Anda di halaman 1dari 65

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi untuk
pengembangan tanaman perkebunan dalam rangka mewujudkan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Perkebunan mempunyai
peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional.
Menurut UU RI No. 39 tahun 2014, perkebunan adalah segala kegiatan
pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, sarana produksi,
alat dan mesin, budidaya, panen, pengolahan dan pemasaran terkait
tanaman perkebunan. Tanaman perkebunan adalah tanaman semusim
atau tanaman tahunan yang jenis dan tujuan pengelolaannya ditetapkan
untuk usaha perkebunan.
Salah satu jenis tanaman yang dibudidayakan petani adalah
stroberi. Tanaman stoberi merupakan tanaman buah berupa herba yang
ditemukan pertama kali di Chili, Amerika (Saroinsong, 2012). Tanaman
ini termasuk salah satu tanaman budidaya semusim yang terdapat di
Indonesia. Stroberi memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan berkhasiat. Di
Indonesia, walaupun stroberi bukan merupakan tanaman asli, namun
komoditas ini dapat dikategorikan sebagai salah satu sumber
pendapatan dalam sektor pertanian. Stroberi ternyata dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik dalam kondisi iklim seperti di Indonesia.
(Budiman dan Saraswati, 2008)
Salah satu daerah penghasil stroberi terdapat di Desa Pandanrejo.
Di Desa Pandanrejo terdapat kegiatan usaha tani yang sudah menjadi
mata pencaharian bagi penduduk setempat. Petani di desa ini khususnya
petani stroberi memiliki Kelompok tani yang mendukung kegiatan
usahatani tersebut. Kelompok tani tersebut yakni Kelompok Tani
Langgeng Mandiri. Kelompok tani ini dibentuk tanggal 27 Januari 2010 di
Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumi Aji, Batu. Kelompok Tani Langgeng

1
Mandiri memberikan wadah bagi petani dalam mengembangkan
usahatani yang dimiliki.
Kegiatan untuk mendukung perkembangan usahatani harus
diwujudkan dengan penerapan system manajemen. Konsep dari
manajemen adalah POAC (Planning, Organizing, Actuating, and
Controling). Konsep tersebut sudah mencakup perkembangan usahatani
yang sudah dilakukan mulai dari awal kegiatan usahatani sampai hasil
usahatani tersebut sampai kepada konsumen. Oleh sebab itu, makalah
ini akan membahas menganai manajemen dari tanaman stroberi yang
dibudidayakan oleh petani di Desa Pandanrejo.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pembuatan makalah ini
bertujuan untuk :
1. Mengetahui tentang sejarah, struktur organisasi serta peran Kelompok
Tani Langgeng Mandiri
2. Mengetahui analisis ZAE Petani stroberi di Desa Pandanrejo
3. Mengetahui dan memahami teknik budidaya stoberi di Desa
Pandanrejo
4. Mengetahui manajemen panen dan pasca panen tanaman stroberi di
Desa Pandanrejo
5. Mengetahui alur pemasaran stroberi di Desa Pandanrejo

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Struktur Organisasi


2.1.1 Pengertian Organisasi
Pandangan para ahli mengenai organisasi antara lain:
a. Thompson dalam Thoha (1992), bahwa organisasi adalah:
an organization is a highly rationalized and impersonal
integration of a large member of specialists cooperating to
achieve some announched specific objectif atau
merumuskan organisasi dengan penekanan pada tingkat
rasionalitas dalam kerjasama yang terkoordinasi, dengan
menekankan pentingnya pembagian tugas sesuai keahlian
masing-masing anggota organisasi.
b. Robbins (1996), merumuskan bahwa: an organization is a
consciously coordinated social entity, with a relatively
indentiviable boundary, that functions on a relatively
continuous basis to achieve a common goal or set of goals
atau memandang organisasi sebagai kesatuan sosial, yaitu
terdiri dari orang atau kelompok orang yang berinteraksi satu
sama lain.
c. Chester I Bernard, yang menyatakan bahwa organisasi
merupakan suatu sistem tentang aktivitas-aktivitas
kerjasama dari dua orang atau lebih, sesuatu yang tak
berwujud dan tak bersifat pribadi, sebagian mengenai hal dan
mengenai hubungan-hubungan.
d. Jhon M. Gaus melihat organisasi sebagai tata hubungan
antara orang-orang untuk dapat memungkinkan tercapainya
tujuan bersama dengan adanya pembagian tugas dan
tanggungjawab.

3
2.1.2 Pengertian Struktur Organisasi
Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara
tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau
perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk
mencapai tujuan yang di harapakan dan di inginkan. Struktur
Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan
pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana
hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi
yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor
kepada siapa, jadi ada satu pertanggung jawaban apa yang akan di
kerjakan.
Struktur organisasi dapat diartikan sebagai kerangka kerja formal
organisasi yang dengan kerangka kerja itu tugas-tugas pekerjaan
dibagi-bagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan (Robbins dan
Coulter, 2007:284).
Struktur organisasi yaitu menggambarkan tipe organisasi,
pendepartemenan organisasi, kedudukan dan jenis wewenang
pejabat, bidang dan hubungan Universitas Sumatera Utara
pekerjaan, garis perintah dan tanggungjawab, rentang kendali dan
sistem pimpinan organisasi (Hasibuan, 2004:128).

2.1.3 Elemen Struktur Organisasi


Ada enam elemen kunci yang perlu diperhatikan oleh para
manajer ketika hendak mendesain struktur, antara lain:

1. Spesialisasi pekerjaan. Sejauh mana tugas-tugas dalam


organisasi dibagi-bagi ke dalam beberapa pekerjaan tersendiri.
2. Departementalisasi. Dasar yang dipakai untuk mengelompokkan
pekerjaan secara bersama-sama. Departementalisasi dapat
berupa proses, produk, geografi, dan pelanggan.

4
3. Rantai komando. Garis wewenang yang tanpa putus yang
membentang dari puncak organisasi ke eselon paling bawah dan
menjelaskan siapa bertanggung jawab kepada siapa.
4. Rentang kendali. Jumlah bawahan yang dapat diarahkan oleh
seorang manajer secara efisien dan efektif.
5. Sentralisasi dan Desentralisasi. Sentralisasi mengacu pada sejauh
mana tingkat pengambilan keputusan terkonsentrasi pada satu
titik di dalam organisasi. Desentralisasi adalah lawan dari
sentralisasi.
6. Formalisasi. Sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di dalam
organisasi dibakukan.

2.1.4 Bentuk Organisasi

Bentuk-bentuk Struktur Organisasi yang sering digunakan dalam


organisasi pada umumnya terdiri dari 3 bentuk, yaitu Struktur
Organisasi Fungsional, Struktruk Organisasi Produk/Pasar dan
Struktur Organisasi Matriks.

1. Struktur Organisasi Fungsional

Struktur Organisasi Fungsional (Functional Structure


Organization) merupakan Struktur Organisasi yang paling umum
digunakan oleh suatu organisasi. Pembagian kerja dalam bentuk
Struktur Organisasi Fungsional ini dilakukan berdasarkan fungsi
manajemennya seperti Keuangan, Produksi, Pemasaran dan Sumber
daya Manusia. Karyawan-karyawan yang memiliki keterampilan (skill)
dan tugas yang sama akan dikelompokan bersama kedalam satu unit
kerja. Struktur Organisasi ini tepat untuk diterapkan pada Organisasi
atau Perusahaan yang hanya menghasilkan beberapa jenis produk
maupun layanan. Struktur organisasi bentuk ini dapat menekan biaya

5
operasional namun mengalami kesulitan dalam berkomunikasi antar
unit kerja.

2. Struktur Organisasi Divisional

Struktur Organisasi Divisional (Divisional Structure Organization)


adalah Struktur Organisasi yang dikelompokkan berdasarkan
kesamaan produk, layanan, pasar dan letak geografis. Organisasi
bentuk Divisional ini biasanya diterapkan di perusahaan yang
berskala menengah keatas,hal ini dikarenakan biaya operasional
akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan bentuk Organisasi
Fungsional.

3. Struktur Organisasi Divisional

Struktur Organisasi Divisional (Divisional Structure Organization)


adalah Struktur Organisasi yang dikelompokkan berdasarkan
kesamaan produk, layanan, pasar dan letak geografis. Organisasi
bentuk Divisional ini biasanya diterapkan di perusahaan yang
berskala menengah keatas,hal ini dikarenakan biaya operasional
akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan bentuk Organisasi
Fungsional.

2.2 Deskripsi Komoditas Tanaman Stroberi


2.2.1 Sejarah singkat dan Klasifikasi Tanaman Stoberi
Tanaman stroberi telah dikenal sejak zaman Romawi, tetapi
bukan jenis yang dikenal saat ini. Tanaman stroberi merupakan
tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili,
Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria
choiloensis L. menyebar ke berbagai Negara Amerika, Eropa dan
Asia. Selanjutnya spesies lain, yaitu Fragaria vesca L. lebih
menyebar luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula
yang pertama kali masuk ke Indonesia. Stroberi yang kita temukan di

6
pasar swalayan adalah hibrida yang dihasilkan dari persilangan
Fragaria virgiana L. var Duchesne asal Amerika Utara dengan
Fragaria Chiloensis L. var Duchesne asal Chili. Persilangan itu
menghasilkan hybrid yang merupakan stroberi modern (komersil)
Fragaria x annanassa var Duchesne (Darwis, 2007).
Spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis L.
menyebar ke berbagai Negara di Amerika, Eropa dan Asia.
Sementara spesies lainnya yaitu Fragaria vesca L tersebar lebih luas
dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi Fragaria vesca yang
pertama kali masuk di Indonesia (Budiman dan Saraswati, 2008).
Menurut Gembong, (1985) tanaman stroberi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospremae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo (bangsa) : Rosales
Famili (suku) : Rosaideae
Subfamili : Rosaceae
Genus (marga) : Fragaria
Spesies : Fragaria sp

Morfologi Tanaman Stoberi


Struktur akar tanaman stroberi terdiri atas pangkal akar
(collum), batang akar (corpus), ujung akar (apex), bulu akar (pilus
radicalis), serta tudung akar (calyptra). Tanaman stroberi berakar
tunggang (radix primaria) terus tumbuh memanjang dan berukuran
besar (Rukmana, 1998).
Akar serabut stroberi di dalam tanah tumbuh dangkal dan
menyebar secara horizontal sepanjang 30 cm dan secara vertical
dapat mencapai kedalaman 40 cm. Akar muncul dari batang yang

7
pendek dan tebal berbentuk rumpun. Dari rumpun tersebut dapat
muncul tunas yang akan menjadi crown baru, sulur dan bunga
(Soemadi, 1997).
Secara botani sulur merupakan batang ramping yang tumbuh
keluar dari ketiak daun pada dasar rumpun dan menjalar sepanjang
permukaan tanah. Sulur dapat digunakan sebagai alat untuk
menghasilkan tanaman baru (Soemadi, 1997).
Batang utama tanaman ini sangat pendek. Daun-daun
terbentuk pada buku dan ketiak setiap daun terdapat pucuk aksilar.
Internode sangat pendek sehingga jarak daun yang satu dengan
yang lainnya sangat kecil dan member penampakan seperti rumpun
tanpa batang. Batang utama dan daun yang tersusun rapat ini disebut
crown. Ukuran crown berbeda-beda menurut umur, tingkat
perkembangan tanaman, kultivar dan kondisi lingkungan
pertumbuhan (Budiman dan Saraswati, 2008).
Daun tumbuh melingkar rumpun, berbulu lebat samapai jarang
(tergantung varietas), terdiri atas tiga anakan daun (daun majemuk),
dengan tepi bergerigi. Daun disangga oleh tangkai yang panjang
(Soemadi, 1997).
Bunga stroberi mempunyai 10 kelopak yang berwarna hijau, 5
mahkota berwarna putih, 60 sampai 600 putik dan 20 sampai 35
benang sari yang tersusun sekitar stigma di atas dasar bunga.
Penyerbukan stroberi terjadi secara silang dengan bantuan angin,
serangga (kupu-kupu, lebah) maupun manusia.
Bunga berbentuk tandan yang terdiri atas beberapa tangkai
utama yang masing-masing ujungnya terdapat satu bunga yang
disebut bunga primer, dan dua tangkai serta bunga-bunga di
bawahnya yang disebut bunga sekunder. Di bawah bunga sekunder
terdapat bunga tersier dan kuartener. Ukuran tangkai bunga selalu
lebih panjang daripada daun. Pemunculan rangkaian dan mekarnya

8
bunga terjadi secara berurutan, dan berlangsung selama empat
minggu. Biasanya sebanyak 6 sampai 8 bunga pertama pada setiap
tangkai akan mekar lebih awal, yang selanjutnya diikuti oleh bunga di
bawahnya.
Buah stroberi yang kita kenal sebenarnya adalah buah semu,
bukan buah yang sebenarnya. Buah stroberi yang dikenal
masyarakat selama ini adalah reseptakel atau jaringan dasar bunga
yang membesar. Buah yang sebenarnya adalah biji-biji kecil
berwarna putih yang disebut dengan achen. Achen berasal dari sel
kelamin betina yang telah diserbuki dan kemudian berkembang
menjadi buah kerdil. Achen menempel pada permukaan reseptakel
yang membesar (Setiani, 2007).
Biji stroberi berukuran kecil, pada setiap buah menghasilkan
banyak biji. Biji berukuran kecil terletak di antara daging buah. Pada
skala penelitian atau pemuliaan tanaman biji merupakan alat
perbanyakan tanaman secara generative (Rukmana, 1998).

