Anjar Widaningrum (A1c315022) PDF
Anjar Widaningrum (A1c315022) PDF
LAPORAN AKHIR
NIM : A1C315022
KELOMPOK : VI (Enam)
UNIVERSITAS JAMBI
2017
KEGIATAN I
PENGUAT DARLINGTON
A. Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Merangkai rangkaian transistor dalam hubungan darlington.
2. Memahami prinsip kerja rangkaian transistor dalam hubungan darlington.
3. Mengukur penguatan daya setelah melalui penguat darlington.
B. Dasar Teori
D. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Merangkai rangkaian seperti gambar berikut
3. Menghubungkan kutub (+) power supply ke kaki Vin dan kutub (-) supply di
hubungkan ke GND
4. Mengatur switch multimeter pada posisi ocv meteri
5. Menghubungkan kutub (+) multimeter ke Vin terlebih dahulu dan kutub (-) ke
Vout. Lihat tegangan sebelum dikuatkan
6. Pindahkan kutub (+) multimeter ke Vout. Amati tegangan yang terukur
7. Hitung penguatan yang terjadi pada Vin : 1,5 v; 5 v; 9 v dan hitung persentase
penguatannya
100% = %
E. Data Hasil
Vin Vout
F. Pembahasan
Dari data hasil dapat dilihat bahwa tegangan keluaran (Vout) yang
dihasilkan lebih kecil dari pada tegangan masukan (Vin). Data hasil yang
diperoleh tidak sesuai dengan teori. Menurut teori seharusnya tegangan keluaran
(Vout) sama besar atau lebih besar dari tegangan input (Vin). Jadi, pada
praktikum ini mengalami kegagalan. Adapun penyebab nilai tegangan keluaran
(Vout) lebih kecil yaitu karena sulit menentukan transistor yang sesuai dengan
resistornya. Selain itu dalam rangkaian kami juga tidak mengguanakan
potensiometer sehingga tegangan keluaran (Vout) yang dihasilkan lebih kecil.
Disini potensiometer berfungsi untuk menyesuaikan antara hambatan dengan
transistor.
G. Kesimpulan
1. Penggerak motor searah dengan rangkaian Darlington dapat dibuat dengan 2
buah transistor bertipe NPN
2. Kondisi dynamo pada saat diberi tegangan rendah (0) adalah tidak berputar
dan saat diberi tegangan tinggi (1) maka akan berputar
H. Daftar Pustaka
Junaedi, M. 2006. Robot Pendeteksi Perpindahan Objek dengan
Ultrasonik. Penerbit Politeknik Elektronika Negeri Surabaya: Surabaya
Ogata. Katsuhiko, 1993. Teknik Kontrol Automatok Jilid 1 Cetakan
Kelima. Penerbit Erlangga: Jakarta
Muchlas, 2005. Rangkaian Digital. Penerbit Gavamedia, Yogyakarta Bolton,
W. 2000. Mechatronics Second Edition. Longzman: Malaysia
Royan, Luqman, 2015. Aplikasi Motor DC-Shunt Untuk Laboratory Shaker
Menggunakan Metode PWM (Pulse Width Modulation) Berbasis
Mikrokontroler ATMEGA12 Volume 8 No. 1
KEGIATAN II
A. Tujuan
Untuk mendemonstrasikan IC 555 timer sebagai Osilator. Dan bagaimana
perhitungan frekuensi keluarannya.
B. Dasar Teori
Penguat adalah alat untuk membesarkan sinyal. Inti dari penguat adalah sebuah
sumber yang dikontrol oleh sinyal masukan. Sebuah model penguat tegangan yang
disederhanakan ditunjkan seperti gambar dibawah
Terminal acuan masukan dan keluarannya sering kali dihubungkan menjadi satu dan
membentuk satu simpul acuan bersama. Bila terminal keluarannya terbuka maka
V2=KV1, dimana K, faktor pengali, dimanakan gain hubung terbuka (open circuit
gain).
Resistor Ri dan Ro masing masing adalah resistansi masukan dan keluaran dari
penguat.
Agar kerja penguat lebih baik sebaiknya Ri tinggi dan Ro rendah. (Joseph,2003:44)
Osilator berfungsi yaitu melakukan pola yang berulang secara terus menerus
dalam menghasilkan tegangan atau arus yang dapat menggerakan sinar elektron,
menyediakan pulsa untuk mengontrol komputer, atau menggerakkan gelombang
yang membawa sinyal melalui kabel atau ruang. Osilator dapat dibuat dengan
menghubungkan output amplifier dengan inputnya sendiri melalui sesuatu media
yang dapat menunda sinyal. Kalau penundaan itu diatur sedemikian rupa sehingga
penundaan hanya terjadi pada satu frekuensi tegangan naik dan turun, baik pada
input maupun output amplifer, dalam irama yang sama, tegangan akan saling
mendorong dan membentuk pola yang berulang secara terus menerus. Hanya
diperlukan sedikit daya agar pola ini tetap berjalan. Amplifer dapat mengirim sisa
daya untuk melakukan pekerjaan yang berguna didalam sirkuit lain
IC 555 adalah IC TTL yang umum di pasaran, memiliki banyak fungsi terutama
dalam timer, multivibrator astable, flipflop dan lain sebagainya.
Cara kerja IC 555 secara garis besar dijelaskan sebagai berikut:
Apabila supply diberikan. Vcc=0 volt. Kaki 2 memberi trigger dari tegangan yang
tinggi (Vcc) menuju 1/3 Vcc (<1/3 Vcc), kaki 3 (output) akan high dan pada saat
terserah kaki 7 mempunyai nilai hambatan yang besar terhadap Ground atau kaki 7
akan High impedance. Ic di isi melalui Vcc R1 R2 C1, setelah 0,7 (R1+R2)
C1 detik, maka tegangan C1=2/3 Vcc. Sehingga kaki 3 (output) akan low, pada saat
tersebut, kaki 7 akan mempunyai nilai hambatan yang rendah sekali terhadap ground
atau pin 7 akan low impedance. C1 membuang muatan, setelah 0,7 (R2) C1 detik.
Maka teg C1=1/3 Vcc. Trigger terjadi lagi sehingga output akan high. Pin 7 akan
high impedance dan C1 di isi kembali.
D. Prosedur Kerja
1. Buatlah gambar seperti pada gambar dibawah ini.
R
A
RB
E. Data Hasil
F. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan tentang Penguat Osilator
(IC 555 TIMER). Dimana osilator merupakan rangkaian elektronik yang
dirancang sebagai pembangkit atau penguat sinyal gelombang sinusoidal ataupun
gelombang yang bersifat harmonic. Sebuah osilator berfrekuensi tinggi diancang
untuk dapat menghasilkan frekuensi tinggi yang stabil dengan daya maksimal
yang diaplikasikan dalam sebuah generator Neutron. Osilator menghasilkan
keluaran yang amplitudonya berubah-ubah secara periodik dengan waktu.
