Anda di halaman 1dari 6

35

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dilakukan dengan membandingkan keluaran pencapaian


dengan tolak ukur. Berikut adalah identifikasi masalah dengan indikator keluaran
dan tolak ukur evaluasi serta pencapaian program PTM UPTD Puskesmas
Kecamatan Pontianak Utara tahun 2015.

Tabel 5.1. Identifikasi Masalah Program PTM


No. Indikator Target Realisasi Masalah
Persentase masyarakat
melakukan deteksi dini
1. 25 % 4,10 % (+)
faktor risiko penyakit tidak
menular (PTM)
(Sumber: Profil UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Utara, 2016)

5.2. Penetapan Prioritas Masalah

Prioritas masalah berdasarkan identifikasi adalah persentase masyarakat yang


melakukan deteksi dini faktor risiko PTM yang tidak mencapai target (4,10% vs
25%). Berdasarkan data pada tabel 5.1 di atas, tidak dilakukan penetapan prioritas
masalah karena pada proses identifikasi hanya satu tolak ukur yang merupakan
masalah.

5.3. Identifikasi Penyebab Masalah


5.3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep disusun dengan menggunakan pendekatan analisis.
Kerangka konsep dibuat untuk mengidentifikasi faktor penyebab cakupan angka
deteksi dini faktor risiko PTM yang masih di bawah target di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Kecamatan Pontianak Utara. Faktor penyebab tersebut didapatkan dari
hasil wawancara dengan penanggung jawab program PTM. Kerangka konsep
yang telah dirancang untuk masalah tersebut adalah sebagai berikut.
36

Gambar 5.1. Kerangka Konsep

5.3.2. Estimasi Penyebab Masalah


Masalah dalam kurangnya persentase cakupan PTM akan dibahas sesuai
dengan pendekatan sistem yang mempertimbangkan seluruh faktor baik dari unsur
masukan (input), proses, lingkungan dan umpan balik (feedback). Dari beberapa
daftar masalah yang terdapat dalam kerangka konsep kemudian dilakukan analisis
melalui diskusi kelompok.
1. Metode penyuluhan tidak efektif
2. Wilayah kerja yang luas
3. Tingkat pendidikan yang rendah
4. Peran serta masyarakat rendah
5. Jumlah kader yang minim

Kemudian akan ditetapkan 1 penyebab utama masalah melalui proses diskusi.


Prioritas masalah akan ditentukan melalui perhitungan dengan metode I x T x R.
Berikut adalah matrik hasil diskusi kelompok.

Tabel 5.2. Prioritas Penyebab Masalah


No Importancy T R Jumlah
Penyebab Masalah
. P S RI DU SB PB PC
37

Metode penyuluhan
1. 5 5 5 4 5 3 4 5 3 7500
tidak efektif
Wilayah kerja yang
2. 3 4 5 3 5 3 3 3 4 972
luas
Tingkat pendidikan
3. 3 4 4 3 5 3 3 3 4 777,6
yang rendah
Peran serta
4. 5 5 5 4 5 4 5 4 4 10000
masyarakat rendah
Jumlah kader yang
5. 3 4 4 4 5 3 3 5 2 288
minim

Berdasarkan tabel 5.2 menggambarkan bahwa rendahnya angka deteksi


dini faktor risiko PTM disebabkan oleh beberapa hal, namun prioritasnya
pada peran masyarakat yang rendah.
Prioritas ini didasarkan pada teknik kriteria matriks yang tertera dalam
tabel 5.2.
Besarnya masalah atau prevalence (P) yang dtimbulkan oleh daftar
masalah yang dipaparkan diberi nilai rata-rata 5 atau amat penting.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program didapatkan
bahwaperan serta masyarakat merupakan penggerak utama keberhasilan
deteksi dini faktor risiko PTM di layanan UPTD, upaya-upaya telah
dilakukan untuk mnegajak masyarakat menjadi peduli terhadap dirinya
sendiri, keluarga terdekat dan tetangga sekitarnya. Masyarakat yang tidak
peduli dan rendah partisipasinya sangat menentukan keberhasilan suatu
program, baik kesadaran untuk memeriksakan dirinya sendiri maupun
berpartisipasi sebagai pelaksana kegiatan posyandu sehingga masalah ini
dianggap vital.
Dampak yang ditimbulkan oleh masalah atau severity (S) oleh
dikarenakan metode penyuluhan yang tidak efektif dan peran serta yang
rendah diberi nilai sangat penting karena dampak dari kedua hal ini berakibat
langsung kepada masyarakat. Penyuluhan yang tidak efektif jelas
mempengaruhi keluaran yang diharapkan petugas sehingga akan menjadikan
pasien-pasien baik dengan atau tanpa faktor risiko menjadi kehilangan
kewaspadaan terhadap PTM. Hal ini, secara tidak langsung akan
38