2.2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Stoberi


Shoemaker (1982) mengemukakan bahwa hal yang paling
berpengaruh terhadap pertumbuhan stroberi adalah temperatur,
panjang hari dan kelembaban udara. Menurut Rukmana (1998)
tanaman stroberi membutuhkan lingkungan tumbuh bersuhu dingin
(sejuk) dan lembab. Meskipun demikian, tanaman stroberi
mempunyai kemampuan beradaptasi yang cukup luas. Suhu udara
minimum untuk pertumbuhan stroberi antara 4-5C. Menurut
Shoemaker (1982) stroberi tumbuh baik di daerah dengan curah
hujan 900-1284 mm/tahun. Choopong dan Verheij (1997)
menyatakan bahwa di daerah tropik tanaman stroberi dapat
berbunga sepanjang tahun tanpa dipengaruhi oleh panjang hari.

9
Stroberi dapat tumbuh hampir pada semua jenis tanah, dari
tanah berpasir sampai tanah berliat (Ashari, 1995). Beberapa
varietas lebih cocok ditanam pada tanah yang berat dan ada juga
varietas yang lebih cocok ditanam di tanah ringan asalkan tersedia
humus dan aerasi yang baik (Childers, 1973). Stroberi tumbuh baik
pada tanah dengan pH 5-6.
2.3 Teknik Budidaya Komoditas
A. Pembukaan Lahan Pertanaman
1. Pembukaan lahan
Pembukaan lahan untuk budidaya dapat dilakukan
dengan 3 metode yaitu mekanis, kimia dan, manual.
a) Pembukaan Lahan secara Mekanis
Pembukaan lahan secara mekanis dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
a. Membabat dan memotong pohon-pohonkecil dan semak-
semak yang tumbuh di bawah pohon-pohon yang besar.
b. Memotong pohon besar dengan menggunakan gergaji
mesin
c. Memotong cabang-cabang pohon dan ranting-ranting kayu
pohon yang sudah tumbang.
Pembukaan lahan secara mekanis juga dapat dilaksanakan
dengan menggunakan alat makanisasi seperti buldozer.
b) Pembukaan Lahan secara Kimia
Pembukaan lahan secara kimia biasanya dilakukan pada
areal yang ditumbuhi ilalang. Agar lebih berhasil, ilalang
disemprot dengan herbisida sistemik pada saat-saat
pertumbuhan ilalang dalam fase tumbuh aktif.
c) Pembukaan Lahan secara Manual
Pembukaan lahan secara manual ini masih menggunakan
peralatan konvensional. Dianjurkan agar dalam pengolahan

10
tanah sekaligus dilakukan pembuatan teras, rorak, benteng,
parit, atau menanam secara kontur.
2. Pengolahan Tanah
Permukaan daratan dengan kekayaan benda-benda
padat , cair , dan bahkan benda gas tersebut dinamakan lahan.
Tanah adalah benda yang berwujud padat, cair, gas yang
tersusun oleh bahan anorganik dan organik yang terdapat
dalam lahan. Mineral adalah benda-benda bentukan alam yang
mempunyai susunan kimia tertentu dan pada umumnya
berkristal.
a) Arti Tanah Bagi Pertanian
Tujuan usaha pertanian adalah untuk memperoleh
hasil yang sebanyak-banyaknya. Faktor tanah yang
mempengaruhi produksi dalam usaha tani mencangkup
tiga segi, yaitu fisik, kimia dan biologi. Faktor fisik tanah
adalah tentang tekstur, struktur, konsistensi, drainase, tata
udara, temperatur, dan warna tanah. Faktor kimia adalah
pengaruh ion terhadap tumbuhnya tanaman, keasaman
tanah atau pH. Faktor biologi adalah tentang jasad-jasad
hidup dalam tanah atau jasad renik. Untuk tanah yang
memiliki difat kimianya jelek mudah diperbaiki, yaitu dengan
pemupukan.
b) Pemeliharaan Kesuburan Tanah
Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai
profil yang dalam kedalaman melebihi 150 cm, struktur
gembur, pH sekitar 6-6,5 dan mempunyai aktivitas jasad
renik yang tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi untuk
menentukan berapa banyaknya unsur hara yang telah
terangkut dan banyaknya pupuk yang diperlukan untuk

11
toreksi meliputi: (1) Kesuburan tanah pertanian itu sendiri,
(2) Keasaman tanah, (3) Kelembapan tanah, (4) Tinggi
rendahnya kadar bahan organis, (5) Kemampuan
penyerapan terhadap pupuk, (6) Faktor iklim, dan (7) Nilai
ekonomi tanaman
Hal-hal yang dapat mengakibatkan berkurangnya
kandungan mineral antara lain : (1) Terserap oleh tanaman
dan selanjutnya terbawa keluar ketika pemanenan
berlangsung, (2) Pengikisan lapisan tanah bagian atas, (3)
Pelunturan yaitu terbawa air bersama-sama dengan
menyerapnya air.
3. Tanah Siap Tanam
a) Pengolahan Pertama (Menggemburkan Tanah)
Tujuan pengolahan tanah adalah untuk menciptakan
tanah menjadi gembur, subur, berhumus, dan berdrainase
yang baik. Drainase yang baik akan mencegah tanaman
terserang penyakit. Tanah dibersihkan dari rumput atau
kotoran lain, kemudian dibajak atau dicangkul dengan
kedalaman sekitar 20-35 cm. Pencangkulan tanah yang
terlalu dalam dapat mengakibatkan tanah yang kurang
subur bercampur dengan tanah yang subur sehingga
mengganggu pertumbuhan tanaman.
b) Pengolahan Kedua (Pembuatan Bedengan)
Pengolahan kedua kalinya dibajak atau dicangkul
kembali stelah tanah dibiarkan atau dicangkul kembali
setelah tanah dibiarkan selam 2-3 minggu sejak
pengolahan pertama. Bendengan dibuat dengan lebar
antara 80 x 100 cm, tinggi 30-40 cm, dan jarak
antarbendengan 50-60 cm. perlu dibuat parit keliling

12
sebesar 20-30 cm dan dalamnya sekitar 30 cm
untukpembuangan air yang berlebihan.

c) Pengolahan Ketiga (Pemberian Pupuk Kandang)


Mencangkul tipis-tipis untuk penggemburan tanah,
juga dilakukan pemupukan dasar dengan memberikan
pupuk kandang yang telah masak, 250 kg/ha SP-36 dan
100 kg/ha KCI.
d) Pengapuran
Sebaiknya stroberi ditanam ditanah dengan drainase
yang baik dengan pH 5,4-6,5. Jika pH tanah terlalu rendah,
tanaman akan mengalami stres. Kondisi ini dapat diatasi
dengan menambahkan kapur kalsit atau dolomite. Jumlah
kalsit yang harus ditambahkan sekitar 2-4 ton/ha.
B. Penyediaan bibit
Untuk mendapatkan bibit stroberi galur F1 yang paling ideal
untuk dikembangkan sebagai budidaya tingkat komersial harus
impor bibit F0 terlebih dahulu. Stroberi diperbanyak dengan biji
dan bibit vegetatif (anakan stolon atau akar sulur).
1) Persemaian
Biji yang sudah mendapat perlakuan fungsida, disemaikan
dalam wadah yang terbuat dari kotak kayu, polibag, pot bunga
dan sebagainya. Biji disebar merata diatas persemaian ,
dengan media berupa campuran tanah, pasir, dan pupuk
kandang (kompos) yang halus dan bersih (1:1:1). Kemudian
ditutup dengan plastik atau kaca bening dan disimpan pada
temperatur 18-20 C. Penyiraman cukup dilakukan satu kali
sehari yaitu pada waktu pagi hari atau sore hari.
2) Penyimpanan Polibag

13
a) Siapkan polibag (hitam) dengan ukuran kira-kira 15 cm x 23
cm. Polibag diberi lubang dibagian samping dan bagian
bawah.
b) Isi polibag dengan media semai berupa campuran tanah
subur, pasir dan pupuk kandang.
c) Sebelum ditanam, polibag disiram air
3) Menanam Semaian
Segera setelah tanaman berdaun dua helai (kira-kira umur
satu bulan), calon bibit dipindahkan ke pot kecilatau polibag.
Setiap pagi, polibag penyapihan dijemur di sinar matahari,
tetapi kalau sudah pukul 09.00 dilindungi lagi.
C. Pemupukan
Pemupukan adalah setiap usaha dalam memberikan pupuk
dengan tujuan menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman agar produksi dan mutu hasil tanaman dapat meningkat.
Tujuan pemupukan adalah untuk memenuhi nutrisi yang di
butuhkan tanaman agar tanaman tumbuh secara optimal dan
menghasilkan produksi dengan mutu yang baik. Apabila
pertumbuhannya bagus, biasanya akan mendapatkan hasil yang
baik juga, baik secara kualitas dan kuantitas. Memberikan pupuk
harus sesuai dosis anjuran sehingga dapat tumbuh secara
optimal. Pupuk yang di berikan terlalu banyak (overdosis),
mengakibatkan tanaman dapat keracunan dan mati sehingga
dapat merugikan secara 2 aspek yaitu panen dengan merugi dan
penggunaan pupuk berlebihan menghabiskan modal yang besar
tanpa hasil yang sesuai keinginan (Henri, 2015).
Proses pemupukan juga akan sangat menentukan
keberhasilan produksi tanaman tersebut. Oleh karena itu selain
harus mengetahui beberapa jenis pupuk dan proses penyerapan
pupuk juga harus tahu bagaimana cara mengaplikasikan pupuk

14
pada tanaman sehingga proses tersebut bisa lebih efektif dan
efisien. Menurut Maspary (2010), ada dua cara pemupukan yaitu :
1. Memupuk Melalui Akar Tanaman yaitu segala macam pupuk
yang diberikan kepada tanaman lewat akar. Tujuannya tentu
sudah jelas, yakni mengisi tanah dengan hara yang
dibutuhkan oleh tanaman, supaya tanaman yang ditanam di
atasnya tumbuh subur dan memberikan hasil yang
memuaskan. Pada umumnya pemberian pupuk melalui akar
dapat dilakukan secara :
a. Disebar (broad casting)
Pupuk yang disebarkan merata pada tanah-tanah di sekitar
pertanaman atau pada waktu pembajakan/penggaruan
terakhir, sehari sebelum tanam, kemudian diinjak-injak agar
pupuk masuk ke dalam tanah. Beberapa pertimbangan
untuk menggunakan cara ini adalah :
- Tanaman ditanam pada jarak tanam yang rapat, baik
teratur dalam barisan maupun tidak teratur dalam
barisan
- Tanaman mempunyai akar yang dangkal atau berada
pada dekat dengan permukaan tanah
- Tanah mempunyai kesuburan yang relatif baik
- Pupuk yang dipakai cukup banyak atau dosis
permukaan tinggi
- Daya larut pupuk besar, karena bila daya larutnya
rendah maka yang diambil tanaman sedikit
Cara pemupukan ini biasanya digunakan untuk memupuk
tanaman padi, kacang-kacangan dan lain-lain yang
mempunyai jarak tanam rapat. Kerugian cara ini ialah
merangsang pertumbuhan rumput pengganggu/gulma dan

15
kemungkinan pengikatan unsur hara tertentu oleh tanah
lebih tinggi.
b. Ditempatkan di antara larikan/barisan
Pupuk ditaburkan di antara larikan tanaman dan kemudian
ditutup kembali dengan tanah. Untuk tanaman tahunan
ditaburkan melingkari tanaman dengan jarak tegak lurus
daun terjauh (tajuk daun) dan ditutup kembali dengan
tanah. Cara ini dilakukan dengan pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut :
- Pupuk yang digunakan relatif sedikit
- Jarak tanam antara tanaman yang dipupuk cukup jarang
dan jarak antara barisan pertanaman cukup jarang
- Kesuburan tanah rendah
- Tanaman dengan perkembangan akarnya yang sedikit
- Untuk tanah tegalan atau darat
- Bila mengkhawatirkan akan terjadi pengikatan unsur hara
oleh tanah dalam jumlah yang cukup besar
c. Ditempatkan dalam lubang
Pupuk dibenamkan ke dalam lubang di samping batang
sejauh kurang lebih 10 cm dan ditutup dengan tanah. Untuk
tanaman tahunan pupuk dibenamkan ke dalam lubang
pupuk yang melingkari tanaman dengan jarak tegak lurus
dan terjauh (tajuk daun) dan ditutup kembali dengan tanah.
Cara ini dilakukan dengan pertimbangan sama dengan cara
larikan/barisan.
2. Memupuk Dengan Cara Disemprotkan Ke Daun Tanaman
(Spraying)
Pupuk yang dilarutkan ke dalam air dengan konsentrasi
sangat rendah kemudian disemprotkan langsung kepada daun
dengan alat penyemprot biasa (Hand Sprayer). Pada