Keluarannya bisa berupa gelombang sinusoida, gelombang persegi, gelombang
pulse, gelombang segitiga, atau gelombang gigi gergaji. Ragkaian osilator banyak
digunakan dalam perangkat-perangkat elektronika seperti pemancar radio,
pemancar televise dan alat yang sering kita jumpai ketika praktikum adalah signal
generator.
Praktikum ini bertujuan untuk mendemonstrasikan IC 555 TIMER sebagai
osilator. Dan bagaimana perhitungan frekuensi keluarannya. IC TIMER 555
adalah sirkuit terpadu (chip) yang digunakan dalam berbagai pembangkit timer,
pulsa dan aplikasi osilator. Rangkaian paling umum dari IC 555 adalah sebagai
pembangkit clock/frekuensi atau jika outputnya dihubungkan ke LED akan
menghasilkan LED yang berkedip/flash seperti pada rangkaian sederhana. Fungsi
dari IC 555 bermacam-macam karena dapat menghasilkan sinyal pendek/sinyal
kotak.
Dalam praktikum ini, alat dan komponen yang digunakan adalah power supply,
voltmeter, osiloskop, signal generator, IC 555, bread board dan kabel jumper.
Langkah pertama yang kami lakukan yaitu merangkai alat dan komponen seperti
gambar dibawah ini:
Resistor yang digunakan dalam rangkian ini besarnya adalah RA=1000 dan
RB=1000, sedangkan kapasitornya sebesar C1=0,1F dan C2=0,22F. Setelah
rangkaian tersusun, beri tegangan input dari baterai kemudian dihubungkan ke
osiloskop untuk melihat gelombang keluarannya. Namun, dari rangkaian tersebut
tidak dihasilkan gelombang yang jelas pada layar osiloskop. Hal ini mungkin
disebabkan oleh rangkaian yang kurang tepat atau osiloskop dan probenya dalam
keadaan noise, sehingga kami tidak bisa mengukur besar frekuensi keluarannya
(Fout) dengan menggunakan signal generator.
Dari komponen-komponen yang telah dirangkai dapat dihitung frekuensi
keluarannya (Fout) dengan menggunakan rumus:
1,44
=
( + 2 )1
1,44
=
( + 2 )1
1,44
=
(100 + 2.100)0,1
1,44
=
(100 + 200)104
1,44
=
(300)104
1,44
=
300. 107
= 0,00048. 107
= 4800
RA = 22 k
RB = 10 k
C1 = 10-7 F
C2 = 10-7 F
F teori = 460 Hz
1,44
() =
(22000 + 2.10000)107
1,44
() =
(42000)107
() = 0,0000343. 107
() = 343
T = time/div x Div
Maka, T = 20 ms x 1,4
= 28 ms
= 28 x 10-3 s
1
=
1
Maka, =
1
=
28103
= 35,7
Hasil frekuensi keluaran (Fout) secara praktek dan teori berbeda, dengan
selisih 307,3 Hz. Perbedaan frekuensi keluaran (Fout) secara praktek dan teori
ini disebabkan oleh praktikan yang salah dalam merangkai ataupun mengukur
alat dan juga disebabkan oleh osiloskop yang digunakan error.
G. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulakan bahwa IC 55 TIMER
merupakkan sirkuit terpadu (chip) yang digunakan dalam berbagai pembangkit
timer, pulsa dan aplikasi osilator. Rangkaian paling umum dari IC 555 adalah
sebagai pembangkit frekuensi. Fungsi dari IC 555 bermacam-macam karena
dapat menghasilkan sinyal pendek atau sinyal kotak. Dimana disini digunakan
rangkaian penguat osilator yang berfungsi untuk mengkonversikan sinyal arus
searah (DC) dari pencatu daya menjadi sinyal arus bolak-balik (AC) sehingga
menghasilkan sinyal listrik yang periodic dengan amplitudo konstan. Untuk
menghitung frekuensi keluaran (fout) dari rangkaian ini dapat dilakukan secara
praktek maupun teori. Secara praktek diukur dengan menggunakan osiloskop
dan signal generator, sedangkan secara teori digunakan rumus berikut:
1,44
=
( + 2 )1
H. Daftar Pustaka
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi sensor ultrasonik, memahami macam dan fungsi
sensor ultrasonik.
2. Untuk memahami kakarakteristik sensor ultrasonik.
3. Untuk mengukur tanggapan sensor ultrasonik
B. Dasar Teori
Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk mengubah suatu besaran fisik
menjadi besaran listrik sehingga dapat dianalisis dengan rangkaian listrik tertentu.
Hampir seluruh peralatan elektronika yang ada mempunyai sensor didalamnya.
Pada saat ini, sensor tersebut telah dibuat dengan ukuran sangat energi kecil.
Ukuran yang sangat kecil ini mempermudah pemakaian dan menghemat energi.
Sensor meerupakan bagian dari transduser, yang berfungsi untuk melakukan
sensing (merasakan dan menangkap) adanya perubahan energi eksternal yang
akan masuk ke bagian input dan transduser. Sehingga perubahan kapasitas energi
yang di tangkap segera di kirim ke bagaian konverter dan transduser untuk diubah
menjadi energi listrik (Bolton, 2003:3)
Menurut Ruziri (1999:51) transduser berasal dari kata traducere dalam
bahasa latinnya berarti merubah. Sehingga transduser dapat didefinisikan sebagai
suatu piranti yang dapat merubah suatu energi ke bentuk energi ysng lain. dari
pola aktifasinya, transduser dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Transduser pasif, yaitu transduser yang dapat bekerja bila mendapat
tambahan energi dari luar.
2. Transduser aktif, yaitu transduser yang bekerja tanpa tambahan eneergi dari
luar, tetapi menggunakan energi yang akan diubah itu sendiri.
Dalam bukunya, Ruziri (1999:51) mengatakan bahwa pemilihan suatu
transduser sangat bergantung pada kebutuhan pemakai dan lingkungan disekitar
pemakai. Untuk itu dalam pengguanaan transduser perlu diperhatikan beberapa
hal, antara lain:
1. Kekuatan, yaitu ketahanan atau proteksi pada beban lebih.
2. Linearitas, yaitu kemampuan untuk menghasilkan karakteristik masukan-
keluaran yang linear.
3. Stabiliatas tinggi, yaitu kesalahan pengukuran yang kecil dan tidak begitu
banyak terpengaruh oleh faktor-faktor lingkungan.
4. Tanggapan dinamik, yaitu keluaran segera mengikuti masukan dengan
bentuk dan besar yang sama.
5. Repeatability, yaitu kemampuan untuk menghasilkan kembali keluaran
yang sama ketika digunakan untuk mengukur besaran yang sama, dalam
kondisi lingkungan yang sama.
