Anda di halaman 1dari 49

Volume 2 No.

1, Oktober 2013 ISSN:


SN: 2302-416X
2

Jurnal
urnal
Biology
iology Education
(Sarana Inform
Informasi Insan Akademis, Ilmiah dan Profesional)

Implementa
ementasi Pendekatan Science Technology Society (STS) Dalam
Pembelajar
elajaran Sains Sebagai Upaya Peningkatan Life Skill Siswa
Oleh : Jail
Jailani, Ibrahim, Herman

Penerapan
rapan Kalkulus Integral Pada Bidang Biologi
Oleh : Bur
Burhanuddin AG

Aktivitas
itas Antibakteri
A Ekstrak Buah Laban (Vitex pinnata
nata Linn)
L
Oleh : Syaf
Syafruddin, Mutia, Lukmanul Hakim

Pengaruh
aruh Penggunaan Media Balok Cuisenaire Dengan
Deng Metode
Bermain
ain Terhadap Peningkatan Kecerdasan Matematika
atika Pada Anak
Raudhatul
hatul Athfal
A Al-Ikhsan Kota Banda Aceh
Oleh: Juairiah
Juai

Perbedaan
edaan Hasil Belajar Antara Penerapan Metode Blended
Blen Learning
Dengan
an MMetode Konvensional Dalam Pembelajaranran Biologi
B Pada
Konsep
ep Ek
Ekosistem Siswa Kelas X MAN 2 Banda Aceh
Oleh : Har
Harmaini, Jailani, Musriadi

Upaya
ya MMeningkatkan Kesadaran Masyarakat tentang
ntang Pelestarian
Lingkunga
kungan Melalui Pendidikan Lingkungan Hidup
Oleh : Azw
Azwir, Almukarramah

Penerbit
Program Studi
di PPendidikan Biologi Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

JURNAL BIOLOGY EDUCATION


(Sarana Informasi Insan Akademis, Ilmiah dan Profesional)

Dewan Redaksi
Ketua : Jailani
Sekretaris : Musriadi

Anggota Redaksi
Armi
M. Ridhwan
Evi Apriana
Jalaluddin
Erdi Surya
Mardiana
Rubiah
Burhanuddin AG

Tata Usaha
Ibrahim
Almukarramah
Azwir
Nurul Akmal

Mitra Bestari :
Prof. Aloius Duran Corebina, M.Pd (UM Malang)
Prof. Jamaluddin Idris, M.Pd ( IAIN Ar Raniry)
Prof. Murniati AR, M.Pd (Unsyiah)
Prof. Dr. Albinus Silalahi, MS (Unimed)
Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd (Unimed)
Dr. Djufri, M.Si (Unsyiah)
Dr. Muhibuddin, M.Si (Unsyiah)
Dr. Abdullah, M.Si (Unsyiah)

Alamat Redaksi
Jln. T. Imeum Lueng Bata Universitas Serambi Mekkah
Email : education.biologi@gmail.com
Contat Person 08126941472/081360010330

Dicetak di Percetakan CV. Azzam Banda Aceh. Isi diluar tanggung jawab percetakan
Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

JURNAL BIOLOGY EDUCATION


(Sarana Informasi Insan Akademis, Ilmiah dan Profesional)

Pedoman Penulisan

1. Artikel di tulis dalam bahasa indonesia atau bahasa inggris, merupakan tulisan orisinil penulis
berupa hasil penelitian, gagasan konseptual, kajian dan aplikasi teori serta tinjauan teoritis yang
belum pernah dikirim dan dipublikasi di jurnal lain
2. Artikel di ketik dengan program microsoft word pada kertas ukuran kwarto (A4) minimal 10
halaman dan maksimal 15 halaman dengan jarak baris 2 spasi
3. Abstrak di tulis dalam bahasa inggris atau bahasa indonesia. Panjang abstrak 100- 150 kata, di
tulis dalam satu paragraf dan diketik dalam spasi tunggal
4. Artikel hasil penelitian memuat : judul, nama pengarang ( tanpa gelar akademik). Abstrak
bahasa inggris atau bahasa indonesia, kata kunci, pendahuluan, tujuan, metode, hasil,
pembahasan, kesimpulan dan saran, daftar rujukan, (berisi pustaka yang dirujuk dalam artikel)
5. Daftar pustaka di sajikan mengikuti tata cara seperti contoh berikut dan di urutkan secara
alfabetis dan kronologi

Champagne, A. B., Gunstone, R. F., & Klopfer (2003). Effecting changes in cognitive structures
among physics student. In: L.West & A. Pines (Eds.) Cognitive Structure and
Conceptual Change. Orlando: Academic Press. 163-188.

Cheng, K. K., Thacker, B. A., & Cardenas, R. L. (2004). Using online homework system enhances
students learning of physics concepts in an introductory physics course. American
Journal of Physics, 72(11): 1447-1453.

6. Naskah dikirim kealamat sekretariat redaksi Jurnal Biology Education Jln. Tgk. Imuem Lueng
Bata Batoh contant person 08126941472/081360010330 atau via internet melaui : email
education.biologi@gmail.com
7. Dewan Redaksi akan merespon semua naskah setelah mendapat jawaban dari Dewan Redaksi
dan Mitra Bestari
8. Penulis yang artikelnya di muat wajib menjadi pelanggan minimal selama satu tahun, dan
memberikan konstribusi biaya cetak catak minimal Rp. 250.000,- dilunasi setelah naskah
diperiksa dan di nyatakan publikasi oleh Dewan Redaksi serta Penulis yang artikelnya dimuat
akan mendapatkan imabalan berupa bukti pemuatan 2 eksampler dan surat keterangan
pemuatan yang di tanda tangani oleh Dewan Redaksi
Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

PENGANTAR REDAKSI

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, dengan Taufik dan hidayah-Nya sehingga Jurnal
Biology Education ini dapat terbit pada edisi Kedua. Kemudian Shalawat dan salam kita sampaikan
kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW yang telah membawa ummat manusia dari samudera
kebathilan menuju pantai ilmu pengetahuan serta yang menuntun hati manusia menuju jalan
kebenaran dan berakhlakul karimah.
Tulisan Ketiga ini memuat serangkaian artikel diantaranya Implementasi Pendekatan Science
Technology Society (STS) Dalam Pembelajaran Sains Sebagai Upaya Peningkatan Life Skill Siswa,
Penerapan Kalkulus Integral Pada Bidang Biologi, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Buah Laban (Vitex
pinnata Linn), Pengaruh Penggunaan Media Balok Cuisenaire Dengan Metode Bermain Terhadap
Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak Raudhatul Athfal AL-Ikhsan Kota Banda Aceh,
Perbedaan Hasil Belajar Antara Penerapan Metode Blended Learning Dengan Metode
Konvensional Dalam Pembelajaran Biologi Pada Konsep Ekosistem Siswa Kelas X MAN 2 Banda
Aceh, Upaya Meningkatkan Kesadaran Masyarakat tentang Pelestarian Lingkungan Melalui
Pendidikan Lingkungan Hidup.
Jurnal Biology Education ini terbit melibatkan banyak pihak dalam memberi bimbingan,
motivasi, oleh karena itu sudah sepantasnya pada kesempatan ini Tim Dewan Redaksi
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada
Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Serambi Mekkah baik secara langsung
maupun tidak langsung telah membantu proses pelaksanaan penerbitan kedua Jurnal Biology
Education ini. Semua pihak yang telah membantu Dewan Redaksi untuk menyelesaikan Jurnal
Biology Education ini
Demikian isi Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ini, dengan ucapan
terima kasih kepada penulis. Semoga dengan terbitnya edisi ini memacu para insan akademisi untuk
lebih kreatif dan mengungkapkan suatu ide dan pemikiran secara ilmiah dan profesional dalam
tulisan

Tim Redaksi
Jurnal Biology Educatio
ucation Volume 2 N
No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X
416X

Jurnal
Biology Educati
ducation
(Sar
(Sarana Informasi Insan Akademis,, Ilmia
Ilmiah dan Profesional)

VOLU
VOLUME 2 OKTOBER 2013

Implementasisi Pendekatan
Pen Science Technology Societ
Society (STS) Dalam Pembelajaran Sains
Sebagai Upaya Peningkatan
Pe Life Skill Siswa
Jailani, Ibrahim,, Herman (1-7)

Penerapan Kalkulu
alkulus integral Pada Bidang Biologi
Burhanuddin AG (8-13)

Aktivitas Antibakt
tibakteri Ekstrak Buah Laban (Vitex pinnat
pinnata Linn)
Syafruddin, Mutia
utia, Lukmanul Hakim (14-19)

Pengaruh Penggu
enggunaan Media Balok Cuisenaireire D
Dengan Metode Bermain Terhadap hadap
Peningkatan Kecerdasan
Kece Matematika Pada Anak Raud
Raudhatul Athfal AL-Ikhsan Kota Banda
Aceh
Juairiah (20-31)

Perbedaan Hasil Belajar Antara Penerapan Metode


etode Blended Learning Dengan Metode
etode
Konvensional
al Dal
Dalam Pembelajaran Biologi Pada Konse
Konsep Ekosistem Siswa Kelas X MAN
AN 2
Banda Aceh
Harmaini, Jailani,
lani, Musriadi (32-36)

Upaya Meningka
ingkatkan Kesadaran Masyarakat tentan
tentang Pelestarian Lingkungan Melalui
elalui
Pendidikan Lingkungan
Lingku Hidup
Azwir, Almukarra
arramah (37-42)

Diterbitkan Oleh:
leh:
FKIP Program
Prog Studi Pendidikan Biologii Univ
Universitas Serambi Mekkah

Jurnal Biology Educatio


ducation Volume 2 Nomor 1 H
Hal 1-42 Banda Aceh Oktober 2013
201
Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SCIENCE TECHNOLOGY SOCIETY (STS) DALAM


PEMBELAJARAN SAINS SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN LIFE SKILL SISWA

Jailani, Ibrahim, Herman


(Staf Pengajar Prodi Pendidikan biologi FKIP-USM Banda Aceh)

ABSTRAK
Pendekatan Science Technology Society merupakan salah satu pendekatan yang meng-hubungkan
antara pembelajaran sains di dalam kelas dengan kemajuan teknologi dan perkembangan masyarakat
yang ada disekitar siswa. Melalui pendekatan ini, siswa dilatih untuk memadukan pemahamannya
tentang dunia alam (sains) dengan dunia buatan manusia (teknologi) dan dunia sosial melalui
pengalaman siswa sehari-hari dalam lingkungan masyarakat. Pembelajaran dengan pendekatan STS
tidak hanya menekankan pada penguasaan ranah konsep IPA, namun juga menekankan pada
penguasaan proses IPA, berpikir kreatif, dan pembentukan sikap ilmiah. Dengan penguasaan semua
ranah tersebut diharapkan terjadi peningkatan life skill siswa. Untuk memudahkan guru dalam
mengimplementasikan pendekatan STS, dapat disusun semacam modul pembelajaran yang
dikhusususkan untuk meteri tertentu dengan langkah-langkah yang ditentukan. Tahapan pembelajaran
STS dapat disesuaikan dengan materi ajar dan menekankan pada keterampilan proses. Pembelajaran
sains hendaknya mengajak siswa untuk menemukan dan menyikapi permasalahan yang terjadi di
masyarakat, dan menumbuhkan sikap peduli terhadap lingkungan

Kata kunci: Science Technology Society, pendekatan pembelajaran, life skill.

1. Pendahuluan agar materi yang diajarkan di dalam kelas


Pendekatan Science Technology dapat dikaitkan dengan situasi dunia nyata di
Society (STS) dalam pembelajaran sains luar kelas yang menyangkut perkembangan
merupakan perekat yang mempersatukan sains teknologi dan situasi masyarakat. Hal ini
(IPA), teknologi dan masyarakat. Ciri-ciri menggambarkan bahwa pendekatan STS
pendekatan STS, antara lain (1) difokuskan dijalankan untuk mempersiapkan siswa dalam
pada isu-isu sosial dan teknologi di menghadapi masa depannya. Pendekatan STS
masyarakat yang terkait dengan konsep atau ini menuntut agar siswa diikutsertakan dalam
prinsip sains yang akan diajarkan; (2) di- penentuan tujuan, perencanaan, pelaksanaan,
arahkan pada peningkatan pengetahuan dan cara mendapatkan informasi, dan evaluasi
keterampilan siswa dalam membuat keputusan pembelajaran. Adapun yang digunakan
berdasarkan informasi ilmiah; (3) menjadikan sebagai penata (organizer) dalam pendekatan
seseorang tanggap terhadap karir pada masa STS adalah isu-isu dalam masyarakat yang ada
depan; (4) menekankan evaluasi belajar pada kaitannya dengan sains dan teknologi. STS
kemampuan siswa dalam memperoleh dan dipandang sebagai proses pembelajaran yang
menggunakan informasi ilmiah dalam me- senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman
mecahkan masalah (Hidayat,1991, dan Yager, manusia. Siswa dalam hal ini diajak untuk
1992). Pembelajaran sains yang diajarkan meningkatkan kreatifitas, sikap ilmiah, dengan
sesuai dengan hakikat sains yakni proses, menggunakan konsep dan proses sains dalam
produk, sikap, dan teknologi akan menjadi kehidupan sehari-hari. Seperti yang dikatakan
sarana untuk mengembangkan aspek kognitif, oleh Abdul Majid (2007) bahwa belajar
afektif, dan keterampilan proses sains. dengan melakukan (Learning by doing) men-
Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran jadikan proses belajar itu lebih menyenangkan.
sains selama ini kurang mengajak siswa untuk Oleh karena itu, guru harus menyediakan
menemukan dan menyikapi permasalahan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
yang terjadi di masyarakat, akibatnya sikap apa yang dipelajarinya, sehingga siswa mem-
peduli lingkungan siswa terhadap lingkungan peroleh pengalaman nyata.
kurang. Selain itu, hasil belajar yang diperoleh Menurut Mardana, P. (2001) Pem-
mahasiswa juga rendah. belajaran sains dengan pendekatan STS akan
Kegiatan pembelajaran IPA dengan mengarahkan pada proses belajar sains yang
menggunakan pendekatan STS diusahakan bermakna (Meaningfull Learning). Belajar

Page 1 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

sains bagi siswa tidak saja bermanfaat bagi (3) Keterlibatan siswa secara aktif dalam
perkembangan sains itu sendiri, tetapi mencari informasi yang dapat diterapkan
bagaimana sains itu dapat digunakan untuk untuk memecahkan masalah-masalah
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari- nyata dalam kehidupannya.
hari untuk meningkatkan kualitas hidup. (4) Perluasan untuk terjadinya belajar
Dalam pembelajaran sains dengan pendekatan melebihi periode, kelas, dan sekolah.
STS, siswa diarahkan untuk literasi sains dan (5) Memusatkan pada pengaruh sains dan
teknologi, artinya siswa dapat memahami dari teknologi kepada individu siswa.
segi sains, teknologi, dan lingkungan sekitar- (6) Pandangan mengenai sains sebagai
nya, yang penuh dengan produk teknologi content lebih dan sekedar yang hanya
serta dampak-dampak yang ditimbulkannya. berisi konsep-konsep dan untuk
Yager (1992) menyebutkan bahwa menyelesaikan ujian.
orang yang memiliki literasi sains adalah (7) Penekanan keterampilan proses sains,
orang yang memiliki: agar dapat digunakan oleh siswa dalam
(1) Pengetahuan cukup tentang fakta, mencari solusi terhadap masalahnya.
konsep, teori sains dan kemampuan (8) Penekanan kepada kesadaran-kesadaran
untuk mengaplikasikannya. mengenai karier, khususnya karier yang
(2) Pemahaman tentang sains dan berhubungan dengan sains dan teknologi.
hakekat sains. (9) Memberikan kesempatan kepada siswa
(3) Sikap positip terhadap sains dan untuk berperan dalam bermasyarakat se-
teknologi bagai usaha untuk memecahkan kembali
(4) Apresiasi terhadap nilai sains dan masalah-masalah yang diidentifikasikan-
teknologi dalam masyarakat dan nya.
pengetahuan tentang bagaimana (10) Menentukan proses (ways) sains dan
sains, teknologi dan masyarakat teknologi yang mempengaruhi masa
saling mempengaruhi. depan.
(5) Kemampuan menggunakan proses (11) Sebagai perwujudan otonomi setiap
sains untuk menyelesaikan masalah individu dalam proses belajar (sebagai
dan mengambil keputusan sehari- masalah individu).
hari. Pendekatan STS memberikan
(6) Kemampuan membuat keputusan alternatif pembelajaran IPA yang merupakan
berdasarkan nilai tentang isu-isu kecenderungan baru dalam pendidikan IPA,
masyarakat. yang memungkinkan siswa belajar IPA lebih
(7) Kemampuan keterampilan proses baik dan dapat menggunakan IPA dalam
sains untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran STS
bekerja dan dapat berperan dalam mengikuti model belajar konstruktivisme dan
masyarakat. didukung dengan teori belajar Piaget, dan teori
(8) Pandangan dan pemahaman yang belajar Gagne.
lebih baik terhadap lingkungan Menurut konstruktivisme, kegiatan
karena adanya pembelajaran sains di belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana
sekolah. pebelajar membangun sendiri pengetahuannya,
belajar mencari arti sendiri dari yang mereka
2. Pembelajaran IPA dengan Pendekatan pelajari, dan bertanggung jawab atas hasil
STS belajarnya. Mereka membawa pengertiannya
Yager (1992) menyebutkan NSTA yang lama dalam situasi belajar yang baru.
(National Science Teachers Associution) Mereka sendiri yang membuat penalaran atas
mengajukan sebelas ciri-ciri dalam memerikan apa yang dipelajarinya dengan cara mencari
pendekatan STS dalam mengajar, antara lain: makna, membandingkannya dengan apa yang
(1) Siswa mengidentifikasi masalah-masalah telah ia ketahuai serta menyelesaikan
vang ada di daerahnya dan dampaknya. ketegangan antara apa vang telah ia ketahuai
(2) Menggunakan sumber-sumber setempat dengan apa yang ia perlukan dalam
(nara sumber dan bahan-bahan) untuk pengalaman yang baru. Belajar juga
memperoleh informasi yang dapat merupakan proses mengasimilasikan dan
digunakan dalam pemecahan masalah. menghubungkan pengalaman atau bahan yang
dipelajari dengan pengertian yang sudah

Page 2 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

dipunyai seseorang sehingga pengertiannya menerus, yang diarahkan oleh masyarakat


dikembangkan. Menurut Mackinnu, A. (2001) yang bergerak dalam bidang sains. Sains lebih
proses tersebut antara lain bercirikan: dari sekedar pengetahuan (knowledge). Sains
(1) Belajar berarti membentuk makna. Makna merupakan suatu upaya manusia yang meliputi
diciptakan oleh siswa dan apa yang operasi mental, keterampilan dan strategi
mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. memanipulasi dan menghitung, keingintahuan
Konsrtruksi arti itu dipengaruhi oleh (curiosity), keteguhan hati (courage), ketekun-
pengertian yang telah ia punyai. an (persistence) yang dilakukan oleh individu
(2) Konstruksi arti itu adalah proses yang untuk menyingkap rahasia alam semesta. Sains
terus-menerus. Setiap kali berhadapan juga dapat dikatakan sebagai hal-hal yang
dengan fenomena atau persoalan yang dilakukan oleh ahli sains ketika melakukan
baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kegiatan penyelidikan limiah.
kuat maupun lemah. Roy, R. (1995) menyatakan bahwa
(3) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan sains (IPA) terdiri dan empat komponen yaitu:
fakta, melainkan lebih suatu pengembang- sains sebagai produk, sains sebagai proses,
an pemikiran dengan membuat pengertian sains sebagai sikap, dan sains sebagai
yang baru. Belajar bukanlah hasil per- teknologi. Diantaranya ada dua komponen
kembangan, melainkan merupakan per- yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya
kembangan itu sendiri, suatu perkembang- yaitu sains sebagai produk dan sains sebagai
an yang menuntut penemuan dan peng- proses. Sains merupakan kumpulan pengetahu-
aturan kembali pemikiran seseorang. an yamg meliputi fakta-fakta, konsep-konsep,
(4) Proses belajar yang sebenarnya terjadi hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan teori-teori
pada waktu skema seseorang dalam yang disebut produk sains, dan sains sebagai
keraguan yang merangsang pemikiran keterampilan dan sikap yang dibutuhkan untuk
lebih lanjut. Situasi ketidak seimbangan memperoleh dan mengembangkan pengetahu-
(disequilibrium) adalah situasi yang baik an disebut proses sains.
untuk memacu belajar. Teknologi adalah aplikasi dari prinsip-
(5) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman prinsip sains sehingga menghasilkan suatu
pelajar dengan dunia fisik dan lingkungan- yang berarti bagi kehidupan manusia. Aplikasi
nya. prinsip-prinsip ini bisa terdapat dalam bidang
(6) Hasil belajar seseorang tergantung pada teknik maupun sosial. Melalui aplikasi ilmiah,
apa yang telah diketahui si pebelajar: sains menemukan arti sosialnya, bukan hanya
konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang demi kepuasan intelektual ilmuawan semata-
mempengaruhi interaksi dengan bahan mata. Dalam perkembangan selanjut-nya,
yang dipelajari. bukan hanya teknologi yang meng-gantungkan
Menyimak uraian tersebut di atas, maka diri pada penemuan-penemuan sains (IPA),
dapat disimpulkan beberapa keunggulan melainkan sebagai perkembang-an sains
proses pembelajaran melalui pendekatan STS mengikuti irama perkembangan teknologi.
jika dibandingkan dengan proses pembelajaran Dengan memanfaatkan hasil-hasil inovasi
konvensional, antara lain; teknologi penelitian sains semakin ber-
(1) Masalah atau isu yang terkait dengan kembang cepat, dan berbagai perspektif baru
konsep yang sedang dipelajari diidentifikasi semakin terbuka lebar. Interaksi dan
oleh siwa. interdependensi antara sains dan teknologi
(2) Keterlibatan siswa lebih aktif, karena membuat keduanya tidak bisa dipisahkan.
mereka harus mencari informasi yang Perkembangan sains dan teknologi baik
berguna untuk memecahkan masalah. langsung maupun tidak langsung akan ber-
(3) Proses belajar dapat melampaui apa yang pengaruh terhadap masyarakat.
tertera dalam kurikulum. Masyarakat didefinisikan sebagai
(4) Proses pembelajaran dapat melampaui kumpulan manusia yang berada pada suatu
batas waktu, ruang kelas, dan sekolah. tempat dengan berbagai fungsi dan peran
masing-masing serta mempunyai keter-
3. Hakikat Sains-Teknologi-Society (STS) gantungan satu sama lain.
Sund (1991) menyatakan sains sebagai
bidang ilmu (body of knowledge) yang
dibentuk melalui proses inkuari yang terus