16
hamparan yang luas dapat digunakan pesawat terbang.
Sebelum memberikan pupuk ke daun ada beberapa hal yang
dianggap mutlak diketahui dulu, yaitu:
a. Konsentrasi larutan pupuk yang dibuat harus sangat rendah
atau mengikuti petunjuk dalam kemasan pupuk. Jangan
berlebihan, lebih baik kurang daripada berlebihan. Kalau
konsentrasinya lebih rendah dari anjuran maka untuk
mengimbanginya frekuensi pemupukan bisa dipercepat,
misalnya dianjurkan 10 hari bisa dipercepat jadi seminggu
sekali.
b. Pupuk daun disemprotkan ke bagian daun yang
menghadap ke bawah. Hal ini disebabkan karena pada
kebanyakan daun tanaman, mulut daun (stomata)
umumnya menghadap ke bawah atau bagain punggung
daun.
c. Pupuk hendaknya disemprotkan ketika matahari tidak
sedang terik-teriknya. Paling ideal dilakukan sore atau pagi
hari persis ketika matahari belum begitu menyengat. Kalau
dipaksakan juga menyemprot ketika panas, pupuk daun itu
banyak menguap daripada diserap oleh daun.
d. Penyemprotan pupuk daun jangan dilaksanakan menjelang
musim hujan. Resikonya pupuk daun akan habis tercuci
oleh air hujan dan lagipula pada saat seperti itu stomata
sedang menutup.
e. Biasakanlah untuk membaca keterangan yang ada pada
kemasan pupuk, karena disinilah kuncinya.
Pemberian pupuk daun bisa dilakukan bersamaan dengan
pemberian pestisida kalau dianggap perlu, atau bersamaan
dengan zat perangsang seperti Dekamon atau Atonik berikut
zat pebasah. Tetapi jangan sekali-kali memberikan pupuk

17
daun bersamaan dengan pestisida yang mengandung zat
perekat. sebab pupuk tersebut akan ikut lengket di permukaan
daun tanpa bisa diserap. Akibat lebih lanjut ialah pupuk akan
menyerap air daun dan daunpun akan rusak seperti terbakar.
Larangan mnyemprot daun tanaman :
a. Setelah beberapa kali penyemprotan muncullah tunas baru
yang nantinya menjadi ranting dan daun. Bila tunas telah
muncul, penyemprotan dihentikan. Sebab tunas muda ini
amat peka terhadap pupuk, apalagi kalau dosisnya
melebihi dari yang dianjurkan. Tetapi bila nanti tunas baru
itu telah berubah menjadi ranting dan daun yang cukup kuat
(tak menampakkan gejala menumbuhkan daun muda lagi),
barulah tanaman boleh disemprot lagi.
b. Pada saat bunga mulai mekar penyemprotan harus
dihentikan. Kalau tidak bunga bakal buah yang dinanti-nanti
akan rontok semua dengan kata lain tanaman tadi akan
keguguran. Ketika bunga sudah menjadi pentil,
penyemprotan dengan pupuk daun boleh dilakukan lagi
terutama hara P-nya tinggi, dengan catatan yang disemprot
bukan buahnya tetapi tetap pada daunnya
c. Satu lagi tanaman yang tidak bisa disemprot pupuk daun
ialah tanaman yang baru dipindah ke lapangan. Karena
tanaman itu masih terhitung masih muda dan lemas. Baru
setelah tanaman mulai segar kembali atau pulih dari
pengaruh pemindahan, pupuk daun bisa jalan lagi.
Cara pemupukan dengan penyemprotan melalui daun
dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut : Unsur hara sulit diambil tanaman melalui akar
tanah, misalnya tanaman yang tumbuh pada tanah
berpasir atau tanah-tanah yang berbatu.

18
Bila unsur hara dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang
sangat sedikit (unsur hara mikro).
Kondisi dan sifat fisik dari pupuk yang buruk.
Bila pemakaian pupuk dengan cara pemberian melalui
akar tidak berhasil.
Pengaruh maksimum dari pupuk terhadap tanaman
dapat diperoleh selama musim kering.

D. Pengairan (Irigasi)
Menurut Direktorat Jenderal Pengairan (1986)
mendefinisikan irigasi merupakan salah satu faktor penting dalam
produksi bahan pangan. Sistem irigasi dapat diartikan sebagai
satu kesatuan yang tersusun dari berbagai komponen,
menyangkut upaya penyediaan, pembagian, pengelolaan dan
pengaturan air dalam rangka meningkatkan produksi pertanian.
Beberapa komponen dalam sistem irigasi diantaranya adalah :
a) siklus hidrologi (iklim, air atmosferik, air permukaan, air bawah
permukaan)
b) kondisi fisik dan kimiawi (topografi, infrastruktur, sifat fisik dan
kimiawi lahan)
c) kondisi biologis tanaman, aktivitas manusia (teknologi, sosial,
budaya, ekonomi).
Ditinjau dari proses penyediaan, pemberian, pengelolaan
dan pengaturan air, sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi 4
(Sudjarwadi, 1990), yaitu :
a) Sistem Irigasi Permukaan (surface irrigation system)
Sistem irigasi permukaan terjadi dengan menyebarkan air ke
permukaan tanah dan membiarkan air meresap (infiltrasi) ke
dalam tanah. Air dibawa dari sumber ke lahan melalui saluran
terbuka baik dengan atau lining maupun melalui pipa dengan

19
head rendah. Investasi yang diperlukan untuk
mengembangkan irigasi permukan relatif lebih kecil daripada
irigasi curah maupun tetes kecuali bila diperlukan
pembentukan lahan, seperti untuk membuat teras. Sistem
irigasi permukaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
peluapan dan penggenangan bebas (tanpa kendali) serta
peluapan penggenangan secara terkendali. Sistem irigasi
permukaan yang paling sederhana adalah peluapan bebas
dan penggenangan.
b) Sistem Irigasi Bawah Permukaan (sub surface irrigation
system)
Sistem irigasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan
meresapkan air ke dalam tanah di bawah zona perakaran
melalui sistem saluran terbuka ataupun dengan menggunakan
pipa porus. Lengas tanah digerakkan oleh gaya kapiler menuju
zona perakaran dan selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman.
c) Sistem Irigasi Dengan Pemancaran (sprinkle irrigation system)
Prinsip yang digunakan sistem ini adalah memberi tekanan
pada air dalam pipa dan memancarkan ke udara sehingga
menyerupai hujan selanjutnya jatuh pada permukaan tanah.
Cara pemancaran dapat dilakukan dengan berbagai variasi,
antara lain dengan menggunakan pipa porus ataupun
menggunakan alat pancar yang bisa berputar. Untuk dapat
memberikan siraman yang merata sering digunakan alat
pancar yang diletakkan di atas kereta dan dapat berpindah
pindah. Umumnya komponen irigasi curah terdiri dari (a)
pompa dengan tenaga penggerak sebagai sumber tekanan,
(b) pipa utama, (c) pipa lateral, (d) pipa peninggi (riser) dan (e)
kepala sprinkle (head sprinkle). Sumber tenaga penggerak
pompa dapat berupa motor listrik atau motor bakar. Pipa

20
utama adalah pipa yang mengalirkan air ke pipa lateral. Pipa
lateral adalah pipa yang mengalirkan air dari pipa utama ke
sprinkle. Kepala sprinkle adalah alat/bagian sprinkle yang
menyemprotkan air ke tanah.
d) Sistem Irigasi Dengan Tetesan (trickle irrigation / drip irrigation
system)
Sistem irigasi tetes sering disebut dengan trickle irrigation atau
kadang-kadang drip irrigation. Sistem yang digunakan adalah
dengan memakai pipa-pipa dan pada tempat-tempat tertentu
diberi lubang untuk jalan keluarnya airmenetes ke tanah.
Perbedaan dengan sistem pancaran adalah besarnya
tekananpada pipa yang tidak begitu besar. Unsur-unsur
utama pada irigasi tetes yang perlu diperhatikan sebelum
mengoperasikan peralatan irigasi tetes adalah :
- Sumber air, dapat berupa sumber air permanen (sungai,
danu, dan lain-lain), atau sumber air buatan (sumur,
embung dan lain-lain)
- Sumber daya, sumber tenaga yang digunakan untuk
mengalirkan air dapat dari gaya gravitasi (bila sumber air
lebih tinggi daripada lahan pertanaman), dan untuk
sumber air yang sejajar atau lebih rendah dari pada lahan
pertanaman maka diperlukan bantuan pompa. Untuk
lahan yang mempunyai sumber air yang dalam, maka
diperlukan pompa penghisap pompa air sumur dalam.
- Saringan, untuk mencegah terjadinya penyumbatan meke
diperlukan beberapa alat penyaring, yaitu saringan utama
(primary filter) yang dipasang dekat sumber air, sringan
kedua (secondary filter) diletakkan antara saringan utama
dengan jaringan pipa utama.
E. Pengendalian Gulma

21
Menurut (Martin 2006), teknik pengendalian gulma dibagi
menjadi beberapa tipe yaitu diantaranya :

1. Secara Fisik / Tanpa Menggunakan Mesin

a. Mencabut gulma dengan tangan.

Teknik mencabut gulma dengan tangan dilakuan dengan cara


mencabut secara langsung gulma yang tumbuh di halaman, di
seputar tanaman dan di bedengan. Teknik
membabad/memotong gulma dengan sabit yaitu dengan
mengayunkan sabit secara mendatar di atas permukaan tanah
yang ditumbuhi gulma berulang-ulang sampai gulma terpotong
pada pangkal batangnya dan rata dengan tanah.

b. Mengored gulma

Teknik mengored gulma yaitu dengan menekan kored pada


tanah kemudian menariknya dari arah depan ke belakang
berulang kali sampai gulma terpotong koret pada bagian
pangkal batangnya dan lahan bersih dari gulma. Teknik
pengendalian gulma dengan mencangkul atau membajak
gulma dilakukan dengan cara tanah dicangkul sampai
kedalaman 20-25 cm dan dibalik (permukaan tanah diletakkan
di bagian bawah) agar bagian gulma yang berada di atas tanah
dan organ perbanyakan vegetatif gulma di dalam tanah menjadi
kering terkena panas matahari selama 1 minggu.

2. Secara Mekanis / Menggunakan Mesin

a. Menggunakan Mesin Pemotong Rumput

Sebelum menggunakan mesin pemotong rumput dapat dimulai


dengan mengecek bahan bakar pada mesin pada mesin
pemotong rumput, menghidupkan mesin pemotong rumput, lalu

22
mesin digendong di punggung dan menghidupkan baling-baling
pisau pemotong rumput sampai siap untuk digunakan.

Mulai memotong gulma dengan cara mesin pemotong rumput


yaitu dengan mengarahkan tangkai pipa penghubung yang
ujungnya terdapat baling-baling pisau pemotong ke arah
samping kiri dan kanan dengan arah gerakan memotong rumput
menuju ke depan sampai gulmanya terpotong secara rapi.

3. Secara Kimia / Menggunakan Bahan Kimia (Herbisida)

a.Herbisida berasal dari kata Herba = Gulma, dan Sida =


Membunuh.

b.Herbisida yang dipergunakan dalam pengendalian gulma


pada lahan pertanian dibedakan menjadi :

A. Menurut waktu aplikasinya :

1. Herbisida pra-pengolahan tanah yaitu jenis herbisida yang


diaplikasikan pada lahan pertanian sebelum lahan tersebut
diolah dan ditumbuhi berbagai jenis vegetasi termasuk gulma,
dengan tujuan untuk membersihkan lahan sebelum dilakukan
pengolahan tanah, contohnya herbisida berbahan aktif
paraquat.

2. Herbisida pra-tanam yaitu jenis herbisida yang diaplikasikan


pada lahan pertanian setelah dilakukan pengolahan tanah dan
sebelum lahan tersebut ditanami, dengan tujuan untuk
mengendalikan dan mencegah biji maupun organ perbanyakan
vegetatif gulma yang terbawa dalam proses pembalikan tanah
ke permukaan tumbuh di lahan, contohnya herbisida berbahan
aktif triazin dan EPTC.

23
3. Herbisida pra-tumbuh yaitu jenis herbisida yang diaplikasikan
pada lahan pertanian setelah tanaman ditanam tetapi sebelum
tanaman dan gulma tumbuh atau muncul di lahan tersebut,
dengan tujuan untuk menekan gulma yang akan tumbuh atau
muncul bersama-sama dengan tumbuhnya tanaman budidaya,
contohnya herbisida berbahan aktif nitralin.