6. Harga, meski faktor ini tidak terkait dengan faktor pemilihan transduser
sebelumnya, tetapi dalam penerapan secara nyata seringkali menjadi
kendala serius, sehingga perlu juga dipertimbangkan.
Beberapa jenis sensor yang terdapat dalam bidang elektronika dalam buku
Efendi (2014:63), antara lain:
D. Prosedur Kerja
Percobaan 1
Percobaan 2
E. Data Hasil
Gambar Ket
Gelombang noise
F. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan tentang Sensor dan
Transduser: Sensor Ultrasonik. Dimana sensor adalah alat untuk
mendeteksi/mengukur sesuatu yang digunakan untuk mengubah variasi mekanis,
magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Sedangkan
transduser adalah sebuah alat yang bila digerakkan oleh suatu energy didalam
sebuah system transmisi, akan menyalurkan energi tersebut dalam bentuk yang
sama atau dalam bentuk yang berlainan ke system transmisi berikutnya.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui definisi sensor ultrasonik,
memahami macam dan fungsi sensor ultrasonic, memahami karakteristik sensor
ultrasonic, serta mengukur tanggapan sensor ultrasonic. Sensor ultrasonic adalah
sebuah sensor yang berfungsi untuk mengubah besaran fisis (bunyi) menjadi
besaran listrik dan sebaliknya. Cara kerja sensor ini didasarkan pada prinsip dari
pantulan suatu gelombang suara sehingga dapat dipakai untuk menafsirkan
eksistensi (jarak) suatu benda dengan frekuensi tertentu.
Dalam praktikum ini, alat dan komponen yang digunakan adalah sensor
ultrasonic, function generator, oscilloscope, kabel penghubung, dan power
supply. Setelah menyiapkan alat dan bahan, yaitu menyiapkan baterai sebagai
tegangan masukan, disini kami menggunakan baterai sebagai pengganti power
supply karena kurangnya ketersediaan power supply yang dalam kondisi baik,
oleh karena itu kami menggunkan baterai. Karena tegangan yang dibutuhkan
adalah 5 volt kami mengatur keluaran dari baterai 9 volt menjadi 5 volt, dengan
menggunakan potensio dan multimeter untuk membaca tegangan setelah baterai
stabil pada tegangan 5 volt. Kemudian kami mengkalibrasi osiloskop, berbeda
dengan praktikum sebelumya, pada praktikum kali ini kami menggunakan dua
chenel pada osiloskop hal ini untuk mengetahui perbandingan gelombang
pemancar dan gelombang penerima. Setelah mengatur AFG pada frekuensi 40
KHz kemudian kami menghubungkan AFG dengan ground dan triger pada
sensor ultrasonic. Sedangkan untuk chanel 2 osiloskop dihubungakan ground
dan eco, sedangkan ch 1 sama dengan AFG dihubungkan ke ground dan trigger.
Kemudian kami hubungkan kaki potensio bagian tengah ke Vcc sensor ultrasoik
dan kaki kiri sebagai kutub negatif dihubungkan ke ground sensor ultrasonic.
Pada praktikum kali ini, kami mengalami kegagalan, dimana hasil yang
diperoleh atau gelombang yang dihasilkan tidak menghasilkan gelombang kotak,
hal tersebut dikarenakan ada rangkaian yang salah/peletakan positif dan
negatifnya kurang tepat. Hal itu terlihat pada sensor ultrasoniknya yang tidak
merespon, padahal pada saat di tes sensor ultrasoniknya sudah didekatkan
dengan objek. Hasil yang diperoleh dapat dibandingkan dengan teori yaitu pada
dasarnya sensor ini mengukur jarak dan memberikan output berupa gelombang
kotak, akan tetapi pada percobaan kali ini kami tidak mendapatkan hasil yang
berupa gelombang kotak. Hal tersebut bisa saja dikarenakan kesalahan kami
dalam merangkai dan meletakkan psitif dan negative dari baterai, AFG,
osiloskop dan power supply, ataupun kesalahan tersebut bisa juga terjadi
dikarenakan alat-alat yang kami gunakan ada yang rusak.
G. KESIMPULAN
1. Sensor ultrasonic adalah sebuah sensor yang berfungsi untuk mengubah
besaran fisis (bunyi) menjadi besaran listrik dan sebaliknya. Cara kerja
sensor ini didasarkan pada prinsip dari pantulan suatu gelombang suara
sehingga dapat dipakai untuk menafsirkan eksistensi (jarak) suatu benda
dengan frekuensi tertentu.
2. Terdapat dua jenis sensor ultrasonic yang beredar dipasaran yaitu:
a. Sensor ultrasonic ping (parallax)
b. Sensor ultrasonic defantech (SRF 04 ranger)
3. Karakteristik sensor ultrasonic adalah terdiri dari transmitter (yang
memancarkan gelombang ultrasonic) dan receiver yang mendeteksi pantulan
gelombang.
4. Tanggapan sensor ultrasonic dapat dilihat dari bentuk gelombang
keluarannya jika diukur menggunakan osiloskop.
H. DAFTAR PUSTAKA
PENGENDALI MOTOR DC
A. Tujuan
1. Merangkai penggerak motor searah dengan rangkaian Darlington
2. Melihat kondisi dynamo saat diberi tegangan rendah dan tegangan tinggi
B. Dasar Teori
Motor DC telah banyak digunakan untuk berbagai aplikasi industri,
digunakan sebagai penggerak pada mesin-mesin produksi atau alat angkat.
Sebagai masukan untuk motor DC adalah daya listrik yakni tegangan dan arus
listrik kemudian keluaran dari motor adalah daya mekanik, yaitu torsi dan
kecepatan rotor. Karakteristik penyearah mempengaruhi tegangan masukan
motor DC sehingga juga mempengaruhi bentuk gelombang arus yang ditarik
motor DC, demikian juga mempengaruhi torsi dan kecepatan roror. Motor DC
dapat dimodelkan dengan kombinasi struktur listrik dan struktur mekanik.
Struktur listrik adalah model rangkaian listrik dari belitan armatur yaitu tahanan
yang terhubung seri dengan impedans belitan armatur. Struktur mekanik adalah
momen inersia di rotor dan beban serta gesekan yang terjadi karena ada
pergerakan mekanik.
(Vicky,2012: 1-2).
Motor DC (Direct Current) adalah peralatan elektromagnetik dasar yang
berfungsi untuk mengubah tenaga listrik menjadi tenaga mekanik yang di desain
awalnya dipeerkenalkan oleh Michael Faraday lebih dari seabad ynag lalu motor
DC dikendalikan dengan menentukan arah dan kecepatan putarnya. Arah motor
DC adalah searah dengan jarum jam yang bergantung dari hubungan kutub yang
diberikan pada motor DC. Kecepatan putar motor DC diatur dengan besarnya
arus yang diberikan (Hidayati,2012: 2).
