LATAR BELAKANG
1
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Penderita
Nama : Tn. H bin S Umur : 43Tahun
Status Poliklinik : 21 Maret 2016 Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pedagang Alamat : Jl. Tembok baru
Anamnesis
Keluhan Utama : Keluar cairan dari telinga kanan
Keluhan Tambahan :Nyeri, telinga suka berdenging,
pendengaran menurun
Riwayat Perjalanan Penyakit : Pasien datang ke poli THT RSUD
Palembang BARI dengan keluhan sejak
4 minggu yang lalu, cairan berwarna
putih kekuningan dan mengeluarkan bau
tidak sedap. Kadang-kadang os
merasakan nyeri pada telinganya. Pasien
mengeluh telinganya sering berdenging
dan pendengarannya menurun. Demam
(+), Batuk pilek (+)
Penyakit yang pernah diderita : Pasien memiliki keluhan yang sama pada
telinga kiri saat pasien belum masuk SD.
Keluhan ini dirasakan sampai pasien
masuk SMP. Kemudian keluhan
berulang kembali pada saat pasien
kuliah. Riwayat mengalami pilek 1
minggu sebelum mengalami keluhan
pada telinga . Riwayat alergi disangkal
oleh pasien, riwayat Diabetes Mellitus
disangkal, Riwayat sakit jangtung
4
Pemeriksaan
Status Generalis
Kesadaran Umum : Compos Mentis
Kesadaran : E4, V5, M6
Gizi : Cukup
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Pernapasan : 22 kali/menit
Suhu : 36,6C
Jantung : SI-SII normal, murmur (-), gallop (-)
Paru-Paru : Vesikuler normal (+), wheezing (-), rhonki (-)
Abdomen : Datar, lemas, nyeri epigastrium (-), BU (+)
normal, pembesaran hepar dan lien (-)
Ekstremitas : Hangat, edema (-), sianosis (-)
Status Lokalis
Telinga
I. Telinga Luar Kanan Kiri
Regio Retroaurikula
- Abses - -
- Sikatrik
- -
- Pembengkakan
- Fistula - -
- Jaringan Granulasi
- -
Regio Zigomatikus
- -
- Kista Brankial Klep
- Fistula
- Lobulus Aksesorius - -
Aurikula - -
- Mikrotia - -
- Efusi Perikondrium
5
- Keloid
- Nyeri tarik aurikula
- -
- Nyeri tekan tragus
- -
Meatus Akustikus Eksternus
- -
- Lapang/sempit
- Odeme - -
- Hiperemis
- -
- Pembengkakan
- Erosi
- Krusta
Lapang Lapang
- sekret
- -
(serous/seromukous/mukopus/pus)
- Perdarahan - -
- Bekuan darah
- -
- Cerumen plug
- Epithelial plug - -
- Jaringan Granulasi
- -
- Debris
- Benda asing - -
- Sagging
- Exostosis
- -
- -
++ +
- -
- -
- -
- -
- -
- -
II. Membran timpani
- Warna TAK TAK
(putih/suram/hiperemis/hematoma)
- Bentuk (oval/bulat)
Bulat Bulat
- Reflek cahaya
- Retraksi + +
- Bulging
- -
- Bulla
- Rupture - -
- Perforasi
6
(sentral/perifer/marginal/attic) - -
- Pulsasi
- -
- Sekret
Sentral -
(serous/seromukous/mukopus/pus)
(kecil/besar/subtotal/total)
- -
- Tulang pendengaran
- Kolesteatoma - -
- Polip
- -
- Jaringan granulasi
T.A.K T.A.K
- -
- -
- +
Audiogram
Frekuensi (Hz)
125 250 500 1000 2000 4000 8000
Tingkat
Pendengaran
Dalam
Desibles (dB)
Hidung
I. Tes Fungsi Hidung Kanan Kiri
- Tes aliran udara + +
- Tes penciuman
Teh
Kopi - -
Tembakau
- -
8
- -
II. Hidung luar Kanan Kiri
- Dosum nasi T.A.K T.A.K
- Akar hidung
T.A.K T.A.K