4. Herbisida pasca tumbuh yaitu jenis herbisida yang


diaplikasikan pada lahan pertanian setelah tanaman budidaya
tumbuh di lahan tersebut, dengan tujuan untuk menekan
pertumbuhan gulma yang tumbuh setelah tanaman budidaya
tumbuh sehingga pertumbuhannya tidak tersaingi oleh gulma,
contohnya herbisida berbahan aktif propanil atau MPCA pada
padi, herbisida berbahan aktif glyphosat dan dalapon pada
karet.

B. Berdasarkan cara kerjanya :

1. Herbisida kontak yaitu herbisida yang mematikan gulma


dengan cara kontak dengan gulma melalui absorbsi lewat akar
maupun daun dan akan merusak bagian gulma yang terkena
langsung oleh herbisida tersebut dan tidak ditranslokasikan ke
organ bagian gulma yang lain, contohnya herbisida berbahan
aktif asam sulfat 70 %, besi sulfat 30 %, tembaga sulfat 40 %
dan paraquat.

2.Herbisida sistemik yaitu herbisida yang mematikan gulma


dengan cara ditranslokasikan ke seluruh bagian gulma
sehingga pengaruhnya luas. Herbisida ini mematikan gulma
dengan cara menghambat fotosisntesis, seperti herbisida
berbahan aktif triazin, substitusi urea dan amida, dengan cara
menghambat respirasi seperti her bisida berbahan aktif amitrol

24
dan arsen, dengan cara menghambat perkecambahan seperti
herbisida berbahan aktif karbamat dan tiokarbamat serta
dengan cara menghambat pertumbuhan seperti herbisida
berbahan aktif 2,4 D, dicamba dan picloram.

C. Berdasarkan selektifitasnya :

1. Herbisida selektif yaitu herbisida yang bila dipalikasikan pada


beberapa jenis tumbuhan akan mematikan species tertentu
gulma dan relatif tidak mengganggu tanaman yang
dibudidayakan misalnya herbisida berbahan aktif asm 2, 4 D
yang mematikan gulma daun lebar dan relatif tidak
mengganggu tanaman serelia.

2. Herbisida non-selektif yaitu herbisida yang bila diaplikasikan


pada beberapa jenis tumbuhan melalui tanah atau daun dapat
mematikan hampir semua jenis tumbuhan termasuk tanaman
yang dibudidayakan misalnya herbisida berbahan aktif
arsenikal, klorat dan karbon disulfida.

D. Berdasarkan sifat kimiawinya :

1. Herbisida an-organik yaitu herbisida yang bahan aktifnya


tersusun secara anorganik, misalnya herbisida berbahan aktif
amonium sulfanat, amonium sulfat, amonium tiosianat, kalsium
sianamida, tembaga sulfat-nitratferosulfat, sodium arsenat,
sodium tetraborat, sodium klorat, sodium klorida-nitrat dan
asam sulfurat.

2. Herbisida organik yaitu herbisida yang bahan aktifnya


tersusun, misalnya herbisida golongan nitrofenol+anilin,
herbisida tipe hormon, herbisida berbahan aktif asam
benzoat+fenil asetat, amida, nitril, arilkarbamat, substitusi urea,

25
piridin, pirimidinurasil, triazin, amitrol dan gugusan
organoarsenat.

Langkah-langkah dalam melakukan penyemprotan gulma


menggunakan herbisida yaitu penyiapan sprayer dan nozel yang
akan digunakan untuk menyemprot gulma di lahan pertanian
sesuai kebutuhan, melakukan kalibrasi sprayer yang akan
digunakan dengan benar, menetukan kebutuhan formulasi larutan
herbisida sesuai luasan areal lahan, dosis dan volume
semprotnya, mencampur herbisida dengan pelarutnya sesuai
perhitungan dan kebutuhan dalam wadah secara merata dan
homogen, memasukkan campuran larutan herbisida ke dalam
tangkai sampai penuh sesuai dengan kapasitas tangki, memompa
tangki sampai tekanan udara dalam tangki penuh, menyemprot
gulma pada lahan dengan mengatur posisi nozel setinggi 30-45
cm di atas permukaan gulma dan arah penyemprotannya searah
dengan arah angin, melakukan penyemprotan dengan berjalan
secara normal (biasa) pada kecepatan yang konstan, melakukan
pemompaan pada sprayer secara teratur (sekali setiap dua
langkah) agar tekanan udara dalam tangki tetap penuh, serta
melakukan penyemprotan sampai seluruh permukaan tanaman
terkena hembusan larutan herbisida secara merata dan seluruh
areal yang ditargetkan selesai disemprot.

F. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama adalah aplikasi teknologi berdasarkan


pengetahuan biologi untuk menurunkan populasi atau pengaruh
hama secara memuaskan (Pedigo, 1991). Berdasarkan
pengertian tersebut, maka dalam pengendalian hama diperlukan
dua pengetahuan dasar, yaitu teknologi dan biologi. Pengetahuan

26
teknologi yang diperlukan meliputi alternatif teknologi paling tepat
untuk digunakan dalam menekan populasi atau pengaruh hama.

Alternatif teknologi ini diantaranya termasuk teknologi


penggunaan pestisida, teknologi pemanfaatan bahan-bahan alami
(biologi), teknologi kultur teknis (budidaya), fisik, mekanik,
rekayasa genetik, alat-alat pengendalian, dan lainlain.
Pengetahuan biologi diperlukan antara lain untuk menentukan
dimana, kapan, dan bagaimana teknologi itu harus digunakan.
Pengetahuan biologi yang dibutuhkan tidak haya mencakup
biologi dari hama itu sendiri tetapi juga biologi dari tanaman dan
musuh alami hama.

Pengetahuan biologi yang diperlukan antara lain : (1) biologi


spesies hama (jenis dan sifat hama, fenologi hama, kepadatan
populasi, potensi merusak, dll,), (2) kisaran inang (monofag,
oligofaf, dan poligofag), (3) biologi tanaman (jenis tanaman dan
tingkat ketahanan tanaman), dan (4) biologi musuh alami (jenis
dan sifat musuh alami, fenologi musuh alami, tingkat
parasitasi/patogenisitas).

Agar pengendalian yang dilakukan dapat memberikan hasil


yang memuaskan, maka Geier (1966) cit. Pedigo (1991)
mengemukakan empat persyaratan berikut :

(1) pengendalian hama harus selektif terhadap hama yang


dikendalikan.

(2) Bersifat komprehensif dengan sistem produksi

(3) Kompatibel dengan prinsip-prinsip ekologi

27
(4) Bersifat toleran terhadap spesies yang potensial dapat
merusak tanaman tetapi masih dalam batas-batas yang secara
ekonomis dapat diterima.

Mengacu pada persyaratan tersebut, maka oleh para akhli


perlindungan tanaman pengertian Pengendalian Hama kemudian
dipertajam menjadi. Konsepsi Pengelolaan Hama dengan
memasukan komponen lingkungan sera eksplisit, yaitu bahwa
Pengendalian Hama adalah Pengelolaan Hama yaitu pendekatan
yang komprehensif dalam pengendalian hama dengan
menggunakan kombinasi berbagai cara untuk menurunkan status
hama sampai tingkatan yang dapat ditoleransikan sementara
qualitas lingkungan dapat tetap terjaga dengan baik.

Pengertian yang menarik tentang pestisida dikemukaan oleh


Meister et al, (1985) yang menyatakan bahwa pestisida adalah
racun ekonomis. Jadi pestisida adalah racun yang mempunyai
sifat ekonomis, penggunaan pestisida dapat memberikan
keuntungan tetapi juga dapat dapat mengakibatkan kerugian.
Pengalaman menunjukkan bahwa penggunaan pestisida sebagai
racun sebenarnya lebih merugikan disbanding menguntungkan,
yaitu dengan munculnya berbagai dampak negatif yang
diakibatkan oleh pestisida tersebut. Karena alasan tersebut, maka
dalam penggunaan pestisida harus memperhatikan hal-hal berikut
: (1) Pestisida hanya digunakan sebagai alternatif terakhir apabila
belum ditemukan cara pengendalian lain yang dapat memberikan
hasil yang baik, (2) Apabila terpaksa menggunakan pestisida
gunakan pestisida yang mempunyai daya racun rendah dan
bersifat selektif, (3) Apabila terpaksa menggunakan pestisida
lakukan secara bijaksana.

28
Penggunaan pestisida secara bijaksana adalah penggunaan
pestisida yang memperhatikan prinsip 5 (lima) tepat, yaitu :

1) Tepat sasaran
Tentukan jenis tanaman dan hama sasaran yang akan
dikendalikan, sebaiknya tentukan pula unsur-unsur abiotis dan
biotis lainnya. Ini berarti sebelum melakukan aplikasi pestisida,
terlebih dahulu harus dilakukan analisis agroekosistem.
2) Tepat jenis
Setelah diketahui hasil analisis agroekosistem, maka dapat
ditentukan pula jeis pestisida apa yang harus digunakan,
misalnya untuk hama serangga gunakan insektisida, untuk
tikus gunakan rodentisida. Pilihlah pestisida yang paling tepat
diantara sekian banyak pilihan. Misalnya, untuk pengendalian
hama ulat daun kubis. Berdasarkan rekomendasi dari Komisi
Pestisida tersedia + 60 nama dagang insektisida. Jangan
menggunakan pestisida tidak berlabel, kecuali pestisida botani
racikan sendiri yang dibuat berdasarkan anjuran yang
ditetapkan. Sesuaikan pilihan tersebut dengan alat aplikasi
yang dimiliki atau akan dimiliki.
3) Tepat waktu
Waktu pengendalian yang paling tepat harus ditentukan
berdasarkan : (1) Stadium rentan dari hama yang menyerang
tanaman, misalnya stadium larva instar I, II, dan III. (2)
Kepadatan populasi yang paling tepat untuk dikendalikan,
lakukan aplikasi pestisida berdasarkan Ambang Kendali atau
Ambang Ekonomi. (3) Kondisi lingkungan, misalnya jangan
melakukan aplikasi pestisida pada saat hujan, kecepatan angin
tinggi, cuaca panas terik. (4) Lakukan pengulangan sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan.

29
4) Tepat dosis/konsentrasi
Gunakan konsentrasi/dosis yang sesuai dengan yang
dianjurkan oleh Komisi Pestisida. Untuk itu bacalah label
kemasan pestisida. Jangan melakukan aplikasi pestisida
dengan konsentrasi dan dosis yang melebihi atau kurang
sesuai dengan anjuran akan dapat menimbulkan dampak
negatif.
5) Tepat Cara
Lakukan aplikasi pestisida dengan cara yang sesuai dengan
formulasi pestisida dan anjuran yang ditetapkan.

2.4 Manajemen Panen dan Pascapanen


2.4.1 Panen
Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman
(bercocok tanam), tapi merupakan awal dari pekerjaan
pascapanen, yaitu melakukaan persiapan untuk penyimpanan
dan pemasaran. Komoditas yang di panen tersebut selanjutnya
akan melalui jalur-jalur tataniaga, sampai berada di tangan
konsumen. Panjang pendeknya jalur tataniaga tersebut
menentukan tindakan panen dan pascapanen yang bagaimana
yang sebaliknya dilakukan. Pada dasarnya yang dituju pada
perlakuan panen adalah mengumpulkan komoditas dari lahan
penanaman, pada taraf kematangan yang tepat, dengan
kerusakan yang minimal, dilakukan secepat mungkin dan
dengan biaya yang rendah.
2.4.1.1 Hal Utama yang Perlu Diperhatikan pada Pemanenan
a. Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, 2 hal utama yang
perlu diperhatikan pada pemanenan, yaitu :

30
1. Menentukan waktu panen yang tepat, yaitu menentukan
kematangan yang tepat dan saat panen yang sesuai, dapat
dilakuakan berbagai cara, yaitu :
Cara visual/penampakan : misal dengan melihat warna
kulit, bentuk buah, ukuran, perubahan bagian tanaman
seprti daun mengering dll.
Cara Fisik : misal dengan perabaan, buah lunak, umbi
keras, buah mudah dipetik, dll.
Cara Komputasi : misal menghitung umur tanaman sejak
tanam atau umur buah dari mulai bunga mekar.
Cara Kimia : misal melakukan pengukuran/analisi
kandungan zat atau senyawa yang ada dalam
komoditas, seperti : kadar gula, kadar tepung, kadar
asam, aroma, dll.
2. Melakukan penanganan panen yang baik, yaitu menekan
kerusakan yang dapat terjadi. Dalam suatu usaha pertanian
(bisnis) cara-cara panen yang dipilih perlu diperhitungkan,
disesuaikan dengan kecepatan atau waktu yang diperlukan
(sesingkat mungkin) dan dengan biaya yang rendah.
2.4.1.2 Penanganan Panen yang Baik
1. Lakukan persiapan panen dengaan baik. Siapkan alat-alat
yang dibutuhkan, tempat penampungan hasil dan wadan-
wadan panen, serta pemanen yang terampil dan tidak ceroboh.
2. Pada pemanenan, hindari kerusakan mekanis dengan
melakukan panen secara hati-hati. Panen sebaiknya dilakukan
dengan tangan atau menggunakan alat bantu yang sesuai.
Misal tomat dan cabai dipetik dengan tangan, baawang merah
dicabut dan pada kentang tanah disekitaar tanaman dibongkar
dengan menggunakan cangkul dan umbi dikeluarkan dari dalam

31
tanah. Hindari kerusakan atau luka pada umbi saat
pembongkaran tanah.
3. Memperhatikan bagian tanaman yang dipanen
Misal tomat dipanen tanpa tangkai untuk menghindari luka yang
dapaat terjadi karena tangkai buah yang mengering menusuk
buah yang ada di atasnya. Cabai dipetik dengan tangkainya,
bawang merah dicabut dengan menyertakan daunya yang
mengering, kentang dipanen umbinya, dilepaskan dari tangkai
yang masih menempel, jagung sayur dipanen berikut
kelobotnya.
4. Gunakan tempat atau wadah panen yang sesuai dan bersih,
tidak meletakkan hasil panen diatas tanah atau dilantai dan
usahankan tidak menumpuk hasil panen tidak terlalu tinggi.
5. Hindari tindakan kasar pada pewadahan dan usahakan tidak
terlalu banyak melakukan pemindahan wadah.
6. Sedapat mungkin pada waktu panen pisahkan buah atau
umbi yang baik dari buah atau umbi yang luka, memar, atau
yang kena penyakit atau hama, agar kerusakan tersebut tidak
menulari buah atau umbi yang sehat.