Motor arus searat\h atau motor DC mempunyai bentuk konstruksi yang sama
dengan generator DC. Motor DC dapat digunakan sebagai motor DC. Geerator
DC dapat digunakan sebagai motor DC yaitu generator yang menggunakan
penyearah dioda atau silikom (komutator). Adapun generator DC yang
menggunakan penyearah dioda atau silikon tidak dapat digunakan sebagai motor
DC, karena generator jenis ini menggunakan prinsip kerja generator AC.
Perbedaan antara motor DC dan generator DC yaitu pada arah arusnya.
Generator DC menghasilkan atau mengeluarkan arus searah karena diputar
tetapi motor DC dimasuki arus searah untuk menghasilkan putaran. Motor listrik
DC juga bekerja berdasarkan prinsip imbas elektromagnetik. Putaran yang
dihasilkan motor DC berasal dari gesekan sebuah kawat yang berarus ynag
bekerja pada suatu medan magnet yang homogen. Kalau sebuah kawat terletak
pada medan magnet homogen, karena pada kedua sisi kawat yang bersebrangan
mengalir arus yang berlawanan arah, maka kawat akan bergerak berputar dengan
arah gerakan lilitan tersebut (Bintoro, 2000: 22-24).
Pada sistem elektrik terdapat tiga pilihan dasar, solenoida, motor DC, atau
kuda pekerja yang ada di berbagai industri, yaitu motor induksi AC. Pemilihan
motor terutama bergantung pada persyaratan kontrol laju. Sebuah motor DC
yang dipasang dengan sebuah tacho (takometer) dan digerakkan oleh sebuah
penggerak thrystor dapat memberikan kontrol laju secara istimewa, tetapi motor
tipe ini mempunayi persyaratan perawatan yang tinggi untuk sikat dan
komutatornya (Andrew, 1998: 2).
Banyak aplikasi sistem penggerak listrik yang digunakan di industri
membutuhkan kinerja yang tinggi. Kehandalan setra kecepatan variabel untuk
memudahkan dalam pengendalian. Kendali putaran motor bertujuan untuk
menggerakkan motor pada kecepatan tertentu yang diwakili oleh sinyal yang
diambil. Pengendalian motor DC dapat dilakukan secara elektronik maupun
secara embedded system. Pada pengendalian motor DC secara elektronik dapat
menggunakan transistor, thrystor serta komponen lain untuk memudahkan
pengendalian pada motor DC. Perkembangan cepat teknologi menjadikan
kendali kecepatan motor DC secara bertahap berpindah dari analog ke digital.
Sistem kendali yang mengadopsi peralatan thyristor (yaitu silicon controlled
thyristor, SCR) (Khairudin, 2016: 3-4).
Gambar 1. Rangkaian pengendali putaran motor menggunakan SCR sumber DC.
(t) adalah tegangan induksi yang tergantung pada putaran sudut (t),
dinyatakan pada persamaan 2 :
60
(t) = Ki 2 (t) ...... (2)
Dan
T(s) = (B + s J) (s) = K Ja (s) ...... (8)
Dari persamaan 8 diperoleh kecepatan sudut (s) :
()
(s) = (+) ....... (9)
(Vicky,2012: 2).
C. Alat dan Komponen
1. Power supply
2. Transistor Tip41 (2 buah)
3. Dioda IN4001 (1 buah)
4. Motor DC (1 buah)
5. Resistor 1 k (1 buah)
6. Potensiometer 10 k (1 buah)
D. Prosedur Kerja
A. Susun rangkaian seperti pada gambar 1
B. Hubungkan power supply pada rangkaian
C. Amati apa yang terjadi pada motor DC (M1)
D. Berilah tegangan pada input dan amati kembali dan amati kembali motor DC
(M1) sebelum dan sesudah diberikan masukan input
E. Data Hasil
0 Motor berputar
F. Pembahasan
Langkah pertama yang kami lakukan yaitu merangkai alat dan komponen
seperti pada gambar dibawah ini :
Seperti yang telah kami buat ditabel, pada saat masukan 0 (low) kondisi
motor berputar dan pada saat diberi masukan 1 (high) kondisi motor berputar.
Hal tersebut menunjukkan bahwa percobaan kami berhasil.
Motor (M) akan berputar jika terjadi beda potensial pada ujung kutub-
kutub motor, yaitu ketika kaki basis (B) diberi logika tegangan rendah (0)
sehingga transistor Q1 berada dalam kondisi putus (sambungan kolektor) []
dan sambungan emitter [] berprasikap balik). Kondisi ini menyebabkan kaki
kolektor (c) transistor Q1 dan Q2 dalam kondisi logika tegangan rendah. Karena
motor DC berputar pada saat diberi tegangan 0 dan tidak berputar pada saat
diberi tegangan 1, maka percobaan kami dapat dikatakan berhasil.
G. KESIMPULAN
1. Motor DC (Direct Current) adalah peralatan elektromagnetik dasar yang
berfungsi untuk mengubah tenaga listrik menjadi tenaga mekanik. Motor DC
dikendalikan dengan menentukan arah dan kecepatan putarnya.
2. Semakin besar VR (tegangan pada potensiometer), maka semakin cepat pula
perputaran motor DC
H. DAFTAR PUSTAKA
Berahim, H. 1991. Pengantar Teknik Tenaga Listrik. Yogyakarta: Gava Media
Birdayansyah, Radi. 2015. Pengendali Kecepatan Motor DC Menggunakan
Perintah Suara Berbasis Mikrokontroler Arduino. Jurnal Rekayasa dan
Teknologi Elektro, Vol.9, No.2, Mei 2015
Cooper, William D. 1985. Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran.