Page 3 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

4. Penerapan Pendekatan Pembelajaran 5. Langkah-Langkah Pendekatan STS


STS dalam Pembelajaran Sains Menurut Barba, R. (1995), Pendekatan
Menurut Sabar Nurohman (2007) Science Technology Society (STS) meliputi
model atau strategi pembelajaran STS adalah tahap-tahap sebagai berikut:
sebagai berikut: 1. Tahap ke-1 (Inisiasi/Memulai), yaitu
(1) Dalam kegiatan program STS dimuncul- pada pendahuluan dikemukakan isu-
kan isu atau masalah lebih dahulu yang isu masalah yang ada dalam
digali dari pendapat peserta didik. Bila masyarakat yang dapat digali dari
terlatih dalam melakukan kegiatan ini siswa, tetapi jika guru tidak berhasil
menyebabkan peserta didik lebih peduli memperoleh tanggapan dari siswa
terhadap lingkungannya, sadar terhadap maka guru dapat langsung
dampak positip dan negatif suatu mengemukakan sendiri.
teknologi, rnenyadari adanya nilai yang 2. Tahap ke-2 (Pembentukan Konsep),
dianut dalam masyarakat, kreatif dalam yaitu dapat dilakukan melalui berbagai
mencari masalah dan penyelesaian pendekatan dan metode, misalnya
masalah. Kemampuan ini sering dikatakan pendekatan ketrampilan proses, pen-
merupakan ef'ek dalam belajar sains. dekatan sejarah, metode demonstrasi,
(2) Selanjutnya dilakukan kegiatan eksperimen, observasi lingkungan dan
eksplorasi misalnya dengan mengumpul- lain-lain. Diharapkan pada akhir tahap
kan data, observasi, interpretasi, prediksi, ke-2 ini siswa menemukan konsep-
mengukur dan membuat model. Data konsep yang benar atau merupakan
eksplorasi ini kemudian didiskusikan, Dari konsep-konsep para ilmuan.
diskusi dan pengenalan konsep atau 3. Tahap ke-3 (Aplikasi Konsep), yaitu
konsep-konsep lain yang berkaitan dengan konsep-konsep yang telah dipahami
fenomena yang diselidiki diperoleh ide siswa dapat diaplikasikan dalam
konsep yang dipelajari sehingga terjadi kehidupan sehari-hari.
pembentukan konsep pada peserta didik. 4. Tahap ke-4 (Pemantapan Konsep),
Mungkin juga terjadi perubahan konsepsi yaitu selama proses pembentukan
apabila peserta didik sebelumnya telah konsep dan aplikasi konsep, guru perlu
memiliki konsepsi tertentu atau terjadi meluruskan dan mengarahkan jika
pembentukan konsep lain sebagai hasil terjadi miskonsepsi selama kegiatan
diskusi. berlajar berlangsung. Apabila tidak
(3) Konsep yang telah terbentuk ini dapat terjadi miskonsepsi maka guru tetap
diaplikasi atau diekspansi pada situasi lain. melakukan pemantapan konsep yaitu
(4) Suatu hal penting yang tidak boleh berupa penekanan pada kata-kata
dilupakan oleh guru adalah sebelum kunci yang penting diketahui siswa
pertemuan berakhir, guru perlu memberi- dalam bahan kajian tertentu. Hal ini
kan rangkuman atau ulasan tentang dilakukan karena konsep-konsep kunci
konsep-konsep yang benar sehingga tidak yang ditekankan pada akhir pem-
terjadi salah konsep di antara peserta belajaran akan meningkatkan daya
didik. ingat siswa.
Kegiatan evaluasi yang dilakukan 5. Tahap ke-5 (Penilaian), yaitu terdiri
oleh guru mencakup evaluasi hasil belajar dari enam ranah yang terlibat dalam
dan evaluasi pembelajaran sekaligus. Pendekatan Science Technology
Evaluasi hasil belajar menekankan kepada Society (STS) yang dapat dirinci
diperolehnya informasi tentang seberapa- sebagai berikut:
kah perolehan siswa dalam mencapai a. Konsep, fakta, generalisasi yang
tujuan pengajaran yang sudah ditetapkan. diambil dari bidang ilmu tertentu.
Sedangkan evaluasi pembelajaran merupa- b. Proses diartikan dengan bagaimana
kan proses sistematis untuk memperoleh proses memperoleh konsep.
informasi tentang keefektifan proses pem- c. Kreatifitas mencakup lima prilaku
belajaran dalam membantu siswa men- individu, yaitu:
capai tujuan pengajaran secara optimal. (1) Kelancaran merupakan ke-
mampuan seseorang dalam

Page 4 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

menunjukkan banyak ide untuk untuk memecahkan masalah-masalah yang


menyelesaikan masalah. telah diidentifikasi.
(2) Fleksibilitas yaitu kreatifitas 5. Identifikasi bagaimana sains dan teknologi
dan mampu menghasilkan ber- berdampak pada masyarakat di masa
bagai macam ide diluar ide depan.
yang biasa dilakukan orang. 6. Kebebasan atau otonomi dalam proses
(3) Orginilitas yaitu seseorang belajar.
yang memiliki orginilitas Pembelajaran sains dengan pendekat-
dalam mencobakan suatu ide an STS yang dikembangkan tidak mengubah
dan memiliki kekhasan yang pokok-pokok bahasan yang ada dalam
berbeda dibandingkan dengan kurikulum, tetapi membantu mem-perjelas
individu lain. pemahaman siswa terhadap pokok-pokok
(4) Elaborasi yaitu seseorang bahasan yang harus dikuasai. Kelebihan
memiliki kemampuan elaborasi pendekatan STS dilihat dari tujuan yang
mampu menerapkan ide-ide diungkapkan oleh Rumansyah (2006) yaitu
secara rinci. sebagai berikut:
(5) Sensitivitas yaitu kemampu-an 1. Siswa mampu menghubungkan realitas
kreatif terakhir adalah peka sosial dengan topik pembelajaran di
terhadap masalah atau situasi dalam kelas.
yang ada di lingkungannya. 2. Siswa mampu menggunakan berbagai
d. Aplikasi konsep dalam kehidup-an jalan atau perspektif untuk mensikapi
sehari-hari. berbagai isu atau situasi yang
e. Sikap yaitu mencakup menyadari berkembang di masyarakat berdasarkan
kebesaran Allah SWT, menghargai pandangan ilmiah.
hasil penemuan ilmuan dan 3. Siswa mampu menjadikan dirinya se-
penemu produk teknologi, juga bagai warga masyarakat yang memiliki
menyadari kemungkinan adanya tanggung jawab social (Sabar, 2007).
dampak produk teknologi, peduli
terhadap masyarakat yang kurang 7. Pembelajaran Materi Lingkungan Hidup
beruntung dan memelihara Dengan Pendekatan STS
kelestarian lingkungan. Pembelajaran materi lingkungan hidup
f. Cenderung untuk ikut melaksana- dengan pendekatan STS pada prinsipnya
kan tindakan nyata apabila terjadi berbeda dengan pendekatan belajar IPA secara
sesuatu dalam lingkungannya yang tradisional. Gerak STS tampaknya didorong
memerlukan peran sertanya oleh rasa ingin tahu untuk mempelajari
(Asiyah, 2010). lingkungan hidup melalui isu-isu sosial di
masyarakat (Sabar:2007).
6. Karakteristik Pendekatan Science Materi lingkungan hidup adalah materi
Technology Society (STS) yang cakupannya sangat luas, sehingga siswa
Menurut Yager dalam Keni Agustina cenderung menghafal konsep yang diberikan
(2011), secara umum pembelajaran dengan oleh guru tanpa mengetahui prinsip dasar dari
menggunakan pendekatan STS memiliki materi lingkungan hidup tersebut. Pembelajar-
karakteristik sebagai berikut: an materi lingkungan hidup dapat dimulai
1. Identifikasi masalah-masalah setempat dengan mengangkat isu-isu dalam kehidupan
yang memiliki kepentingan dan dampak sehari-hari yang menyangkut tentang
2. Penggunaan sumber daya setempat lingkungan hidup. Pembelajaran dengan
(manusia, benda, lingkungan) untuk men- pendekatan STS ini adalah pendekatan
cari informasi yang dapat digunakan dalam pembelajaran yang berusaha mengaitkan
memecahkan masalah. pembelajaran dengan dunia nyata (Mackinnu,
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam A., 2001). Berusaha memadukan pemahaman
mencari informasi yang dapat diterapkan tentang dunia alam (sains) dengan dunia
untuk memecahkan masalah-masalah buatan manusia (teknologi) dan dunia sosial
dalam kehidupan sehari-hari. dari pengalaman siswa sehari-hari dalam
4. Kesempatan bagi siswa untuk berperan lingkungan masyarakat.
sebagai warga negara dimana ia mencoba

Page 5 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Seorang guru diharapkan dapat lingkungan sekolah dan kemudian


menerapkan tahap-tahap pendekatan STS mengisi LKS yang sudah dibagikan.
dalam pembelajaran materi lingkungan hidup 3. Tahap Aplikasi Konsep, yaitu pada
yaitu: tahap inisiasi/memulai, tahap pem- tahap ini guru mengarahkan siswa
bentukan konsep, tahap aplikasi konsep, tahap untuk menganalisis dan mengaplikasi-
pemantapan konsep dan tahap penilaian. kan materi lingkungan hidup yang
Tahap-tahap pendekatan STS pada telah dipahami dengan lingkungan
pembelajaran materi lingkungan hidup, yaitu hidupnya. Disini, siswa tidak hanya
1. Tahap Inisiasi/Memulai, yang dimulai mengamati lingkungan hidup yang ada
dengan menyampaikan tujuan pem- di lingkungan sekolah tetapi juga
belajaran yaitu siswa dapat memahami dikaitkan dengan lingkungan hidup-
tentang lingkungan hidup secara lingkungan hidup yang lain yang ada
keseluruhan, mengangkat isu-isu di sekitar tempat tinggal siswa, seperti
dalam masyarakat tentang lingkungan lingkungan hidup sawah, sungai,
hidup dengan mengajukan pertanyaan- kebun, kolam, laut dan sebagainya.
pertanyaan untuk membangkitkan Misalnya siswa menyebutkan
pengetahuan awal siswa. Misalnya populasi-populasi apa saja yang
guru menanyakan, Bagaimana keada- menyusun lingkungan hidup sawah,
an lingkungan hidup di lingkungan yang tentunya berbeda dengan
kita sekarang ini?. Guru membantu populasi-populasi yang ada di
siswa mengidentifikasi masalah- lingkungan hidup lingkungan sekolah.
masalah dengan menjelaskan bahwa Siswa juga diarahkan supaya lebih
berbagai fenomena alam yang terjadi menjaga dan memelihara lingkungan
sekarang ini dapat merusak lingkung- hidup.
an hidup seperti banjir yang diakibat- 4. Tahap Pemantapan Konsep, yaitu pada
kan lahan untuk penyerapan air se- tahap ini guru memberi penjelasan
makin sempit akibat meluasnya peng- terhadap kata-kata kunci yang sulit
gunaan lahan untuk pembangunan dipahami siswa seperti kata populasi,
seperti yang terjadi di kota-kota besar. komunitas, lingkungan hidup, habitat
Kerusakan lingkungan hidup juga dan nisia. Guru melakukan
disebabkan oleh kegiatan manusia pemantapan konsep berupa penekanan
yang berlebihan dan tidak bertanggung pada kata-kata kunci yang penting
jawab seperti penebangan liar dan diketahui siswa untuk meningkatkan
pembakaran hutan. daya ingat siswa.
2. Tahap Pembentukan Konsep, yaitu 5. Tahap Penilaian, yaitu pada tahap ini
pada tahap ini guru membantu siswa guru mengevaluasi pemahaman siswa
untuk memilih masalah lingkungan terhadap konsep lingkungan hidup dan
hidup yaitu penyebaran tumbuhan menilai perasaan siswa apakah peka
tidak merata dalam pekarangan terhadap masalah atau situasi yang ada
sekolah, ada tempat-tempat yang di lingkungannya atau tidak dengan
didominasi rumput dan ada tempat mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
yang populasi rumputnya sedikit. Siswa dapat menyadari kebesaran
Daerah yang terbuka lebih banyak Allah SWT dan mengahargai hasil
ditemukan rumput dari pada daerah produk teknologi dan menyadari
yang ternaung oleh tumbuhan lain. dampak dari kemajuan teknologi
Biasanya daerah yang ditumbuhi
banyak tumbuhan dan rumput jarang Kesimpulan
tergenang air bila musim hujan karena Pembelajaran sains hendaknya lebih
tumbuhan dapat menyerap dan menekankan aplikasih sains dalam kontek
menyimpan air untuk kebutuhan sahari-hari. Pembelajaran sains pada tingkat
hidupnya. Siswa juga harus bisa SMP/MTs hendaknya didesain lebih inovatif,
membedakan yang mana yang kreatif, lebih aplikatif dan mendorong siswa
dikatakan populasi, komunitas, berfikir tingkat tinggi (higher order thinking).
lingkungan hidup, habitat dan relung, Pendekatan Science Technology Society
dengan cara melakukan pengamatan di merupakan salah satu pendekatan yang

Page 6 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

menghubungkan antara pembelajaran sains di Siswa. Jurnal Giralda Vol.VII. No.2,


dalam kelas dengan kemajuan teknologi dan 15-22.
perkembangan masyarakat yang ada disekitar
siswa. Melalui pendekatan ini, siswa dilatih Joyce, B., Weil, M. & Showers,. (1992).
untuk memadukan pemahamannya tentang Models of Teaching. London:
dunia alam (sains) dengan dunia buatan Prentice-Hall
manusia (teknologi) dan dunia sosial melalui International.
pengalaman siswa sehari-hari dalam
lingkungan masyarakat. Pembelajaran dengan Keni Agustina. 2011. Pendekatan Sain
pendekatan STS menekankan pada Teknologi Masyarakat Dalam Pem-
penguasaan proses IPA, berpikir kreatif, dan belajaran IPA di SD Charitas Pondok
pembentukan sikap ilmiah. Dengan Labu, (online), diakses dari:
penguasaan semua ranah tersebut diharapkan http://lib.atmajaya.ac.id.
terjadi peningkatan life skill siswa. Mackinnu, A. 2001. Comparison of Learning
Pembelajaran sains dengan pendekat- Outcomes Between Taught Class Whit
an STS akan mengarahkan pada proses belajar a STS Aproach and Textbook
sains yang bermakna (meaningfull learning). Orientation. Unpublished Doctoral
Belajar sains bagi siswa tidak saja bermanfaat Dissertation, University of Iowa.
bagi perkembangan sains itu sendiri, tetapi Mardana Putu. 2001. Implementasi Model
bagaimana sains itu dapat digunakan untuk Pengajaran Sains dengan Pen-dekatan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari- Generatif Berorientasi Science
hari untuk meningkatkan kualitas hidup. Technology Society (STS) Dalam
Dalam pembelajaran sains dengan pendekatan Upaya Meningkatkan kualitas
STS, siswa diarahkan untuk literasi sains dan pembelajaran Fisika di SMU. Jurnal
teknologi, artinya siswa dapat memahami dari Pendidikan No. 0215-8250, 34. Bali:
segi sains, teknologi, dan lingkungan sekitar- Singaraja, 2001.
nya, yang penuh dengan produk teknologi
serta dampak-dampak yang ditimbulkannya.
Roy, R. 1995. The Science/Technology/
Society Conection. Curriculum
DAFTAR PUSTAKA
Review. 24(3)
Abdul Majid. 2007. Perencanaan Pem-
belajaran. Bandung: Remaja Rumansyah. 2006. Pendekatan Sains
Rosdakarya. Teknologi Maysarakat (STS) Dalam
Pembelajaran Kimia di Kalimantan
Asiyah. 2010. Penerapan Metode Pem-belajaran Selatan. Balitbang: Depdiknas.
Portofolio dengan Pendekatan Science
Technology Society pada Mata Sabar Nurohman. 2007. Penerapan Pendekat-
Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA an Science Technology Society (STS)
Negeri 15 Semarang, (online),diakses dalam Pembelajaran IPA Sebagai
dari: http://digilib.unnes.ac.id. Upaya Peningkatan Life Skills Siswa ,
(2007) (online), diakses dari http://
Barba, R. 1995. Science in the Multicultural shobru.files.wordpress.com/2008/08/li
Classroom. Boston: Allyn and Bacon. fe-skills.pdf.
Hidayat, Eddy.M. 1996. Sains-Teknologi- Sund, R.B. (1981) Becoming a Seondary
Masyarakat. Makalah disampaikan School Science Teacher. Colombus.
dalam Seminar Literasi Sains dan Ohio: Charles-E. Memil Publishing
Teknologi Siswa Pendidikan Dasar, Company.
tanggal 13 Agustus 1996 di Jakarta.
Yager, R.E. 1992. The STS Aproach Parallels
Jailani. 2007. Pengaruh Pendekatan Sains Constructivist Practice. Science
Tecnology Society Terhadap Hasil Education International, Vol.3, No.
Belajar dan Aktifitas Belajar Sains 2. hal 1-13.

Page 7 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

PENARAPAN KALKULUS INTEGRALPADA BIDANG BIOLOGI

Burhanuddin AG
(Staf Pengajar Prodi Pendidikan Matematika FKIP-USM Banda Aceh)

Abstrak: Kalkulus Integral banyak digunakan untuk bidang studi-bidang studi lainnya, seperti bidang
teknik, pertanian, fisika, kimia, biologi, dan lain-lain. Isaac Newton dan Gottfried Leibniz di abad ke-
17 telah merumuskan prinsip-prinsip integrasi secara independen. Melalui teorema dasar kalkulus,
yang mereka kembangkan sendiri, integrasi terhubung dengan diferensiasi: jika f adalah fungsi
bernilai real yang kontinu didefinisikan pada interval tertutup [a, b] , maka sekali F antiturunan dari f
diketahui, integral tertentu dari f diberikan oleh
b
a f ( x)dx = F (b) F (a) .
Selanjutnya, akan dibahas tentang penggunaan integral tentu pada bidang biologi.

Kata kunci: kalkulus integral, integral tentu, biologi.

Pendahuluan sudah kita pelajari selama ini. Teorema Dasar


Georg Friedrich Bernhard Riemann (1826- Kalkulus Pertama menurut Newton dan
1866) yang memberikan definisi modern untuk Leibniz dalam Purcel (1984) sebagai berikut:
integral tentu, yaitu: tentang jumlah Riemann
sebagai jumlah luas siku empat. Konsep dasar Teorema A (Pendiferensialan suatu Integral
integral berbatas (integral tentu) atau integral Tentu) Purcell (1984)
Riemann sesungguhnya telah diperkenalkan Andaikan f kontinu pada interval tertutup
oleh Archimedes dalam abad ketiga sebelum [a, b] dan andaikan x sebarang titik
Masehi dalam usahanya menghitung luas (variabel) dalam [a, b] . Maka
daerah pada bidang datar yang dibatasi oleh
x
kurva-kurva kontinu. Namun, sebelum
Riemann memberikan definisi modern untuk
Dx
0 f (t )dt = f ( x)
integral tentu pada abad ketujuhbelas Newton Bukti:
x
dan Leibniz menemukan teorema yang dalam
banyak hal mampu menghitung integral
Jika F ( x) = a f (t )dt , kita harus mem-
tertentu dengan lebih ringkas tanpa melalui perlihatkan bahwa
pelimitan jumlah Riemann. Teorema ini diberi F ( x + h) F ( x )
F ' ( x) = lim = f ( x)
nama Teorema Dasar Kalkulus (TDK) dan h0 h
berfungsi sebagai jembatan antara kalkulus Sekarang, menurut Teorema 5.7A (sifat
diferensial dengan kalkulus integral. Kita pembatasan selang) dalam Purcell (1984)
ketahui bahwa kalkulus integral yang telah diperoleh
dikenal jauh lebih awal daripada kalkulus x+ h x x+ h
diferensial. Selanjutnya, akan kita perkenalkan F ( x + h) F ( x ) = a f (t )dt a f (t )dt = a f (t )dt
teorema dasar kalkulus pertama dan kedua. Anggap untuk saat ini bahwa h > 0 dan
andaikan m dan M masing-masing adalah nilai
Teorema Dasar Kalkulus minimum dan maksimum f pada selang
Teorema Dasar Kalkulus Pertama yang di- [ x, x + h] (gambar 1). Menurut Teorema 5.7B
perkenalkan oleh Newton dan Leibniz. Kata
(sifat keterbatasan) dalam Purcell (1984),
dasar yang terdapat dalam teorema ini yang
berarti menghubungkan antara turunan dan
integral tentu, jenis limit terpenting yang

Page 8 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

y Pada ruas kiri kita mempunyai sebuah


M konstanta; pada ruas kanan kita mempunyai
y = f (t ) jumlah Riemann untuk f pada [ a, b] . Bilamana
m kedua ruas diambil limitnya untuk P 0 ,
kita peroleh
f (x ) n b

x x+h x
F (b) F (a ) = lim
P 0
f ( xi )xi = a f ( x)dx .
i =1
Gambar 1
Penggunaan Integral Tentu Pada Bidang
x+ h Biologi
mh a f (t )dt Mh Sejauh ini belum banyak contoh peng-
atau gunaan integral tentu di bidang Biologi yang
mh F ( x + h) F ( x) Mh dapat dibahas. Hal ini, mungkin karena jenis
Dengan pembagian oleh h, kita peroleh fungsi yang banyak digunakan di bidang
F ( x + h ) F ( x) biologi masih sedikit dibicarakan. Berikut ini
m M akan dibahas tentang penggunaan integral
h
Sekarang m dan M sebenarnya tergantung tentu pada bidang biologi yang dapat kita
kepada h. Lebih lanjut, karena f kontinu, maka anggap cukup memadai.
m dan M dua-duanya harus mendekati f (x)
Pengukuran keluaran darah dari jantung
bila h 0 . Sehingga, menurut Teorema Gentry, R.D (dalam Martono, 1993)
Jepit, melaku-kan eksperimen pengukuran keluaran
F ( x + h) F ( x ) ' darah dari jantung, salah satu cara yang
lim = f ( x ) atau F ( x) = f ( x) .
h0 h dikenal sebagai metode pengenceran zat
Karena h < 0 ditangani secara serupa. warna, dilakukan sebagai berikut. Sejumlah
tertentu zat warna disuntikkan ke dalam suatu
Teorema B (Teorema Dasar Kalkulus pembuluh darah atau ke dalam jantung bagian
Kedua) Purcell (1984) kanan. Selanjutnya, zat warna itu akan
Misalkan f kontinu (karenanya ter- mengalir bersama-sama dengan darah melalui
integrasikan) pada [ a, b] dan misalkan F jantung terus ke paru-paru, kembali ke
sebarang anti turunan dari f pada [ a, b] . jantung, dan keseluruh sistem pembuluh darah.
x
Pada suatu pembuluh darah rambut tertentu
Maka a f (t )dt = F (b) F (a). keadaan zat warna dipantau secara terus
menerus sampai 30 detik setelah penyuntikan
Bukti: dilakukan. Konsentrasi zat warna yang melalui
Misalkan P : a = x0 < x1 < x2 < ... < xn 1 < xn = b pembuluh darah rambut yang dipantau itu
adalah partisi sebarang dari [ a, b] . Maka dianggap sebagai suatu fungsi dari waktu,
operasi kurangkan dan tambahkan yang C (t ). keluaran jantung didefinisikan sebagai
baku memberikan volume darah yang dipompa jantung per menit
F(b) F(a) =F(xn) F(xn1) +F(xn1) F(xn2) +...+F(x1) F(x0) dan besarnya adalah perbandingan antara dua
n kali banyaknya zat warna yang disuntikkan

= [F(xi ) F(xi1)] dengan konsentrasi rata-rata zat warna yang
i=1 dipantau itu selama periode waktu 30 detik,
Menurut teorema nilai rata-rata untuk turunan yaitu:
yang diterapkan di F pada selang [ xi 1, xi ] , 2 (banyaknyazat warnayang disuntikkan)
Keluarandarah = liter/menit
30
F ( xi ) F ( xi 1 ) = F ( xi )( xi xi 1 ) = f ( xi )xi 1
C(t )dt
30 0
untuk suatu pilihan xi dalam selang terbuka 30
( xi 1, xi ) . Integral 0 C(t )dt diperkirakan dengan meng-
n gambarkan kurva konsentrasi zat warna dalam
Jadi, F (b) F (a ) = f ( xi )xi . periode waktu 30 detik pada kertas grafik
i =1 baku.