2.4.2 Pascapanen
2.4.2.1 Pengertian Pascapanen
Pascapanen hasil pertanian adalah tahapan
kegiatan yang dimulai sejak pemungutan (pemanenan)
hasil pertanian yang meliputi hasil tanaman pangan,
holtikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan
sampai siap untuk dipasarkan . Hasil utama pertanian
adalah hasil pertanian yang merupakan produk utama
untuk tujuan usaha pertanian dan diperoleh hasil melalui
maupun tidak melalui proses pengolahan. Penanganan

32
pascapanen adalah tindakan yang disiapkan atau
dilakukan pada tahapan pascapanen agar hasil
pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen dan
atau diolah lebih lanjut oleh industry.
Definisi pasca panen menurut pasal 31 UU
No.12/1992, adalah suatu kegiatan yang meliputi
pembersihan, pengupasan, sortasi, pengawetan,
pengemasan, penyimpanan, standarisasi mutu, dan
transportasi hasil budidaya pertanian.
2.4.2.2 Penanganan Pascapanen
Penanganan pascapanen hasil pertanian meliputi
semua kegiatan perlakuan dan pengolahan langsung
terhadap hasil pertanian yang karena sifatnya harus
segera ditangani untuk meningkatkan mutu hasil
pertanian agar mempunyai daya simpan dan daya guna
lebih tinggi. Kegiatan pascapanen meliputi :

1. Grading (pengkelasan) dan standarisasi.


2. Pengemasan dan pelabelan.
3. Penyimpanan.
4. Pengangkutan.
Pada beberapa komoditas ada yang diberi perlakuan
tambahan antara lain : pemberian bahan kimia,
pelilinan, pemeraman. Berikut adalah penjelasan
lengkap dari beberapa tahap penanganan pascapanen
:
1. Grading dan Standarisasi
Grading adalah pemilahan berdasarkan kelas
kualitas. Biasanya dibagi dalam kelas 1, kelas 2, kelas
3 dan seterusnya, atau kelas A, kelas B, kelas C dan

33
seterusnya. Pada beberapa komoditas ada kelas super-
nya.
Tujuan dari tindakan grading ini adalah untuk
memberikan nilai lebih ( harga yang lebih tinggi) untuk
kualitas yang lebih baik. Standard yang digunakan untuk
pemilahan (kriteria ) dari masing-masing kualitas
tergantung dari permintaan pasar. Standarisasi
merupakan ketentuan mengenai kualitas atau kondisi
komoditas berikut kemasannya yang dibuat untuk
kelancaran tataniaga/pemasaran. Standarisasi pada
dasarnya dibuat atas persetujuan antara konsumen dan
produsen, dapat mencakup kelompok tertentu atau
wilayah / negara / daerah pemasaran tertentu.

2. Pengemasan / pengepakan / pembungkusan


Keuntungan dari pengemasan yang baik :
1. Melindungi komoditas dari kerusakan.
2. Melindungi dari kerusakan mekanis : gesekan,
tekanan, getaran.
3. Melindungi dari pengaruh lingkungan : temperatur,
kelembaban, angin.
4. Melindungi dari kotoran / pencemaran : sanitasi.
5. Melindungi dari kehilangan (pencurian) :
memudahkan pengontrolan.
6. Memudahkan penanganan
7. Meningkatkan pelayanan dalam pemasaran.
8. Praktis untuk konsumen (pengemasan dalam
skala kecil) dan lebih menarik konsumen.
9. Dapat untuk menyampaikan informasi produk
yang dikemas.

34
10. Penggunaan label dapat menerangkan cara
penggunaan dan cara melindungi produk yang
dikemas.
11. Mengurangi / menekan biaya transportasi / biaya
tataniaga.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan
pengemasan:
1. Pengemasan harus dilakukan dengan hati-hati
terutama mencegah terluka, terjatuh atau
kerusakan lain.
2. Hanya komoditas yang baik yang dikemas (melalui
sortasi).
3. Tempat pengemasan harus bersih dan hindari
kontaminasi.
4. Container atau wadah dan bahan pengemas lain,
juga pengisi atau pelindung, harus bersih atau
untuk yang tidak didaur pakai seperti kardus,
plastic transparan dan lain-lain, harus yang baru.
5. Pengemasan pada beberapa komoditas dilakukan
setelah precooling.. Pengemasan sebaiknya
dilakukan pada tiap grad kualitas secara terpisah.
6. Bahan pengemas harus kuat, sesuai dengan sifat
dan kondisi produk yang dikemas dan lama
penyimpanan/pengangkutan.

3. Penyimpanan (Storage operation)


Tujuan / guna penyimpanan
1. Memperpanjang kegunaan (dalam beberapa
kasus, meningkatkan kualitas).
2. Menampung produk yang melimpah.

35
3. Menyediakan komoditas tertentu sepanjang tahun.
4. Membantu dalam pengaturan pemasaran.
5. Meningkatkan keuntungan finansial bagi
produsen.
6. Mempertahankan kualiatas dari komoditas yang
disimpan.
Prinsip dari perlakuan penyimpanan :
1. Mengendalikan laju transpirasi.
2. Mengendalikan repirasi.
3. Mengendalikan / mencegah serangan penyakit.
4. Mencegah perubahan-perubahan yang tidak
dikehendaki konsumen.

Lama penyimpanan (ketahanan simpan) dapat


diperpanjang dengan cara sebagai berikut :
1. Mengontrol penyakit yang timbul setelah panen.
2. Mengatur kondisi atmosfer (C.A. storage).
3. Perlakuan kimia (chemical treatment).
4. Perlakuan penyinaran (irradiation).
5. Penyimpanan dingin (refrigeration).
Faktor yang berpengaruh pada keberhasilan
penyimpanan adalah :
1. Perlakuan sebelum panen
2. Panen dan penanganan panen
3. Precooling
4. Kebersihan
5. Varietas /kultivar hasil tanaman dan tingkat
kematangannya

36
4. Pengangkutan
Pengangkutan umumnya diartikan sebagai
penyimpanan berjalan. Semua kondisi penyimpanan
pada komoditas yang diangkut harus diterapkan. Faktor
pengangkutan yang perlu diperhatikan adalah:
1. Fasilitas angkutannya.
2. Jarak yang ditempuh atau lama perjalanan.
3. Kondisi jalan dan kondisi lingkungan selama
pengangkutan.
4. Perlakuan bongkar-muat yang diterapkan.
5. Pemberian bahan kimia:
Berbagai tujuan pemberian bahan kimia, antara lain:
1. Insektisida atau Fungisida untuk mencegah
serangan hama dan penyakit setelah panen.
2. Penyerap etilen (ethylene absorber) untuk
mengikat gas etilen yang timbul selama
penyimpanan buah agar pematangan buah dapat
diperlambat.
3. Pemberian etilen untuk mempercepat pematangan
atau untuk pemeraman.
4. Pemberian zat penghambat pertunasan untuk
menekan tumbuhnya tunas.
5. Pelilinan untuk mengganti atau menambah lapisan
lilin yang ada dipermukaan buah.
6. Pemberian kapur pada tangkai kubis (bekas
potongan) untuk mencegah pembusukan.
7. Pemberian senyawa tertentu untuk warna yang
lebih baik.

37
2.4.2.3 Tujuan Pascapanen
Tujuan penanganan pasca panen antara lain:
1. Untuk menekan tingkat kerusakan hasil panen
komoditas pertanian dengan meningkatkan daya
simpan dan daya guna komoditas pertanian agar
dapat menunjang usaha penyediaan bahan baku
industri dalam negeri.
2. Meningkatkan nilai tambah dan pendapatan.
3. Meningkatkan devisa negara dan perluasan
kesempatan kerja serta melestarikan sumberdaya
alam dan lingkugan hidup.

2.4.2.4 Prosedur/perlakuan dari penanganan pasca panen


Prosedur/perlakuan dari penanganan pasca panen
berbeda untuk berbagai bidang kajian/komoditi.
Perbedaan ini disebabkan oleh hasil akhir atau tujuan
yang berbeda, misalnya:
1. Penanganan pasca panen pada
komoditas perkebunan yang ditanam dalam skala luas
seperti kopi, teh, tembakau dll., sering disebut
pengolahan primer, bertujuan menyiapkan hasil
tanaman untuk industri pengolahan, perlakuannya bisa
berupa pelayuan, penjemuran, pengupasan, pencucian,
fermentasi dll.
2. Penanganan pasca panen pada produksi
benih bertujuan mendapatkan benih yang baik dan
mempertahankan daya kecambah benih dan vigornya
sampai waktu penanaman. Teknologi benih meliputi
pemilihan buah, pengambilan biji, pembersihan,
penjemuran, sortasi, pengemasan, penyimpanan, dll.

38
3. Penanganan pasca panen pada komoditas tanaman
pangan yang berupa biji-bijian (cereal/grains), ubi-ubian
dan kacangan yang umumnya dapat tahan agak lama
disimpan, bertujuan mempertahankan komoditas yang
telah dipanen dalam kondisi baik serta layak dan tetap
enak dikonsumsi. Penanganannya dapat berupa
pemipilan/perontokan, pengupasan, pembersihan,
pengeringan (curing /drying), pengemasan,
penyimpanan, pencegahan serangan hama dan
penyakit, dll.
4. Penanganan pasca panen hasil hortikultura yang
umumnya dikonsumsi segar dan mudah rusak
(perishable), bertujuan mempertahankan kondisi
segarnya dan mencegah perubahan-perubahan yang
tidak dikehendaki selama penyimpanan, seperti
pertumbuhan tunas, pertumbuhan akar, batang
bengkok, buah keriput, polong alot, ubi berwarna hijau
(greening), terlalu matang, dll. Perlakuan dapat berupa:
pembersihan, pencucian,
pengikatan, curing, sortasi, grading,pengemasan,penyi
mpanan dingin, pelilinan, dll.
2.4.2.5 Keuntungan Kegiatan Pascapanen
Kegiatan pasca panen memberikan banyak
keuntungan lebih apabila dilakukan dengan sebaik-
baiknya. Keuntungan melakukan penanganan pasca
panen yang baik antara lain:
1. Jumlah pangan yang dapat dikonsumsi lebih
banyak.
2. Lebih murah melakukan penanganan pasca panen
(misal dengan penangan yang hati-hati, pengemasan)

39
dibanding peningkatan produksi yang
membutuhkan input tambahan (misal pestisida, pupuk,
dll).
3. Risiko kegagalan lebih kecil. Input yang diberikan
pada peningkatan produksi bila gagal bisa berarti gagal
panen. Pada penanganan pasca panen, bila
gagal umumnya tidak menambah kehilangan.
4. Menghemat energi. Energi yang digunakan untuk
memproduksi hasil yang kemudian hilang dapat
dihemat.
5. Waktu yang diperlukan lebih singkat (pengaruh
perlakuan untuk peningkatan produksi baru terlihat 1
3 bulan kemudian, yaitu saat panen;
pengaruh penanganan pasca panen dapat terlihat 1 7
hari setelah perlakuan).
6. Meningkatkan nutrisi Melakukan penanganan pasca
panen yang baik dapat mencegahkehilangan
nutrisi, berarti perbaikan nutrisi bagi masyarakat.
7. Mengurangi sampah, terutama di kota-kota dan ikut
mengatasi masalah pencemaran lingkungan.
2.5 Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu perpaduan aktivitas aktivitas yang
saling berhubungan untuk mengetahui kebutuhan konsumen melalui
penciptaan, penawaran dan pertukaran produk dan jasa yang bernilai
serta mengembangkan promosi, distribusi, pelayanan dan harga agar
kebutuhan konsumen dapat terpuaskan dengan baik pada tingkat
keuntungan tertentu (Oentoro, 2012 : 1). Sedangkan menurut Kartajaya
(2010 : 11), pemasaran adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang
mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan values dari
satu inisiator kepada stakeholders-nya. Kotler (2007 : 16),