Jakarta: Erlangga
Dwi Surjono, Suherman. 2011. Elektronika Teori dan Penerapan. Jember:
Cerdas Ulet Kreatif
Hidayati, Qory. 2012. Pengaturan Kecepatan Motor DC dengan Menggunakan
Mikrokontroler Atmega 8535. Jurnal Media Elektrik, Vol.3, No.2, Desember
2012
KEGIATAN V
PENGUAT GANDENGAN RC
A. TUJUAN
1. Dapat menentukan dc transistor
2. Dapat menyelidiki tanggapan amplitude penguat gandengan Rc
B. DASAR TEORI
Kurve yang lurus patah adalah kurve pendekatan Bode, sedangkan kurve yang
melengkung adalah kurve sesungguhnya yang dibuat secara manual berdasarkan
data. Pada gambar f1 dan f2 masing masing dibuat frekuensi potong bawah dan
atas, yakni frekuensi dimana kurve tenggapan apmlitudo sesungguhnya turun 3db
dari bagian datarnya. (Sunanda,2008:6-7)
Pada (ampifer) adalah alat untuk membesar kan sinyal. Inti dari penguat adalah
sebuah sumber yang dikontrol oleh sinyal masukan. Sebuah model penguat tegangan
yang di sederhanakan ditunjukan pada gambar (a). Terminal acuan merupakan
masukan dan keluarannya sering kali dihubungkan menjadi satu dan membentuk satu
simpul acuan bersama. Bila terminal keluarannya terbuka maka 2 = 1 , dimana K
faktor pengali, dinamakan gain hubungan terbuka (open circuit gain). Resistor Ki dan
Ro masing masing adalah resistansi masukan dan keuaran dari penguat. Agar kerja
penguat lebih baik sebaliknya Ri tinggi dan Ro rendah. Pada penguat ideal, Ri =
dan Ro = 0 seperti pada gambar (b). Penyimpangan dari kondisi diatas dapat
mereduksi gain keseluruhan
Penguat awal merupakan suatu rangkaian yang digunakan untuk memperkuat sinyal
atau isyarat dari suatu sumber isyarat yang besarnya arus maupun tegangan masih
lemah. Demikian pula sering didapatkan bahwa hambatan keluaran atau impedansi
keluaran dari sumber isyarat cukup tinggi, sehingga isyarat akan kehilangan
tegangannya atau terjadi pembebanan pada rangkaian berikutnya apabila impedansi
masukan rangkaian berikut rendah. Untuk itu diperlukan suatu penguat awal yang
mampu menjembati antara sumber isyarat dan penguat berikutnya dengan penguat
awal sehingga sumber isyarat tidak kehilangan tegangannya. Misalkan sebagai
contoh kita mengambil tegangan dari suatu keluaran potosel, tegangan keluaran
photosel sangat kecil untuk dibaca milivoltmeter demikian pula impendansi
keluarannya dalam orde sepuluh mega ohm. Maka tegangan ini tidak akan terbaca
oleh milivoltmeter yang orde impedansi masukannya hanya puluhan kilo-ohm. Oleh
karena itu diperlukan suatu penguat awal yang mampu memperkuat sinyal dan
sekaligus memiliki impedansi masukan yang tinggi. (Sumarna,2015:3)
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Susun rangkaian seperti pada gambar 1
Dari percobaan yang telah dilakukan adapun data hasil yang didapat yaitu:
Menentukan Bdc
= 8,7 . 103
= 2,7 . 104
= 0,31 . 101
F. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini kami melakukan percobaan yang berjudul penguat
gandengan Rc, dimana terlebih dahulu kita mempersiapkan alat dan bahan antara lain
AFG, CRO DC power supply dan bread bord serta kabel jumper, menggunakan
Vcc= 6v, C1=C2 yaitu 0,22 , RB1=10K, RB2=22K, RE=RC yaitu sebesar 22k dan
CE sebesar 220 .
Pada percobaan ini kami menggunakan rangkaian sebagai berikut:
Yang pertama yaitu menentukan nilai . Dimana kita harus mencari nilai dari
dan . Setelah diukur didapatlah nilai
= 8,7 . 103
= 2,7 . 104
= 0,31 . 101
Dari hasil yang telah didapatkan kami menggunakan rumus sebagai berikut:
6
= = 22 = 2,7 . 104
Untuk , pertama yang dilakukan harus memparalelkan RB1 dan RB2 terlebih
dahulu
= 1 // 2
1 . 2 10 . 22 220
= = = = 6,875
1 + 2 10 + 22 32
Maka
6
= = = 8,7 . 103
6,875
Selanjutnya untuk mencari nilai yan digunakan rumus sebagai berikut:
2,7 .104
= = 8,7 .103 = 0,31 . 101
Dari hasil percobaan perhitungan yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa semakin
besar frekuensi masukan maka semakin besar pula penguat yang dihasilkan. Pada
percobaan menyelidiki tanggapan amplitudo ini kami meminta hasil dari kelompok
lain karna alat yang kami gunakan tidak berfungsi namun jika dilihat dari hasil yang
didapatkan percobaan ini dapat dikatakan berhasil karena sesuai dengan ketentuan.
G. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa
1. Dalam menentukan transistor dapat ditentukan dengan mengukur besar
nilai Ic dan Ib
=
2. Dalam menyelidiki tanggapan amplitudo pada penguat gandengan Rc, dapat
dilakukan dengan mempariasikan besar frekuensi yang digunakan.
H. DAFTAR PUSTAKA
Mismail, Budianto. 1995. Rangkain listrik. Bandung: ITB
Nahvi, Mahmood dan Edminister, joseph. 2004. Schaum outlines theory and problem
of electric circuit fourt edition. Jakarta: Erlangga
Sunanda. 2008. Acuan pelajaran fisika. Jakarta: Yudistira
Sumarna. 2015. Penguat transistor jurnal praktikum fisika PMIPA. Yogjakarta:
Unversitas Negeri Yogjakarta.
KEGIATAN VI
PENGUAT OPERASIONAL
A. TUJUAN
Untuk mendemonstrasikan bagaimana sebuah Op-Amp Inverting (membalik)
digunakan sebagai penguat dalam suatu rangkaian DC dan AC sederhana.
B. DASAR TEORI
Operasional Amplifier (Op-Amp) merupakan rangkaian terpadu (IC) linier yang
hampir setiap hari terlibat dalam pemakaian peralatan elektronik yang semakin
bertambah di berbagai bidang seperti bidang komunikasi audio dan radio, teknologi
pengendalian pabrik, teknologi otomotif hingga teknologi kedokteran yang yang dikenal
dengan nama instrumentasi medis. Operasional amplifier yang lebih dikenal dengan nama
Op-Amp sebagai kependekan dan namanya, merupakan komponen elektronik yang
kegunaannya sangat banyak. Ukuran Op-Amp sangat kecil yaitu sebesar kuku jari kita,
memudahkan dalam perancangan perancangan piranti elektronik yang pada saat ini cenderung
meminimalkan ukuran.
Op - Amp adalah suatu penguat gandengan langsung yang memperkuat sinyal arus
searah (DC) atau tegangan yang berubah-ubah terhadap satuan waktu. Penguatan yang
tinggi dilengkapi dengan umpan balik untuk mengendalikan karakteristiknya secara
menyeluruh. Simbol dan Op-Amp tampak pada Gambar 5.1.
A adalah penguat tegangan tanpa beban, dimana harga ini adalah tegangan yang kita
dapatkan bila tidak ada beban yang dihubungkan pada keluaran. Tegangan masuk (V1
dan V2) dan tegangan keluaran (Vo) dihitung terhadap jalur tanah. Sumber tegangan
(Vcc) yang diperlukan oleh Op-Amp ada dua macam, yaitu sumber tegangan positif (+
Vcc) dan sumber tegangan negatif (- Vcc). Hal ini ditujukan agar Op-Amp dapat
memperkuat tegangan yang positif maupun negatif, begitu juga pada bagian output-nya
di mana tegangan dapat berharga positif maupun negative, (Sunanda, 2014:1-2).