Page 9 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Misalkan pada suatu percobaan seperti itu terutama diambil dari adenosin trifosfat
telah disuntikkan 5 mg zat warna pada waktu (ATP), kreatin fosfat (CP), dan Glikogen yang
t = 0 , dan dari kurva konsentrasi diperoleh disimpan di dalam jaringan otot. Zat-zat kimia
0, untuk 0 t 3 atau 18 t 30 ini akan diganti kembali oleh tubuh ke dalam
C (t ) = 3 2 3 bentuk semula dan disimpan kembali ke dalam
t 40t + 453t 1026 , untuk 0 < t < 18
jaringan otot. Proses pemulihan ini merupakan
Sketsa kurva C (t ) dilakukan pada gambar 2.
suatu proses acrobik, yaitu suatu proses yang
C mg / 100ml memerlukan oksigen. Untuk mempertahankan
0,6+ keseimbangan, tubuh harus menggantinya
0,5 + sebanyak energi yang digunakan pada pe-
0,4+
kerjaan itu. Karena energi dapat dipakai dalam
0,3 +
jangka waktu yang singkat dalam jumlah yang
0,2+
besar, sedangkan pemasukan oksigen terbatas
akibat terbatasnya kapasitas paru-paru, maka
0,1 +
+ + + + +
T (detik )
+
biasanya proses metabolisme oksidatif, yaitu
0 3 6 9 12 15 18 proses pemulihan energi tadi masih terus ber-
Gambar 2 Sketsa Grafik y = C(t)
langsung walaupun pekerjaan yang memerlu-
Untuk menghitung keluaran jantung, kita
kan energi itu sudah selesai. Keadaan ini
hitung nilai rata-rata
diperagakan pada gambar 3 yang meng-
1 30
A=
30 0
C (t ) dt. gambarkan kurva laju pengeluaran energi, E ' ,
3 30 dan metabolisme oksigen, O' , pada suatu
Karena 0 C (t )dt = 0 dan juga 18 C (t )dt = 0 , interval yang memuat interval selama
maka nilai rata-rata A, menjadi pekerjaan dilakukan.
10 3 18 3 2
Pada gambar 3 tersebut dapat dilihat
A = 3 ( t 40 t + 453 t 1 . 026 ) dt .
3 bahwa laju pemakaian energi, E ' (t ) adalah
=
3
(
10 3 1 4 40 3 453 2
4
t
3
t +
2
t 1026 t ) 18
3 konstanta (normal) sampai waktu t = A saat
(
10 3 4 (18 ) 3 (18 ) + 2 (18 ) 1 . 026 (18 )
1 4 40 3 453 2
) pekerjaan mulai dilakukan. Kemudian E ' (t )
=
3
1
4( ( 3 ) 4 40 ( 3 ) 3 + 453 ( 3 ) 2 1 . 026 ( 3 )
3 2
)

bernilai lebih besar dari satu daripada interval
(
10 3 4 (104.976 ) 3 ( 5.832 ) + 2 ( 324 ) 18.468
1 40 453 ) tertutup [ A, B ] , yaitu interval waktu di-
=
3
1
(
4
( 81 ) 40 ( 27 ) + 453 ( 9 ) 3 . 078
3 2
)
lakukannya pekerjaan, dan kembali normal
10 3 lagi untuk t > B . Laju metabolisme oksigen,
= [3.402 ( 1.379,25 )]
3
10 3
O ' (t ) , juga konstan (normal) t = A.
= [3.402 + 1.379,25 ] '
3
3
Kemudian O (t ) naik selama waktu pekerjaan
10
= [4.781,25 ] dilakukan, [ A, B ] , dan turun lagi pada interval
3
= 1,59375 [ B, C ] .
Keseimbangan energi menghendaki
Hasil pengintegralan ini dimasukkan pada banyaknya energi yang dikeluarkan sama
definisi keluaran jantung, yaitu: dengan banyaknya energi yang dihasilkan dari
2 (5) metabolisme oksigen. Banyaknya energi yang
Keluaran darah = liter/menit
1,59375 dikeluarkan sama dengan
10 B '
=
1,59375
liter/menit E= A E (t )dt
= 6,27450980 3921 liter/menit sedangkan banyaknya energi yang dihasilkan
= 6,275 liter/detik (dibulatkan) dari metabolisme oksigen sama dengan
Jadi, keluaran darah dari jantung kira-kira C
A O ( t ) dt
'
O =
sebesar 6,275 liter/menit.
Sekarang timbul pertanyaan: Berapa
Mengubah energi menjadi gerak otot lamakah proses metabolisme oksigen
Gentry, R.D (dalam Martono, 1993) Jika berlangsung sebagai akibat dari pekerjaan itu?
se-seorang melakukan pekerjaan berat, maka Atau dengan perkataan lain: Berapakah
energi yang diubah menjadi gerakan otot, panjang interval pemulihan [ B , C ] ?

Page 10 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus C C 2 (t 4 )


4 O (t )dt = 4 (4C ) + 3dt
'
membuat beberapa anggapan mengenai bentuk
C
fungsi E ' dan O' . Misalnya, seseorang (t 4 ) 2
= 4 2C 2 + 3t
dianggap bekerja selama 2 menit, dengan 4
A = 2, B = 4, sedangkan E ' (t ) didefinisikan 2 ( C 4) 2 ( 4 4) 2
= 4 C 2 + 3C 4 2C 2
+ 3. 4
sebagai:
5 4 ( t 3) 2 , untuk 2 t 4 = [ (C 4) + 3C ] [12]
E ' (t ) = = 2C 8
1, untuk t lainnya
= 2(C 4)
Anggap pula C tidak diketahui dan fungsi
'
O (t ) didefinisikan sebagai:
Oleh karena itu, O = 4 23 + 2(C 4) = 2C 10
3
1, untuk t < 2
( t 4) 2 Akibatnya keseimbangannya, maka haruslah E
3 2 , untuk 2 t < 4
O' (t ) = = O atau 7 13 = 2C 103 , sehingga C = 16 .
suatu fungsi linear, untuk 4t C 3
1, untuk t C
Jadi, diperlukan waktu 80 detik untuk
memulihkan energi yang terpakai akibat
bekerja selama 2 menit itu jika fungsi E dan
Supaya fungsi O ' (t ) kontinu, kita definisikan fungsi O dianggap berbentuk seperti di atas.
O ' (4) = 3 dan O' (C ) = 1. Dengan demikian Y
5+
pada interval [4, C ] fungsi O ' (t ) didefinisikan
4+
sebagai fungsi linear:
3+
(3 1) E ' (t )
O' (t ) = (t 4) + 3 . 2+
(4 C ) O' (t )

Oleh karena itu, banyaknya energi yang normal 1+ periode periode


bekerja pemulihan
+ + +
dikeluarkan adalah: 0 A B C t (menit )
4 ' '

2 (5 4(t 3) )dt
2 Gambar 3 Sketsa Grafik E (t) dan O (t)
E=
4 Pengukuran volume darah yang mengalir
= (5t 43 (t 3)3 )
2 dalam pembuluh darah
= ( 20 43 (4 3)3 ) (10 43 (2 3)3 ) Diambil dari Martono (1993) Kalau tidak
ada pengaruh faktor tertentu seperti tekanan
= ( 20 43 ) (10 + 43 )
dan kekentalan, darah akan mengalir melalui
= 7 13 pembuluh darah yang berbentuk selinder
sedangkan banyaknya energi yang dihasilkan dengan kecepatan aliran, v, yang bernilai mulai
dari metabolisme oksigen adalah dari hampir nol di dekat dinding pembuluh
C 4 C darah sampai nilai maksimum di tengah-
2 O (t )dt = 2 O (t )dt + 4 O (t )dt ,
' ' '
O= tengah selinder. Pada gambar 4 tampak
sedangkan penampang melintang pembuluh darah dengan
4
suatu cincin dengan lebar dr (sangat kecil)
4 (t 4 ) 2
2 O (t ) dt = 2 3
' dt
2 yang berjarak r dari pusat. Jika dibuat
anggapan bahwa kecepatan aliran darah hanya
4
(t 4)3 tergantung pada r, maka volume darah yang
= 3t 6
2 mengalir melalui cincin tadi per satuan waktu,
( 4 4)3 ( 2 4)3
= 3 .4 6 3 . 2 6
dV, adalah: dV = v ( 2 r dr ), yaitu hasilkali
kecepatan dengan luas cincin. Jika jari-jari
= 12 22 3 pembuluh darah disebut R, maka volume darah
= 4 23 yang mengalir di seluruh penampang pem-
dan buluh darah itu per satu satuan waktu adalah
r=R R
V= r =0dV = 2 0vr dr

Page 11 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Kalau dimisalkan R = 0 , 25 cm dan



90
( )
9
25 10t dt = 250 u1/2 du
v = 2,5 40 r 2 cm / det, maka volume darah 0 0
9
yang mengalir pada pembuluh darah itu per 3
= 250 23 u 2
satu satuan waktu adalah 0
= 4500 satuan berat.
0 , 25
V = 2 (( 2,5 40 r 2 ) r ) dr
0
0 , 25
Jadi, banyak limbah yang terkumpul
= 2 ( 2,5 r 40 r 3 ) dr ekosistem adalah 4500 satuan berat.
0
0 , 25
2,5 r 2 40 r 4
= 2
2 4 0 Kesimpulan
2,5( 0, 25 ) 2 40 (0, 25 ) 4 2,5(0) 2 40 ( 0) 4 Dari kajian-kajian di atas, dapat kita
= 2 simpulkan bahwa:
2 4 2 4
= 5 / 64 cm 3 / det . Kalkulus Integral, khususnya integral tentu:
Teorema Dasar Kalkulus Kedua yakni Misal-
kan f kontinu (karenanya terintegrasikan) pada
r [ a, b ] dan misalkan F sebarang anti turunan
dr
x
R dari f pada [ a, b ] . Maka a f (t )dt = F (b) F (a)
Gambar 4 penampang , dapat digunakan dalam bidang biologi seperti
pembuluh darah
pada (1) Pengukuran Keluaran Darah dari
Pengukuran banyak polutan yang Jantung, (2) Mengubah Energi Menjadi Gerak
memasuki ekosistem Otot, (3) Pengukuran Volume Darah yang
Diambil dari Martono (1993) Banyaknya Mengalir dalam Pembuluh Darah, dan (4)
polutan yang memasuki suatu ekosistem dapat Pengukuran Banyak Polutan yang Memasuki
bervariasi menurut waktu tergantung pada Ekosistem
berbagai faktor. Misalkan, banyaknya limbah
suatu pabrik yang dialirkan ke Danau pem- Daftar Pustaka
buangan dapat bertambah jika produksi pabrik Anton, H. 1988. Calculus with Analytic
meningkat atau alat penyaring limbah pabrik Geometry. 5th ed. John Wiley & Sons.
menjadi tidak efisien. Jika banyaknya limbah New York.
yang terkumpul di suatu ekosistem setelah
satuan waktu disebut t, maka laju populasi Bers, L. and K. Frank. 1976. Calculus. 2th ed.
pada ekosistem itu sama dengan
dx
, sehingga Holt, Rinehart and Winston, Inc. New
dt York.
banyaknya limbah yang terkumpul di dalam
ekosistem itu dari waktu t = a sampai t = b De Sapio, R. 1976. Calculus for The Live
menjadi Sciences. W. H. Freeman and Co, San
Fransisco.
t =a (dxdt )dt .
t =b

Gentry, R. D. 1978. Introduction Calculus for


Jika suatu pabrik mengganti saringan Biological and Health Sciences. Ad-
udara setiap 90 hari dan t hari setelah peng- dison Wesley Pub.Co, Inc. New York.
gantian saringan udara banyaknya sulfur
dioksida yang terlepas ke udara adalah 25 t Grossman, S. I. and J. E. Turner. 1974.
10 Mathematics for the Biological
satuan berat per hari adalah Sciences. Macmillan and Publishing

0
90
25 (10t )dt . Co, ddison Wesley Pub. Co, Reading
Massachusetts.
Jadi, dimisalkan u = 10t , maka 10 du = dt Leithold, L. 1986. The Calculus with Analytic
dan t = 0, t = 90 masing-masing u = 0, u = 9 Geometry. 5th ed. Happer & Row,
sehingga integral menjadi Publishers Inc., New York.

Page 12 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Mizrahi, A. and M. Sullivan. 1979. Finite Totong Martono dan Krisna Murti Hasibuan,
Mathematics with Applications for 1993. Matematika 1 (Untuk Ilmu-Ilmu
Business and Social Sciences, John Pertanian, Kehidupan, dan Perilaku).
Wiley & Sons. New York. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Munem, M. A. and D. J. Foulis. 1978. Varberg, Purcel, and Rigdon, 2007. Calculus.
Calculus with Analytic Geometry. 9th Edition. Prentice Hall, Inc.
Worth Publishers Inc., New York. Englewood Cliffs, New Jersey.
Purcell, E.J and Varberg, D. 1987. Calculus Shockley, J. E. 1971. The Brief Calculus with
with Analytic Geometry. 5th edition. Application in the Social Sciences.
Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs, Holt Rinehart and Winston, Inc. New
New Jersey. York.

Page 13 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

AKTIVITAS ANTIBAKTERI
EKSTRAK BUAH LABAN (VITEX PINNATA LINN.)

Syafruddin*, Mutia*, Lukmanul Hakim**


* Jurusan Kimia, FKIP, Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
** Jurusan Teknologi Industri Pertanian, FTP, Universitas Serambi Mekkah
Banda Aceh.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh ekstrak aktif antibakteri dari buah Laban (V. pinnata).
Sehingga penggunaan buah V. pinnata sebagai obat demam dan bisul oleh masyarakat secara
tradisional selama ini dapat dibuktikan secara klinis. Dengan demikian diharapkan buah V. pinnata
dapat direkomendasikan sebagai bahan baku obat-obatan modern. Untuk mencapai tujuan tersebut,
maka telah dilakukan penelitian sejak Tanggal 17 Juni sampai 31 Oktober 2013 dengan tahapan-
tahapan berikut : A. Ekstraksi 2 Kg serbuk kering buah V. pinnata secara berturut-turut dengan pelarut
n-heksan dan MeOH. Dari hasil ekstraksi diperoleh ekstrak n-heksan sebanyak 400 gram dan ekstrak
MeOH 300 gram. Terhadap kedua ekstrak tersebut dilakukan uji antibakteri. B. Uji aktivitas
antibakteri dilakukan menurut urutan kerja sebagai berikut: 1. Penyediaan Media Agar (MHA Oxoid
dan NB Oxoid). 2. Penyediaan Bakteri Uji (Staphylococcus aureus, pseudomonas aeruginosa, dan
Escherichia coli). 3. Uji Konsentrasi Hambat Minimum dengan Metode Perforasi. 4. Uji Aktivitas
Antibakteri dengan Metode Perforasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak methanol
memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas
aeruginosa, dan Escherichia coli. Adapaun daya hambat ektrak methanol terhadap ketiga bakteri
tersebut berturut-turut Staphylococcus aureus (11,33-12,67 mm), Pseudomonas aeruginosa (11,33-15
mm), dan Escherichia coli (8-9,33 mm). Terhadap ketiga bakteri tersebut, pada konsentrasi tinggi
(75% dan 100%) ekstrak methanol memiliki daya hambat yang besar terhadap bakteri Staphylococcus
aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Eksrak n-heksan tidak memiliki daya hambat terhadap
aktivitas bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan Escherichia coli.

Kata kunci: Laban, Vitex pinnata, senyawa aktif antibakteri.

PENDAHULUAN obat bisul dan demam. Pendekatan


Laban (Vitex pinnata Linn.) atau etnobotanik ini memberikan suatu asumsi
sinonimnya Vitex pubescens Vahl. merupakan bahwa tumbuhan V. pinnata mengandung
salah satu tumbuhan tinggi famili Verbenaceae senyawa aktif terhadap sakit perut, luka,
yang banyak tersebar di Indonesia dan di be- demam dan bisul.
berapa negara Asia lainnya, seperti Malaysia, Demam dan bisul biasanya muncul
India, Srilanka, Bangladesh, Burma, Indo- karena adanya peradangan atau infeksi yang
China, Thailand, dan Philipina (Lemmens et disebabkan oleh bakteri, terutama oleh bakteri
al., 1995). Staphylococcus aureus. Adanya infeksi bakteri
V. pinnata adalah tumbuhan tropis Asia ini akan memicu timbulnya peradangan. Se-
yang sangat berpotensi sebagai tumbuhan makin parah infeksi, semakin hebat peradang-
obat. Hampir semua bagian tumbuhan dapat an yang terjadi. Akibatnya gejala klinik yang
dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Daun- timbul juga semakin parah. Banyak faktor
nya digunakan sebagai obat demam, hilang yang bisa memicu infeksi Staphylococcus
selera makan, dan luka. Kulit batang dilapor- aureus. Faktor kebersihan memegang peran
kan dapat menyembuhkan sakit perut dan luka, penting, baik kebersihan lingkungan maupun
sedangkan akar digunakan sebagai obat sakit kebersihan perseorangan (personal hygiene).
perut (Ogata et al., 1995). Selanjutnya, Burkill Faktor lain adalah penurunan daya tahan tubuh
(1966) menyatakan bahwa air rebusan kulit V. yang disebabkan oleh banyak hal, beberapa
pinnata dapat menghilangkan sakit perut, dan diantaranya adalah kurang gizi, anemia,
daunnya digunakan sebagai obat demam dan diabetes, penyakit keganasan (kanker), dan
luka. Sedangkan di provinsi Aceh, tumbuhan penyakit lainnya. Biasanya, faktor-faktor
V. pinnata yang dikenal dengan nama mane pemicu tidak berdiri sendiri, namun ber-
buahnya digunakan oleh masyarakat sebagai kombinasi satu sama lain. Misalnya, seseorang

Page 14 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

mempunyai daya tahan tubuh rendah, juga (V. Pinnata). Adapun bakteri uji yang akan
mempunyai gaya hidup yang kurang bersih, digunakan dalam penelitian ini adalah
serta asupan gizinya kurang (www. Staphylococcus aureus, pseudomonas aerugi-
mediamedica.com diakses tgl. 2 Maret 2012). nosa, dan Escherichia coli.
Penggunaan buah V. pinnata sebagai Suksamrarn dan Sommechai (1993)
obat tradisional untuk mengobati, demam dan telah mengisolasi tiga jenis ekdisteroid dari
bisul oleh masyarakat Aceh terutama yang kulit batang V. Pinnata, yaitu pinnatasteron (1)
hidup di pedesaan selama ini tidak didukung yang merupakan ekdisteroid baru. Sedangkan
oleh uji klinis, tetapi hanya didasarkan pada dua lainnya, yaitu 20-hidroksiekdison (2) dan
pengalaman empiris yang telah diwariskan turkesteron (3) merupakan ekdisteroid yang
secara turun temurun. Hasil penelusuran sudah banyak ditemukan dalam V. rehmani, V.
pustaka yang peneliti lakukan, belum ada sereti, V.madiensis, V.thyrsiflora, V.
penelitian dan publikasi nasional maupun megapotamica, V. Canescens (Suksamrarn, et
internasional tentang uji aktivitas anti bakteri al., 1993, 1995, 1997), V. glabrata
terhadap buah V. Pinnata. (Werawattanametin, et al., 1986), dan V.
Berdasarkan uraian di atas, maka stricker (Zhang, et al., 1992). Douk (1967)
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian melaporkan bahwa pada daun V. Pinnata
dalam lingkup isolasi dan penentuan struktur mengandung senyawa sianogen dan flavonoid.
senyawa aktif anti bakteri ekstrak buah Laban

OH H OH R2
OH OH
Me Me
21 25 26
22 24
Me OH 20 23
R1
18 R3
Me
12 17 27
Me 11 13
19 16
HO 14
HO
1 9 15
OH 2 10 8
OH
3 5
HO 4 6 7
H HO
H
O
O

(1) (2) R = R 2 = R 3 = O H
1

(3) R 1 = R 3 = O H, R 2 = H
Gambar 1. Senyawa Ekdisteroid yang sudah diisolasi dari kulit batang V. pinnata asal
Thailand (Suksamrarn dan Sommechai, 1993).

