga pasien tidak memperdulikan
suara itu. Pasien juga mengaku menjadi malas keluar rumah dan malas bekerja akibat
suara suara yang terus mengganggunya tersebut.
2 hari SMRS, pasien merasa bahwa bisikan bisikan yang menyuruhnya
untuk shalat dan mengaji menjadi semakin sering. Pasien juga merasa sering gelisah
dan susah tidur. Pasien akhirnya dibawa kembali berobat ke RSJ karena keluarga
pasien takut gejala yang dialami pasien sudah kambuh lagi.
3
HETEROANAMNESIS
Diperoleh dari ibu kandung pasien. Selama ini pasien tinggal bersama dengan
orang tuanya dan yang paling sering memantau pasien untuk minum obat yaitu
ibunya. Pasien adalah anak yang penurut di rumah. Menurut keterangan dari ibunya,
lebih kurang 2 bulan yang lalu, pasien pada awalnya minta untuk diurut. Namun tiba
tiba pada saat diurut, pasien lari tanpa memakai baju ke lingkungan dekat rumahnya.
Pasien lalu dibawa kerumah oleh warga sekitar dengan cara diikat karena disangka
gila. Saat ditanya, pasien hanya merasa bahwa dirinya disuruh oleh suara-suara yang
terdengar ditelinganya. Setelah kejadian itu, terlihat adanya perubahan dalam perilaku
pasien. Pasien sering merasa melihat adanya penampakan setan, dan menurut ibunya
juga, pasien sering bercerita kalau dia sering mendengar bisikan bisikan yang
menyuruhnya untuk mengaji dan shalat, yang katanya dibisikkan oleh buyutnya yang
telah meninggal.
4
Ibu pasien juga berkata, semenjak mulai mendengar suara-suara yang berbisik
ditelinganya, pasien bercerita kepada ibunya bahwa dia merasa sering gelisah dan
malas melakukan sesuatu pekerjaan. Ibunya juga melihat pasien menjadi sulit tidur.
Ketika ditanya apa sebabnya dan mengapa pasien sulit tidur, pasien mengatakan ia
shalat dan mengaji saat tidak tidur tersebut. Pasien mengaku disuruh oleh suara suara
yang berbisik ditelinganya, yang menyuruhnya untuk shalat dan mengaji. Karena
ibunya takut terjadi sesuatu pada pasien, maka ibunya dan keluarganya membawa
pasien ke IGD RSJ Bengkulu. Pasien disarankan untuk dirawat. Namun menurut
ibunya, pasien menolak untuk dirawat.
Pasien akhirnya dibawa kerumah. Namun yang terjadi dirumah adalah gejala
pasien semakin parah. Setelah beberapa jam berada di rumah, pasien tidak mau
minum obat dan gejalanya makin parah. Keesokan harinya, akhirnya dibawa lagi ke
IGD RSJ dan di putuskan untuk dirawat inap. Pasien akhirnya dirawat di VIP.
Ibu pasien mengatakan pasien minta pulang setelah dirawat selama 4 hari.
Setelah pulang kerumah, menurut ibunya pasien pada awalnya baik-baik saja. Pasien
mau minum obat dan bekerja seperti biasanya. Pasien tidak tampak gelisah dan sulit
tidur lagi. Namun seminggu SMRS, ibu pasien melihat pasien berbicara sendiri.
Kejadian ini terus terlihat oleh ibunya selama beberapa hari kemudian, ibunya mulai
curiga kalau penyakit pasien kambuh lagi. Setelah beberapa hari, akhirnya ibu pasien
dan keluarganya memutuskan untuk membawa pasien kontrol berobat ke RSJ, karena
khawatir penyakit anaknya mulai kambuh lagi.