Penguat operasional (opamp) adalah suatu blok penguat yang mempunyai dua masukan
dan
satu keluaran. Opamp biasa terdapat di pasaran berupa rangkaian terpadu (integrated
circuit-
IC).
D. PROSEDUR KERJA
1. Ragkai alat seperti gambar dibawah ini, gunakan baterai 1,5 V sebagai sumber
tegangan
6. Atur sumber tegangan audio generator sehingga keluarannya 0,1 Vpp dengan
frekuensi 1 KHz. Keluaran audio generator tersebut merupakan masukan VIn
dari rangkaian penguat AC. (gunakan osiloskop untuk pengukuran)
7. Ukur dan catat tegagan keluaran VOut
8. Ulangi prosedur 6 dan 7 dengan VIn = 0,15 Vpp
E. DATA HASIL
Dari data yang didapat tentukan berapakah penguatan dari rangkaian 2a dan 2b
dengan menggunakan formula Ain = VOut / VIn
Rangkaian AC (2a) :
1. Ain = 1volt / 0,1volt = 10 Kali
2. Ain = 1,8volt / 0,18volt = 10 Kalli
Rangkaian Dc (2b) :
1. Ain = 0,3volt / 0,114volt = 2,6 Kali
2. Ain = 0,12volt / 0,15volt = 0,8 Kali
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan tentang Penguat
Operasional. Dimana penguat operasional adalah suatu blok penguat yang
mempunyai dua masukan dalam satu keluaran. Op-Amp atau penguat operasional
ini memperkuat sinyal arus searah (DC) atau tegangan yang berubah-ubah terhadap
satuan waktu. Penguatan yang tinggi dilengkapi dengan umpan balik untuk
mengendalikan karakteristiknya secara menyeluruh.
Praktikum ini bertujuan untuk mendemonstrasikan bagaimana sebuah Op-Amp
inverting (membalik) digunakan sebagai penguat dalam suatu rangkaian DC dan
AC sederhana. Penguat (amplifier) adalah alat untuk membesarkan sinyal. Inti dari
penguat adalah sebuah sumber yang dikontrol oleh sinyal masukan sebuah model
penguat tegangan yang dapat disederhanakan.
Dalam praktikum ini, alat dan komponen yang digunakan adalah power supply,
volt meter, osiloskop, signal generator, IC741, potensiometer 10 K, Bread Board
dan kabel jumper. Pada percobaan ini kami menggunakan dua rangkaian yang
berbeda. Rangkaian pertama menggunakan baterai 1,5 volt sebagai sumber
tegangan dan rangkaian yang kedua menggunakan sumber tegangan audio
generator.
Percobaan yang pertama yaitu rangkaian yang menggunakan baterai 1,5 volt
sebagai sumber tegangannya. Langkah pertama yang kami lakukan yaitu merangkai
alat dan komponen seperti pada gambar dibawah ini.
Resistor yang digunakan dalam rangkaian ini besarnya adalah Rn=10 K dan R1=10
K. Setelah rangkaian tersusun, beri tegangan input dari baterai dengan cara
menghubungkan kutub (+) baterai kekaki IC dan kutub (-) baterai ke resistor,
setelah itu hubungkan kabel multimeter ke resistor dan kemudian atur
potensiometer sedemikian rupa sehingga keluarannya yang merupakan tegangan
masukan Vin=0,1 volt. Sedangkan untuk mengukur tegangan keluarannya
digunakan osiloskop, dengan cara menghubungkan kabel positif dan negative ke
resistor. Pada layar osiloskop menunjukkan skala 1,8 sehingga dapat dapat dicari
VPP nya dengan menggunakan rumus:
= 1,82 = 3,6
Setelah didapat nilai VPP kita dapat menentukan nilai tegangan keluaran (Vout)
dengan menggunakan rumus
3,6
= = = 1,8
2 2
Sehingga didapat nilai tegangan keluarannya (Vout) sebesar 1,8 volt. Selanjutnya
yaitu dengan menggunakan tegangan input (Vin) baterai sebesar 0,15 volt, caranya
sama seperti ada percobaan sebelumnya dan tampak pada layar osiloskop
menunjukkan skala 0,5 sehinnga dapat dicari VPP nya dengan menggunakan
rumus:Type equation here.
= 0,5 2 = 1
Setelah didapat nilai VPP kita dapat menentukan nilai tegangan keluarannya (Vout)
dengan menggunakan rumus:
1
= = = 0,5
2 2
Sehingga didapat nilai tegangan keluarannya (Vout) sebesar 0,5 volt. Pada
percobaan pertama ini penguatannya meningkat, tetapi peningkatannya tidak
konstan.
Percobaan yang kedua yaitu menggunakan sumber tegangan audio generator.
Langkah pertama yang kami lakukan yaitu merangkai alat dan komponen seperti
gambar berikut.
= 10,2 = 0,2
Sehingga diperoleh nilai tegangan keluarannya (Vout) sebesar 0,2 volt. Selanjutnya
atur sumber tegangan audio generator lagi sehingga keluarannya 0,16 VPP. tampak
pada layar osiloskop menunjukkan skala 1,6 sehingga dapat ditentukan nilai
keluarannya (Vout) dengan menggunakan rumus:
= 1,60,2 = 0,32
Sehingga diperoleh nilai tegangan keluarannya (Vout) sebesar 0,32 volt. Pada
percobaan yang kedua ini penguatannya mengalami peningkatan dan
peningkatannya konstan.
G. KESIMPULAN
1. Penguat operasional atau Op-Amp adalah suatu penguat gandengan langsung
yang memperkuat sinyal arus searah (DC) atau tegangan yang berubah-ubah
terhadap satuan waktu. Penguatan yang tinggi dilengakapi dengan umpan balik
untuk mengendalikan karakteristiknya secara menyeluruh.
2. Apliaksi penguat operasional dilakukan dengan memasang rangakaian resistor
dan atau kapasitor pada out put yang diumpan balikkan pada input pada gambar
H. DFTAR PUSTAKA
Blocher, Richard. 2003. Dasar Elektronika. Yogyakarta: Andi Yogyakarta
B. Dasar Teori
Rangkaian logika terbentuk dari hubungan beberapa gerbang (gate) logika.
Rangkaian logika bekerja secara digital. Output dari suatu rangkaian logika ditentukan
oleh karakterisitik dan hubungan dari gerbang-gerbang yang digunakan. Berikut ini
akan dibahas gerbang logika yang umum digunakan di dalam suatu rangkaian logika.
