Patofisiologi timbulnya kelainan fisis yang berhubungan dengan gangguan psikis/emosi belum seluruhnya dapat diterangkan namun sudah terdapat banyak bukti dari hasil penelitian para ahli yang dapat dijadikan pegangan. Gangguan psikis/konflik emosi yang menimbulkan gangguan psikosomatik ternyata diikuti oleh perubahan- perubahan fisiologis dan biokimia pada tubuh seseorang. Perubahan fisiologi ini berkaitan erat dengan adanya gangguan pada sistem saraf autonom vegetatif, sistem endokrin dan sistem imun. Patofisiologi gangguan psikosomatik dapat diterangkan melalui beberapa teori sebagai berikut: a. Gangguan Keseimbangan Saraf Autonom Vegetatif Pada keadaan ini konflik emosi yang timbul diteruskan melalui korteks serebri ke sistem limbik kemudian hipotalamus dan akhirnya ke sistem saraf autonom vegetatif. Gejala klinis yang timbul dapat berupa hipertoni parasimpatik, ataksi vegetatif yaitu bila koordinasi antara simpatik dan parasimpatik sudah tidak ada lagi dan amfotoni bila gejala hipertoni simpatik dan parasimpatik terjadi silih berganti. b. Gangguan Konduksi Impuls Melalui Neurotransmitter Gangguan konduksi ini disebabkan adanya kelebihan atau kekurangan neurotransmitter di presinaps atau adanya gangguan sensitivitas pada reseptor-reseptor postsinaps. Beberapa neurotransmitter yang telah diketahui berupa amin biogenik antara lain noradrenalin, dopamine, dan serotonin. c. Hiperalgesia Alat Viseral Meyer dan Gebhart (1994) mengemukakan konsep dasar terjadinya gangguan fungsional pada organ visceral yaitu adanya visceral hyperalgesia. Keadaan ini mengakibatkan respon refleks yang berlebihan pada beberapa bagian alat visceral tadi. Konsep ini telah dibuktikan pada kasus-kasus non-cardiac chest pain, non-ulcer dyspepsia dan irritable bowel syndrome. d. Gangguan Sistem Endokrin/Hormonal Perubahan-perubahan fisiologi tubuh yang disebabkan adanya stress dapat terjadi akibat gangguan sistem hormonal. Perubahan tersebut terjadi melalui hypothalamic-pitutary-adrenal axis (jalur hipotalamus-pituitari-adrenal). Hormone yang berperan pada jalur ini antara lain: hormon pertumbuhan (growth hormone), prolactin, ACTH, katekolamin. e. Perubahan dalam Sistem Imun Perubahan tingkah laku dan stress selain dapat mengaktifkan sistem endokrin melalui hypothalamus-pituitary axis (HPA) juga dapat mempengaruhi imunitas seseorang sehingga mempermudah timbulnya infeksi dan penyakit neoplastik. Fungsi imun menjadi terganggu karena sel- sel imunitas merupakan immunotransmitter mengalami berbagai perubahan. 3. Mekanisme stres dapat menyebabkan urtikaria Urtikaria disebabkan oleh pelepasan histamin, bradikinin, leukotrien C4, prostaglandin D2, dan zat vasoaktif lainnya dari sel mast dan basofil di dermis. Zat ini menyebabkan ekstravasasi cairan ke dalam dermis, yang menyebabkan lesi urtikaria. Pruritus urtikaria yang intens merupakan akibat dari histamin yang dilepaskan ke dermis. Histamin adalah ligan untuk dua reseptor membran-terikat, reseptor H1 dan H2, yang terdapat pada banyak jenis sel. Aktivasi reseptor histamin H1 pada sel otot endotel dan polos menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Aktivasi reseptor H2 histamin menyebabkan vasodilatasi arteriol dan vena. Stres kronis serta kegelisahan dapat memicu serangan gatal-gatal. Ketika berada di bawah stres kronis atau kecemasan, tubuh mengeluarkan tingkat yang lebih tinggi dari hormon stres kortisol dan adrenalin. Hal ini sebenarnya akan membantu dalam memerangi dan mengatasi situasi stres itu sendiri dan bukanlah hal yang buruk. Tapi bagaimana jika tubuh terus-menerus dalam keadaan stres ini dan melepaskan hormon- hormon ini terus menerus ke dalam aliran darah, hal tersebut akan menciptakan ketidakseimbangan hormon dalam tubuh. Hormon-hormon ini menggabungkan diri dengan sel mastosit pada kulit untuk menghasilkan histamine. Tubuh mungkin bereaksi terhadap stres konstan dengan memproduksi lebih banyak histamin yang akhirnya memicu sebuah episode dari gatal-gatal. Peningkatan kadar kortisol dalam tubuh tidak hanya memicu reaksi alergi kulit seperti gatal-gatal, tetapi juga dapat menunda pemulihan.