5
b. Riwayat masa kanak-kanak, remaja:
Pasien tumbuh dan berkembang sesuai umur sebagaimana anak seumurnya
sehingga pasien tidak ada gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Orang tua pasien selalu memantau perkembangan dan pergaulan pasien selama
remaja. Pasien merupakan anak yang penurut kepada orang tuanya.
c. Riwayat masa dewasa
Pasien sudah sering bekerja, namun pekerjaan yang dilakukan pasien tidak
menentu. Pasien bekerja di bengkel milik temannya yang berada di Curup, namun
terkadang, pasien juga bekerja sebagai pengrajin kursi dan meja di rumahnya
sendiri.
d. Riwayat pendidikan
Pasien telah menyelesaikan SMA
e. Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai wiraswasta
f. Riwayat agama
Pasien beragama Islam dan jarang melakukan ibadah.
g. Aktivitas sosial
Pasien masih dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, namun sering merasa
takut dan curiga pada orang disekitarnya. Pasien memiliki teman-teman khusus
yang biasanya sering mabuk dan memakai obat-obatan bersama.
E. Riwayat Keluarga
Di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan serupa dengan pasien. Keluarga
pasien adalah keluarga inti. Pasien merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.
Pasien adalah satu-satunya anak laki laki dikeluarganya. Kedua kakak pasien adalah
perempuan, dan keduanya sudah menikah dan tidak tinggal serumah dengan pasien
maupun adik-adiknya. Adik keduanya masih kuliah di Akbid Unived dan adik
bungsunya masih SMA di Bengkulu.
6
pasien tidak tinggal serumah dengan pasien
2. Kesadaran
Kesadaran : Secara kualitas kesadaran berubah
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Aktifitas psikomotor : dalam batas normal.
4. Pembicaraan
Kuantitas : Baik, pasien dapat menjawab pertanyaan dan dapat
mengungkapkan isi hatinya dengan jelas.
7
Kualitas : Bicara spontan, volume bicara normal, jelas dan pembicaraan
dapat dimengerti.
Tidak ada hendaya berbahasa
5. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien kooperatif inadekuat, kontak mata (+) inadekuat, dan dapat menjawab
pertanyaan dengan baik
B. KEADAAN AFEKTIF
1. Mood
disforia
2. Afek
Afek menyempit
3. Keserasian
Mood dan afektif tidak serasi
3. Orientasi
Waktu : Baik, pasien mengetahui waktu saat wawancara, hari selasa
tanggal 01 Juni, jam 14.00 WIB
Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada dirumahnya.
Orang : Baik, pasien mengetahui siapa saja keluarganya dirumahnya.
Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang konsultasi dan
wawancara.
4. Daya Ingat
8
Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien masih dapat mengingat dimana pasien bersekolah SD.
Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien dapat mengingat apa yang dimakannya tadi pagi.
Daya ingat segera
Baik, pasien dapat mengingat 5 angka yang disebutkan oleh pemeriksa.
Akibat hendaya daya ingat pasien
Tidak terdapat hendaya daya ingat pada pasien saat ini.
5. Kemampuan menolong diri sendiri
Baik
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi dan ilusi
Ilusi : Tidak terdapat ilusi
Halusinasi : Terdapat halusinasi auditorik dan halusinasi visual
2. Depersonalisasi dan derealisasi
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
E. PROSES PIKIR
1. Proses pikir primer : Nonrealitas
2. Arus pikir
a. Produktivitas: Baik, pasien dapat menjawab spontan bila diajukan
pertanyaan.
b. Kontinuitas: Koheren, mampu memberikan jawaban sesuai pertanyaan.
c. Hendaya berbahasa : tidak terdapat hendaya berbahasa
3. Isi pikiran
Waham curiga : pasien merasa semua orang ingin menangkap dirinya.
F. KEMAUAN
Kemauan pasien menurun: Perawatan diri seperti mandi, makan, dan istirahat
berkurang
G. TILIKAN / INSIGHT
9
Tilikan derajat 4, pasien menyadari bahwa dirinya sakit tetapi tidak mengetahui
apa penyebabnya
I. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
KU : Tampak Sehat
Sensorium : CM (GCS: E4 V5 M6)
Vital Sign
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 37 oC
B. Status Internus
Kepala Normocephali, rambut tidak mudah dicabut, pertumbuhan rambut
merata, dan warna rambut hitam.