Dari telaah literatur yang telah peneliti lakukan menggunakan alat penetapan titik leleh mikro
ternyata belum ada penelitian dan publikasi Fisher Johns Melting Point dan analisis
tentang kandungan kimia buah laban (V. Kromatografi Cair Kineja Tinggi (C-18
pinnata). Hasil penapisan fitokimia dari buah dengan panjang kolom 12.50 mm, diameter
laban (V. pinnata) ternyata mengandung 0,4 mm dan tekanan pompa 5,6 Kgf/cm2).
senyawa golongan steroid, triterpen, flavonoid, Spektrum UV dan IR diukur masing-masing
dan tanin. Senyawa yang akan diteliti lebih dengan menggunakan spektrometer UV-210 A
lanjut adalah golongan flavonoid karena Shimadzu dan FTIR-8510 A Shimadzu.
berdasarkan hasil pengamatan (semi kuantitaf) Spektrum 13C NMR dan 1H NMR diukur
kandungannya terbanyak, dan senyawa masing-masing dengan menggunakan
flavonoid pada umumnya mempunyai spektrometer Jeol JNM PNX 400 MHz dan
spektrum aktivitas yang luas seperti Unity Plus Varian 400 MHz, menggunakan
antibakteri, antitumor, atikanker, antialergi, CDCl3 sebagai pelarut. Spektrum massa
sitotoksit, dan antihipertensi (Nomura, et al., diperoleh dengan meng-gunakan LC-MS
1998). Mariner Biospectrometry Electrospray Ionisation.
Kromatografi cair vakum (KCV) dilakukan
METODE menggunakan silika gel 60 (230-400 mesh),
Umum. Untuk menentukan kemurnian kromatografi gravitasi (KG) meng-gunakan
isolat dilakukan pengukuran titik leleh dengan fasa diam silika gel 60 (70-230 mesh),

Page 15 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

sedangkan kromatografi lapis tipis (KLT) heksan dan MeOH. Setelah pelarutnya
meng-gunakan silika gel GF254 (tebal 0,2 mm, diuapkan diperoleh ekstrak n-heksan sebanyak
ukuran plat 10x20 cm, jarak elusi 8,5 cm). 400 g dan ekstrak MeOH 300 gram. Ekstrak n-
Pengumpulan Bahan Tumbuhan. heksan dan MeOH di uji antibakteri.
Bahan tumbuhan berupa buah V. pinnata
dikumpulkan dari Lamno Aceh Jaya, HASIL DAN PEMBAHASAN
Blangpidie Abdya, dan Sabang Provinsi Aceh. Hasil Penelitian
Estraksi dan Isolasi. Serbuk kering Hasil uji aktivitas antibakteri ter-hadap
buah Buah laban (V. pinnata) sebanyak 2 Kg kedua ekstrak tersebut dipaparkan pada Tabel
secara berturut-turut dimaserasi dengan n- berikut:

Tabel 5.1 Daya hambat ekstrak n-heksan dan metanol terhadap bakteri Staphylococcus aureus

Konsentrasi Daya Hambat (mm)


Ekstrak Ulangan Metanol Ciprofloxasin N-heksan Vancomicin
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 11 18 6 17
2 11 20 6 18
25%
3 12 18 6 18
Rata-rata 11,33 18,67 6 17,67
1 11 18 7 17
2 12 20 7 18
50%
3 11 18 7 18
Rata-rata 11,33 18,67 7 17,67
1 12 18 7 17
2 13 20 7 18
75%
3 12 18 7 18
Rata-rata 12,33 18,67 7 17,67
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 13 18 8 17
2 12 20 8 18
100%
3 13 18 8 18
Rata-rata 12,67 18,67 8 17,67

Data Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 3 kali (daya hambat rata-rata 18,67 mm) dan
pengulangan, ekstrak metanol buah laban me- Vancomycin (daya hambat rata-rata 17,67
miliki daya hambat terhadap bakteri Staphylo- mm), ekstrak metanol pada konsentrasi 25%
coccus aureus, dimana pada konsentrasi 25% dan 50% memiliki daya hambat intermediate
dan 50% menunjukkan daya hambat rata-rata terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
11,33 mm. Sedangkan pada konsentrasi 75% Sedangkan pada konsentrasi 75% dan 100%
menunjukkan daya hambat rata-rata 12,33 ekstrak metanol memiliki daya hambat
mm, bahkan pada konsentrasi 100% mem- susceptible terhadap bakteri Staphylococcus
berikan daya hambat yang lebih besar yaitu aureus. Ekstrak n-heksan pada berbagai
rata-rata 12,67 mm. konsentrasi tidak memiliki daya hambat
Jika dibandingkan terhadap kontrol terhadap bakteri Staphylococcus aureu
positif yang digunakan, yaitu ciprofloxasin

Tabel 5.2 Daya hambat ekstrak n-heksan dan methanol terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa
Konsentrasi Daya Hambat (mm)
Ekstrak Ulangan Metanol Ciprofloxasin N-heksan Vancomicin
1 8 18 6 17
2 9 20 7 18
25%
3 7 18 6 18
Rata-rata 8 18,67 6,33 17,67

Page 16 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

1 11 18 7 17
2 12 20 8 18
50%
3 11 18 7 18
Rata-rata 11,33 18,67 7,33 17,67
1 13 18 8 17
2 13 20 7 18
75%
3 12 18 7 18
Rata-rata 12,67 18,67 7,33 17,67
1 15 18 8 17
2 16 20 8 18
100%
3 14 18 8 18
Rata-rata 15 18,67 8 17,67

Berdasarkan data Tabel 5.2 dapat dilihat Jika dibandingkan terhadap kontrol
bahwa dari 3 (tiga) kali pengulangan, ekstrak positif yang digunakan, yaitu ciprofloxasin
metanol buah Laban memiliki daya hambat (daya hambat rata-rata 18,67 mm) dan
terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa, Vancomycin (daya hambat rata-rata 17,67 mm),
dimana pada konsentrasi 25% memiliki daya ekstrak metanol pada 50% memiliki daya
hambat rata-rata yang sangat kecil, yaitu 8 hambat intermediate terhadap bakteri Pseudomonas
mm. Pada konsentrasi 50% menunjukkan daya aeruginosa. Sedangkan pada konsentrasi 75%
hambat rata-rata 11,33 mm. Sedangkan pada dan 100% ekstrak metanol memiliki daya hambat
konsentrasi 75% menunjukkan daya hambat susceptible terhadap bakteri Pseudomonas
rata-rata 12,67 mm, bahkan pada konsentrasi aeruginosa. Ekstrak n-heksan pada berbagai
100% memberikan daya hambat yang lebih konsentrasi tidak memiliki daya hambat
besar yaitu rata-rata 15 mm. terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa.

Tabel 5.3 Daya hambat ekstrak n-heksan dan methanol terhadap bakteri Escherichia coli.
Konsentrasi Daya Hambat (mm)
Ekstrak Ulangan Metanol Ciprofloxasin N-heksan Vancomicin
1 8 18 6 17
2 9 20 6 18
25%
3 7 18 7 18
Rata-rata 8 18,67 6,33 17,67
1 9 18 7 17
2 9 20 8 18
50%
3 8 18 7 18
Rata-rata 8,67 18,67 7,33 17,67
1 8 18 8 17
2 8 20 7 18
75%
3 9 18 7 18
Rata-rata 8,33 18,67 7,33 17,67
1 10 18 7 17
2 9 20 8 18
100%
3 9 18 8 18
Rata-rata 9,33 18,67 7,67 17,67

Data Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari mm), ekstrak metanol pada konsentrasi 100%
3 kali pengulangan, ekstrak metanol buah memiliki daya hambat resistant terhadap
Laban pada konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan bakteri Escherichia coli. Sedangkan ekstrak n-
100% memiliki daya hambat yang sangat heksan pada berbagai konsentrasi tidak
kecil terhadap bakteri Escherichia coli, yaitu memiliki daya hambat terhadap bakteri
berturut-turut 8 mm; 8,67 mm; 8,33 mm; dan Escherichia coli.
9,33 mm.
Jika dibandingkan terhadap kontrol Pembahasan
positif yang digunakan, yaitu Ciprofloxasin Pada ketiga Tabel pengamatan di atas
(daya hambat rata-rata 18,67 mm) dan terlihat bahwa kedua kontrol positif, yaitu
Vancomycin (daya hambat rata-rata 17,67 Ciprofloxasin dan Vancomycin masing-masing

Page 17 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

memiliki daya hambat rata-rata 18,67 mm dan dalam infeksi campuran (Buchanan, 1974 dan
17,67 mm terhadap pertumbuhan bakteri Jawetz, 1986).
Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Bisul terjadi karena adanya infeksi
dan Escherichia coli. kuman Staphylococcus aureus. Infeksi oleh kuman
Jika dibandingkan terhadap ke dua ini akan memicu timbulnya peradangan.
kontrol positif tersebut, ekstrak metanol pada Semakin parah infeksi, semakin hebat
konsentrasi 25% dan 50% memiliki daya hambat peradangan yang terjadi. Akibatnya gejala
intermediate terhadap bakteri Staphylococcus klinik yang timbul juga semakin parah.
aureus. Sedangkan pada konsentrasi 75% dan Banyak faktor yang bisa memicu infeksi
100% ekstrak metanol memiliki daya hambat Staphylococcus aureus. Faktor kebersihan
susceptible terhadap bakteri Staphylococcus memegang peran penting, baik kebersihan
aureus. Ini artinya pada konsentrasi rendah lingkungan maupun kebersihan perseorangan
(25% dan 50%) ekstrak methanol dapat meng- (personal hygiene). Faktor lain adalah penurunan
hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus daya tahan tubuh yang disebabkan oleh be-
aureus dengan baik, dan pada konsentrasi yang berapa faktor, diantaranya karena kurang gizi,
lebih besar (75% dan 100%) daya hambat anemia, diabetes, penyakit keganasan (kanker)
bakterinya lebih baik lagi. dan penyakit lainnya. Biasanya, faktor-faktor
Untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa, pemicu tidak berdiri sendiri, namun ber-
ekstrak metanol pada konsentrasi 50% memiliki kombinasi satu sama lain. Misalnya, seseorang
daya hambat intermediate terhadap bakteri mempunyai daya tahan tubuh rendah, juga
tersebut. Sedangkan pada konsentrasi 75% dan mempunyai gaya hidup yang kurang bersih,
100% ekstrak metanol memiliki daya hambat serta asupan gizinya kurang (www.media
susceptible terhadap bakteri Pseudomonas medica.com diakses tgl. 2 Maret 2012).
aeruginosa. Ini artinya pada konsentrasi rendah Buah Laban (Vitex pinnata Linn) yang
(50%) ekstrak methanol dapat menghambat selama ini digunakan oleh masyarakat Aceh
pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa untuk mengobati dan mencegah penyakit bisul
dengan baik, dan pada konsentrasi yang lebih ternyata memiliki aktivitas antibakteri ter-
tinggi (75% dan 100%) ekstrak metanol me- hadap bakteri Staphylococcus aureus dan
miliki daya hambat yang sangat bagus ter- Pseudomonas aeruginosa, di mana kedua
hadap bakteri Pseudomonas aeruginosa. bakteri tersebut berperan penting pada infeksi
Sedangkan untuk bakteri Escherichia coli, dan peradangan di beberapa kasus, diantaranya
ekstrak metanol memiliki daya hambat yang bisul.
sangat lemah terhadap bakteri tersebut. Bahkan Berdasarkan uraian di atas, maka
pada konsentrasi tinggi 100% daya hambatnya ekstrak metanol akan diisolasi dan dimurnikan
resistant terhadap bakteri Escherichia coli. pada tahun ke-2 sehingga diperoleh senyawa
Berdasarkan fakta di atas, maka dapat dan struktur molekulnya.
disimpulkan bahwa ekstrak methanol buah
Laban (Vitex pinnata Linn) memiliki aktivitas Kesimpulan
antibakteri yang sangat baik terhadap bakteri 1. Hasil maserasi terhadap 2 Kg serbuk kering
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. buah Laban (V. pinnata) diperoleh 400
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas gram ekstrak n-heksan dan 300 gram
aeruginosa merupakan bakteri yang dapat me- ekstrak methanol.
nyebabkan infeksi dan peradangan pada tubuh 2. Secara kualitatif ekstrak methanol memiliki
manusia, terutama pada kulit manusia. Bahkan daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus
Staphylococcus aureus dapat diisolasi dari aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan
luka bernanah, selaput hidung, folikel rambut, Escherichia coli.
kulit dan perineum. Sedangkan Pseudomonas 3. Daya hambat ektrak methanol terhadap
aeruginosa dapat diisolasi dari air dan tanah bakteri Staphylococcus aureus 11,33-12,67
atau specimen klinik seperti luka dan urin. mm, terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa
Terdapat pada kulit manusia, pada lingkungan 11,33-15 mm, sedangkan terhadap bakteri
basah, dan sedikit ditemukan dalam flora Escherichia coli 8-9,33 mm.
normal usus. Jarang menimbulkan penyakit, 4. Ekstrakmethanol terutama pada konsentrasi
hanya pathogen bila masuk dalam daerah yang tinggi(75% dan 100%) memiliki daya hambat
pertahanan normalnya tidak ada atau berperan yang sangat besar terhadap aktivitas bakteri

Page 18 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Staphylococcus aureus dan Pseudomonas Seminar Nasional Kimia Bahan Alam


aeruginosa. 99, UI-UNESCO, Jakarta.
5. Eksrak n-heksan tidak memiliki daya
hambat terhadap aktivitas bakteri Staphy- Lemmens, R. H. M. J., Soerianegara, I. dan
lococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Wong, W. C. (1995) Timber Tress:
dan Escherichia coli. Minor Commercial Timbers, Plant
Resources of South-East Asia, Bogor,
Saran Indonesia.
1. Mengingat bahan-bahan kimia sangat
Nomura, T., Hano, S., and Aida, M. (1998)
mahal dan biaya uji antibakteri yang sangat
Isoprenoid Subtituted Flavonoid from
tinggi, diharapkan untuk penelitian-
Artocarpus, Heterocycles, 47 (2), 1179-
penelitian ilmu murni di masa-masa yang
1205.
akan datang disediakan dana yang lebih
Ogata, Y., Kasaharea, Y., and Iwasaki, T. (1995)
besar dan sesuai dengan kenaikan harga
Medicine Herb Index Indonesia, Second
bahan-bahan kimia.
edition, PT. Eisai Indonesia.
2. Semoga penelitian ini berkesinambung-an
dan dapat dilanjutkan ke tahun ke II dan Seigler, D. S. (1975) Review: Isolation and
tahun-tahun berikutnya. Characterization of Naturally Cyanogenic
Compound, Phytochemistry, 14: 9-29
Daftar Pustaka
Backer, A. C. and R. C. Bakhuizen Van den Silverstein, R. M., Bassler, G. C., and Morill, T.
Brink Jr. (1963) Flora of Java, N. V. P. C., (1991) Spectrometric Identification of
Noordhoff N. V. Groningen, Vol. I, The Organic Compounds, 5th ed., John
Netherlands. Wiley and Sons Inc, New York.

Breitmair, E. (1993) Structure Elucidation by Suksamrarn, A., and Sommechai, C. (1993)


NMR In Organic Chemistry, John Ecdysteroids from Vitex pinnata,
Willey & Sons, New York. Phytochemistry, 32 (2), 303-306

Burkill, I. H. (1966) A Dictionary of The Suksamrarn, A., Sommechai, C., Charulpong,


Economic Products of The Malay P., and Chitkul, B. (1995) Ecdysteroids
Penisula, Vol. II, Ministry of Agriculture from Vitex canescens, Phytochemistry, 38
and Cooperative, Kuala Lumpur. (2), 473-476
Suksamrarn, A., Promrangsan, N., Chitkul, B.,
Chen, Chien Chih., Yu Lin., Sun, Chang- Homvisasevongsa, S., and Sirikate, A.
Ming and Shen, Chien Chang (1966) (1997) Ecdysteroids of The Root Bark
New Prenylflavones from the Leaves of of Vitex canescens, Phytochemistry, 45
Epedemedium sagittatum, J. Natural (6), 1149-1152
Product, 59, 412 414.
Tarigan, Ponis (1997) Analisis Senyawa
Creswell, C. J., Runquist, O. A. and Campbell, Bioaktif Alami, Pengantar Praktikum,
M. M. (1982) Analisis Spektrum Pascasarjana Universitas Padjadjaran,
Senyawa Organik, alih bahasa: Kosasih Bandung.
Padwawinata dan Iwang Soediro, ITB,
Bandung. Werawattanametin, K., Podimnang, V., and
Suksamrarn, A. (1986) Ecdysteroids
Douk, P. (1967) Chemical Abstrack, 66, 79512n. from Vitex glabrata, J. Natural Product,
49, 365.
Ferlinahayati, Hakim, E. H., Achmad, S. A.,
Zhang, M., Stout, M. J., and Kubo, I. (1992)
Aimi, N., Kitajima, M., dan Makmur, L.
Isolation of Ecdysteroids from Vitex
(1999) Artonin E dan Norartokapetin
stickeri Using RLCC and Recycling
Dua Senyawa Fenol dari Tumbuhan
HPLC, Phytochemstry, 31 (1), 247-250
Artocarpus Scortechimi King. Prosiding

Page 19 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BALOK CUISENAIRE DENGAN


METODE BERMAIN TERHADAP PENINGKATAN
KECERDASAN MATEMATIKA PADA ANAK
RAUDHATUL ATHFAL AL-IKHSAN
KOTA BANDA ACEH

Juairiah
Kepala RA Al-Ikhsan Kota Banda Aceh

Abstrak
Penelitian ini berjudul :Pengaruh Penggunaan Media Balok Cuisenaire Dengan Metode Bermain
Terhadap Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak Raudhatul Athfal Al-Ikhsan Kota Banda
Aceh. Rumusan masalah adalah bagaimana pengaruh penggunaan media Balok Cuisenaire dengan
metode bermain terhadap peningkatan kecerdasan Matematika anak Raudhatul Athfal Al-Ikhsan Kota
Banda Aceh? Populasi adalah seluruh anak kelompok B-2 di Raudhatul Athfal Al-Ikhsan Kota Banda
Aceh berjumlah 15 orang. Instrumen penelitian dengan menggunakan lembar observasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode permainan media Balok Cuisenaire dapat
meningkatkan kecerdasan matematika anak kelompok B-2 Raudhatul Athfal Al-Ikhsan Kota Banda
Aceh. Hasil pengamatan awal sebelum menggunakan media Balok Cuisenaire kurang baik, yaitu
sebesar 31,1% (tidak baik). Hasil pengamatan menggunakan media Balok Cuisenaire pada siklus I,
nilai keberhasilan pertemuan I sebesar 46,6%, pertemuan II sebesar 51,5%, pertemuan III, dan
61,0%. Rata-rata keberhasilan pada siklus I adalah sebesar 53,0% (kurang baik). Nilai pada siklus I
masih belum memadai, maka dilaksanakan perlakuan pada siklus II. Hasil pengamatan kecerdasan
matematika dengan media Balok Cuisenaire pada siklus II keberhasilannya pada pertemuan I sebesar
56,6%, pertemuan II sebesar 73,2% , dan pertemuan III sebesar 94,3%. Rata-rata keberhasilan
pada siklus II adalah 75,4% (baik). Dengan demikian peningkatan kecerdasan matematika anak
kelompok B-2 Raudhatul Athfal Al-Ikhsan Kota Banda Aceh dengan menggunakan Balok
Cuisenaire melalui metode bermain sangat signifikan dan berpengaruh terhadap hasil belajar.
Peningkatan dari 53,0% pada siklus I menjadi 75,4% pada siklus II atau selisih antara siklus I dan II
sebesar 22,4%.