- Puncak hidung
- Sisi hidung T.A.K T.A.K
- Ala nasi
T.A.K T.A.K
- Deformitas
- Hematoma T.A.K T.A.K
- Pembengkakan
T.A.K T.A.K
- Krepitasi
- Hiperemis T.A.K T.A.K
- Erosi kulit
T.A.K T.A.K
- Vulnus
- Ulkus T.A.K T.A.K
- Tumor
T.A.K T.A.K
- Duktus nasolakrimalis
T.A.K T.A.K
(Tersumat/tidak tersumbat)
T.A.K T.A.K
T.A.K T.A.K
T.A.K T.A.K
T.A.K T.A.K
T.A.K T.A.K
III. Hidung Dalam Kanan Kiri
1. Rinoskopi Anterior
a. Vestibulum nasi
- Sikatrik - -
- Stenosis - -
- Atresia - -
- Furunkel - -
- Krustas - -
- Sekret - +
(serous/seromukus/mukopus/pus)
b. Kolumela
- Utuh/tidak utuh T.A.K T.A.K
- Sikatrik T.A.K T.A.K
- Ulkus T.A.K T.A.K
9
c. Cavum nasi
- Luasnya (lapang/cukup/sempit) Lapang Lapang
- Sekret - -
(serous/seromukus/mukopus/
Pus)
- Krusta - -
- Bekuan darah
- -
- Perdarahan
- Benda asing - -
- Rinolit
- -
- Polip
- Tumor - -
d. Konka Inferior - -
- Mukosa - -
(erutropi/hipertrofi/atropi)
(basah/kering) - -
( licin/tak licin)
- Warna (merah
muda/hiperemis/pucat/livide)
- Tumor
- -
i. Septum nasi
- Mukosa
- -
(erutropi/hipertropi/atropi)
( basah/kering)
(licin/tak licin) Eutropi Eutropi
- Warna (merah
muda/hiperemis/pucat/livide)
- Tumor
- Deviasi ( ringan/sedang/berat)
(kanan/kiri)
- -
(Superior/inferior)
(Anterior/Posterior)
(bentuk C/bentuk S)
- -
- Krista
- Spina - -
- Abses
- Hematoma
- Perforasi
10
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- Tumor - -
- Koana (sempit/lapang) - -
- Fossa Russenmullery - -
(tumor/tidak)
- Torus tobarius (licin/tak licin) - -
- Muara tuba (tertutup/terbuka) - -
(secret/tuba)
Tenggorok
I. Rongga Mulut Kanan Kiri
- Lidah T.A.K T.A.K
(hiperemis/edema/ulkus/fissure)
12
( mikroglosia/makroglosia)
( leukoplakia/gumma)
( papiloma/kista/ulkus)
- Gusi (hiperemis/edema/ulkus) T.A.K T.A.K
- Bukal (hiperemis/edema) T.A.K T.A.K
(vesikel/ulkus/mukolel)
- Palatum durum T.A.K T.A.K
(utuh/terbelah/pistel)
(hiperemis/ulkus)
(pembengkakan/abses/tumor)
(rata/tonus palatinus)
- Kelenjar ludah T.A.K T.A.K
(pembengkakan/litiasisi)
(striktur/ranula)
- Gigi geligi T.A.K T.A.K
(mikrodontia/makrodontia)
(anadontia/supernumeri)
(kalkulus/karies)
Rumus Gigi-Geligi
Pemeriksaan laboratorium
Darah : Tidak dilakukan
Urine : Tidak dilakukan
Feses : Tidak dilakukan
Mikrobiologi kultur dan resistensi
Tidak dilakukan
Tes Alergi (Prick Test)
Tidak dilakukan
Pemeriksaan Radiologi
CT-Scan
15
Rontgen os mastoid
Diagnosis Banding
Otitis Media akut
Otitis Media supuratif kronik Banigna
Otitis Media Supuratif kronik Maligna
Diagnosis kerja
Otitis Media Supuratif Kronik Banigna
Pengobatan
I Medikamentosa
Tatalaksana medikamentosa antara lain pemberian obat penuci telinga H2O2
3% selama 3-5 hari. Setelah secret berkurang, maka terapi dilanjutkan
dengan pemberian antibiotik spektrum luas seperti klorampenikol 1% tetes
telinga, 3x1 tetes sehari dan antibiotik sistemik yang berspektrum luas dari
golongan ampisilin atau eritromisin namun tidak boleh lebih dari 1 minggu.
