Anda di halaman 1dari 4

1.

Regio Abdomen

2. Patofosiologi gangguan psikosomatis


Patofisiologi timbulnya kelainan fisis yang berhubungan dengan gangguan
psikis/emosi belum seluruhnya dapat diterangkan namun sudah terdapat banyak bukti
dari hasil penelitian para ahli yang dapat dijadikan pegangan. Gangguan psikis/konflik
emosi yang menimbulkan gangguan psikosomatik ternyata diikuti oleh perubahan-
perubahan fisiologis dan biokimia pada tubuh seseorang. Perubahan fisiologi ini
berkaitan erat dengan adanya gangguan pada sistem saraf autonom vegetatif, sistem
endokrin dan sistem imun.
Patofisiologi gangguan psikosomatik dapat diterangkan melalui beberapa teori
sebagai berikut:
a. Gangguan Keseimbangan Saraf Autonom Vegetatif
Pada keadaan ini konflik emosi yang timbul diteruskan melalui korteks
serebri ke sistem limbik kemudian hipotalamus dan akhirnya ke sistem saraf
autonom vegetatif. Gejala klinis yang timbul dapat berupa hipertoni
parasimpatik, ataksi vegetatif yaitu bila koordinasi antara simpatik dan
parasimpatik sudah tidak ada lagi dan amfotoni bila gejala hipertoni
simpatik dan parasimpatik terjadi silih berganti.
b. Gangguan Konduksi Impuls Melalui Neurotransmitter
Gangguan konduksi ini disebabkan adanya kelebihan atau kekurangan
neurotransmitter di presinaps atau adanya gangguan sensitivitas pada
reseptor-reseptor postsinaps. Beberapa neurotransmitter yang telah
diketahui berupa amin biogenik antara lain noradrenalin, dopamine, dan
serotonin.
c. Hiperalgesia Alat Viseral
Meyer dan Gebhart (1994) mengemukakan konsep dasar terjadinya
gangguan fungsional pada organ visceral yaitu adanya visceral
hyperalgesia. Keadaan ini mengakibatkan respon refleks yang berlebihan
pada beberapa bagian alat visceral tadi. Konsep ini telah dibuktikan pada
kasus-kasus non-cardiac chest pain, non-ulcer dyspepsia dan irritable
bowel syndrome.
d. Gangguan Sistem Endokrin/Hormonal
Perubahan-perubahan fisiologi tubuh yang disebabkan adanya stress dapat
terjadi akibat gangguan sistem hormonal. Perubahan tersebut terjadi melalui
hypothalamic-pitutary-adrenal axis (jalur hipotalamus-pituitari-adrenal).
Hormone yang berperan pada jalur ini antara lain: hormon pertumbuhan
(growth hormone), prolactin, ACTH, katekolamin.
e. Perubahan dalam Sistem Imun
Perubahan tingkah laku dan stress selain dapat mengaktifkan sistem
endokrin melalui hypothalamus-pituitary axis (HPA) juga dapat
mempengaruhi imunitas seseorang sehingga mempermudah timbulnya
infeksi dan penyakit neoplastik. Fungsi imun menjadi terganggu karena sel-
sel imunitas merupakan immunotransmitter mengalami berbagai perubahan.
3. Mekanisme stres dapat menyebabkan urtikaria
Urtikaria disebabkan oleh pelepasan histamin, bradikinin, leukotrien C4,
prostaglandin D2, dan zat vasoaktif lainnya dari sel mast dan basofil di dermis. Zat ini
menyebabkan ekstravasasi cairan ke dalam dermis, yang menyebabkan lesi urtikaria.
Pruritus urtikaria yang intens merupakan akibat dari histamin yang dilepaskan ke
dermis. Histamin adalah ligan untuk dua reseptor membran-terikat, reseptor H1 dan H2,
yang terdapat pada banyak jenis sel. Aktivasi reseptor histamin H1 pada sel otot endotel
dan polos menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Aktivasi reseptor H2
histamin menyebabkan vasodilatasi arteriol dan vena.
Stres kronis serta kegelisahan dapat memicu serangan gatal-gatal. Ketika berada
di bawah stres kronis atau kecemasan, tubuh mengeluarkan tingkat yang lebih tinggi
dari hormon stres kortisol dan adrenalin. Hal ini sebenarnya akan membantu dalam
memerangi dan mengatasi situasi stres itu sendiri dan bukanlah hal yang buruk. Tapi
bagaimana jika tubuh terus-menerus dalam keadaan stres ini dan melepaskan hormon-
hormon ini terus menerus ke dalam aliran darah, hal tersebut akan menciptakan
ketidakseimbangan hormon dalam tubuh. Hormon-hormon ini menggabungkan diri
dengan sel mastosit pada kulit untuk menghasilkan histamine. Tubuh mungkin bereaksi
terhadap stres konstan dengan memproduksi lebih banyak histamin yang akhirnya
memicu sebuah episode dari gatal-gatal. Peningkatan kadar kortisol dalam tubuh tidak
hanya memicu reaksi alergi kulit seperti gatal-gatal, tetapi juga dapat menunda
pemulihan.

Anda mungkin juga menyukai