Kata kunci: Balok Cuisenaire, Metode Bermain, Kecerdasan Matematika

PENDAHULUAN berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk me-


Latar Belakang Masalah ningkatkan kualitas manusia Indonesia yang
Pendidikan merupakan suatu per- beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
ubahan sikap dan tingkah laku pada diri se- Maha Esa, berbudi luhur, berkepribadi-an,
seorang dari hasil pembelajaran yang dilaku- berdisiplin, berkerja keras, tangguh, ber-
kan oleh pendidik kepada anak didik. bertuju- tanggungjawab, cerdas dan terampil serta sehat
an untuk mendapatkan pengetahuan dan jasmani dan rohani.
merubah sikap yang lebih baik dalam kehidup- Pendidikan di Raudhatul Athfal me-
annya, sehingga menjadi manusia Indonesia rupakan salah satu bentuk satuan pendidikan
cerdas, terampil, bermoral, berbudi luhur dan anak usia dini pada jalur lembaga pendidikan
cinta tanah air. Pendidikan sekarang ini men- formal dan memiliki karakteristik ke Islaman
dapat perhatian dari semua pihak, baik dari hal serta pengelolaan dibawah Kantor Kementerian
fasilitas dan sumber daya yang mendukung ke- Agama Kota Banda Aceh. Dengan pembelajar-
berhasilan suatu lembaga pendidikan dan men- an yang mengacu pada kurikulum Pendidikan
capai tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Agama Islam dan Pendidikan Umum dan
Pendidikan yang berkualitas akan sesuai dengan perkembangan anak usia dini.
tercipta generasi penerus bangsa yang ber- Mulai dari umur 4 tahun untuk belajar di
pengetahuan luas dan dapat memecahkan ber- kelompok A dan umur 5 tahun untuk belajar di
bagai masalah dalam menghadapi tantangan kelompok B. Raudhatul Athfal dipimpim oleh
zaman yang sangat komplek. Sesuai dengan seorang kepala sekolah dan 6 orang tenaga
tujuan pembangunan Nasional dalam GBHN pendidik yang profesional.
No. II/MPR/1993, yaitu Pendidikan Nasional

Page 20 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Kegiatan pembelajaran di Raudhatul bermain terhadap peningkatan kecerdasan


Athfal selalu dilakukan dengan semboyan Matematika anak Raudhatul Athfal Al-Ikhsan
bermain sambil belajar dan belajar seraya Kota Banda Aceh?
bermain. Menggunakan lembar kerja, poster,
mewarnai, puzzel, alat peraga edukatif (APE), Tujuan Penelitian
mengerjakan maze dan sebagainya. Hal ini Tujuan penelitian ini adalah untuk
disebutkan dalam buku Kurikulum Raudhatul mengetahui pengaruh penggunaan media
Athfal kutipan dari isi PP Nomor 17 Tahun Balok Cuisenaire dengan metode bermain
2010 tentang pengelolaan dan penyelenggara- terhadap peningkatan kecerdasan Matematika
an pendidikan di Raudhatul Athfal dapat anak Raudhatul Athfal Al-Ikhsan Banda Aceh.
dikelompokkan terdiri dari : 1) Bermain dalam
pembelajaran agama dan akhlak mulia, 2) Manfaat Penelitian
Bermain dalam pembelajaran sosial dan Penelitian ini diharapkan dapat ber-
kepribadian, 3) Bermain dalam pembelajaran manfaat untuk menjadi masukan bagi guru
orientasi, pengenalan pengetahuan dan Raudhatul Athfal dalam meningkatkan ke-
teknologi, 4) Bermain dalam pembelajaran cerdasan matematika melalui permainan Balok
estetika, 5) Bermain dalam pembelajaran Cuisenaire.
jasmani, olahraga dan kesehatan.
Berdasarkan hasil pengamatan awal Hipotesis Penelitian
kemampuan anak dalam pengembangan aspek Hipotesis dalam penelitian ini adalah
kognitif, terutama mengenal berhitung, Penggunaan media Balok Cuisenaire dengan
lambang bilangan, angka-angka, masih sangat metode bermain dapat meningkatkan kecerdas-
rendah. Maka suatu upaya pengembangan an Matematika anak Raudhatul Athfal Al-
potensi ini dapat dilakukan dengan suatu Ikhsan Kota Banda Aceh.
permainan dalam pembelajaran, yaitu melalui
bermain Balok Cuisenaire. Bermain Balok TINJAUAN PUSTAKA
Cuisenaire di Raudhatul Athfal diharapkan Pengertian Kecerdasan Matematika
anak didik berkemampuan pengembangan Kecerdasan asal kata dari cerdas
kognitif, kesiapan mental, sosial dan artinya sempurna perkembangan akal budi,
emosional. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan untuk berfikir, mengerti dan sebagainya. Ke-
pembelajarannya harus dilakukan secara cerdasan merupakan salah satu anugerah besar
menarik dan bervariasi. dari Allah SWT kepada manusia dan sebagai
Balok Cuisenaire merupakan bagian salah satu kelebihan manusia dibandingkan
dari media matematika, pengenalan konsep dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasan,
bilangan, lambang bilangan, warna, bentuk manusia secara terus menerus dapat memper-
dan posisi benda melalui berbagai bentuk alat tahankan dan meningkatkan kualitas hidup
dan kegiatan bermain yang menyenangkan. yang semakin kompleks, melalui proses ber-
Dengan demikian, berdasarkan alasan fikir dan belajar secara optimal. Sepantasnya
diatas dapat diidentifikasikan bahwa masih manusia ber-syukur, berkat kecerdasan yang
kurangnya pengetahuan anak didik Raudhatul dimilikinya hingga saat ini manusia ternyata
Athfal dalam mengenal lambang bilangan atau masih dapat mempertahankan kelangsungan
angka secara optimal. Hal ini merupakan salah dan peradabannya.
satu masalah yang dihadapi oleh guru RA Al- Kecerdasan adalah kemampuan belajar
Ikhsan Banda Aceh, maka penulis tertarik me- dan kecakapan untuk menyesuaikan diri
lakukan penelitian yang berjudul Pengaruh dengan keadaan yang dihadapi. Kemampuan
Penggunaan Media Balok Cuisenaire Dengan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya
Metode Bermain Terhadap Peningkatan Ke- intelegensi dan menunjukkan kecakapan
cerdasan Matematika Pada Anak Raudhatul sesuai dengan tingkat perkembangannya. Ada
Athfal Al-Ikhsan Kota Banda Aceh. kalanya perkembangan ini ditandai oleh
kemanjuan-kemanjuan yang berbeda antara
Rumusan Masalah satu anak dengan anak lainnya, sehingga
Berdasarkan latar belakang masalah, seorang anak pada usia tertentu sudah
yang menjadi rumus masalah dalam penelitian memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi
ini adalah Bagaimana pengaruh penggunaan dibandingkan dengan kawan sebayanya.
media Balok Cuisenaire dengan metode

Page 21 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Kecerdasan berdasarkan tingkat per- coba salah. Anak-anak yang cerdas dalam
kembangannya ada beberapa macam. Salah logika matematika menyukai kegiatan bermain
satunya adalah kecerdasan intelektual. Ke- dengan bepikir logis, seperti dam-daman,
cerdasan intelektual adalah kemampuan mencari jejak (maze), menghitung benda-
intelektual, analisa, logika dan rasional. benda, timbang-menimbang dan permainan
Kecerdasan untuk menerima, menyimpan dan strategi. Anak-anak yang cerdas dalam logika
mengolah infomasi menjadi fakta. Kecerdasan matematika cenderung mudah menerima dan
yang paling utama dimiliki manusia adalah memahami sebab-akibat, suka menyusun
Kecerdasan Intelektual (IQ). Kecerdasan sesuatu dalam kategori atau hierarki seperti
intelektual atau inteligensi adalah kemampuan urutan besar ke kecil, panjang ke pendek dan
potensial seseorang untuk mempelajari sesuatu mengklasifkasi benda-benda yang memiliki
dengan menggunakan alat-alat berpikir. Hal sifat sama (Tadkiroatun Musfiroh, 2005).
ini dapat terlihat pada kemampuan atau ke- Kecerdasan ditinjau dari berbagai
cerdasan yang didapat dari hasil penyelesaian macam karakteristik perkembangannya ada
soal-soal atau kemampuan untuk memecahkan beberapa macam kecerdasan yang saling
sebuah pertanyaan dan selalu dikaitkan dengan berpengaruh dalam peningkatan hasil belajar
hal akademik seseorang. seseorang. Sebagaimana dikemukakan oleh
Kecerdasan dapat memberikan gambar- Gardner dalam E. Mulyasa kecerdasan bersifat
an yang jelas pada seseorang untuk berhitung, multipel inteligensi meliputi 9 (sembilan)
beranalogi, berimajinasi dan memiliki daya kecerdasan yaitu 1) Kecerdasan verbal-
kreasi serta inovasi. Orang yang kecerdasan linguistik berkaitan dengan keterampilan dan
intelektualnya baik, maka baginya tidak ada persepsi mengelola kata dan bahasa, 2)
informasi yang sulit, semuanya dapat di- Kecerdasan logika-matematika berkaitan
simpan, diolah dan diinformasikan kembali dengan keterampilan dan persepsi dalam
pada saat dibutuhkan. Proses menerima, bidang angka dan berfikir logis, 3)
menyimpan dan mengolah kembali informasi, Kecerdasan visual-spasial berkaitan dengan
(baik informasi yang didapat lewat pendengar- keterampilan dan persepsi dalam bidang
an, penglihatan atau penciuman) disebut permaian garis, warna, bentuk dan ruang, 4)
berfikir. Kecerdasan musikal berkaitan dengan
Menurut Lwin dalam W. Sanjaya (2006) keterampilan dan persepsi dalam bidang musik
menyebutkan bahwa kecerdasan logika dan suara, 5) Kecerdasan kinestetis berkaitan
matematika adalah kemampuan untuk me- dengan keterampilan dan persepsi dalam
mahami bilangan dan perhitungan, pola bidang mengelola dan mengendalikan gerakan
memikiran logis dan ilmiah. Hubungan antara anggota tubuh, 6) Kecerdasan interpersonal
matematika dan logika sangat erat dan men- berkaitan dengan keterampilan dan persepsi
dasar. Hukum logika menjelaskan berbagai dalam bidang membina hubungan dengan
argumentasi, bukti, syarat yang dinyatakan dan orang lain, 7) Kecerdasan naturalis berkaitan
kesimpulan. Kecerdasan logika matematika dengan keterampilan dan persepsi yang
meliputi keterampilan berhitung dan berfikir berhubungan dengan lingkungan, 8)
logis serta keterampilan pemecah-an masalah. Kecerdasan interpersoanal berkaitan dengan
Komponen inti dari kecerdasan keterampilan dan persepsi dalam bidang
matematika logis meliputi kepekaan pada kesadaran dan pengenalan terhadap diri
pola-pola dan hubungan logis, kepekaan sendiri, dan 9) Kecerdasan eksitensial.
heuristic dan sebab akibat untuk memecah-
kan suatu masalah. Kecerdasan ini terdapat di Karakteristik Perkembangan Anak Usia
otak depan sebelah kiri dan parietal kanan. Dini
Kecerdasan ini dilambangkan dengan angka- Karakteristik perkembangan anak usia
angka dan lambang bilangan matematika dini perlu dipahami oleh pendidik untuk
lainnya. Kecerdasan ini memuncak pada masa memudahkan dalam membina perkembangan
remaja dan masa awal dewasa. Beberapa anak usia dini. Pada masa ini anak sudah
kemampuan matematika tingkat tinggi akan memiliki keterampilan, minat, bakat dan
menurun setelah usia 40 tahun. Serta anak- potensi walaupun belum sempurna.
anak yang kelebihan dalam kecerdasan Karakteristik masing-masing aspek per-
matematika tertarik memanipulasi lingkungan kembangan anak di Raudhatul Athfal adalah:
serta cenderung menerapkan strategi coba-

Page 22 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Perkembangan Fisik-Motorik perkembangan kemampuan dan pemahaman


Anak usia di Raudhatul Athfal telah penting dalam enam refleksi, yaitu sub tahapan
tampak otot-otot tumbuh berkembang dengan skema refleksi muncul saat lahir sampai usia
baik, sehingga memungkinkan anak melakuk- enam minggu dan berhubungan terutama
an berbagai jenis keterampilan. Gerakan anak dengan refleksi. Sub tahapan fase reaksi
usia di Raudhatul Athfal lebih terkendali dan sirkular primer dari usia enam minggu sampai
terorganisasi dengan pola menegakan tubuh empat bulan dan berhubungan dengan muncul-
dalam posisi berdiri, tangan dapat terjuntai nya kebiasaan-kebiasaan. Sub tahapan fase
dengan santai serta mampu melangkah dengan reaksi sirkular sekunder muncul dari usia
mengerakkan tungkai dan kaki. Pola-pola empat bulan sampai sembilan bulan dan
tersebut memungkinkan anak untuk mem- berhubunga dengan koordinasi antara
berikan respon dalam berbagai situasi yang penglihatan dan pemaknaan. Sub tahapan
mereka hadapi. Pada masa ini keterampilan koordinasi reaksi sirkular sekunder muncul
motorik kasar dan halus terjadi perkembangan dari usia sembilan sampai dua belas bulan,
pesat. saat berkembangnya kemampuan untuk
Pada umumnya anak usia di Raudhatul melihat objek sebagai sesuatu yang permanen
Athfal sangat aktif. Anak memiliki penguasa- walau kelihatannya pada masa permulaan. Sub
an terhadap tubuhnya dan sangat menyukai tahapan fase reaksi sirkular tersier muncul dari
kegiatan yang dilakukan sendiri. Meskipun usia dua belas bulan sampai delapan belas
demikian anak tetap memerlukan istirahat bulan dan berhubungan dengan penemuan
yang cukup. Masa kecil disebut sebagai masa cara-cara baru untuk mencapai tujuan. Sub
ideal untuk membentuk keterampilan motorik, tahapan awal representasi simbolik ber-
dengan alasan sebagai berikut: hubungan dengan tahapan kreativitas.
Tubuh anak lebih lentur ke timbang tubuh Tahapan II pra operasional (2-7 tahun)
orang dewasa sehingga anak lebih mudah merupakan tahapan pra operasional yang
menguasai keterampilan motorik. mengikuti tahapan sensorimotorik dan muncul
Anak belum banyak memiliki keterampil- antara usia dua sampai enam tahun. Dalam
an yang akan berbenturan dengan ke- tahapan ini anak mengembangkan keterampil-
terampilan yang baru dipelajarinya, an berbahasa yang lebih aktif.
sehingga anak akan mempelajari Tahapan III operasional kongkrit (7-14
keterampilan baru yang lebih mudah. tahun) merupakan tahapan yang muncul antara
Secara keseluruhan anak lebih berani pada usia enam sampai dua belas tahun dan mem-
masa kecil ketimbang setelah besar. Oleh punyai ciri berupa penggunaan logika yang
karena itu, mereka berani mencoba sesuatu memadai.
yang baru. Tahapan IV formal operasional (14
Anak-anak menyukai pengulangan, tahun dewasa) merupakan suatu tahapan mulai
sehingga mereka bersedia mengulangi dialami anak dalam usia sebelas tahun dan
tindakan hingga otot terlatih untuk terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik
melakukannya secara efektif. tahapan ini pada kemampuan untuk berfikir
Anak memiliki waktu yang lebih banyak secara abstrak, bernalar secara logis dan
untuk mempelajari keterampilan motorik. menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia.
Perkembangan Kognitif
Anak usia di Raudhatul Athfal berada
Piaget dalam Isjoni (2011) membagi
pada tahapan pra-operasional yaitu suatu
tahapan perkembangan kognitif ke dalam
tahapan anak belum menguasai operasi mental
empat tahapan, yaitu: a) Tahapan 1 sensori
secara logis. Periode ini ditandai dengan
motor (0-2 tahun), b) Tahapan II Pra
berkembangnya kemampuan menggunakan
Operasional (2-7 tahun), c) Tahapan III
sesuatu untuk mewakili sesuatu yang lain
Operasional Kongkrit (7-14 tahun), d)
dengan menggunakan simbol-simbol. Melalui
Tahapan IV Formal Operasional (14 tahun-
kemampuan tersebut anak mampu ber-
dewasa).
imajinasi atau fantasi tentang berbagai hal.
Periode sensori motor (0-2 tahun)
Perkembangan kognitif anak masa pra sekolah
merupakan periode pertama dari ke empat
adalah:
periode. Tahapan ini ditandai dengan

Page 23 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Mampu berfikir dengan meng-gunakan dasar dalam mencurahkan suatu ekspresi dan
simbol keputusan dalam hidupnya, baik di rumah, di
Berfikir masih dibatasi oleh persepsi, sekolah maupun dilingkungan masyarakat
menyakini sesuatu yang dilihat dan hanya serta dapat bersosialisasi dengan lingkungan-
berfokus pada satu dimensi terhadap satu nya. Hal ini Hurlock mengemukakan bahwa
objek dalam waktu yang sama. mulai usia 2 sampai 6 tahun, anak mulai
Berfikir masih kaku. Cara berfikirnya ter- belajar melakukan hubungan sosial bergaul
fokus pada keadaan awal atau akhir suatu dengan orang-orang di luar lingkungan rumah,
transformasi, bukan pada transformasi itu terutama dengan anak-anak yang umurnya
sendiri. sebaya. Anak belajar menyesuaikan diri dan
Anak sudah mulai mengerti dasar-dasar berkerja sama dalam kegiatan bermain dan
mengelompokkan sesuatu atas dasar satu belajar dengan baik di lingkungan anak
dimensi, seperti kesamaan warna, bentuk tersebut berada.
dan ukuran dan lainnya. Anak yang mengikuti pendidikan pra
sekolah melakukan penyesuaian sosial yang
Perkembangan Emosional dan Kemandirian lebih baik dibandingkan dengan anak-anak
Perkembangan emosi dan kemandirian yang tidak mengikuti pendidikan pra sekolah.
berhubungan dengan seluruh aspek per- Melalui kegiatan yang dirancang oleh guru,
kembangan anak. Pada tahap ini, emosi dan dipersiapkan secara lebih baik untuk melakuk-
mandiri anak usia pra sekolah lebih rinci atau an partisipasi yang aktif dalam kelompok
terdiferensiasi. Anak cenderung mengekspresi- dibandingkan dengan anak-anak yang aktivitas
kan emosin dengan bebas dan terbuka. Sikap sosialnya terbatas dengan anggota keluarga
marah sering diperlihatkan dan sering mencari dan anak-anak dari lingkungan keluarga ter-
perhatian guru. Pada masa ini anak menjadi dekat saja.
lebih mengerti dan mampu berinisiatif, tetapi
mungkin keinginannya tidak tercapai seluruh- Perkembangan Bahasa
nya, sehingga timbul keinginan berupa ke- Anak Raudhatul Athfal biasanya telah
marahan dan bersalah. mampu mengembangkan keterampilan bicara
Pada masa ini anak mampu melakukan melalui percakapan dan berkomunikasi dengan
partisipasi dan mengambil inisiatif dalam teman dan guru secara baik. Menggunakan
kegiatan fisik, tetapi ada beberapa kegiatan bahasa dengan berbagai cara seperti bertanya,
yang dilarang oleh guru atau orang tua. Anak berdialog, bercerita dan bernyanyi. Sejak usia
sering memiliki keraguan untuk memilih dua tahun anak sangat berminat untuk
antara yang ingin dikerjakan dengan yang menyebutkan nama benda dan ingin tahu
harus ditinggalkan. Nampak bahwa pada usia sesuatu yang ada disekitarnya. Minat tersebut
ini anak sudah memiliki inisiatif, tetapi sering terus berlangsung secara normal, sehingga
pula anak tidak bisa memutuskan sesuatu yang dapat menambah perbendaraan kata.
akan dikerjakannya. Beberapa jenis emosi Pengalaman dan situasi yang dihadapi sangat
yang berkembang pada anak di Raudhatul berarti, jika anak mampu menggunakan kata-
Athfal adalah rasa takut, cemas, marah, kata untuk menjelaskannya. Anak dapat
cemburu, kegembiraan, kesenangan, kenikmat- mengunakan bahasa dengan ungkapan yang
an, kasih sayang, phobia, ingin tahu, butuh lain, misalnya bermain peran, isyarat yang
perhatian, pendiam, super aktif, pemalu, ceria, ekspresif, main boneka, masak-masakan,
ingin selalu dipuji, sedih, berani. main rumah-rumahan dan sebagainya.
Perkembangan usia dini dapat ber-
Perkembangan Sosial pengaruh terhadap perkembangan bahasa
Perkembangan sosial adalah perilaku seorang anak. Artinya semakin bertambah
anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan- usianya, maka perbendaharaan kata dan per-
aturan yang berlaku di lingkungan anak itu cakapan menjadi lebih baik dalam berbicara
berada. Perkembangan sosial diperoleh anak serta berkomunikasi dengan lingkunganya.
melalui kematangan, keadaan disekitarnya, Kata-kata dan tata bahasa dipelajari oleh anak
kesempatan belajar dari berbagai respon sejalan dengan pencapaian keterampilan untuk
terhadap dirinya. Bagi anak pra sekolah, mengungkapkan buah pikiran serta gagasan-
kegiatan bermain merupakan suatu modal nya.

Page 24 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Karakteristik Perkembangan Kecerdasan c. Fungsi kognitif, suatu media dapat terlihat


Matematika Anak Usia 5-6 tahun. dari temuan-temuan penelitian yang meng-
Anak di Raudhatul Athfal berada gunakan bahwa lambang visual atau
pada tahap berfikir pra operasional, khususnya gambar memperlancar pencapaian
pada tahap berfikir intuitif yaitu anak mampu informasi atau pesan yang terkandung
membuat pengklasifikasian tentang sesuatu dalam gambar.
benda, bentuk, keragaman dan keanekaragam- d. Fungsi kompensatoris, suatu media
an sesuatu, meskipun pada tahap pemula pembelajaran terlihat dari hasil penelitian
dalam memahami tentang keadaan dirinya, bahwa media memberikan konteks untuk
lingkungan belajar dan alam sekitarnya. memahami teks membantu anak yang
Menurut Sofia Hartati, (2005), lemah dalam membaca atau meng-
menyebutkan bahwa kemampuan kognitif organisasikan informasi dalam teks dan
anak usia 5 tahun adalah 1) Tertarik kepada mengingatnya kembali.
jam dan waktu, 2) Menggambar sesuatu yang Manfaat dari menggunakan media
ada dalam benak, 3) Menyadari beberapa pembelajaran dalam proses belajar mengajar
angka dan huruf, 4) Mengemukakan urutan adalah untuk meningkatkan kualitas interaksi,
angka 1 sampai 10, 5) Mendengarkan dan baik interaksi guru dengan anak, interaksi anak
bergantian bicara dalam diskusi kelompok, 6) dengan anak atau anak dengan pesan dan
Bekerja dengan beberapa anak untuk membuat membantu anak belajar secara optimal.
peta sederhana dengan balok yang menunjuk- Menjadikan proses belajar mengajar menjadi
kan jalan dan bangunan serta lokasinya, 7) lebih menarik. Pengelolaan pembelajaran lebih
Belajar arah kekiri dari kanan, 8) Berbicara efektif dan efisien. Meningkatkan kualitas
dengan lancar dan benar, 9) Menyukai cerita belajar anak. Proses pembelajaran dapat di-
dan menyimpulkan isi cerita, 10) Menanyakan lakukan dimana dan kapan saja sesuai dengan
arti kata-kata, 11) Menempatkan 10 buah kondisi guru dan anak. Menumbuhkan sikap
potongan atau lebih untuk melengkapi teka- positif anak terhadap proses pembelajaran.
teki, 12) Dapat menceritakan perbedaan dan Penggunaan media dalam proses
persamaan crayon dan pensil. pembelajaran harus adanya prinsip-prinsip
umum dalam pemilihan media, yaitu tidak ada
Media Pembelajaran suatu media yang terbaik untuk mencapai
Media adalah perantara atau pengantar semua tujuan pembelajaran, penggunaan
pesan dari pengirim ke penerima pesan. AECT media harus didasarkan pada tujuan pem-
(1979) mengartikan bahwa media sebagai belajaran yang hendak dicapai penggunaan
salah satu bentuk dan saluran untuk proses media harus mempertimbangkan kecocokan
transmisi informasi / pesan. Secara sederhana media dengan karakteristik materi pelajaran
media adalah segala yang dapat digunakan yang disajikan, penggunaan media harus
untuk menyampaikan atau memperjelas pesan disesuaikan dengan bentuk kegiatan pem-
pembelajaran. Media pembelajaran secara belajaran, guru harus mempelajari
umum adalah alat bantu proses belajar karakteristik alat yang akan digunakan, peng-
mengajar. Segala sesuatu yang dapat gunaan media harus melibatkan partisipasi
dipergunakan untuk merangsang pikiran, aktif peserta didik, media yang digunakan
perasaan, perhatian dan kemampuan atau hendaknya dipilih secara objektif, tidak
keterampilan pembelajaran, sehingga dapat didasarkan atas kesenangan pribadi, media
mendorong terjadinya proses belajar secara yang beragam, praktis, mudah didapat,
optimal konkrit, murah dan bermakna.
Levie & Lentz dalam Azhar Arsyad,
(2005) mengemukakan bahwa ada empat Pengertian Balok Cuisenaire
fungsi media pembelajaran yaitu: Balok Cuisenaire merupakan suatu jenis
a. Fungsi atensi, media visual merupakan balok yang digunakan untuk mengembangkan
inti, yaitu menarik dan mengarahkan anak kemampuan kecerdasan matematika,
untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran. berhitung, pengenalan bentuk lambang
b. Fungsi afektif, media dapat terlihat dari bilangan, peningkatan keterampilan bernalar,
tingkat kenikmatan anak ketika belajar atau penambahan dan pengurangan angka-angka
membaca teks yang bergambar. pada anak usia dini. Balok Cuisenaire
diciptakan oleh George Cuisenaire. Bentuk