40
mengungkapkan bahwa pemasaran adalah suatu proses dan manajerial
yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan
mempertukarkan yang bernilai dengan pihak lain.
Menurut Rahim dan Hastuti (2007 : 108), pemasaran pertanian
adalah proses aliran komoditas yang disertai perpindahan hak milik dan
penciptaan guna waktu, tempat, bentuk, yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga pemasaran dengan melaksanakan salah satu atau lebih fungsi-
fungsi pemasaran. Pemasaran pertanian merupakan sejumlah kegiatan
bisnis yang ditujukan untuk memberi kepuasan dari barang dan jasa yang
dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai dalam bidang pertanian,
baik input maupun produk pertanian. Pemasaran pertanian bisa
dikatakan proses aliran komoditas yang disertai perpindahan hak milik
dan penciptaan guna waktu (time utility), guna tempat (place utility), dan
guna bentuk (form utility) yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
pemasaran dengan melaksanakan salah satu atau lebih fun gsi-fungsi
pemasaran (Sudiyono, 2004:10).
Menurut Sudiyono (2004 : 82) fungsi pemasaran terbagi atas tiga
yaitu : Fungsi Pertukaran, Fungsi Fisik, dan Fungsi Penyediaan Fasilitas.
Fungsi fungsi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Fungsi Pertukaran
Dalam pemasaran produk produk pertanian meliputi kegiatan
yang menyangkut pengalihan hal pemilikan dalam sistem pemasaran.
Fungsi pertukaran ini terdiri dari fungsi penjualan dan pembelian. Dalam
melaksanakan fungsi penjualan, maka produsen atau lembaga
pemasaran yang berada pada rantai pemasaran sebelumnya harus
memperhatikan kualitas, kuantitas, bentuk dan waktu serta harga yang
diinginkan konsumen ataupun lembaga pemasaran yang ada pada rantai
pemasaran.

41
Fungsi pembeli ini diperlukan untuk memiliki komoditi-komoditi
pertanian yang akan di komsumsi ataupun di gunakan dalam proses
produksi. Dalam melakukan pemindahan hak milik ini, lembaga yang
melakukan penjualan maupun pembelian, tidak berharap secara
langsung. Lembaga pemasaran yang melakukan proses penjualan
biasanya melibatkan makelar penjualan (Selling Broker), sedangkan
lembaga pemasaran yang melakukan proses pembelian melibatkan
makelar pembelian (Buying Broker).
2. Fungsi Fisik
Meliputi kegiatan kegiatan yang secara langsung diberlakukan
terhadap komoditi pertanian, sehungga komoditi komoditi pertanian
tersebut mengalami tambahan guna tempat dan guna waktu.
Berdasarkan definisi fungsi fisik di atas, maka fungsi fisik ini meliputi
pengangkutan dan penyimpanan. Fungsi pengangkutan ini meliputi
perencanaan, pemilihan, dan pergerakan alat alat transportasi dalam
pemasaran produk produk pertanian.
Fungsi pengangkutan ini pada prinsipnya adalah memindahkan produk
produk pertanian dari daerah surplus, dimana kegunaan produk
pertanian rendah, ke daerah minus atau dari daerah produsen ke daerah
konsumen. Untuk meningkatkan efisiensi transportasi, maka harus
diperhatikan aspek aspek : macam alat angkut, resiko kerusakan
selama pengangkutan, kapasitas muatan dan keadaan daerah antara
produsen dan konsumen. Fungsi fisik lainnya adalah penyimpanan.
Fungsi penyimpana ini diperlukan karena produksi komoditi pertanian
bersifat musiman, sedangkan pola konsumsi bersifat relatif dari waktu ke
waktu. Penyimpanan ini bertujuan untuk mengurangi fluktuasi harga yang
berlebihan dan menghindari serangan hama dan penyakit selama proses
pemasaran berlangsung.
3. Fungsi Penyediaan Fasilitas

42
Pada hakekatnya adalah untuk memperlancar fungsi pertukaran
dan fungsi fisik. Fungsi penyediaan fasilitas merupakan usaha usaha
perbaikan sistem pemasaran untuk meningkatkan efisiensi operasional
dan efisiensi penetapan harga. Fungsi penyediaan ini meliputi
standarisasi, penggunaan resiko, informasi harga dan penyediaan dana.
Fungsi pemasaran merupakan kegiatan atau tindakan dalam proses
pemasaran. Anindita (2004;19) menjelaskan bahwa fungsi pemasaran
adalah kegiatan utama yang khusus dilakasanakan untuk menyelesaikan
proses pemasaran. Menambahkan bahwa beberapa kegiatan atau fungsi
khusus membentuk langkah-langkah yang akan dilakukan namun dalam
pelaksanaanya tidak perlu berurutan tetapi mencakup semuanya agar
proses pemasaran berhasil dicapai.

43
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Lokasi kegiatan fieldtrip Manajemen Tanaman Perkebunan
dilakukan di Dusun Dadapan, Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji,
Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Kegiatan fieldtrip yang
dilakukan tepatnya berada di dalam gedung Balai Desa Pandanrejo
itu sendiri.
Adapun waktu pelaksanaan kegiatan fieldtrip tersebut dilakukan pada
Hari Sabtu, 14 Mei 2016. Pukul 07.30 s/d 10.00 WIB.

3.2 Metode Observasi


Metode observasi dalam kegiatan fieldtrip yang dilakukan untuk
mendapatkan data yang diinginkan adalah dengan menggunakan
metode wawancara dengan memakai kuisioner sebagai acuan
pertanyaannya.
Wawancara yang dilakukan adalah secara langsung dengan para
pemilik kebun sesuai dengan tanaman atau komoditas setiap kelas
yang sudah ditentukan sebelumnya.

44
IV. PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Kelompok Langgeng Mandiri dan Struktur Organisasi


4.1.1 Sejarah Kelompok Tani Langgeng Mandiri
Kelompok tani Langgeng Mandiri merupakan salah satu
kelompok tani yang berdiri pada tanggal 27 januari 2010 di
dusun Dadapan, desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Batu,
Kabupaten Malang. Pembentukan kelompok tani ini dilakukan
disalah satu rumah warga yakni pak Sakeh. Pendirian kelompok
tani ini dilakukan karena adanya kesamaan tujuan yang ingin
dibangun bersama. Menurut Wibisono (2006) sebuah
organisasi atau kelompok memabangun visi untuk masa depan
organisasi atau kelompok yang diinginkan.
Awal pembentukan kelompok tani ini, terlebih dahulu
dilaukan diskusi bersama. Diskusi ini dilakukan untuk
membicarakan perihal tentang kelompok tani tersebut. dalam
kurun waktu kurang lebih 1 tahun, dilakukan pertetmuan antara
pencetus kelompok tani ini face to face artinya, pertemuan
tersebut dibicara secara langsung. Setelah pertemuan tersebut
mencapai kesepakatan, maka dilakukan pencarian anggota
kelompok tani. Anggota kelompok tani tersebut tidak lain adalah
penduduk setempat yang berprofesi sebagai petani. Setelah
anggota kelompok tani terbentuk, maka dilakukan lah
peresmian kelompok tani. Agar kegiatan dan kelompok tani ini
diakui maka dilakukanlah pertemuan terhadap perangkat desa
dll untuk membuat SK kelompok tani. SK tersebut dibuat
setetlah mengikuti beberapa alur pembuatan SK. Demikianlah
sejarah berdirinya Kelompok Tani Langgeng Mandiri yang
berdiri dan mendampingi anggota kelompok tani hingga saat ini.

45
4.1.2 Susunan Organisasi Kelompok Tani Langgeng Mandiri

Ketua

Sekret Bendaha Bendaha


aris ra 2 ra 1

Divisi Divi Divisi Divisi Divisi Divis Divisi


Budid si Teknologi Pemasa Perlengk i Permod
aya Sapr dan ran apan Hum alan
odi Pelatihan as

Bagan 1. Susunan Organisasi Kelompok Tani Langgeng Mandiri

Susunan organisasi Kelompok tani Langgeng mandiri dapat


diliha melalui Bagan 1 tersebut. pada susunan organisasi ini
terdapat 1 orang sekretaris dan 2 orang bendahara. Adanya 2
bendahara dalam kelompokt ani tersebut memiliki tugas
berbeda-beda. Bendahara 1 memegangn tanggung jawab
untuk memegang dana kelompok tani secara menyeluruh.
Sedangkan Bendahara 2 memegang tanggung jawab dalam
memegangn perputaran uang (seperti simpan pinjam).
Selain itu, terdapat juga 7 divisi dalam kelompok tani
tersebut yang mencakup divisi Budidaya. Divisi Saprodi, Divisi
Teknologi dan Pelatihan, divisi pemasaran, divisi perlengkapan,
divisi hmas dan divisi permodalan. Divisi budidaya
berrtanggung jawab terhadap budidaya komoditas pertanian

46
mulai pembibitan hingga pane. Divisi saprodi bertanggung
jawab terhadap penyediaan input seperti pupuk, dll. Divisi
permodalan bertanggung jawab terhadap modal
pembudidayaan. Divisi perlengkapan bertanggung jwab
terhadap penyediaasi, perlengkapan dalam kegiatan produksi.
Divisi Humas bertanggung jawab terhadap penyampaian
informasi baik internal maupun eksternal. Divisi pemasaran
bertangggungjawab terhadap pemasaan hasil budidaya. Dan
divisi teknologi bertanggugngjawab terhadap kegaitan anggota
seprti pengadaan studi banding ke daerah lain.
4.2 Analisis ZAE Instansi
4.2.1 Geografi dan Iklim
Kecamatan Bumiaji merupakan kecamatan di Kota Batu yang
memiliki wilayah paling luas dibanding kecamatan lainnya. Dengan luas
wilayah yang hampir mencapai 2/3 dari seluruh wilayah Kota Batu, yaitu
sekitar 127.978 km atau sekitar 64,28 persen dari total luas Kota Batu,
oleh karena itu kecamatan ini memerlukan pengelolaan tersendiri karena
wilayah ini merupakan wilayah tangkapan air yang tidak saja diperlukan
oleh penduduk Kota Batu tetapi juga wilayah sekitar.
Mengacu pada letak geografisnya, seluruh wilayah Kecamatan
Bumiaji berada di daerah lereng dengan topografi sebagian besar berupa
perbukitan. Kecamatan Bumiaji memiliki pemandangan alam yang
sangat indah, sehingga banyak dijumpai tempat -tempat wisata yang
mengandalkan keindahan alam pegunungan disertai wisata air terjun,
kolam renang dan sebagainya. Kondisi topografi pegunungan dan
perbukitan dan rata - rata ketinggian wilayah sekitar 1.062 m dari
permukaan air laut menjadikan Kecamatan Bumiaji sebagai wilayah yang
tertinggi dibandingkan 2 kecamatan lainnya.
Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Bumiaji adalah sebagai
berikut:

47
Utara : Kabupaten Mojokerto
Selatan : Kabupaten Malang dan Kecamatan Batu
Barat : Kabupaten Malang
Timur : Kabupaten Malang dan Kecamatan Batu.
Terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia,
yaitu iklim musim (muson), iklim tropica (iklim panas) dan iklim laut. Curah
hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh iklim, keadaan geografi
dan perputaran atau pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah
hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat.

48
Pada tahun 2014, hari hujan yang terjadi di Kecamatan Bumiaji
hampir setiap bulan dengan ratarata curah hujan yang bervariasi. Rata-
rata curah hujan per bulan yang tertinggi terjadi pada bulan Desember
dan terendah pada bulan Agustus sebesar 14 mm3 . Sedangkan hari

49
hujan terbanyak pada bulan Januari yaitu sebanyak 28 hari hujan. Hari
hujan terkecil terjadi pada bulan Agustus yaitu hanya 1 hari hujan.