mempengaruhi kesadaran masyarakat sehingga sangat disayangkan jika tidak


segera dintervensi. Hal ini juga berhubungan dengan bagaimana peran
individu di dalam masyarakat, jika kesadaran untuk selalu sehat rendah maka
berdampak pula pada lingkungan sekitar dan menimbulkan kendala karena
kader harus terus bergerak sendiri tanpa partisipasi masyarakat. Padahal
masyarakat merupakan sasaran dari puskesmas itu sendiri.
Rate of increase (RI) pada masalah peram serta masyarakat yang rendah
ini termasuk jumlah kader yang dilatih. Kader merupakan individu terlatih
namun saat ini jumlahnya masih belum merata untuk setiap posyandu.
Metode door-to-door yang digunakan untuk penyuluhan masih diadaptasi
hingga sekarang, meskipun kader saat ini lebih sering megunakan metode
penyuluhan pada setiap pelaksanaan posyandu sebulan sekali.
Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (Degree of Unmeet
Need /DU) diberi nilai 4. Masyarakat tentunya menginginkan hidup dalam
lingkungan yang sehat tanpa ada sanak keluarga yang mengalami sakit hingga
harus mnegonsumsi obat-obatan jangka panjang. Hal tersebut akan percuma
jika tidak disertai suatu upaya yang nyata. Salah satu sebabnya adalah karena
minimnya pengetahuan pasien mengenai PTM yang membuat pasien
beranggapan bahwa minum obat hanya saat pasien disertai keluhan saja
padahal tujuan deteksi dini faktor risiko PTM adalah untuk mengelola PTM
dan mencegah komplikasi yang lebih lanjut.
Lingkungan dengan PTM yang terkelola dengan baik akan
menghindarkan warga lain dengan faktor risiko semakin dekat dengan
penyakitnya. Hal ini dikarenakan apabila sudah ada warga yang rutin
melakukan pemeriksaan maka akan semakin baik kebiasaan dan
pengetahuannya mengenai PTM sehingga diharapkan dapat mempengaruhi
masyarakat disekitarnya.
Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (Public Concern /PB)
diberikan nilai 4 pada peran serta masyrakat yang rendah. Kesadaran dan
keprihatinan masyarakat dinilai masih kurang dalam hal deteksi dini fakor
risiko PTM. Masalah kesehatan merupakan salah satu isu yang dapat
39

berkembang dengan pesat terutama jika terjadi angka yang tinggi penyakit di
suatu wilayah. PTM berpengaruh terhadap suasana politik (political climate/
PC) di suatu wilayah.
Menyangkut ketersediaan sumber daya yang dapat dipergunakan untuk
menyelesaikan suatu masalah (resource availability) adalah masalah
kurangnya peran serta masyarakat dalam program ini. Padahal apabila peran
serta masyarakat baik, maka masyarakatlah yang akan menjadi sumber daya
paling baik untuk lingkungan sekitarnya.
5.4. Alternatif Jalan Keluar
5.4.1. Alternatif Penyelesaian Masalah
1. Program keluarga sehat
Melakasanakan program pemerintah yaitu keluarga sehat (KS) dimana
dilakukan penilaian yang holistik terhadap semua masyarakat dalam wilayah
UPTD Kecamatan Pontianak Utara. Program ini menilai suatu keluarga secara
keseluruhan tanpa terkecuali. Setiap anggota keluarga didata dan diperiksa
apakah menjalani pola hidup yang bersih dan sehat, apakah ada indikasi
penyakit infeksi dan non infeksi, apakah balita mendapatkan perlindungan
vaksin, apakah masyarakat dengan usia subur menggunakan alat kontrasepsi
dan semua hal yang menyangkut kesehatan baik fisik dan mental warga.
2. Kelompok prolanis
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) adalah sistem pelayanan
kesehatan dan pendekatan proaktif yang melibatkan peserta, fasilitas
kesehatan, dan BPJS Kesehatan dalam rangka memelihara kesehatan peserta
BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis, sehingga dapat mencapai
kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan efektif dan
efisien.
Melalui kelompok prolanis ini, diharapkan pasien-pasien atau orang yang
berpengaruh didalam suatu lingkungan dapat mengajak warga lainnya untuk
ikut bergabung dalam prgram yang dilaksanakan setiap seminggu sekali di
puskesmas.
3. Posyandu/posbindu
Merupakan perpanjangan tangan dari puskesmas dengan tujuan skrining
pasien-pasien yang datang ke posyandu/posbindu, baik yang datang untuk
berobat atau pasien-pasien yang datang hanya untuk pemeriksaan berkala. Pada
40

kegiatan ini, semua data pasien dikumpulkan untuk melihat apakah ada potensi
PTM sehingga dapat diintervensi secara maksimal.

5.5. Prioritas Penyelesaian Masalah


Alternatif jalan keluar yang dipilih sebagai prioritas adalah yang memiliki
hasil perhitungan tertinggi. Hasil perhitungan alternatif jalan keluar
merupakan hasil diskusi kelompok, berikut adalah matrik hasil perhitungan
alternatif jalan keluar .
Tabel 5.3. Hasil Perhitungan Alternatif Jalan Keluar
Alternatif Efektivitas Efisiensi Jumlah
Penyelesaian Masalah M I V (C) (M x I x
V/C)
Program keluarga sehat 5 5 4 3 33,3
Kelompok prolanis 4 4 4 3 21,3
Posyandu/posbindu 5 5 3 4 18,75

Tabel matriks di atas menggambarkan bahwa yang mendapat nilai


terbesar untuk penyelesaian masalah adalah program KS kemudian disusul
dnegan kelompok prolanis dan kegiatan posyandu/posbindu.
Besarnya masalah yang dapat diselesaikan (magnitude), nilai 5 diberikan
pada program KS dan posyandu/posbindu karena dianggap paling efektif
karena menjadi solusi bagi petugas untuk mendapat akses bertemu langsung
dengan pasien dan menilai ada tidaknya faktor risiko PTM pada pasien dan
keluarga.
Segi pentingnya jalan keluar (importancy) dan kecepatan terselesaikan
masalah (vulnerability), program KS dan posyandu/posbindu dianggap lebih
mudah karena menyediakan ruang yang lebih nyaman bagi pasien untuk
berinteraksi dengan petugas tanpa perlu pergi jauh dari rumahnya.
Pertimbangan biaya yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah (cost),
diberi nilai 3 pada alternatif dikarenakan biaya ini merupakan anggaran
pemerintah yang rencananya akan berjalan secara berkesinambungan, apabila
program ini berhenti dilaksanakan maka akan banyak anggaran yang terbuang
sia-sia.

Anda mungkin juga menyukai