Page 25 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

balok terdiri dari balok-balok yang berukuran tinggi dapat disalurkan apabila adanya
sebagai berikut: stimulus, rangsangan, motivasi yang sesuai
1 x 1 x 1 cm berwarna hijau tua dengan tugas perkembangannya. Apabila
2 x 1 x 1 cm berwarna merah kegiatan berhitung diberikan melalui berbagai
3 x 1 x 1 cm berwarna orange macam permainan tentunya akan lebih efektif,
4 x 1 x 1 cm berwarna hijau karena bermain sambil belajar dan belajar
5 x 1 x 1 cm berwarna biru seraya bermain bagi anak. Berdasarkan hasil
6 x 1 x 1 cm berwarna merah muda penelitian yang dilakukan oleh Orborn (1981)
7 x 1 x 1 cm berwarna hitam bahwa perkembangan intelektual pada anak
berkembang sangat pesat pada usia nol sampai
8 x 1 x 1 cm berwarna pink
dengan pra sekolah (4-6 tahun). Oleh sebab
9 x 1 x 1 cm berwarna biru muda
itu, usia pra sekolah disebut sebagai masa
10 x 1 x 1 cm berwarna ungu peka belajar, 50% dari potensi intelektual anak
Untuk lebih jelas gambar balok sudah terbentuk di usia 4 tahun kemudian
Cuisenaire ditunjukkan pada gambar 2.1 mencapai sekitar 80% pada usia 8 tahun.
berikut ini.
METODOLOGI PENELITIAN

Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah penelitian
tindakan kelas, yaitu guru mengajar dan
berkolaborasi dengan guru yang lain di dalam
kelasnya. Dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerja dan proses pembelajaran secara
optimal, sehingga adanya peningkatan hasil
belajar pada anak. Penelitian tindakan kelas ini
terdiri dari 4 tahapan, yaitu:

Perencanaan
Rencana penelitian merupakan tindakan
yang tersusun secara rinci mencakup secara
keseluruhan pelaksanaan penelitian tindakan
kelas. Tahap perencanaan adalah sebagai
berikut:
Menetapkan materi yang diajarkan, yaitu
Gambar 2.1 Bentuk Balok Cuisenaire
pengenalan konsep bilangan dari 1-10
melalui permainan Balok Cuisenaire.
Balok Cuisenaire dikembangkan sebagai
Menentukan siklus yang dilaksanakan
salah satu jenis alat peraga edukatif (APE)
yaitu pelaksanaan pengamatan awal, siklus
untuk anak usia dini, ukuran dan warna telah
I sampai Siklus selanjutnya.
dimodifikasi sedemikian rupa dan menjadi
Menyusun Rincian Kegiatan Mingguan
lebih menarik, efktif serta efisien. Sebenarnya
(RKM) dan Rincian Kegiatan Harian
masih banyak jenis-jenis APE untuk anak
Raudhatul Athfal yang ada. Dengan kata lain, (RKH).
media pembelajaran ini sangat berfungsi untuk Menyusun alat evaluasi. Teknik evaluasi
mengakomodasi anak menjadi lebih cepat yang digunakan adalah non tes yaitu
dalam menerima dan memahami isi pelajaran berupa lembar observasi.
yang disajikan dengan benda konkrit
dibandingkan dengan menggunakan teks yang Tindakan
disajikan secara verbal. Tindakan merupakan suatu realisasi
Anak usia dini adalah masa yang sangat dari teknik mengajar yang telah disiapkan
strategis untuk mengenalkan berhitung sebelumnya. Pada tahap ini langkah awal yang
konsep-konsep dasar matematika, karena usia dilakukan adalah untuk mengetahui
dini sangat peka terhadap rangsangan yang kemampuan dasar anak melalui observasi
diterima dari lingkungan. Rasa ingin tahu yang

Page 26 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

awal. Langkah-langkah yang dilakukan adalah Tempat dan Waktu Penelitian


sebagai berikut: Bertempat di Raudhatul Athfal Al-
Memberi pemahaman kepada anak tentang Ikhsan Banda Aceh. Penelitian dilaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan mulai tanggal 10 Desember 2012 sampai
metode permainan Balok Cuisenaire. dengan 23 Pebruari 2013.
Melakukan proses pembelajaran tentang
permainan Balok Cuisenaire. Subjek Penelitian
Pembelajaran ini diamati oleh 2 orang Populasi dalam penelitian ini adalah
pengamat. anak kelompok B-2 yang berjumlah 15 orang,
Melakukan pengamatan akhir untuk me- terdiri dari 4 anak perempuan dan 11 laki-laki.
ngetahui peningkatan hasil belajar anak.

Observasi Teknik Pengumpulan Data


Observasi dilakukan pada saat proses Teknik pengumpulan data dalam
pembelajaran menggunakan media Balok penelitian adalah observasi lansung terhadap
Cuisenaire dengan metode permainan. proses pembelajaran dan kegiatan belajar anak
Kegiatan pembelajaran yang diamati adalah dengan menggunakan media Balok Cuisenaire.
keaktifan, kerapian, menghitung angka-angka
dan sesuai dengan indikator yang sudah Instrumen Penelitian
disusun. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian adalah:
Refleksi Lembar Observasi
Refleksi merupakan tahapan untuk Lembar observasi berupa daftar cek-list
mengetahui proses pembelajaran yang sudah yang terdiri dari beberapa item yang
didapat dengan menggunakan Balok Cuisenaire menyangkut dengan observasi aktifitas anak
melalui metode permainan. Dalam penelitian selama proses belajar mengajar berlangsung.
ini, refleksi dilakukan setelah proses kegiatan Rencana Kegiatan Harian (RKH)
pembelajaran dan berdiskusi bersama pengamat Rencana Kegiatan Harian (RKH)
terhadap pelaksanaan setiap siklus. Model merupakan penjabaran dari Rencana Kegiatan
pembelajaran masing-masing tahapan dalam Mingguan (RKM). RKH memuat kegiatan-
penelitian ini adalah model Hopkin dalam kegiatan pembelajaran, baik yang dilaksana-
Igak, Kuswaya (2007) dengan skema berikut. kan secara individual, kelompok, maupun
klasikal dalam satu hari dan juga dilaksanakan
Desain Penelitian penilaian terhadap proses pembelajaran. RKH
terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti,
Perencanaan istirahat dan kegiatan akhir.
Kegiatan yang disusun untuk pem-
SIKLUS belajaran adalah membuka pelajaran,
Refleksi Tindakan
I menyebutkan kompetensi dasar, apersepsi dan
Pengamatan
motivasi, membentuk 3 kelompok masing-
(Observasi masing 5 orang, membagi Balok Cuisenaire,
mengarahkan anak-anak untuk mengenal balok
secara rinci, mengobservasi proses pem-
Refleksi
belajarannya, mencatat hasil keaktifan anak,
menyimpulkan tujuan belajar menggunakan
Observasi SIKLUS II Perencanaan Balok Cuisenaire, membaca doa, menutup
pembelajaran.
Tindakan
Metode Analisis Data
Metode analisis data dilakukan setelah
Laporan Akhir Penelitian
satu paket pembelajaran selesai secara
Skema 1. Desain Penelitian Tindakan Kelas keseluruhan. Direncanakan untuk tiga kali
pertemuan setiap proses pembelajaran, maka
analisis data dilakukan setelah ke tiga kali
proses pembelajaran tuntas dilaksanakan.

Page 27 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Dengan demikian, pada setiap pem- HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


belajaran terjadi interprestasi data yang Hasil Penelitian
dimanfaatkan untuk dilakukan refleksi. Hasil penelitian yang disajikan dari
Akhirnya dilakukan perbaikan, kemudian hasil observasi. Pengamatan awal dilaksanak-
dianalisis dengan persentase. an mulai tanggal 17 22 Desember 2012.
Data yang sudah dianalisis dengan Kemudian dilanjutkan pelaksanaannya dalam
rumus persentase, dapat ditentukan kriteria dua siklus, masing-masing Siklus I terdiri tiga
ketuntasan sesuai dengan yang dikemukakan kali pertemuan. Yaitu selama 3 (tiga) hari,
oleh Subana, dkk. (2000) sebagai berikut: pada hari Senin tanggal 14 Januari , hari Rabu
tanggal 16 Januari dan hari Sabtu 19 Januari
Tabel 3.1 Kriteria ketuntasan belajar anak 2013 dengan tema diri sendiri. Siklus II
dari hasil penelitian dilaksanakan pada hari Senin tanggal 4
Kode Ketuntasan hasil Pebruari, Kamis tanggal 7 Pebruari dan Sabtu
Persentase
Nilai belajar tanggal 9 Pebruari 2013, juga pembelajaran
dengan tema diri sendiri.
TB Tidak Baik 49 %
Nilai hasil observasi awal
KB Kurang Baik 50 - 59 %
Nilai hasil observasi (pengamatan) awal
pada tema diri sendiri dalam meningkatkan
CB Cukup Baik 60 - 69 %
kecerdasan matematika dengan meng-gunakan
B Baik 70-79 % Balok Cuisenaire melalui metode bermain
pada anak kelompok B-2 di Raudhatul Athfal
SB Sangat Baik 80 % Al-Ikhsan Banda Aceh, tercantum pada tabel
4.1 berikut ini.

Tabel 4.1. Nilai Hasil Observasi Awal


Pengamatan awal (tanggal 17-22 Desember 2012)
Kurang Cukup Sangat
Aspek Pembelajaran Tidak Baik Baik
Baik Baik Baik
f % f % f % f % f %
1. Menyebutkan urutan bilangan dari 1-5
6 40,0 5 33,3 1 6,6 2 13,3 1 6,6
dengan Balok Cuisenaire
2. Menunjukkan lambang bilangan dari 1-5
5 33,3 4 26,5 2 13,3 2 13,3 2 13,3
dengan Balok Cuisenaire
3. Mencocok angka dengan lambang Bilangan
5 33,3 4 26,5 2 13,3 4 26,5 0 0
1-5 dengan Balok Cuisenaire
4. Membuat urutan bilangan dari 1-5 dengan
5 33,3 4 26,5 2 13,3 4 26,5 0 0
Balok Cuisenaire
5. Mengenal lambang bilangan 1-10 dengan
4 26,5 4 26,5 2 13,3 2 13,3 3 20
balok Cuisenaire
6. Meniru Lambang bilangan dari 1-10 dengan
3 20 3 20 2 13,3 4 26,5 5 33,3
balok Cuisenaire
Jumlah 186,4 159,3 73,1 119,4 53,2
Rata-rata 31,1 26,6 12,2 19,9 13,3

Berdasarkan hasil pada tabel 4.1 diatas, x 35 menit. Siklus I dilaksanakan selama 3
maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan hari yaitu pada hari Senin tanggal 14 Januari,
awal terhadap hasil belajar anak Raudhatul Athfal Rabu tanggal 16 Januari dan Sabtu tanggal 19
dalam pembelajaran dengan menggunakan media Januari 2013, pada tema diri sendiri. Dalam
Balok Cuisenaire masih tidak baik, nilai rata-rata
pembelajaran guru melakukan langkah-
yang tertinggi pada kriteria tidak baik yaitu
31,1%. Karena hasil analisis pada observasi awal langkah sesuai dengan yang tertera dalam
masih tidak baik, maka untuk pemecahan masalah rencana kegiatan harian. Kegiatan guru selain
dilaksanakan perlakuan siklus I. menyajikan materi adalah melakukan
pengamatan terhadap aktivitas anak selama
a. Pelaksanaan Siklus I proses pembelajaran. Hasil pengamatan proses
Penelitian tindakan kelas ini, siklus I pembelajaran pada siklus I adalah sebagai
dilaksanakan selama tiga kali pertemuan, berikut:
masing-masing satu jam tatap muka selama 1

Page 28 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Tabel 4.2 Rekapitulasi hasil Observasi pada Siklus I


Siklus I
Aspek Perkembangan Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
TB KB CB B SB TB KB CB B SB TB KB CB B SB
1. Menyebutkan urutan
bilangan dari 1-5
6,5 33,3 13,3 6,5 40 13,3 26,5 13,3 33,3 13,3 13,3 13,3 20 26,5 26,5
dengan balok
Cuisenaire
2. Menunjukkan lambang
bilangan dari 1-5
13,3 26,5 13,3 13,3 33,3 6,5 26,5 13,3 33,3 20 6,5 13,3 20 33,3 26,5
dengan balok
Cuisenaire
3. Mencocokkan angka
dengan lambang
Bilang-an 1-5 meng- 13,3 20 13,3 33,3 20 13,3 6,5 20 26,5 33,3
gunakan balok
Cuisenaire
4. Membuat urutan
bilang-an dari 1-5
20 13,3 13,3 26,5 26,5 6,5 20 20 26,5 33,3
dengan Balok
Cuisenaire
5. Mengenal lambang
bilangan 1-5 dengan 6,5 13,3 13,3 26,5 40
balok Cuisenaire
6. Meniru Lambang
bilangan dari 1-5
6,5 13,3 13,3 33,3 33,3
dengan balok
Cuisenaire
9,9 29,9 3,3 9,9 36,7 13,3 17,3 13,3 31,6 19,9 8,75 13,2 17,8 28,8 32,2
Total Rata-rata
46,6 51,5 61,0
Rata-rta 53,0% (kurang baik)

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, maka masing-masing satu jam tatap muka 1 x 35
dapat disimpulkan bahwa hasil rata-rata nilai menit. Siklus II dilaksanakan pada hari Senin
pengamatan pada kategori baik dan sangat tanggal 4 Pebruari, Kamis tanggal 7 Pebruari
baik dengan penggunaan media Balok dan Sabtu tanggal 9 Pebruari 2013,
Cuisenaire terhadap peningkatan kecerdasan pembelajaran dengan tema diri sendiri. Dalam
matematika selama kegiatan pada siklus I, penyajian guru melakukan langkah-langkah
maka nilainya masih belum memadai, yaitu pembelajaran seperti tertera dalam rencana
nilai indikator keberhasilan sebesar 46,6 % pembelajaran. Kegiatan guru selain
dipertemuan I, 51,5% dipertemuan II dan menyajikan materi adalah melakukan
61,0% dipertemuan III. Rata-rata keberhasilan pengamatan terhadap aktivitas anak. Hasil
pada hasil siklus I adalah sebesar 53,0% pengamatan selama proses pembelajaran
(kurang baik). berlangsung untuk siklus II adalah sebagai
Penelitian tindakan kelas pada siklus II berikut.
dilaksanakan selama tiga kali pertemuan

Page 29 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

b. Pelaksanaan Siklus II
Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Observasi pada Siklus II

Siklus II
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
Aspek Perkembangan
T
TB KB CB B SB TB KB CB B SB KB CB B SB
B
1. Menyebutkan urutan
bilangan dari 1-10
6,5 6,5 20 33,3 33,3 6,5 13,3 13,3 26,5 40 0 6,5 6,5 40 46,5
dengan Balok
Cuisenaire
2. Menunjukkan
lambang bilangan
20 20 13,3 13,3 33,3 13,3 13,3 13,3 20 40 0 0 13,3 40 46,5
dari 1-10 dengan
Balok Cuisenaire
3. Mencocokkan angka
dengan lambang
Bilangan 1-10 6,5 6,5 6,5 40 40 0 6,5 6,5 33,3 53,3
menggunakan Balok
Cuisenaire
4. Membuat urutan
bilangan dari 1-10
6,5 6,5 6,5 40 46,5 0 0 6,5 33,3 60
dengan Balok
Cuisenaire
5. Mengenal lambang
bilangan 1-10
0 0 0 46,5 60
dengan Balok
Cuisenaire
6. Meniru Lambang
bilangan dari 1-10
0 0 0 46,5 60
dengan Balok
Cuisenaire
Total Rata-rata 13,2 13,2 16,7 23,3 33,3 8,2 9,8 9,8 31,6 41,6 0 2,1 5,5 39,9 54,4

56,6 73,2 94,3


Rata-rata 75,4% (baik).

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, maka metode bermain, yaitu sebesar 46,6%
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dipertemuan I, 51,5% dipertemuan II, dan
dengan menggunakan media Balok Cuisenaire 61,0% dipertemuan III. Jadi rata-rata
pada siklus II terjadi peningkatan yang sangat keberhasilan yang dicapai pada Siklus I
baik, jika dibandingkan dengan hasil observasi sebesar 53,0% (kurang baik). Karena nilai
pada siklus I. Keberhasilan yang dicapai pada keberhasilan maksimal pada Siklus I masih
kategori baik dan sangat baik, yaitu sebesar belum tercapai, maka dilaksanakan Siklus II.
56,6 % dipertemuan I, 73,2% dipertemuan II Keberhasilan yang dicapai pada kategori baik
dan 94,3% dipertemuan III. Keberhasilan rata- dan sangat baik dengan perlakuan pada Siklus
rata pada siklus II sebesar 75,4% (baik). II, yaitu sebesar 56,6% dipertemuan I,
Keberhasilan nilai rata-rata observasi 73,2% dipertemuan II, dan 94,3% diper-
awal pada penggunaan media Balok temuan III. Jadi total rata-rata keberhasilan
Cuisenaire dengan metode bermain, yang dicapai sebesar 75,4% (baik).
keberhasilan tertinggi pada kategori tidak Pelaksanaan Siklus II ternyata adanya
baik yaitu sebesar 31,1%. Berdasarkan nilai peningkatan yang sangat signifikan terhadap
keberhasilan ini masih sangat rendah, maka peningkatan kecerdasan matematika anak RA
perlu dilakukan perbaikan dan pemecahan Al-Ikhsan Banda Aceh dengan menggunakan
masalah dalam proses belajar mengajar di Balok Cuisenaire melalui metode bermain.
Raudhatul Athfal Al-Ikhsan Banda Aceh. Rata-rata dari hasil Siklus I sebesar 53,0%
Keberhasilan rata-rata perlakuan Siklus I pada (kurang baik) dan hasil siklus II sebesar
kategori baik dan sangat baik dengan 75,4% (baik). Jadi selisih peningkatan antara
menggunakan media Balok Cuisenaire melalui siklus I dan siklus II adalah sebesar 22,45%.

Page 30 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Hasil rata-rata pada observasi awal, Siklus I mengembangkan potensi-potensi anak didik
dan Siklus II terjadi peningkatan hasil belajar sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki-
anak Raudhatul Athfal Al-Ikhsan secara nya.
signifikan, terutama peningkatan kecerdasan
matematika dengan menggunakan media DAFTAR PUSTAKA
Balok Cuisenaire melalui metode bermain. Anas Sudijono.(2005). Pengantar Statistika
Berdasarkan nilai rata-rata dari hasil Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Siklus I sebesar 53,0% (kurang baik) dan
hasil Siklus II sebesar 75,4% (baik) dengan Azhar Arsyad,(2007). Media Pembelajaran.
selisih sebesar 22,45%, pada penggunaan Jakarta : Raja Grafindo Persada
media Balok Cuisenaire dengan metode
bermain terhadap peningkatan kecerdasan Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal
Matematika anak Raudhatul Athfal Al-Ikhsan Pendidikan Islam direktorat Pen-
Kota Banda Aceh. Maka hipotesis yang didikan Madrasah, (2011), Kurikulum
berbunyi Penggunaan media Balok RA/BA/TA, Jakarta: Direktorat Pen-
Cuisenaire dengan metode bermain dapat didikan Islam Direktorat Pendidikan
meningkatkan kecerdasan Matematika anak Madrasah
Raudhatul Athfal Al-Ikhsan Kota Banda
Aceh, diterima. Pembelajaran dengan E. Mulyasa, (2007). Menjadi Guru Profesional
menggunakan media Balok Cuisenaire dengan Menciptakan Pem-belajaran Kreatif
metode bermain sangat berpengaruh terhadap dan Menyenangkan, Bandung: Remaja
peningkatan hasil belajar dan daya fikir anak Rosdakarya
dalam proses belajar mengajar dalam
pengembangan tematik pada anak usia dini. GBHN No.II/MPR/1993 tentang Tujuan
Pendidikan Nasional.
PENUTUP
Kesimpulan Ipotes Wordpress, 2010. http://asahannew.
Penggunaan media Balok Cuisenaire com/konsep-kecerdasan-manajemuk-
dengan metode bermain terhadap peningkatan menurut-gardner/2010 (20 Januari
kecerdasan Matematika anak Raudhatul Athfal 2013)
Al-Ikhsan Kota Banda Aceh sangat
berpengaruh yaitu terjadi peningkatan dari Igak, Kuswaya.2007.Penelitian Tindakan
nilai rata-rata hasil siklus I sebesar 53,0% Kelas.Universitas Terbuka.Jakarta
(kurang baik) dan hasil siklus II sebesar
75,4% (baik). Jadi selisih peningkatan Isjoni.(2011).Model Pembelajaran Anak Usia
kecerdasan Matematika antara siklus I dan Dini. Bandung. Alfabeta
siklus II adalah sebesar 22,45%.
Penggunaan media Balok Cuisenaire Subana, dkk. 2000. Stastistik Pendidikan.
dengan metode bermain dapat meningkatkan Pustaka Esa. Bandung
kecerdasan Matematika anak Raudhatul Athfal
Al-Ikhsan Kota Banda Aceh secara maksimal Sofia Hartati (2005). Perkembangan Belajar
dalam pembelajaran. Sehingga anak-anak Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Dirjen
sangat menarik, menyenangkan, aktif, kreatif Dikti
dan inovatif dalam belajarnya.
Tadkiroatun Musfiroh.2005.Bermain Sambil
Saran Belajar dan Mengasah Kecerdasan
Diharapkan kepada guru Raudhatul (Stimulasi Multiple Intelligences Anak
Athfal Al-Ikhsan khususnya dan guru PAUD Usia Taman Kanak-kanak) Jakarta:
pada umumnya dapat menerapkan model Bina Ilmu
pembelajaran yang bervariasi dalam pem-
belajaran, sehingga anak meningkatkan hasil W. Sanjaya. (2005). Pendidikan Praktis Anak
belajarnya yang optimal. Usia Dini. Bandung: Bina Aksara.
Diharapkan kepada pengelola pen-
didikan anak usia dini dapat memberikan
motivasi kepada guru PAUD untuk dapat

Page 31 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA PENERAPAN METODE BLENDED LEARNING


DENGAN METODE KONVENSIONAL DALAM
PEMBELAJARAN BIOLOGI PADA KONSEP EKOSISTEM
SISWA KELAS X MAN 2 BANDA ACEH

Harmaini1 Jailani2 Musriadi3


1
Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Serambi Mekkah
2
Dosen Pendidikan Biologi Universitas FKIP Serambi Mekkah
3
Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Serambi Mekkah

Abstrak
Telah dilakukan penelitian dengan judul Perbedaan Hasil Belajar Antara Penerapan Metode Blended
Learning dengan Metode Konvensional dalam Pembelajaran Biologi pada Konsep Ekosistem Siswa
Kelas X MAN 2 Banda Aceh. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan hasil belajar siswa
antara kelas eksperimen yang diterapkan motode pembelajaran blended learning dengan kelas
kontrol yang diterapkan motode konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas X MAN 2 Banda Aceh sebanyak 150 siswa yang terdiri dari 5 kelas. Sedangkan sampelnya
adalah siswa kelas X (kelas eksperimen) dan kelas X (kelas kontrol) dengan jumlah masing-masing
30 siswa. Data diperoleh dari hasil tes dengan soal yang sama bagi kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, dan diolah dengan menggunakan rumus uji-t. Dari hasil rata-rata N-Gain dengan
menggunakan uji-t pada taraf signifikan = 0,05 menunjukkan bahwa harga t-hitung = 4.301 > t-tabel
= 2.0017, dengan db = 58 diperoleh bahwa hasil belajar siswa yang diberikan pembelajaran dengan
metode blended learning kelas X (kelompok eksperimen) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
yang diajarkan dengan metode konvensional yaitu kelas X (kelompok kontrol) pada konsep
ekosistem. Sehingga hipotesis berbunyi terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa
yang diajarkan dengan menggunakan metode blended learning diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa metode blended learning dapat digunakan dalam pembelajaran biologi.