4.2.2 Demografi
Pada tahun 2014 jumlah penduduk Kecamatan Bumiaji mencapai
60.757 jiwa. Dengan luas wilayah sekitar 127,984 km, maka kepadatan
penduduk adalah sebesar 475 jiwa per km. Kepadatan penduduk
Kecamatan Bumiaji selalu meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan
kenaikan jumlah penduduk setiap tahunnya, namun angka tersebut
menempatkan Kecamatan Bumiaji diurutan terakhir atau yang terkecil di
wilayah Kota Batu kepadatan penduduknya.
Diantara ketiga kecamatan yang ada di Kota Batu, Kecamatan
Bumiaji menempati urutan ke dua untuk jumlah penduduknya. Ini
disebabkan oleh keadaan topografi seluruh desa di Kecamatan Bumiaji
yang perbukitan dan tanahnya yang subur untuk kegiatan pertanian atau
sedikitnya lahan pertanian yang beralih fungsi, sehingga mampu
menekan laju per tumbuhan penduduk. Berbeda dengan Kecamatan
Batu dan Junrejo yang keadaan topografinya yang sebagian besar
adalah dataran, memungkinkan sekali konversi lahan pertanian menjadi
lahan non pertanian.

50
Oleh sebab itu jumlah penduduk di Kecamatan Bumiaji di tahun
2014 ini berada di urutan ke dua setelah Kecamatan Batu. Selain itu,
secara umum di Kecamatan Bumiaji jumlah penduduk laki-laki lebih
banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Hal ini dapat
ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainya lebih dari 100. Pada tahun 2014,
untuk setiap 100 penduduk perempuan di Kecamatan Bumiaji terdapat
102 penduduk laki-laki. Kondisi ini dimungkinkan dipengaruhi oleh
banyak penduduk Perempuan yang meninggalkan daerah Kecamatan
Bumiaji, atau kematian banyak terjadi pada penduduk Perempuan.

51
4.2.3 Infrastruktur dan Luas Lahan
Kawasan Bumiaji dilengkapi dengan beberapa prasan pelayanan
dasar yang meliputi:
1) Fasilitas perkotaan yang terdiri dari air bersih dan energi listrik,
pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, pelayanan
peribadatan, pelayanan publik, perkantoran, pusat perdagangan, dan
lainnya.
2) Pusat Informasi Bisnis/Terminal Bisnis yang mendukung
pengembangan dan pemberdayaan kawasan industri milik
masyarakat.
3) Pusat Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis yang mempunyai
networking sinergis sengan pusat-pusat inovasi dan informasi
agribisnis regional, nasional dan global.
4) Taman Teknologi Tepat Guna, sebagai pendukung pengembangan
kawasan industri milik masyarakat berbasis agrokompleks
holtikultura, utamanya:
a. Eksploitasi sumberdaya hutan yang berkelanjutan
b. Pengelolaan lingkungan hutan yang dapat diakses masyarakat
c. Eco-labelling
d. Teknologi produksi yang berorientasi nilai-tambah
e. Teknologi yang berbasis lokal dan ramah lingkungan
5) Pusat Pengembangan Investasi Publik dan Modal Ventura:
a. Pusat informasi
b. Forum komunikasi
c. Asosiasi
Dalam struktur perekonomian Kota Batu, Sektor Pertanian masih
mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Kontribusi
sektor pertanian dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto
pada tahun 2014 mencapai 17 persen. Daya serap Sektor Pertanian

52
terhadap kesempatan kerja di Kota Batu juga masih dominan
dibandingkan sektor lainnya.
Pada Tahun 2014, jumlah lahan tanah sawah di Kecamatan Bumiaji
seluas 714 Ha dengan rincian seluruhnya berada dalam pengelolaan
Dinas Pengairan dan Bina Marga. Luas tanah sawah di bawah
pengelolaan Dinas Pengairan dan Bina Marga meliputi 668 Ha perairan
teknis, 31 Ha perairan setengah teknis dan 15 Ha perairan sederhana.
Dipihak lain, luas Tanah Kering sebesar 2.032,51 Ha dan Lahan Non
pertanian sebesar 8.604,64 Ha.

Tabel Luas Lahan Sawah Menurut Jenisnya Tahun 2012 dan 2014 (Ha)
Uraian 2012 2014
Lahan Sawah 794 714
Dinas PU
Teknis 649 668
Semi Teknis 145 31
Sederhana - 15
Non PU
Semi Teknis - -
Sederhana - -
Lahan Bukan
2.954,10 2.032,51
Sawah
Tegal/Ladang 1.253,81 1.696,47
Pekarangan 788,68 336,04
Lahan non
903,61 8.604,64
Pertanian
Sumber : Kecamatan Bumiaji Dalam Angka 2014 dan 2015

53
Luas Tanah Sawah dalam Pengelolaan Dinas Pengairan dan Bina
Marga Tahun 2014

Sumber : Kecamatan Bumiaji Dalam Angka 2014

4.2.4 Ekonomi
Hasil analisis leverage menunjukkan atribut yang sensitif
memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pengembangan
kawasan agropolitan pada dimensi ekonomi yaitu keberadaan lembaga
keuangan mikro, industri penunjang, kerjasama, bantuan/subsidi dari
pemerintah, pasar, ketersediaan saprodi, kontribusi terhadap PDRB dan
tenaga kerja di bidang pertanian.
A. Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro
Keberadaan lembaga keuangan mikro berdasarkan analisis
leverage sedikit berpengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan
dimensi ekonomi. Lembaga keuangan mikro di Kecamatan Bumiaji
saat ini berupa koperasi yaitu sebanyak 32 koperasi yang tersebar di
semua desa. Untuk permasalahan penyediaan permodalan secara
khusus bagi petani/kelompok tani belum terwadahi. Selama ini petani
mendapatkan akses modal dengan meminjam kepada bank-bank
umum dengan mengagunkan sertifikat tanahnya pada awal musim

54
tanam. Pinjaman yang didapatkan secara nominal jauh lebih besar
dibandingkan dengan pinjaman di koperasi.
Kelompok-kelompok tani ataupun Gapoktan saat ini mulai
merintis untuk usaha pembiayaan kegiatan usaha tani. Pada struktur
organisasi gapoktan telah di bentuk adanya divisi dana usaha yang
berkaitan dengan penguatan modal kelompok. Kelompok tani yang
sudah mampu menghidupi kelompoknya secara finansial yaitu
kelompok tani Makmur Abadi yang aggotanya sebagian besar adalah
petani-petani apel di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji. Usaha
simpan pinjam yang ada sudah mampu mengakomodir kebutuhan 40
orang anggotanya.
B. Industri Penunjang
Keberadaan industri penunjang sangat berpengaruh terhadap
nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi. Industri penunjang yang
berkembang saat ini di masyarakat Kecamatan Bumiaji yaitu industri
pengolahan skala rumah tangga. Industri olahan produk pertanian
didominasi usaha makanan berbahan dasar apel, seperti sari apel,
dodol apel maupun keripik apel selain itu juga olahan pangan dari
kentang dan daging kelinci seperti yang diusahakan oleh koperasi
AKUR yaitu keripik kentang, abon dan rambak kelinci. Usaha olahan
pertanian di Kecamatan Bumiaji menyebar di beberapa desa. Industri
olahan hasil pertanian ditunjang sarana dan prasarana yang mudah
diakses oleh masyarakat. Sarana penunjang meliputi alat-alat olahan
yang mudah di dapat di Kota Batu, yaitu di Desa Tlekung Kecamatan
Batu, dan akses pengrajin terhadap toko maupun kios oleh-oleh yang
ada di Kota Batu.
C. Kerjasama
Petani selama ini telah menjalin kerjasama dengan perusahaan
atau supermarket sebagai penyuplai produk, diantaranya dengan PT.
Indofood, PT. Siantar Top, untuk komoditas kentang, tomat dan cabe

55
serta dengan Giant untuk komoditas paprika, wortel, andewi dan
beberapa komoditas sayuran lainnya. Petani juga menjalin
kerjasama dengan pihak asing (Jepang) untuk komoditas bunga
(Sandersonia) dan ubi jalar. Untuk komoditas bunga potong, petani
di Kota Batu juga menjalin kerjasama dengan para pedagang bunga
di kota kota besar di Indonesia seperti Surabaya, Jakarta,
Semarang, dan Bali. Wisatawan yang datang ke Kota Batu tidak
hanya datang untuk menikmati pemandangan alamnya saja, tapi
beberapa juga tertarik untuk bekerjasama memasarkan komoditas
pertanian. Jalinan kerjasama ini yang tetap dijaga oleh petani dengan
tetap konsisten memenuhi kesepakatan kesepakatan yang telah
disusun bersama.
D. Bantuan/Subsidi dari Pemerintah
Bantuan-bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada
petani diantaranya yaitu subsidi pupuk, bantuan dana
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) yang diberikan
kepada tiap desa dalam hal ini yang mengelola bantuan adalah
Gapoktan, bantuan alat dan mesin pertanian, bantuan bibit dan benih
tanaman serta pembangunan prasarana lainnya yaitu perbaikan jalan
usaha tani maupun jaringan irigasi. Untuk itu perlu dilakukan upaya-
upaya untuk meningkatkan kemandirian petani dalam meningkatkan
produksi dan produktivitas hasil pertaniannya, karena hal tersebut
akan meningkatkan keberlanjutan pengembangan kawasan dimensi
sosial.
E. Pasar
Kota Batu dikenal sebagai salah satu sentra komoditas
hortikultura di Propinsi Jawa Timur, sehingga sudah mempunyai
pasar tersendiri. Pedagang biasanya langsung mendatangi petani
untuk membeli hasil produksinya. Pasar yang ada di Kota Batu saat
ini dan satu-satunya yaitu Pasar Batu yang berkedudukan di Jalan

56
Dewi Sartika Kecamatan Batu Kota Batu. Petani Kota Batu biasanya
menjual hasil panen ke Pasar Batu, tetapi bagi petani-petani yang
berada jauh dari pasar menjual hasil panennya ke pedagang
langsung di tempat dilokasi pertanian sehingga petani tidak
mengeluarkan biaya untuk kegiatan distribusi, semua ditanggung
oleh pembeli.
F. Ketersediaan Saprodi
Ketersediaaan saprodi di Kota Batu sampai saat ini masih bisa
tercukupi oleh kios dan toko saprotan yang ada di Kota Batu. Bahkan
dalam mekanisme di lapangan, saprodi banyak diusahakan dalam
kelompok-kelompok tani/Gapoktan. Sampai saat ini sarana produksi
sangat mudah diakses oleh petani, baik yang tergabung dalam
kelompok tani maupun tidak. Selain itu sebagai daerah pertanian,
juga menarik para distributor pupuk dan obat-obatan untuk
menjadikan lahan pemasaran yang menjanjikan karena potensi
sumber daya alamnya dan didukung jumlah penduduk yang sebagian
besar bekerja menjadi petani.
G. Kontribusi terhadap PDRB
Kota Batu merupakan daerah penghasil komoditas pertanian,
namun nilai yang disumbangkan dalam penyusunan angka PDRB
lebih kecil dibandingkan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Tidak bisa dipungkiri bahwa sektor pariwisata telah demikian
berkembang, namun pergeseran yang terjadi telah menyeret aset
penting sektor pertanian ke dalamnya. Keadaan ini secara kasat
mata dapat dilihat dengan munculnya obyek-obyek wisata buatan
yang terdapat di Kota Batu dalam tiga tahun terakhir yaitu Museum
Satwa, Batu Night Spectaculer dan Eco Green Park yang berlokasi
berdekatan dengan Jatim Park I di Kecamatan Batu.
H. Tenaga Kerja di Bidang Pertanian

57
Kecamatan Bumiaji merupakan satu-satunya kecamatan yang
masih sangat kental dengan budaya pertanian. Sebagian besar
penduduk di kecamatan ini sehari-hari berkecimpung dengan
kegiatan sektor pertanian baik di lahan terbuka, di pekarangan
maupun di rumah-rumah, hal ini terlihat dari data rekapitulasi
kependudukan yang dihimpun oleh Dinas Kependudukan dan
Catatan 58 Sipil pada tahun 2011, dimana 60, 7% penduduk
kecamatan Bumiaji bekerja disektor pertanian. Penduduk yang
bekerja sebagai petani, peternak sebesar 48, 04 % dan buruh
tani/ternak sebesar 12,66%.

4.2.5 Kelembagaan
Kelembagaan petani cukup berpengaruh terhadap nilai indeks
keberlanjutan dimensi sosial. Petani Kecamatan Bumiaji yang tergabung
dalam kelompok tani, berdasarkan data yang dihimpun Dinas Pertanian
dan Kehutanan Kota Batu hanya berjumlah 2.983 orang atau berkisar 18
% dari 15.911 orang yang tergabung dalam 97 kelompok tani dan 9
gabungan kelompok tani desa. Rendahnya keikutsertaan masyarakat
dalam berkelompok disebabkan karena keengganan masyarakat dan
anggapan bahwa berkelompok tidak mempengaruhi hasil pertanian
maupun pendapatan mereka, selain itu masyarakat biasanya tidak mau
terlalu terbelenggu dalam aturan dan biasanya mereka tidak punya waktu
untuk bergabung dan berkumpul karena kesibukan pribadi mereka.
Pembentukan kelompok tani bagi masyarakat, berdasarkan
informasi yang dihimpun dari beberapa responden biasanya dikaitkan
dengan adanya bantuan dari pemerintah. Bantuan-bantuan dari
dinas/pemerintah propinsi di bidang pertanian ditekankan pada
kelompok/kelompok atau gabungan kelompok tani. Hal ini untuk
mempermudah dalam monitoring dan evaluasi program yang dijalankan
selain itu juga untuk mendorong petani untuk berkelompok, hal tersebut

58
berkaitan dengan pembinaan kelompok oleh para petugas pertanian
lapang (PPL). Penumbuhan kelompok tani diharapkan mampu mewadahi
petani dalam bertukar pendapat dan keilmuan mengenai jenis petanian
yang diusahakan, selain itu juga memudahkan melokalisir lahan
pertanian bila terjadi wabah atau kejadian kekeringan karena letaknya
yang berada dalam satu hamparan.