Mata Sklera ikterik -/-, conjungtiva palpbera anemis -/-, edema palpebra
-/-
Mulut bibir tidak sianosis, lidah kotor (-), papil lidah tersebar merata,
mukosa lidah merah
Leher Dalam batas normal
10
A Bunyi jantung normal
Abdomen I datar, tampak benjolan (-)
A Bising usus (+)
P timpani (+) di seluruh regio abdomen
P Dalam batas normal
C. Status Neurologis
i. Saraf kranial : dalam batas normal
ii. Saraf motorik : dalam batas normal
iii. Sensibilitas : dalam batas normal
iv. Susunan saraf vegetatif : dalam batas normal
v. Fungsi luhur : dalam batas normal
11
F 19.00 Gangguan mental dan Perilaku akibat penggunaan zat multipel dan zat
psikoaktif lainnya tanpa komplikasi
Aksis II
Tidak ada
Aksis III
Tidak ada
Aksis IV
Gangguan dalam bekerja
Aksis V
GAF scale 60 51 (gejala sedang/moderate, disabilitas sedang)
IV. Prognosis
Prognosis Ke Arah Baik
Pasien ada keinginan untuk sembuh
Keluarga mendukung pasien untuk sembuh
Pasien masih memiliki keinginan untuk bekerja
Pasien berjanji untuk patuh minum obat
V. Terapi
Psikofarmaka
o Risperidone tab 2 x 2 mg
o Alprazolam tab 2 x 0,5 mg
Psikoterapi & Edukasi
o Menyarankan untuk mencari kesibukan dan interaksi sosial dengan
orang lain dengan tujuan untuk mengatasi kambuhnya gejala
o Memberikan dukungan dan meyakinkan kembali kemampuan
pasien bahwa ia sanggup untuk menghadapi masalah yang sedang
di alami.
12
o Memberikan pemahaman pentingnya teratur dan patuh minum obat
untuk memperkecil peluang kekambuhan
o Kontrol teratur ke rumah sakit
VI. Pembahasan
Dari hasil wawancara, tidak ditemukan kelainan fisik yang berhubungan
dengan gejala-gejala psikiatrik yang dialami pasien, seperti riwayat trauma atau
gangguan otak. Dengan demikian, diagnosis banding gangguan mental organik
(F0) dapat disingkirkan.
Selain itu, ditemukan riwayat konsumsi rokok, alkohol, shabu dan ganja.
Dengan demikian, gangguan mental akibat penggunaan zat multipel (F19) perlu
dipikirkan.
Melalui hasil wawancara, ditemukan gangguan psikotik yang dialami
pasien dimulai sekitar 2 bulan yang lalu dan memberat 2 hari yang lalu dilihat dari
onset waktu nya gangguan psikotik akut bisa disingkirkan dan diagnosis yang
mendekati adalah skizofrenia (F 20). Dikaitkan dengan kekambuhan pasien dua
bulan yang lalu dan masih berkelanjutan sampai saat ini kemungkinan skizofrenia
berkelanjutan bisa ditegakkan (F 20.x0). Dilihat dari gejala pasien dengan adanya
waham paranoid yang masih menetap sehingga diagnosis skizofrenia paranoid
bisa ditegakkan (F 20.0).
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, Sadock VA. Anxiety disorders. Kaplan and Sadocks Synopsis of
Psychiatry: Behavioural Sciences/Clinical Psychiatry [ebook]. 10th ed. Lippincott
Williams and Wilkins; 2007.
2. Departemen Kesehatan. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ) di Indonesia III. Cetakan Pertama. Jakarta: Direktorat Jenderal Kesehatan
Indonesia; 1993.
3. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Cetakan Pertama. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya; 2001.
4. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya; 2007.
5. Elvira D, Sylvia, Hadisukanto, Giyanti. Buku Ajar Psikiatri. FKUI. Jakarta. 2003.
14