Gerbang (gate) logika adalah suatu rangkaian digital yang mempunyai satu atau lebih
input dan hanya mempunyai satu output Output gerbang logika ini tergantung sinyal
yang diberikan pada input-nya. Hal ini dapat kita lihat pada persamaan aljabar Boole
dan tabel kebenaran yang dimiliki oleh setiap gerbang logika. Aljabar Boole juga
memberikan persamaan untuk setiap gerbang serta memberi simbol untuk operasi
gerbang tersebut. Suatu rangkaian digital dapat dibangun dari sejumlah gerbang logika.
Dari persamaan untuk setiap gerbang dan tabel kebenaran tiap gerbang logika, maka
dengan menggabungkan beberapa gerbang ini akan didapat operasi logika sesuai dengan
keinginan dan tujuan yang diharapkan sehingga terbentuklah suatu rangkaian digital
yang akan membangun sistem yang diinginkan. Adapun gerbang logika dasar adalah
NOT, AND dan OR. Sedangkan gerbang NAND, NOR, XOR, XNOR merupakan
gerbang yang dibentuk dari gabungan beberapa gerbang dasar, (Malvino, 198: 23).
Gerbang logika adalah rangkaian dasar yang mebentuk computer. Jutaan transistor
di dalam mikroprosesor membentuk ribuan gerbang logika. Sebuah gerbang logika
sederhana mempunyai satu terminal input. Keluarannya dapat tinggi/high (1) atau
rendah/low (0), tergantung level digital yang diberikan pada terminal input. Gerbang
logika yang kini sering dipakai berasal dari IC logika seperti 74xx atau 40xx. Satu IC
yang berisi 4-8 gerbang loika kini hanya berharga
beberapa ribu rupiah, namun IC yang dibuat dengan teknologi tinggi seperti prosesor
Intel Pentium, memiliki berjuta-juta gegrbang logika, yang harga tiap gerbang logika
menjadi hanya beberapa rupiah. Semua chip kompleks yang melakukan pemrosessan
sinyal secara digital dapat dipastikan mengguanakan gerbang-gerbang logika pada detail
desain rangkaiannya, (Irmansyah, 2009:17).
1. Gerbang NOT
Gerbang NOT disebut juga inverter, gerbang ini hanya mempunyai satu input dan
satu output. Persamaan logika aljabar Boole untuk output gerbang NOT adalah = .
Jadi output gerbang NOT selalu merupakan kebalikan dari input-nya. Jika input
diberikan logika tinggi maka pada output akan dihasilkan logika rendah, dan pada saat
input diberikan logika rendah maka pada output akan dihasilkan logika tinggi (Tokheim,
1995). Simbol gerbang NOT diperlihatkan pada Gambar 2.1 dan tabel kebenaran
gerbang NOT diperlihatkan pada Tabel 2.1.
Dengan menggabungkan dua buah inverter, akan diperoleh suatu penguatan non
inverting (tak membalik). Operasi penguat ini akan selalu sama antara input dan output,
dimana jika input berlogika tinggi maka output juga berlogika tinggi dan jika input
berlogika rendah maka output juga berlogika rendah. Jadi tegangan masukan selalu
sama dengan tegangan keluaran. Penggunaaan utama dari penguat tak membalik ini
adalah sebagai buffer (penyangga/memberikan isolasi) antara dua rangkaian (Tokheim,
1995: 35).
2. Gerbang AND
Gerbang AND adalah gerbang logika yang terdiri dari dua atau lebih input dan
hanya memiliki satu output. Output gerbang AND akan tinggi hanya jika semua input
tinggi, dan jika salah satu atau lebih input berlogika rendah maka output akan rendah.
Persamaan logika aljabar Boole gerbang AND adalah Y=A.B. Pada Aljabar Boole
operasi gerbang AND diberi tanda kali atau tanda titik, (Indrawaty, 2012:10).
Simbol gerbang AND ditunjukkan pada Gambar 2.3. Tabel kebenaran diperlihatkan
pada Tabel 2.3.
3. Gerbang OR
Gerbang OR adalah gerbang logika dasar yang mempunyai dua atau lebih input dan
hanya memiliki satu output. Output gerbang OR akan berlogika tinggi apabila salah satu
atau lebih input ada yang berlogika tinggi, dan output akan berlogika rendah hanya pada
saat seluruh input berlogika rendah. Persamaan logika aljabar Boole untuk output
gerbang OR adalah Y=A+B. Pada aljabar Boole operasi gerbang OR diberi tanda
tambah, (Indrawaty, 2012).
Simbol gerbang OR ini ditunjukkan pada Gambar 2.3 dan tabel kebenaran gerbang OR
diperlihatkan Tabel 2.3.
4. Gerbang NAND
Gerbang NAND merupakan gabungan dari gerbang AND dan NOT. Output
gerbang NAND selalu merupakan kebalikan dari output gerbang AND untuk input yang
sama. Jadi output akan berlogika tinggi jika salah satu atau lebih input-nya berlogika
rendah, dan output akan berlogika rendah hanya pada saat semua input-nya berlogika
tinggi. Persamaan logika aljabar Boole untuk output gerbang NAND adalah =
.
Simbol gerbang NAND ini ditunjukkan pada Gambar 2.4. Tabel kebenaran gerbang
NAND diperlihatkan pada Tabel 2.4.
D. Prosedur Kerja
a. Buatlah rangkaian seperti pada gambar ( OR, AND, NAND, dan NOR)
E. Hasil Data
a. Tabel kebenaran gerbang OR sederhana
Y
A B
0
0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 0
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0
F. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan tentang Rangkaian Gerbang
Logika (OR, AND, NAND, dan NOR).dimana gerbang (gate) logika adalah suatu
rangkaian digital yang mempunyai satu atau lebih input dan hanya mempunyai satu
output. Output gerbang logika ini tergantung sinyal yang diberikan pada inputnya.
Gerbang logika adalah rangkaian dasar yang membentuk computer. Jutaan transistor
didalam mikroprosesor membentuk gerbang logika. Sebuah gerbang logika sederhana
mempunyai satu terminal input. Keluarannya dapat tingggi/High (I) atau rendah/Low
(0) tergantung level digital yang diberikan pada terminal input.
Praktikum ini bertujuan untuk mengenal beberapa IC yang mengandung gerbang
logika, membuat rangkaian gerbang logika dan membuat tabel kebenaran untuk
rangkaian gabungan gerbang logika dengan menggunakan IC gerbang logika.
Pada percobaan ini kami menggunakan beberapa IC yang mengandung gerbang
logika yaitu IC 74LS32 (untuk rangkaian gerbang OR), IC 74LS08 (untuk rangkaian
gerbang AND), IC 74LS00 (untuk rangkaian gerbang NAND), IC 74LS02 (Untuk
rangkaian gerbang NOR).
Pada praktikum gerbang logika ini kami melakukan lima kali percobaan. Pada
percobaan yang pertama yaitu tentang gerbang OR sederhana. Langkah pertama yaitu
merangkai rangkaian seperti gambar dibawah ini.