4.3 Teknik Budidaya Komoditas


4.3.1 Pembukaan Lahan
Lahan yang dimiliki pak Rai merupakan lahan warisan dari orang
tua, sehingga pak Rai tidak melakukan pembukaan lahan baru. Luas
lahan yang dimiliki pak Rai adalah 2.000 m 2. Pada awalnya, lahan
tersebut ditanamai tanaman Jagung, akan tetapi karena dianggap
membudidayakan jagung kurang menguntungkan, maka dirubah menjadi
Stroberi yang dianggap lebih menguntungkan. Sehingga sampai
sekarang pak Rai tetap membudidayakan Stroberi saja.
Dalam mengelola lahannya, Pak Rai menggunakan traktor roda 2
atau hand tractordan cangkul. Hand tractor digunakan ketika pengolahan
lahan mencakup wilayah yang luas dan tanahnya keras, serta ketika
membuat bedengan. Sedangkan dalam membuat guludan dilakukan
secara manual dengan menggunakan cangkul.
Pengolahan lahan dilakukan ketika akhir musim kemarau, karena
pada awal musim hujan adalah awal musim tanam Stroberi. Pengolahan
lahan tersebut dikerjakan oleh 5 orang tenaga kerja dengan lama waktu
pengerjaan 10 hari. Biaya yang dikeluarkan dalam proses pengolahan
lahan tersebut berkisar antara Rp. 700.000 Rp. 2.000.000. dengan
rincian upah tenaga kerja untuk membersihkan semak-semak kurang
lebih Rp. 300.000 untuk 10 orang, biaya untuk membajak lahan kurang
lebih Rp. 400.000 untuk 1 orang operator mesin bajak dan sewa bajak,
dan biaya mencangkul untuk membuat guludan kurang lebih Rp. 400.000
untuk 3 orang.

59
4.3.2 Penyediaan Bibit
Pada kegiatan budidaya, pak Rai menggunakan bibit dari anakan
tanaman Stroberi pada musim tanam sebelumnya. Hal ini dikarenakan
hasil anakan Stroberi yang dibudidayakan pak Rai dianggap sudah
memiliki kualitas yang baik sehingga tidak perlu untuk membeli bibit dari
luar. Jenis Stroberi yang dibudidayakan pak Rai adalah Stroberi
California. Hal ini dikarenakan Stroberi varietas California ini telah tahan
hama dan penyakit, serta perawatannya mudah.
Pak Rai melakukan pembelian bibit ketika akan melakukan
budidaya stroberi jenis lain yang pada musim tanam sebelumnya belum
dibudidayakan. Bibit tersebut dibeli dari teman atau rekan petani lain yang
memiliki bibitnya. Pak Rai tidak memiliki nursery, sehingga proses
penanaman bibit langsung dilakukan di lahan yang telah dibentuk
guludan-guludan. Pembibitan tanaman dilakukan pada awak musim
hujan.

4.3.3 Pemupukan dan Pengairan


Metode pemupukan yang dilakukan adalah pemupukan pada saat
pengolahan lahan dan pemupukan selama masa perawatan tanaman.
Pada saat pengolahan lahan, pada pertengahan musim kemarau
dilakukan pemupukan sebelum dilakukan pembuatan bedengan. Pupuk
yang digunakan adalah pupuk organic. Pada masa perawatan juga
digunakan pupuk organic pada saat usia tanaman 4 10 minggu.Tenaga
kerja yang digunakan jumlahnya sama seperti pengolahan lahan, yaitu
enam orang tenaga kerja wanita.
Satu luasan kebun, digunakan pupuk organic dan pupuk anorganik.
Pupuk organic yang dibutuhkan sebanyak 3 kwintal, yang diperoleh
dengan harga dua puluh empat ribu per setengah kwintalnya, pupuk yang
digunakan adalah petroganik. Sedangkan pupuk anorganik yang
digunakan adalah 60 kg urea, 40 kg KCL, NPK, 50 kg TSP, dan Mutiara.
Pupuk kimia seperti urea, KCL, dan TSP digunakan pada saat musim

60
hujan,. Sedangkan mutiara digunakan setelah musim hujan, pupuk ini
juga berfungsi menambah rasa manis pada buah.
Perkebunan strawberry ini juga tidak terlepas dari kegiatan
pengairan. Pengairan yang dilakukan pada saat musim kemarau
dilakukan dengan cara pengaliran. Air dialiri di parit bedengan sampai air
mencapai ketinggian dari bedengan, sehingga lahan basah tapi tidak
tergenang. Pengairan ini dilakukan minimal satu kali dalam dua hari.

4.3.4 Penyiangan Gulma


Kegiatan pengendalian gulma pada tanaman budidaya stroberi ini
yang pertama dilakukan dengan cara di semprot menggunakan herbisida
GOAL 2 E dan diaplikasikan pada masa pra tumbuh. Menurut Arifin
(2014) Herbisida GOAL 2 E memiliki bahan aktif Oksifluerfen 23,5%.
Oksifluerfen bersifat selektif yang merupakan herbisida pra tumbuh yang
diaplikasikan sebelum tanaman tumbuh maupun gulmanya tumbuh.
Herbisida oksifluorfen ini dapat membunuh biji-biji gulma yang akan
berkecambah, sehingga biji-biji gulma tersebut tidak bisa tumbuh dan
berkembang (Hasanudin et al., 2000). Pengendalian gulma yang kedua
adalah dengan pencabutan secara manual yaitu pencabutan gulma yang
dilakukan pada awal musim kemarau serta pemetikan daun-daun tua.
Kebutuhan herbisida dalam pengendalian gulma ini yaitu untuk
luasan 2000 meter. Pada luasan 2000 meter dibutuhkan 5 tangki sprayer
yang masing-masing tangki diberi 2 tutup botol GOAL 2 E. Herbisida
GOAL 2 E memiliki harga Rp. 27.000/ botol. Pada pengaplikasiannya
dibutuhkan 3 botol herbisida GOAL 2 E untuk keseluruhan penyemprotan
luas lahan 2000 meter.
Tenaga kerja yang digunakan dalam pengendalian gulma yaitu 1
orang untuk mengendalikan gulma dengan cara penyemprotan herbisida
dan 30 orang untuk pengendalian secara manual dengan cara
pencabutan. Biaya tenaga kerja yang dibayarkan adalah Rp.
40.000/orang untuk yang pencabutan sedangkan untuk penyemprot

61
sebesar Rp. 50.000. Sehingga biaya yang dikeluarkan selama
pengendalian gulma adalah Rp 1.331.000 untuk luasan lahan 2000 meter
dalam satu musim tanam.

4.3.5 Pengendalian Hama dan Penyakit


Penyakit yang menyerang tanaman stroberi adalah tungau hijau,
tungau merah, ulat, siput. Sedangkan penyakit yang menyerang memiliki
ciri-ciri yaitu daunnya menghitam, daunnya menguning, daunnya habis
termakan ulat, dan buahnya berlubang. Pengendalian hama dan penyakit
yang dilakukan oleh petani secara kimiawi yaitu dengan penyemprotan
pestisida kimia. Waktu penyemprotan pestisida pada saat pagi atau sore
hari dan ketika lahan budidaya sudah terserang hama maka petani
melakukan penyemprotan pestisida, jika hama tidak menyerang lahan
budidaya maka tidak dilakukan penyemprotan pestisida. Jenis bahan
kimia yang dipakai oleh petani menggunakan komed atau samid.

4.4 Panen dan Pasca Panen


Panen merupakan tindakan akhir dari sebuah proses penanaman.
Namun di sisi lain, panen dapat dikatakan sebagai permulaan dari
kegiatan pasca panen. Pasca panen dapat diartikan sebagai tindakan
meliputi pemetikan hasil, pembersihan lahan, pengangkutan hasil,
penyimpanan hingga pengemasan. Penanganan pasca panen bertujuan
untuk menghasilkan produk yang aman dan siap dikonsumsi.
Panen merupakan hal yang sangat penting dilakukan pada
tanaman budidaya, karena jika pemanenan dilakukan dengan terlalu
cepat atau lambat akan merugikan petani. Pada tanaman stroberi,
stroberi berbunga ataupun berbuah biasanya pada musim kemarau.
Pemanenan dilakukan berdasarkan tingkat kematangan yaitu pada
warna stroberi tersebut, pemanenan dilakukan dengan memetik
langsung stroberi, dan dilakukan dalam satu minggu dua kali. Dalam
pemanenan yang dilakukan 2 kali dalam seminggu, biasanya dilakukan

62
pada hari rabu dan sabtu atau minggu. Jumlah petani yang melakukan
pemanenan atau jumlah petani untuk memetik adalah 4 orang.

Hasil panen yang didapat kan langsung dijual ke tengkulak yang


telah dikumpulkan di kaleng. Dalam setiap pemanenan biasanya menjual
30-50 kg. agar hasil panen tetap segar dan dapat menarik konsumen
dilakukan menggunakan mika. Jika ada petani yang ingin membeli
dengan memetik sendiri karena dianggap menarik bagi konsumen maka
konsumen dapat menggunting sendiri stroberi tersebut.

4.5 Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu perpaduan aktivitas-aktivitas yang
saling berhubungan untuk mengetahui kebutuhan konsumen melalui
penciptaan, penawaran dan pertukaran produk dan jasa yang bernilai
serta mengembangkan promosi, distribusi, pelayanan dan harga agar
kebutuhan konsumen dapat terpuaskan dengan baik pada tingkat
keuntungan tertentu. Pemasaran yang dilakukan oleh kelompok tani
stroberi menjual semua panennya ke tengkulak. Namun, tengkulak
sendiri juga mempunyai kriteria hasil panen strawberry yang akan di beli.
Kriteria tersebut bisa berupa bentuk, ukuran, maupun varietas
strawberry. Namun, jika terdapat strawberry yang sudah panen maupun
yang akan panen masih dalam terdapat pada tanaman maka pihak dari
kelompok tani ini mengadakan memetik strawberry sendiri bagi khalayak
umum yang tertarik. Jadi, tengkulak yang berperan penting pada
pemasaran strawberry pada kelompok tani ini akan tetapi kelompok tani
memiliki opsi lain yang berupa mengadakan petik strawberry ini bagi
khalayak umum yang juga nantinya mendatangkan profit / pendapatan
tambahan bagi petani.

63
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Petani di desa Pandanrejo khususnya petani stroberi memiliki
Kelompok tani yang mendukung kegiatan usahatani tersebut. Kelompok
tani tersebut yakni Kelompok tani Langgeng Mandiri yang merupakan
salah satu kelompok tani yang ada di dusun Dadapan, desa Pandanrejo,
Kecamatan Bumiaji, Batu, Kabupaten Malang. Pak Rai merupakan salah
satu petani stroberi yang berperan penting di kelompok tani Langgeng
Mandiri di desa Pandanrejo, Batu.
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, pak Rai sudah
menggunakan sistem manajemen pada budidaya stroberinya. Hal ini
dapat dilihat dari awal pengolahan lahan budidaya pak Rai dengan
menggunakan alat-alat yang dapat mempermudah dan mempercepat
pengolahan lahan, yakni hand tracktor. Untuk kegiatan awal penanaman
pak Rai memanfaatkan teknik pembibitan sendiri tanpa harus membeli
bibit yang baru. Untuk pemupukan digunakan metode pemupukan yang
dilakukan adalah pemupukan pada saat pengolahan lahan dan
pemupukan selama masa perawatan tanaman. Untuk pengendalian
gulma dan pengendalian hama penyakit, digunakan metode
pengendalian menggunakan pestisida kimia.
Untuk penanganan panen dan pascapanennya dilakukan metode
pemanenan dengan berdasarkan tingkat kematangan yaitu pada warna
stroberi tersebut, pemanenan dilakukan dengan memetik langsung
stroberi, dan dilakukan dalam satu minggu dua kali. Untuk pemasaran
hasil panen stroberi dilakukan oleh kelompok tani stroberi dengan
menjual semua panennya ke tengkulak.

64
5.2 Saran
Fieldtrip kali ini sudah cukup bermanfaat bagi praktikan, tetapi
alangkah lebih bermanfaat lagi bila pada saat wawancara dilakukan
langsung bersamaan dengan kegiatan budidaya untuk tiap-tiap
aspeknya.

65

Anda mungkin juga menyukai