Pada infeksi yang dicurigai resisten terhadap ampisilin diberikan ampisilin
asam klauvanat.
II Operatif
Pendekatan ganda miringoplasti atau timpanoplasti untuk menghentikan
infeksi secara permanen, memperbaiki membrane timpani yang perforasi
dan mencegah komplikasi.
III Nasihat
Kontrol jika obat habis. Minum obat secara teratur dan sesuai dosis.
Untuk antibiotik harus dihabiskan. Tatalaksana non medikamentosa yang
dapat dilakukan yaitu jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga
sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila menderia infeksi
saluran nafas.
VI Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan photo rontgen ataupun CT-Scan os mastoid
VII Prognosis
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustakhius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. 5 Otitis Media
Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek adalah radang
kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang
telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga
(otore) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret
mungkin serous, mukous, atau purulen.1,2,3
Otitis Media Akut (OMA) dengan perforasi membran timpani dapat
menjadi otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2
bulan. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK, antara
lain: terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi
kuman yang tinggi, daya tahan tubuh pasien yang rendah (gizi kurang), dan
higiene yang buruk.5
1. Membran Timpani
Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan
memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran ini
memiliki panjang vertikal rata-rata 9-10 mm, diameter antero-posterior
kira-kira 8-9 mm, dan ketebalannya rata-rata 0,1 mm .Letak membran
timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang
arahnya dari belakang luar ke muka dalam dan membuat sudut 45 0 dari
dataran sagital dan horizontal. Membran timpani berbentuk kerucut,
dimana bagian puncak dari kerucut menonjol ke arah kavum timpani
19
2. Kavum Timpani
Kavum timpani terletak di dalam pars petrosa dari tulang temporal,
bentuknya bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter antero-
posterior atau vertikal 15 mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm.
Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu : bagian atap, lantai, dinding
lateral, medial, anterior, dan posterior.
5. Dinding anterior
Dinding anterior kavum timpani agak sempit tempat bertemunya dinding
medial dan dinding lateral kavum timpani. Dinding anterior bawah
adalah lebih besar dari bagian atas dan terdiri dari lempeng tulang yang
23
tipis menutupi arteri karotis pada saat memasuki tulang tengkorak dan
sebelum berbelok ke anterior. Dinding ini ditembus oleh saraf timpani
karotis superior dan inferior yang membawa serabut-serabut saraf
simpatis kepleksus timpanikus dan oleh satu atau lebih cabang timpani
dari arteri karotis interna1. Dinding anterior ini terutama berperan
sebagai muara tuba eustachius. Tuba ini berhubungan dengan nasofaring
dan mempunyai dua fungsi. Pertama menyeimbangkan tekanan membran
timpani pada sisi sebelah dalam, kedua sebagai drainase sekresi dari
telinga tengah, termasuk sel-sel udara mastoid. Diatas tuba terdapat
sebeuah saluran yang berisi otot tensor timpani. Dibawah tuba, dinding
anterior biasanya tipis dimana ini merupakan dinding posterior dari
saluran karotis.
6. Dinding lateral
Dinding lateral kavum timpani adalah bagian tulang dan membran.
Bagian tulang berada diatas dan bawah membran timpani. Kavum
timpani dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
a. Epitimpanum.
Berada dibagian atas membran timpani. Merupakan bagian superior
kavum timpani, disebut juga atik karena terletak diatas membran
timpani. sebagian besar atik diisi oleh maleus inkus. Dibagian superior
epitimpanum dibatasi oleh suatu penonjolan tipis os posterior. Dinding
medial atik dibentuk oleh kapsul atik yang ditandai oleh penonjolan
kanalis semisirkularis lateral. Pada bagian anterior terdapat ampula
kanalis superior, dan lebih anterior ada ganglion genikulatum, yang
merupakan tanda ujung anterior ruang atik.