Kata kunci: Hasil Belajar, Metode Blended Learning, Metode Konvensional dan Konsep
Ekosistem.

PENDAHULUAN dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi


Perkembangan ilmu pengetahuan dan pedagogik, kompetensi kepribadian,
teknologi berkembang begitu cepat, sehingga kompetensi sosial, dan kompetensi profesional
menuntut sumber daya manusia yang bisa yang diperoleh melalui pendidikan profesi,
tanggap akan perkembangan tersebut. Dalam Kompotensi-kompotensi tersebut dijabarkan
dunia pendidikan, perkembangan teknologi dalam Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun
sangat mempengaruhi akan sebuah model 2007. Dalam kompetensi pedadogik, salah
pembelajaran yang berdasarkan teori-teori satunya poinnya adalah seorang guru harus
belajar yang ada. Dalam proses pembelajaran, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
guru sebagai salah satu sumber daya manusia pembelajaran yang mendidik. Penguasaan
tentunya memegang peranan penting akan meliputi kompetensi guru dalam menerapkan
keberhasilan dan keefektifan sebuah berbagai pendekatan, strategi, metode, dan
pendidikan. Keberhasilan seorang guru dalam teknik pembelajaran yang mendidik secara
menyampai-kan suatu materi pelajaran, tidak kreatif dalam mata pelajaran yang diampu.
hanya dipengaruhi oleh kemampuannya Salah satu teori belajar dari aliran
(komptensi guru) dalam menguasai materi kogntif yang menjadi terkenal saat ini untuk
yang akan disampaikan. Akan tetapi ada meng-hasilkan efektifitas dan keberhasilan
faktor-faktor lain yang harus dikuasainya guru di kelas adalah teori belajar konstruktivis.
sehingga ia mampu menyampaikan materi Menurut teori ini belajar bukanlah hanya
secara profesional dan efektif. sekedar menghafal akan tetapi belajar sebagai
Faktor-faktor tersebut sudah diatur proses mengkonstruksi atau membangun
dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No. pengetahuan melalui pengalaman.
14 Tahun 2005 Bab IV Bagian Kesatu Pasal Construtivism is an approach to teching and
10 yakni, Kompetensi guru sebagaimana learning that acknowledge that information

Page 32 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

can be conveyed but understanding is diambil secara acak sebanyak 30 siswa yang
dependent upon the learner (Casas, 2006). dijadikan sebagai kelas eksperimen
Selain itu, Chang (2001) mengatakan bahwa, (pembelajaran dengan model pembelajaran
from the viewpoint of recently developed blended learning) dan 30 siswa sebagai kelas
constructivist learning theory, knowledge kontrol (model pembelajaran konvensional).
should not be accepted passively, it should be Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah
actively construted by cognitio. proses pembelajaran dan hasil belajar kognitif
Teori-teori belajar tersebut awalnya berupa kemampuan awal dan kemampuan
dilakukan dalam sebuah pembelajaran akhir selama proses pembelajaran berlangsung
langsung atau tradisional yang belum menggunakan Blended Learning
menggunakan alat atau media pembelajaran Penelitian ini menggunakan metode
melalui aplikasi ICT (Information, eksperimen (Arifin, 2008), dengan desain
Comunication and Technology). Akan tetapi penelitian Pretest-posttest Control Group
dengan berkembangnya ICT me-munculkan Design yaitu penelitian yang dilaksanakan
berbagai pembelajaran secara online atau web- pada dua kelas, kelas pertama sebagai kelas
school atau cyber-school yang meng-gunakan eksperimen, yaitu kelas menggunakan metode
fasilitas internet mengundang banyak istilah blended learning dan kelas kedua sebagai
dalam pembelajaran. kelas kontrol, yaitu model pembelajaran
Pembelajaran blended learning berbasis konvensional. Sebelum melakukan penelitian,
web berdampak pada motivasi siswa dalam dibuat perangkat atau instrument penelitian
belajar, semangat untuk mencari dan diantaranya meliputi Rencana Program
menemukan, berpikir kritis dan logis. Hal ini Pembelajaran (RPP) dan perangkat tes.
dapat dijelaskan karena pembelajaran blended Data yang telah dikumpulkan dianalisis
learning berbasis web memberikan banyak dan hasil analisis dibandingkan antara
kelebihan terutama dalam hal meningkatkan kelompok eksperimen dengan kelompok
interaktivitas siswa dalam belajar dan kontrol Data kemampuan penguasaan konsep
kemudahan dalam menjangkau informasi adalah skor pretest (kemampuan awal) dan
pembelajaran sebagaimana yang diungkapkan skor post test (kemampuan akhir). Dari data
oleh Bates dan Wulf, (1996). skor pretest dan post test tersebut selanjutnya
dihitung gain dengan cara mengurangi skor
Dari uraian latar belakang terdapat per- post test dengan pretest. Untuk menghindari
masalahan adalah Bagaimana perbedaan kesalahan dalam menginterpretasikan peroleh-
hasil belajar siswa antara penerapan metode an gain masing-masing siswa, maka dilakukan
blended learning dengan metode konvensional normalisasi N-gain.
dalam pembelajaran biologi pada konsep
ekosistem siswa kelas X MAN 2 Banda HASIL DAN PEMBAHASAN
Aceh. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah Data yang digunakan untuk menguji
untuk Untuk mem-bedakan hasil belajar siswa hasil belajar siswa adalah data kemampuan
antara penerapan motode blended learning awal siswa. Data kemampuan awal siswa
dengan metode konvensional dalam berupa pretes yang dilakukan sebelum
pembelajaran biologi pada konsep ekosistem penerapan metode blended learning dan
siswa kelas X MAN 2 Banda Aceh. metode konvensional. Pretes yang digunakan
merupa-kan soal pilihan berganda dengan
METODE jumlah soal sebanyak 60 soal dan 4 pilihan
Penelitian ini dilaksanakan di MAN 2 jawaban. Soal pretes di kelas Eksperimen dan
Banda Aceh, pada semester genap tahun ajaran Kelas Kontrol merupakan soal yang sama.
2012/2013, tepatnya pada bulan juni 2013. Hasil analisis kemampuan pengetahuan awal
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas siswa menunjuk-kan tidak ada perbedaan yang
X sebanyak 150 siswa, yang tersebar pada signifikan antara siswa yang ada di Kelas
lima kelas paralel, dengan rata-rata jumlah Eksperimen dan Kelas Kontrol setelah
siswa 30 siswa per kelas. Dari populasi ini, dilakukan pretes (Tabel 4.1).

Page 33 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Tabel 4.1. Rata-Rata Nilai Pretes Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Normalitas Homogenitas
Pretes Signifikansi
EXP KNTRL EXP KNTRL (EXP-KNTRL)
Rata- 40.97 40.73 Normal Normal Homogen Signifikan
Rata 2Hitung = 2Hitung = Fhitung = 2.90 thitung = 0.406
Pretest 0.6861 2.2057 thitung < ttabel
0.406 < 2.0017
2tabel ( = 0.05) dk (5-3=2) = 5.9915
Ftabel ( = 0.05) dk (58) = 3.6875
Ttabel ( = 0.05) dk (n1+n2-2 = 58) = 2.0017
postes. Soal postes yang diberikan pada kelas
Hasil analisis tabel 4.1 menunjukkan Eksperimen dan Kelas Kontrol adalah soal
bahwa siswa yang ada dikelas Eksperimen dan yang sama sebanyak 60 soal. Postes
Kelas Kontrol memiliki kemampuan awal dilaksanakan setelah materi ekosistem
yang sama, dan memiliki nilai pretes yang diajarkan dengan motode pembelajaran
sama terlihat dari nilai thitungnya kurang dari blended learning di kelas X dan motode
ttabel. Uji normalitas menggunakan uji Chi- konvensional di kelas X . Pada kedua terdapat
Kuadrat sedangkan homogenitas sampel perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan
digunakan uji F. antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
Hasil belajar siswa pada akhir pem- yang tertera pada tabel 4.2
belajaran tentang ekosistem diukur melalui

Tabel 4.2. Rata-Rata N-Gain Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Normalitas Homogenitas
N-Gain Signifikansi
EXP KNTRL EXP KNTRL (EXP-KNTRL
Rata-Rata 71.32 54.02 Normal Normal Homogen Signifikan
N-Gain 2Hitung = 22Hitung = Fhitung = 2.14 thitung = 4.301
1.9162 2.0758 thitung > ttabel
4.301 > 2.0017
2tabel ( = 0.05) dk (5-3=2) = 5.9915
Ftabel ( = 0.05) dk (58) = 3.6875
Ttabel ( = 0.05) dk (n1+n2-2 = 58) = 2.0017

Setelah diperoleh nilai pretes dan postes tempuh dengan menguji rata-rata pretes,
pada kedua kelas dilakukan uji signifikansi postes, skor gain dan N-gain pada kedua kelas
perbedaan hasil belajar siswa. Untuk menguji (Lampiran). Pada kedua kelas tampak ada
signifikansi perbedaan hasil belajar siswa perbedaan seperti yang tertera pada gambar
antara kelas eksperimen dan kelas control di 4.1

80
70 71.32
60
51.03
50
40.97
40
30
20
10.07
10
0
Postes Pretes Gain N-Gain
Kelas Experimen Kelas Kontrol

Gambar 4.1. Perbandingan Hasil Belajar Siswa di Kelas Experimen dan Kelas Kontrol

Page 34 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Gambar 4.1 tampak bahwa saat pretes siswa dapat lebih dioptimalkan sesuai tingkat
siswa di kelas eksperimen dan di kelas control kemampuan masing-masing peserta didik,
memiliki rata-rata skor yang tidak jauh ber- yang mana hal ini tidak terdapat pada
beda, yaitu 40,97 untuk kelas eksperimen dan pembelajaran model konvensional. Hal ini me-
40,73 di kelas kontrol. Setelah dilaksanakan rupakan satu diantara beberapa kelebihan dari
proses belajar mengajar blended learning di model pembelajaran e-learning berbasis web.
kelas eksperimen dan kontrol tampak terdapat Pada penelitian ini terbukti dari hasil
perbedaan peningkatan hasil belajar siswa baik pretes kelas kontrol dan eksperimen yang
di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas homogen dapat diasumsikan kemampuan
eksperimen rata-rata postes 51,03 dan kelas kedua kelas ini setara dan sama. Perlakuan
kontrol 44,60 sedangkan rata-rata N-Gain kelas apapun yang diberikan kepada kelas
eksperimen 71,32 dan kelas kontrol 54,02. eksperimen nantinya akan memberikan hasil
Perbedaan hasil belajar siswa di kelas seberapa besar pengaruh tindakan yang
Eksperimen dan kelas kontrol digunakan uji t, dilakukan dan apakah bernilai positif atau
data uji t yang digunakan adalah data N-Gain sebaliknya. Dari hasil penelitian, hasil belajar
siswa pada kedua kelas. Diperoleh thitung kelas eksperimen terbukti lebih tinggi daripada
sebesar 4,301 dan ttabel , 2,0017 dengan asumsi kelas kontrol dengan metode konvensional.
terima Ho bila thitung < ttabel dan tolak Ho bila Data N-Gain penelitian menunjukkan
thitung > ttabel pada taraf signifikan 0,05. Hasil bahwa hasil yang diperoleh oleh 2 (dua) kelas
penghitungan uji t diperoleh thitung > ttabel atau tersebut berbeda-beda, dengan rata-rata hasil
4,301 > 2,0017 . Hipotesis yang menyatakan tertinggi berada pada kelas eksperimen.
ada perbedaan hasil belajar siswa yang Dengan demikian kelas eksperimen yang di-
dibelajarkan dengan motode pembelajaran terapkan pembelajaran metode blended learning
blended learning dan motode konvensional jauh lebih baik dibandingkan kelas kontrol
pada materi ekosistem diterima. dengan menggunakan model konvensional.
Perbedaan hasil belajar siswa kelas
PEMBAHASAN ekperimen tersebut tidak terlepas dari aktivitas
Blended learning adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru maupun siswa dalam
yang berisi tatap muka, di mana beririsan kelasnya. Guru sendiri berperan sebagai pem-
dengan Blended e-learning. Pada blended e- bimbing mengawasi aktivitas belajar siswa.
learning terdapat pembelajaran berbasis
komputer yang berisisan dengan pembelajaran KESIMPULAN
online. Dalam pembelajaran online terdapat Berdasarkan pembahasan hasil peneliti-
pembelajaran berbasis Internet yang di an di atas dapat diketahui bahwa penerapan
dalamnya ada pembelajaran berbasis web. metode pembelajaran blended learning ter-
Dalam pembelajaran blended e-learning dapat perbedaan hasil belajar siswa pada
fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri materi ekosistem dengan kesimpulan:
pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab 1. Kemampuan hasil belajar siswa pada
untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran materi ekosistem menggunakan motede
blended e-learning akan memaksa pelajar pembelajaran blended learning lebih baik
memainkan peranan yang lebih aktif dalam dibandingkan dengan kemampuan hasil
pembelajarannya. Pelajar membuat perancang- belajar siswa pada materi ekosistem meng-
an dan mencari materi dengan usaha, dan gunakan model pembelajaran konvensional.
inisiatif sendiri. (Khoe Yao Tung, 2000) Dengan menggunakan pembelajaran blended
mengatakan bahwa setelah kehadiran guru learning dapat menjadikan siswa lebih
dalam arti sebenarnya, Internet akan menjadi kreatif, berpikir tingkat tinggi dan aktif.
suplemen dan komplemen dalam menjadikan 2. Pembelajaran dengan menggunakan metode
wakil guru yang mewakili sumber belajar yang blended learning membantu siswa lebih
penting di dunia. cepat memahami konsep dan mendapatkan
Perbedaan yang cukup mencolok dari informasi baru yang langsung bisa diakses
pembelajaran sebelumnya, adalah pada pem- melalui internet.
belajaran e-learning berbasis web kelihatan Hasil temuan penelitian menjelaskan
siswa dalam proses pembelajaran lebih bahwa kelas siswa yang mendapat model
seimbang dan merata, kemampuan berfikir pembelajaran lended learning lebih baik dari
pada kelas siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran konvensional.

Page 35 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

SARAN Bates,A.W. (1995). Technology Open


Berdasarkan hasil dan kesimpulan Learning and Distance
dalam penelitian ini, maka peneliti mempunyai Education.London: Routiedge.
beberapa saran, yaitu sekolah diharapkan
dapat memfasilitasi terselenggaranya pem- Casas, (2006). Technology Open Learning and
belajaran berbasis TIK, mengoptimalkan Distance Education. London:
penggunaan fasilitas TIK dalam setiap Routledge
kegiatan pembelajaran dan memberikan akses
komputer dan internet seluasnya kepada siswa, Chang, (2001). Antibacterialactivity of leaf
guru juga diharapkan dapat menerapkan essential oils and their constituents
blended learning sebagai salah satu alternatif from Cinnamomum osmophloeum.
pembelajaran biologi berbasis TIK dan Journal of Ethnopharmacology
membimbing siswa secara intensif untuk
berperan aktif dalam pembelajaran. Khoe yao tung, (2000). Pendidikan dan riset
internet. Jakarta: Dinastindo.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. (2008). Metodologi Penelitian Wulf, K. (1996). Training via the Internet:
Pendidikan. Surabaya: Lentera Where are We? Training and
Cendikia. Development 50 No. 5.

Page 36 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

UPAYA MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT TENTANG PELESTARIAN


LINGKUNGAN MELALUI PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

Azwir dan Almukarramah


(Staf Pengajar FKIP Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh)

The living space management include a prevention tackling a destruction, pollution and recovery of
an environment quality has demanded to be developed a variety of policy instruments program, and
activities supported by other environment management supporter system. In the course of its complex
of the living space management and inter sectoral problems and regional, so, in the implementation of
the development need to own a plenning and the implementation of the living space management that
suit to the principle of continued development namely economic development, sosial cultural,
balancid living space as interdependent pillart and strengthen one another. Hopefully, by existing
many sides participation and controling. Law supremacy must be absolutely established, it could be
made as acommon pattern to manage the living space with a wise way. So the objective of the
continues development could be absolutely implemented in the area and it does not step hault at
amotto only. Never the los, the fact in the field it often contradict to what we hope. This case was
prosed by the creasing its quality of the living space from time to time really, the problem of the
environment is the problem of haw characteristics and essences from humans who live in that
environment. The activity of quidance and education conducted by the goverment has to be directet to
the formation of attitude and behaviors to be couscious of the conservation and the increasing quality
of the environment health.

Keyword: Consciousness of community, conservation, education of living space.

Pendahuluan hygiene adalah pengawasan lingkungan fisik,


Permasalahan lingkungan hidup se- biologis, sosial dan ekonomi yang dapat
benarnya sudah ada sejak manusia ada di jagat mempengaruhi kesehatan manusia.
raya ini, berbagai macam permasalahan Tujuan pengelolaan lingkungan antara
muncul disebabkan oleh karena manusia lain adalah untuk mencegah berbagai
menggunakan alam semesta ini sebagai pencemaran yang membahayakan. Penataan
lingkungan hidupnya, sebagai sumberdayanya, lingkungan yang bersih dibutuhkan kesadaran
oleh karena itu kita melihat berbagai petunjuk dan partisipasi masyarakat guna mewujudkan
yang terjadi merupakan awal terjadinya lingkungan yang bersih dan sehat. Secara
kerusakan lingkungan dimuka bumi ini, seperti umum faktor dominan yang menjadi hambatan
perubahan iklim, bencana alam, kepunahan dalam pengelolaan kebersihan lingkungan
hewan dan tumbuhan serta berbagai pen- adalah masalah rendahnya kesadaran
cemaran lingkungan hidup. masyarakat, tingkat pendidikan yang rendah,
Selain itu, hubungan manusia dengan perilaku, sosial ekonomi, budaya dan lain-lain
lingkungannya juga merupakan suatu hal yang (Soerjani, 1997).
tidak dapat dipisahkan. Apabila lingkungan
kurang baik, maka kelangsungan hidup Pendidikan Lingkungan Hidup
manusia tidak dapat berlangsung secara baik. Pengetahuan lingkungan, persepsi dan
Sebaliknya, lingkungan yang baik akan sikap peduli dalam pengelolaan lingkungan
memberikan rasa aman dan nyaman bagi diharapkan akan memotivasi minat yang dapat
manusia yang hidup di lingkungan tersebut. diimplementasikan dan ditumbuhkembangkan
Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang menjadi budaya terhadap masyarakat dan
bersih dan sehat. Lingkungan hidup yang generasi manusia yang akan datang
bersih dan sehat itu tidak mungkin tercipta (Suriaatmatja, R.E., 1991). Menumbuh-
dengan sendirinya tanpa diusahakan oleh kembangkan budaya cinta lingkungan, berarti
manusia. Lingkungan hidup yang sehat membentuk masyarakat yang merasa ber-
tersebut meliputi sanitasi dan hygiene. tanggungjawab terhadap kesehatan lingkungan
Menurut Entjang (1998) bahwa: Sanitasi dan dan peka terhadap kerusakan lingkungan.