Kita pasang saklar secara pararel, jika saklar A mati dan saklar B hidup maka lampu
akan tetap hidup, begitu pula sebaliknya, hal itu karena rangkaian OR sederhana
menggunakan rangkaian listrik pararel. Hasil percobaan rangkaian gerbang OR
sederhana sama dengan teori persamaan logica aljabar Boole yaitu untuk output gerbang
OR adalah Y=A+B.
Percobaan kedua yaitu tentang rangkaian gerbang OR. Langkah pertama yaitu
merangkai rangkaian seperti gambar dibawah ini.
. . Output gerbang NAND selalu merupakan kebalikan dari output gerbang AND
untuk input yang sama. Jadi output akan berlogica tinggi jika salah satu atau lebih
inputnya berlogika rendah, dan outputnya akan berlogika rendah hanya pada saat semua
input berlogika tinggi
Percobaan kelima yaitu tentang rangkaian gerbang NOR. Pada rangkaian percobaan
ini apabila kedua saklar dibuka maka LED akan hidup. Sebaliknya apabila salah satu
saklar atau kedua saklar ditutup LED tidak hidup. Hasil percobaan pada rangkaian ini
sesuai dengan teori persamaan aljabar Boole untuk output gerbang NOR adalah =
+ . Output gerbang NOR selalu merupakan kebalikan dari output gerbang OR untuk
input yang sama. Jadi output akan berlogika rendah jika salah satu atau lebih
inputnyaberlogika tinggi, dan output akan berlogika tinggi hanya pada saat semua input
berlogika rendah.
G. KESIMPULAN
1. Gerbang (gate) logika adalah suatu rangkaian digital yang mempunyai satu atau
lebih input dan hanya mempunyai satu output. Output gerbang logika ini
tergantung sinyal yang diberikan pada inputnya.
2. Gerbang logika dasar adalah NOT, AND dan OR. Sedangkan gerbang NAND,
NOR, XOR, XNOR merupakan gerbang yang dibentuk dari gabungan beberapa
gerbang dasar
3. IC yang mengandung gerbang logika yaitu IC74LS08, IC74LS32, IC74LS00
dan IC74LS02
H. DAFTAR PUSTAKA
Brown, Stepnen. 2000. Digital Logic of Fundamentals with VHDL Design.
Singapure: Mc. Graw-hill
MIKROKONTROLER
A. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
1. Mahasiswa dapat menjalankan program Code Vision AVR .
2. Mahasiswa dapat memahami cara pemrograman mikrokontroler
B. DASAR TEORI
Mikrokontroler adalah sistem mikroprosesor lengkap yang terkandung di dalam
sebuah chip. Mikrokontroler berbeda dari mikroprosesor serba guna yang digunakan
dalam sebuah PC, karena sebuah mikrokontroler umumnya telah berisi komponen
pendukung sistem minimal mikroprosesor, yakni memori dan pemrograman Input-
Output. Mikrokontroler merupakan suatu keping IC dimana terdapat mikroprosesor dan
memori program ROM (Read Only Memory) serta memori serba guna RAM (Random
Acses Memory) bahkan ada beberapa jenis mikrokontroler yang memiliki fasilitas
ADC,PLL, EEPROM dalam satu kemasan. Penggunaan mikrokontroler dalam bidang
kontrol sangat luas dan popular. ATTiny adalah alat yang dipakai untuk suatu aplikasi
yang efisien, dan kompatibel dengan AVR alat lain.
Menurut Heri Andrianto dalam bukunya yang berjudul Pemrograman
mikrokontroler AVR Atmega16 menggunakan Bahasa C. menyatakan bahwa
mikrokontroler adalah : Mikrokontroler adalah sebuah komputer kecil (Special
Purpose Computers) di dalam satu IC yang berisi CPU, Memory, timer, saluran
komunikasi serial dan pararel, Port I/O, ADC. (Andrianto, 2013)
Menurut Syahrul dalam bukunya yang berjudul Mikrokontroler AVR
Atmega8535 menyatakan bahwa mikrokontroler adalah : Mikrokontroler adalah
sebuah general purpose device, tetapi hanya difungsikan untuk membaca data,
melakukan kalkulasi terbatas pada data dan menghasilkan lingkungannya berdasarkan
kalkulasi tersebut. (Syahrul, 2012).
Mikrokontroler merupakan sistem computer yang seluruh atau sebagian besar
elemennya dikemas dalam satu chip IC (Intergrated Circuit) sehingga sering juga
disebut single chip microcomputer, yang masuk dalam kategori embedded komputer.
Suatu kontroler digunakan untuk mengontrol suatu proses atau aspek-aspek dari
lingkungan, (Soebhakti,2009:5).
Menu rut Hendawan Soebhakti (2009 :5). Mikrokontroler terdiri dari beberapa bagian
diantaranya :
1. CPU yaitu Central Prosesing Unit, pada bagian ini yaitu sebagai otak atau pusat
dari pengontrolan.
2. ROM yaitu Read Only Memory merupakan alat untuk mengingat yang memiliki
sifat bisa dibaca saja ini.
3. RAM yaitu Random Access Memory berbeda dengan ROM sebelumnya, RAM
dapat dibaca dan ditulis berulang kali.
4. I/O yaitu untuk download data yang bisa melalui PC ( Personal Compuer ), ISP
maupun perangkat elektronika lainya.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Buka program CodeVisionAVR, sehingga tampak seperti pada Gambar 1.
G. KESIMPULAN
1. Mikrokontroller adalah sistem mikroprosesor lengkap yang terkandung didalam
dimana terdapat mikroprosesor dan memory program ROM (Read Only Memory)
bahkan ada beberapa jenis mikrokontroller yang memilki fasilitas ADC, PLL,
EEPROM dalam satu kemasan.
2. Program Code Vision AVR dapat dijalankan menggunakan sebuah peragkat
computer yang nantinya akan menghasilkan sebuah program dengan ekstensi Hex
dan hasil Peng-compilean program yang dirancang.
H. DAFTAR PUSTAKA
Alfith. 2015. perancangan Traffic Light berbasis Microcontroler Atmega 16. Jurnal
Momentum. Vol.17. No.1. https:// ejournal.itp.ac.id/index.php/ momentum/
arcticle/ view/ 234, April 2017
Andrianto. 2013. Buku Ajar Mekatronika. Bandar lampung: Teknik Mesin UNILA
Santoso, dkk. 2013. Pembuatan Otomatis Pengaturan Kereta Api: Pengereman dan
Palang Pintu pada Rel Kereta Api Mainan Berbasis Mikrokontroler. Jurnal
VEMA. Vol.1. No.1. hhtps://
Jounal.eng.unila.ac.id/index.php/fema/arcticle/view/30, April 2017