Dinding anterior terpisah dari maleus oleh suatu ruang yang sempit,
disini dapat dijumpai muara sel-sel udara yang membuat pneumatisasi
pangkal tulang pipi (zygoma). Dinding lateral atik dibentuk oleh os
skuama yang berlanjut kearah lateral sebagai dinding liang telinga luar
bagian tulang sebelah atas. Diposterior, atik menyempit menjadi jalan
masuk ke antrum mastoid, yaitu aditus ad antrum.
24
b. Mesotimpanum
Terletak kearah medial dari membran timpani. Disebelah medial
dibatasi oleh kapsul otik, yang terletaknya lebih rendah dari pada
nervus fasialis pars timpani. Dinding anterior mesotimpani terdapat
orifisium timpani tuba eustachius pada bagian superior dan
membentuk bagian tulang dinding saluran karotis asendens pada
bagian inferior. Dinding ini biasanya mengalami pneumatisasi yang
baik dan dapat dijumpai bagian-bagian tulang lemah.
c. Hipotimpanum atau resesus hipotimpanikus
Terletak dibawah membrana timpani, berhubungan dengan bulbus
jugulare.
Kavum timpani terdiri dari :
1. Tulang-tulang pendengaran ( maleus, inkus, stapes).
2. Dua otot.
3. Saraf korda timpani.
4. Saraf pleksus timpanikus.
3. Prosesus mastoideus
Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak
mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding
medial adalah dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak
di bawah duramater pada daerah ini. Pada dinding anterior mastoid
terdapat aditus ad antrum.
4. Tuba eustakhius.1,5,6
Tuba eustakhius disebut juga tuba auditori atau tuba faringotimpani
berbentuk seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang
menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring. Pada orang dewasa
panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari
telinga tengah dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.
Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :
25
a. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).
b. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3
bagian).
Fungsi Tuba Eustakhius adalah ventilasi, drenase sekret dan
menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah.Ventilasi
berguna untuk menjaga agar tekanan di telinga tengah selalu sama dengan
tekanan udara luar. Adanya fungsi ventilasi tuba dapat dibuktikan dengan
melakukan perasat Valsava dan perasat Toynbee.5
Perasat Valsava meniupkan dengan keras dari hidung sambil mulut
dipencet serta mulut ditutup. Bila Tuba terbuka maka akan terasa ada udara
yang masuk ke telinga tengah yang menekan membran timpani ke arah
lateral. Perasat ini tidak boleh dilakukan kalau ada infeksi pada jalur nafas
atas.5
Perasat Toynbee dilakukan dengan cara menelan ludah sampai hidung
dipencet serta mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka akan terasa membran
timpani tertarik ke medial. Perasat ini lebih fisiologis.5
2.3Epidemiologi
Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT yang paling
banyak ditemukan di negara sedang berkembang. Secara umum insiden
OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK
lebih sering dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak
aborigin Australia dan orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun
demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-
negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah
minoritas di Pasifik. Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan
kumuh, dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang
menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang
sedang berkembang.3
Survei prevalensi di seluruh dunia menunjukkan bahwa beban dunia
akibat OMSK melibatkan 65330 juta orang dengan telinga berair, dimana
26
2.4 Klasifikasi
OMSK dapat dibagi atas 2 tipe, yaitu :1,3
a. Tipe tubotimpani (tipe jinak/tipe aman/tipe rinogen)
Proses peradangan pada OMSK tipe tubotimpani hanya terbatas
pada mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang. Tipe tubotimpani
ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik
yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain
yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustakhius, infeksi
saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada
pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah. Disamping itu campuran
bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta
migrasi sekunder dari epitel skuamosa juga berperan dalam
perkembangan tipe ini. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan
hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe
respirasi dan mukosiliar yang jelek.
2.5 Patogenesis
OMSK dimulai dari episode infeksi akut terlebih dahulu. Patofisiologi
dari OMSK dimulai dari adanya iritasi dan inflamasi dari mukosa telinga
tengah yang disebabkan oleh multifaktorial, diantaranya infeksi yang dapat
disebabkan oleh virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan
tubuh turun, lingkungan dan sosial ekonomi. Kemungkinan penyebab
terpenting mudahnya anak mendapat infeksi telinga tengah adalah struktur
tuba pada anak yang berbeda dengan dewasa dan kekebalan tubuh yang
belum berkembang sempurna sehingga bila terjadi infeksi jalan napas atas,
maka lebih mudah terjadi infeksi telinga tengah berupa Otitis Media Akut
(OMA).1,3
Sembuh/ normal
Fgs.tuba tetap
terganggu
Gangguan Tekanan negatif efusi Infeksi (-) OME
tuba
28
7. Alergi1,3
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi
dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian
penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteri atau
toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti kebenarannya.