Page 37 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Sampai saat ini pengetahuan lingkung- undang No.23 Tahun 1997 tentang
an sudah lebih dari 25 tahun diterapkan pada Pengelolaan Lingkungan Hidup). Amanat
dunia pendidikan, dalam waktu ini diharapkan pasal tersebut memiliki makna terdapat
para pendidik telah menguasai konsep korelasi antara Negara (state), wujud
lingkungan, anak didik, dan masyarakat perbuatan hukumnya berupa kebijakan (policy
sekolah dapat mengimplementasikannya making) serta sistem tata kelola lingkungan
dalam kehidupan yang berwawasan dan yang bertanggung jawab.
kepedulian terhadap pengelolaan lingkungan.
Ilmu lingkungan hidup bisa dipelajari Pengelolaan Lingkungan
secara obyektif dan subyektif atau secara Pengelolaan lingkungan termasuk
antroposentris, untuk kepentingan manusia. pencegahan, penanggulangan kerusakan dan
Tidak dapat disangkal, bahwa manusia pencemaran serta pemulihan kualitas
berperan sebagai obyek tetapi pada waktu lingkungan telah menuntut dikembangkannya
yang sama bisa juga berperan sebagai subyek. berbagai perangkat kebijaksanaan dan program
Pembinaan untuk ini dilakukan oleh Menteti serta kegiatan yang didukung oleh sistem
Negara yang mengurusi kependudukan dan pendukung pengelolaan lingkungan lainnya.
lingkungan hidup. Mengupaya kelestarian Sistem tersebut mencakup kemantapan
lingkungan yang sehat, meningkatkan kelembagaan, sumberdaya manusia dan
kesejahteraan kehidupan bangsa, baik material kemitraan lingkungan, disamping perangkat
maupun spiritual, memacu tiap warga negara hukum dan perundangan, informasi serta
untuk turut berperan aktif dalam menjaga pendanaan. Sifat keterkaitan (interdependensi)
kelestarian lingkungan (Kaligis, 1993). dan keseluruhan (holistik) dari esensi
Bagi manusia lingkungan adalah lingkungan telah membawa konsekuensi
segala sesuatu yang ada disekitarnya, baik bahwa pengelolaan lingkungan, termasuk
berupa benda hidup, benda mati, benda nyata sistem pendukungnya tidak dapat berdiri
ataupun abstrak, termasuk manusia lainnya, sendiri, akan tetapi terintegrasikan dan
serta suasana yang terbentuk karena terjadinya menjadi roh dan bersenyawa dengan seluruh
interaksi diantara elemen-elemen di alam pelaksanaan pembangunan sektor dan wilayah.
tersebut (Slamet, 2004). Mengingat kompleksnya pengelolaan
Pendidikan lingkungan hidup pada lingkungan hidup dan permasalahan yang
dasarnya adalah pendidikan tentang, di dalam bersifat lintas sektor dan wilayah, maka dalam
dan untuk lingkungan, yaitu: pelaksanaan pembangunan diperlukan
1. Merupakan upaya untuk mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan
pengetahuan, sikap, ketrampilan subjek lingkungan hidup yang sejalan dengan prinsip
belajar, yang di dalamnya tercakup pembangunan berkelanjutan yaitu
kesadaran, nilai-nilai, dan kemampuan pembangunan ekonomi, sosial budaya,
berfikir tentang lingkungan. lingkungan hidup yang berimbang sebagai
2. Lingkungan yang dipelajari merupakan pilar-pilar yang saling tergantung dan saling
sesuatu yang kompleks, yang memperkuat satu sama lain (Kaligis, 1993). Di
mengandung permasalahan politik, dalam pelaksanaannya melibatkan berbagai
ekonomi, hubungan antara manusia pihak, serta ketegasan dalam penataan hukum
dengan kebudayaan dan lingkungan lingkungan. Diharapkan dengan adanya
biofisik disekitarnya. partisipasi barbagai pihak dan pengawasan
3. Pendidikan lingkungan bukan merupakan serta penaatan hukum yang betul-betul dapat
disiplin ilmu, akan tetapi hendaknya ditegakkan, dapat dijadikan acuan bersama
merupakan bagian dari pendidikan untuk mengelola lingkungan hidup dengan
seumur hidup. cara yang bijaksana sehingga tujuan
Pengelolaan lingkungan hidup yang pembangunan berkelanjutan betul-betul dapat
diartikan sebagai upaya terpadu untuk diimplementasikan di lapangan dan tidak
melestarikan fungsi lingkungan hidup yang berhenti pada slogan semata. Namun demikian
mencakup kebijaksanaan penataan , fakta di lapangan seringkali bertentangan
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, dengan apa yang diharapkan. Hal ini terbukti
pemulihan, pengawasan dan pengendalian dengan menurunnya kualitas lingkungan hidup
lingkungan hidup (Pasal 1 angka 2 Undang-
Page 38 Jurnal Biology Education
Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

dari waktu ke waktu, ditunjukkan beberapa tersebut menjadi pusat kesenangan rumah
fakta di lapangan yang dapat diamati. tangga yang sehat
Pengelolaan lingkungan hidup dapat d. Pembasmian serangga penyebar penyakit
juga dikatakan dengan upaya menjaga seperti lalat, nyamuk, kutu-kutu serta
kebersihan dan kesehatan lingkungan, karena binatang reservoir penyakit
lingkungan hidup sehat adalah lingkungan e. Pengawasan terhadap bahaya pengotoran
hidup yang memberikan pengaruh baik udara (Air Pollition)
terhadap kehidupan.. f. Pengawasan terhadap bahaya radiasi dari
sisa-sisa zat radioaktif sesuai dengan
KEBERSIHAN LINGKUNGAN perkembangan Negara
Kebersihan lingkungan adalah suatu Dengan demikian kebersihan
kondisi yang bersih yang dapat menimbulkan lingkungan mempunyai berbagai fungsi yang
keindahan sehingga manusia yang berada di dapat menciptakan keindahan dan memberikan
dalamnya akan merasakan nyaman dan manfaat bagi kesehatan secara keseluruhan
senang. Warsito (2001), menjelaskan bahwa bagi penghuninya.
Lingkungan hidup sehat tentu lingkungan
hidup yang memberikan pengaruh baik pada Faktor Yang Mempengaruhi Kebersihan
perkembangan kehidupan manusia secara Lingkungan
fisik, mental, maupun sosialnya dan tidak Banyak faktor yang mempengaruhi
hanya bebas dari penyakit dan kelemahannya. kebersihan lingkungan antara lain faktor
Untuk menempatkan dan pendidikan, ekonomi, kependudukan dan
mempertahankan lingkungan hidup sehat sosial budaya.
diperlukan konsep tentang sanitasi lingkungan.
Sanitasi merupakan usaha pembinaan 1. Faktor Pendidikan
kebersihan dan kesehatan lingkungan guna Upaya penyehatan lingkungan
menunjang pemeliharaan dan pembinaan dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas
kesehatan manusia. Apabila keadaan sanitasi lingkungan dalam rangka mengurangi
tidak baik, maka akan mengakibatkan tingkat resiko terjadinya pencemaran lingkungan.
kesehatan yang rendah. Menurut Warsito Upaya tersebut berhubungan erat dengan
(2001), bahwa : sanitasi adalah usaha untuk faktor pendidikan masyarakat yang tinggal
mengubah lingkungan sedemikian rupa dilingkungan tersebut. Pendidikan yang
sehingga manusia dapat terjamin hidupnya dimaksud adalah pengetahuan yang dapat
secara nyaman, bergairah dan sejahtera. mendorong kemampuan bertindak sesuai
Sedangkan menurut Entjang (1998), bahwa: dengan kondisinya dalam memecahkan
Sanitasi lingkungan adalah pengawasan masalah kebersiham lingkungan hidup,
lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomis masyarakat yang berpendidikan akan
yang mempengaruhi kesehatan manusia menyadari arti pentingnya lingkungan
dimana kesehatan yang berguna ditingkatkan dalam menunjang kesehatannya, sebaliknya
dan diperbanyak. Sedangkan yang merugikan tingkat pendidikan yang rendah dan
diperbaiki atau dihilangkan. ketidaktahuan masyarakat tentang
Sanitasi lingkungan sangatlah penting lingkungan juga akan menyebabakan
bagi masyarakat terutama dalam penyediaan malapetaka bagi mereka. Notoatmojo
air bersih, pembuangan kotoran, pemberantas- (2003), menjelaskan bahwa Salah satu hal
an nyamuk, lalat, tikus dan pencegahan yang paling berbahaya yang mengancam
penyakit menular. Sehubungan dengan hal manusia adalah ketidakpengertiannya.
tersebut di atas, maka Entjang (1986:75), Dalam hubungan dengan kebersihan
menjelaskan: lingkungan, setiap individu harus mem-
Usaha sanitasi lingkungan di Indonesia punyai konsep tentang cara pengelolaan
terutama meliputi: dan pemanfaatan lingkungannya.
a. Menyediakan air rumah tangga yang baik, Pendidikan yang mereka miliki harus dapat
cukup kualitas maupun kuantitasnya. membantu mereka dalam menjaga
b. Mengatur pembuangan kotoran keseimbangan dan kesehatan pribadi
c. Mendirikan rumah-rumah sehat, mereka. Entjang (1998), menjelaskan
menambah jumlah rumah agar rumah bahwa: Pendidikan harus membuat
Page 39 Jurnal Biology Education
Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

perorangan dan masyarakat bebas dari oleh kemiskinan yang memaksa rakyat
ketidak pengertian sehingga mereka merusak lingkungan alam. Selanjutnya
menyadari bahwa pemeliharaan lingkungan Srimulyani (2000), menjelaskan bahwa
dan kebersihan diri merupakan usaha kemiskinan memaksa rakyat untuk
pencegahan berbagai masalah diantaranya membakar hutan untuk pemukiman dan
kesehatan pribadi. bertani, kotoran dan sampah manusia
Perkembangan teknologi tidak hanya kurang terurus sehingga kesehatan
meningkatkan taraf hidup, juga dapat lingkungan menjadi rendah mudah
merusak lingkungan yang sehat. Oleh terjangkit penyakit kulit, infeksi saluran
karena itu, perkembangan ilmu pengetahu- pencernaan, cacingan dan infeksi mata.
an dan teknologi yang tidak diimbangi oleh Perubahan dan pengelolaan
keterampilan yang dapat memanfaatkan lingkungan hidup yang sehat sangatlah
limbah-limbah buangan tersebut yang akan dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi
menyebabkan berbagai masalah diantara- masyarakat. Masyarakat yang tingkat
nya polusi udara dan tanah. perekonomiannya tinggi makin besar
Tanggung jawab dalam menyelamat- kepeduliaannya terhadap lingkungan.
kan kebersihan lingkungan adalah Sebaliknya makin rendah tingkat per-
masyarakat yang hidup di lingkungan ekonomian masyarakat kemungkinan
tersebut. Hal ini berarti bahwa pencegahan pengrusakan lingkungan semakin besar
masalah lingkungan seperti pencemaran pula. Achmad (1989), menjelaskan bahwa :
harus datang dari masyarakat. Hal ini Tingkat pendapatan keluarga merupakan
berhubungan dengan tingkat pendidikan salah satu landasan pokok bagi upaya
yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. meningkatkan kesehatan lingkungan secara
tidak langsung, karena upaya tersebut
2. Faktor Ekonomi adalah upaya partisipatif.
Kemiskinan merupakan suatu hal
yang memiliki suatu dampak negatif 3. Faktor kependudukan
terhadap lingkungan. Soerjani, dkk (1997), Masalah kependudukan dewasa ini
menyatakan bahwa : Dampak negatif telah dipandang sebagai masalah dunia
kemiskinan terhadap lingkungan alam yang mendasar. Hal ini disebabkan,
demikian besarnya sehingga dikatakan masalah tersebut menyentuh hal-hal yang
bahwa masalah lingkungan alam di bersifat asasi bagi manusia, yaitu
Indonesia ini adalah kemiskinan, Lebih kelangsungan hidup manusia itu sendiri.
lanjut Seragih (2002), menjelaskan bahwa : Beban kependudukan lebih berat dirasakan
Kemiskinan merupakan lingkungan yang oleh negara-negara yang sedang ber-
membahayakan kesehatan manusia kembang dan Indonesia merupakan salah
(Jasmani, Rohani dan Sosial), karena tidak satu negara yang sedang berkembang saat
dapat memenuhi kebutuhan makanan yang ini, juga menghadapi masalah tersebut.
sehat, yang melemahkan daya tahan tubuh Ledakan pertumbukan penduduk
sehingga mudah terserang suatu penyakit. menjadi masalah yang dapat menimbulkan
Jadi kemiskinan merupakan faktor yang persoalan kebersihan lingkungan, baik dari
dapat menyebabkan seseorang tidak dapat lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
memenuhi kebutuhan hidup baik bagi Wardhana (2001), menjelaskan bahwa :
dirinya sendiri maupun bagi keluarganya. Lingkungan pemukiman yang padat
Dampak kemiskinan dapat berpengaruh penduduknya, pada umumnya telah
terhadap keluarga sendiri, masyarakat, mengalami pencemaran karena masalah
maupun negara. pembuangan sampah menjadi sangat sulit.
Masalah lingkungan yang dihadapi Selama jumlah penduduk kian
oleh negara-negara yang sedang ber- bertambah, maka permintaan pangan dan
kembang pada umumnya akibat dari barang juga semakin meningkat, sehingga
masalah ekonomi itu sendiri. Menurut semakin banyak masalah pencemaran yang
Salim (1986), Masalah lingkungan hidup dihadapi. Wardhana (2001), menjelaskan
yang dihadapi oleh negara-negara yang bahwa faktor pertumbuhan penduduk dan
sedang berkembang banyak ditimbulkan penyebarannya sebagai sub variabel yang
Page 40 Jurnal Biology Education
Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

menentukan perkembangan kesehatan Hubungan Kebersihan Lingkungan Dengan


lingkungan di suatu tempat. Oleh karena Kesehatan Manusia
itu, masalah pertambahan penduduk yang Kehidupan manusia tidak terlepas dari
cepat merupakan persoalan yang memerlu- pengaruh lingkungan. Hubungan yang erat
kan penanganan serius, sehingga tidak diantaranya manusia dengan lingkungan
menimbulkan dampak terhadap kebersihan membawa kenyataan bahwa hidup manusia
lingkungan yang pada akhirnya juga ber- sangat ditentukan oleh kebersihan lingkungan.
pengaruh terhadap kesehatan masyarakat Menurut Engger (1995), bahwa: Faktor
yang terdapat dilingkungan tersebut. lingkungan merupakan yang paling ber-
pengaruh terhadap derajat kesehatan, oleh
4. Faktor Sosial Budaya karena itu peningkatan kesehatan lingkungan
Pola sosial budaya masyarakat men- merupakan salah satu upaya pokok kesehatan
cerminkan tingkah laku sosial dalam ke- dalam pembangunan kesehatan jangka
hidupan sehari-hari. Apabila keseimbang- panjang.
Manusia untuk hidup sehat memerlu-
an lingkungan hidup terganggu, maka
kan berbagai persyaratan seperti udara yang
timbullah reaksi dari alam yang akan me-
bebas dari polusi. Lingkungan yang bersih,
lahirkan bencana. Menurut Salim (1986),
makanan yang mengandung gizi cukup, tempat
bahwa: Keseimbangan dalam alam
tinggal yang bersih dan teratur. Namun dalam
lingkungan hidup sosial ini terganggu oleh
kanyataannya tidak semua persyaratan tersebut
ulah manusia, yaitu pertama penggandaan
dapat dipenuhi apabila hal ini dapat ber-
diri manusia sehinga berjumlah banyak
langsung lama maka akan dapat menimbulkan
dalam waktu singkat pada tempat terbatas,
bermacam-macam penyakit.
kedua karena kemampuan manusia
Keberadaan manusia yang semakin
merubah lingkungan dengan ilmu dan
padat dalam alam yang semakin sempit
tehnologi.
menyebabkan pemanfaatan lingkungan untuk
Hakikat pokok dalam pengembangan
memenuhi kebutuhannya dan kesehatan
kebersihan dan kesehatan lingkungan hidup
lingkungan menjadi lebih parah. Oleh karena
adalah terpeliharanya keseimbangan alam
itu, masalah lingkungan sebenarnya adalah
dan lingkungan hidup sosial. Hal ini dapat
masalah bagaimana sifat dan hakikat dari
tercapai jika manusia dapat mengendalikan
manusia yang tinggal di lingkungan tersebut.
dirinya dan mengindahkan asas sosial
Penyuluhan dan pendidikan yang dilakukan
budaya. Dalam masalah sosial, pemerintah
oleh pemerintah harus diarahkan kepada
harus menanggulangi dan mencegah timbul
pembentukan sikap dan perilaku sadar akan
komplik sosial yang serius dalam
kelestarian dan peningkatan kualitas kesehatan
masyarakat, sehingga dapat diterima oleh
lingkungan. Abdullah (1991), menjelaskan
berbagai pihak di masyarakat, agar tidak
bahwa: Kesadaran lingkungan hidup sehat
timbul kecemasan yang bisa mengganggu
bukan hanya soal pengertian dan tidak
lingkungan hidup.
mungkin hanya diajarkan secara teoritis tetapi
Jadi faktor sosial budaya merupakan
merupakan soal kegiatan praktek. Cara
faktor yang penting dalam menjaga
mengajarkannya adalah dengan menjalankan
kebersihan lingkungan seperti membuang
dan perlu diikuti pula dengan contoh hidup,
sampah disembarang tempat dapat
taat kepada suara hati tentang apa yang terpuji
membuat pandangan yang tidak enak dan
atau tercela, serta mengenal manfaat dan
merusak kesehatan. Dengan demikian
mudharatnya bedasarkan ukuran semua
faktor budaya yang tidak baik itu perlu
manusia.
dihilangkan dengan membiasakan menjaga
Dari beberapa pendapat di atas dapat
kebersihan sehingga kebiasaan tersebut
disimpulkan ahwa kebersihan dan kesehatan
menjadi bagian dari budaya masyarakat
lingkungan sangatlah mempengaruhi ke-
sehari-hari.
langsungan hidup manusia yang berada di
dalamnya. Pengelolaan lingkungan berdasar-
kan undang-undang yang telah ditetapkan
sehubungan dengan pemanfaatan sumber daya
alam agar lingkungan tetap lestari harus
Page 41 Jurnal Biology Education
Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

diperhatikan tata cara lingkungan itu sendiri. e. Melindungi negara terhadap dampak
Dalam hal ini manusialah yang paling tepat kegiatan diluar wilayah negara yang
sebagai pengelolanya karena manusia menyebabkan kerusakan dan
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan pencemaran lingkungan.
dengan organisme lain. Manusia mampu Untuk mencegah dan menghindari
merombak, memperbaiki dan mengkondisikan tindakan yang bersifat kontradiksi dari hal-hal
lingkungan seperti yang dikehendakinya. tersebut di atas, pemerintah telah menetapkan
kebijakan melalui undang-undang lingkungan
Kesimpulan hidup.
Secara ekologis manusia adalah Pembangunan yang dilaksanakan tidak
bagian dari lingkungan hidupnya Manusia hanya menghasilkan manfaat, tetapi juga
mendapatkan segala sumber daya dari membawa resiko bagi lingkungan. peranan
lingkungannya. Hubungan manusia dengan manusia adalah mengusahakan pembangunan
lingkungan tidak hanya satu arah melainkan tetap berjalan dan lingkungan pun tidak rusak
timbal balik. Manusia tidak saja mendapatkan karena pengaruh dari pembangunan tersebut.
makanan dari lingkungannya, tetapi juga Memang dalam pengelolaan lingkungan selalu
memberikan makanan bagi lingkungannya. ada terdapat manfaat dan resiko sekaligus,
Masalah lingkungan adalah masalah sulit untuk mendapat manfaat lingkungan yang
bagaimana sifat dan hakekat manusia terhadap sebesar-besarnya, dan resiko yang sekecil-
lingkungan hidupnya. Sampai sekarang, pada kecilnya. Tetapi bukan berarti manusia tidak
umumnya baru pada taraf kognitif, artinya perlu berbuat sesuatu, karena ini juga akan
manusia baru mengetahui, memahami gejala menimbulkan resiko lingkungan. Resiko
kerusakan oleh tingkah laku keliru pada masa memang tidak dapat ditiadakan, manusia
lalu. Namun sebagian besar sikap manusia berusaha agar resiko yang timbul dapat
dibumi belum menunjukkan kearah perbaikan. dikelola dan resiko itu dapat diperhitungkan
Dari tahap sikap ke tahap psikomotor sebagai sekecil mungkin.
pengelola, masih memerlukan kondisi dan
situasi tertentu agar terlaksana pelestarian DAFTAR PUSTAKA
kemampuan lingkunga hidup manusia. Mereka
yang sekarang masih merusak lingkungan Abdullah. 1991. Pendidikandan Kesadaran
dapat disebut salah didik. Pendidikan Berlingkungan Hidup. Sinar Darussalam.
sekarang harus diarahkan kepada pembentukan No. 195/196, YPSD. Unsyiah. IAIN
sikap dan prilaku sadar akan kelestarian dan Ar-Raniry. Banda Aceh.
peningkatan kualitas lingkungan hidup demi
kelangsungan hidup manusia dan alam Achmad.F. 1989. Prakondisi Untuk Mem-
lingkungannya. bangun Kampung Sehat Di perkotaan
Pengelolaan lingkungan hidup adalah Sanitas, Vol. 1 No. 3 Agustus 1989.
upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan,
pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, Entjang I. 1986. Ilmu Kesehatan Masyarakat.
pemulihan dan pengembangan lingkungan Depkes RI. Jakarta.
hidup. Pengelolaan ini mempunyai tujuan
sebagai berikut : Entjang I.1998. Ilmu Kesehatan Masyarakat.
a. Mencapai kelestarian hubungan ALUMNI. Bandung.
manusia dengan lingkungan hidup
sebagai tujuan membangun manusia Kaligis, J.R.E. Samidjo Broto K. dan Meke,
yang seutuhnya. M. (1993). Pendidikan Lingkungan
b. Mengendalikan pemanfaatan sumber Hidup. Dirjen dikdas-men Prohyek
daya secara bijaksana. Peningkatan Mutu Pengajar SLTP
c. Mewujudkan manusia sebagai Setara D-III, Jakarta.
pembina lingkungan hidup.
d. Melaksanakan pembangunan Notoatmodjo, S 2003. Pendidikan dan Prilaku
berwawasan lingkungan untuk Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
kepentingan generasi sekarang dan
masa yang akan datang.
Page 42 Jurnal Biology Education
Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Putrawan, I. M. 1990. Pengujian hipotesis Srimulyani, E.S. 2000. Hubungan Antara


dalam kajian social. Rineka Cipta. Latar Belakang Pendidikan Formal,
Jakarta. Pengetahuan Lingkungan dan Peran
Serta Wanita dalam Usaha
Salim E. 1986. Lingkungan Hidup dan Pem- Pelestarian Lingkungan. Jurnal Ilmu
bangunan Mutiara. Jakarta. Pendidikan 7(2). Mei 2000.
Sarwono, Solita, 1999. Sosiologi Kesehatan,
Gajah Mada University Press, Suriaatmadja, R.E. 1991. Satuan Acuan Per-
Yogyakarta. kuliahan Pengetahuan Lingkungan.
Institut Teknologi Bandung (ITB).
Slamet, Soemirat, Juli. 2004. Kesehatan Bandung.
Lingkungan. Gajah Mada University
Press, Yogyakarta. Slameto, 2003. Belajar dan FaktorFaktor
yang Mempengaruhinya. Bina Aksara.
Soerjani M, Rafiq A danRozy M, (1987), Jakarta.
Lingkungan Sumber Daya Alam dan
Kependudukan dalam Pembangunan, Wardhana, W.A. (2001). Dampak Pencemaran
UI, Press, Jakarta. Lingkungan. Edisi Revisi. Andi.
Yogyakarta.
Seragih, R.F. 2002. Pendidikan Mengenai
Lingkungan dalam Rangka Pem- Warsito. 2001. Kesehatan Lingkungan. FKM-
bangunan Berkelanjutan. Jurnal Ilmu UGM. Yogyakarta.
Pendidikan 9(2) Juni 2002.

Page 43 Jurnal Biology Education


Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 2 Jurnal Biology Education

Anda mungkin juga menyukai