8. Gangguan fungsi tuba eustakhius1,3
Hal ini terjadi pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustakhius sering
tersumbat oleh edema. Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi
membran timpani menetap pada OMSK :1
a) Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang
mengakibatkan produksi sekret telinga purulen berlanjut.
b) Berlanjutnya obstruksi tuba eustakhius yang mengurangi penutupan
spontan pada perforasi.
c) Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan
melalui mekanisme migrasi epitel.
Pada pinggir perforasi, epitel skuamous dapat mengalami
pertumbuhan yang cepat di atas sisi medial dari membran timpani yang
hal ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.
perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini
memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada membran
timpani.1
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :
a. Adanya abses atau fistel retroaurikular
b. Jaringan granulasi atau polip di liang telinga yang berasal dari
kavum timpani.
c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)
d. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.
2.8 Diagnosis
Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara:
1. Anamnesis (history-taking) 1,3,6
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita
seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap.
Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair. Pada tipe
tubotimpani sekretnya lebih banyak dan seperti benang, tidak berbau
bususk, dan intermiten. Sedangkan pada tipe atikoantral sekretnya lebih
sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi
atau polip, dan sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya
penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar
darah.
2. Pemeriksaan otoskopi1,3,6
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari
perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.
3. Pemeriksaan audiologi1,3,6
Evaluasi audiometri dan pembuatan audiogram nada murni untuk menilai
hantaran tulang dan udara penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan
pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri
tutur berguna untuk menilai speech reception threshold pada kasus
dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran.
33
4. Pemeriksaan radiologi1,3
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis
memiliki nilai diagnostik yang terbatas bila dibandingkan dengan manfaat
otoskopi dan audiometri. Pemeriksaan radiologi biasanya memperlihatkan
mastoid yang tampak sklerotik dibandingkan mastoid yang satunya atau
yang normal. Erosi tulang yang berada di daerah atik memberi kesan
adanya kolesteatom. Proyeksi radiografi tyang sekarang biasa digunakan
adalah proyeksi schuller dimana pada proyeksi ini akan memperlihatkan
luasnya pnematisasi mastoid dari arah lateral dan atas.
Pada CT scan akan terlihat gambaran kerusakan tulang oleh kolesteatom,
ada atau tidaknya tulangtulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat
fistula pada kanalis semisirkularis horizontal.1,3
5. Pemeriksaan bakteriologi
Walaupun perkembangan dari OMSK merupakan kelanjuan dari mulainya
infeksi akut, bakteri yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda
dengan yang ditemukan pada otitis media supuratif akut. Bakteri yang
sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus aureus, dan Proteus sp. Sedangkan bakteri pada otitis
media supuratif akut adalah Streptococcus pneumonie dan H. influenza.9
Infeksi telinga biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus
paranasal, adenoid, atau faring. Dalam hal ini penyebab biasanya adalah
pneumokokus, streptokokus atau H. influenza. Akan tetapi, pada OMSK
keadaan ini agak berbeda karena adanya perforasi membran timpani maka
infeksi lebih sering berasal dari luar yang masuk melalui perforasi tadi.
2.9 Penatalaksanaan
Pada waktu pengobatan haruslah dievaluasi faktor-faktor yang
menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang
menghalangi penyembuhan serta menganggu fungsi, dan proses infeksi yang
terdapat di telinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus
34
2. Mastoidektomi radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe bahaya dengan infeksi atau
kolesteatom yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan
37
Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali harus
dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk
rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan maka dikenal istilah
timpanoplasti tipe II, III, IV, dan V. Sebelum rekonstruksi dikerjakan
lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa
mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang
operasi ini harus dilakukan 2 tahap dengan jarak waktu 6 s/d 12 bulan.
6. Pendekatan ganda timpanoplasti (combined approach tympanoplasty)
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan
pada kasus OMSK tipe aman dengan jaringan granulasi yang
luas.Tujuan operasi ini ialah untuk menyembuhkan penyakit dan
memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi
radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga).
Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di membran timpani,
dikerjakan melalui 2 jalan (combine approach) yaitu melalui liang
telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timppanotomi posterior.
Teknik operasi ini pada OMSK tipe bahaya belum disepakati oleh para
ahli, oleh karena sering kambuhnya kolesteatom kembali.
2.10 Komplikasi
Komplikasi di telinga tengah :
1. Perforasi membran timpani oersisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasialis
Komplikasi di telinga dalam :
1. Fistula Labirin
2. Labirinitis Supuratif
3. Tuli saraf (sensoneural)
Komplikasi ekstradural :
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sius lateralis
3. Petrositis
Komplikasi ke susunan saraf pusat :
1. Menigitis
2. Abses Otak
39
3. Hidrosefalus otitis
2.11 Prognosis
Pasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik apabila
dilakukan kontrol yang baik terhadap proses infeksinya. Pemulihan dari
fungsi pendengaran bervariasi dan tergantung dari penyebab. Hilangnya
fungsi pendengaran oleh gangguan konduksi dapat dipulihkan melalui
prosedur pembedahan, walaupun hasilnya tidak sempurna.10
BAB IV
PEMBAHASAN
putih kekuningan. Keluhan disertai dengan nyeri pada telinga sebelah kanan,
penurunan pendengaran dan kadang-kadang suka berdenging. Pasien mengaku
keluhan disertai dengan demam dan batuk serta pilek.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik pada telinga dextra didapatkan
membran timpani yang mengalami perforasi sentral, reflex cahaya (+).
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka pasien
didiagnosis menderita Otitis media supuratif kronik Banigna.
Otitis media supuratif kronik adalah radang kronis telinga tengah dengan
adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan riwayat
keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otore) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus
atau hilang timbul. Faktor- faktor yang bisa menyebabkan OMSK adalah terapi
yang diberikan terlambat diberikan, terapi yang tidka adkuat, virulensi kuman
yang tinggi, daya tahan tubuh pasien yang rendah dan higiene yang buruk.
Tatalaksana medikamentosa antara lain pemberian obat penuci telinga H2O2
3% selama 3-5 hari. Setelah secret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan
pemberian antibiotik spektrum luas seperti klorampenikol 1% tetes telinga, 3x1
tetes sehari dan antibiotik sistemik yang berspektrum luas dari golongan ampisilin
atau eritromisin namun tidak boleh lebih dari 1 minggu. Pada infeksi yang
dicurigai resisten terhadap ampisilin diberikan ampisilin asama klauvanat. Dan
bisa dilakukan tindakan operasi pendekatan miringoplasti atau timpanoplasti pada
kasus OMSK Banigna tipe aman, namun harus dikonfirmasi terlebih dahulu
dengan SC-Scan atau rontgen mastoid.
Tatalaksana non medikamentosa yang dapat dilakukan yaitu jangan
mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang
dan segera berobat bila menderia infeksi saluran nafas.
DAFTAR PUSTAKA
2. WHO. Chronic suppurative otitis media burden off illness and management
options. Child and Adolescent Health and Development Prevention of
Blindness and Deafness. Geneva Switzerland. 2004.
4. Farida et al. Alergi Sebagai Faktor Resiko Terhadap Kejadian Otitis Media
Supuratif Kronik Tipe Benigna. Medical Faculty of Hasanuddin. 2009.
5. Djaafar ZA. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
leher. Edisi 6. Jakarta : FKUI.2007.
6. Adams GL, Boies LR, Higler PA. Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid.
Boies, Buku Ajar Penyakit THT Ed. 6. Jakarta:EGC;88-119.
10. Lutan R, Wajdi F. Pemakaian Antibiotik Topikal Pada Otitis Media Supuratif
Kronik Jinak Aktif. Cermin Dunia Kedokteran No. 132.2001.
12. Helmi, Djaafar ZA, Restuti RD. Komplikasi otitis media supuratif. Dalam :
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD (editor). Buku ajar
ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher. Edisi 6.
2009. Jakarta : FKUI. h.86.
42