PENDAHULUAN
Sklerosis Multipel atau Multiple sclerosis (MS) pertama kali ditemukan pada
tahun 1882 oleh Sir Agustus Deste dari Inggris, akan tetapi Cruveilhier & Charcot
memberi gambaran lebih terperinci tentang adanya plak dan sclerosis pada susunan
saraf pusat. Multiple Sclerosis (MS) adalah penyakit autoimun kronik yang
menyerang mielin otak dan medula spinalis sehingga menyebabkan kerusakan myelin
dengan rasio 2:1. Umumnya penyakit ini diderita oleh mereka yang berusia 20-50
onset penyakit.4
dan non-genetik seperti infeksi virus, metabolisme dan faktor lingkungan diduga
berperan dalam mencetuskan respon imun yang merusak susunan saraf pusat.
Sehingga untuk mendiagnosis penyakit ini masih sulit dan diperlukan adanya
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Neuron adalah sel saraf yang
merupakan unit dasar sistem saraf dan berfungsi untuk menghantarkan impuls yang
bentuknya tergantung pada tugas khusus yang harus dilakukannya, namun scara
umum setiap neuron terdiri dari badan sel (perikarion/soma), nucleus (inti sel), akson,
dendrite, dan tombol terminal. Setiap neuron memiliki sebuah badan sel yang berisi
nucleus yang didalamnya terdapat kromosom (DNA). Dari badan sel menjulur
prosesus yang menghantarkan impuls dari badan sel ke tombol terminal dan
jumlahnya biasanya satu. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak yang disebut
Myelin.6
ion natrium dan ion kalium melintasi membrane neuronal dengan hampir sempurna.
Selubung myelin tidak continue sepanjang saraf, dan terdapat celah yang tidak
memiliki myelin, dinamakan nodus ranvier. Tonjolan saraf pada susunan saraf pada
susunan saraf pusat dan tepi dapat bermyelin atau tidak. Serabut saraf yang yang
2
dinamakan masa putih (substansia alba). Serabut yang tak bermielin dinamakan
serabut tak bermielin dan terdapat pada substansia kelabu (substansia grisea).
Transmisi impuls saraf disepanjang serabut myelin lebih cepat dari transmisi
dihantarkan ke susunan saraf pusat dengan sangat cepat, jika tidak informasi ini akan
menjadi tidak berguna. Pada ujung yang lain, beberapa jenis informasi sensorik,
seperti yang menggambarkan pegal yang lama, tidak perlu dihantarkan dengan cepat,
sehingga cukup serat yang menghantarkan sangat lambat. Serat saraf mempunyai
semua ukuran, dari diameter 0,2-20 mikron sampai dengan diameter yang lebih besar
mempunyai kecepatan hantaran yang lebih besar. Batas kecepatan hantaran adalah
Klasifikasi umum serat saraf meliputi seraf saraf sensorik dan motorik,
termasuk serat saraf otonom. Dalam klasifikasi umum, serat ini dibagi menjadi jenis
A dan C, dan serat jenis A dibagi lagi menjadi serat , , , dan . Serat jenis A
merupakan serat saraf spinalis yang bermielin dan khas. Serat jenis C merupakan
serat saraf tak bermielin dan sangat kecil yang menghantarkan impuls pada kecepatan
rendah dan jumlahnya lebih dari setengah saraf sensorik pada kebanyakan saraf
Dalam klasifikasi serat sensorik, serat ini dibagi menjadi kelompok Ia, Ib, II,
III, dan IV. Serat grup I adalah terbesar dan serat grup IV adalah yang terkecil,
3
merupakan serat tak bermielin yang sama seperti serat jenis C dalam klasifikasi
umum.5
2.3.1 Definisi
Multiple sclerosis adalah suatu peradangan yang terjadi di otak dan sumsum
tulang belakang yang menyerang daerah substansia alba dan merupakan penyebab
utama kecacatan pada dewasa muda. Penyebabnya dapat disebabkan oleh banyak
faktor, terutama proses autoimun. Focal lymphocytic infiltration atau sel T bermigrasi
keluar dari lymph node ke dalam sirkulasi menembus sawar darah otak (blood brain
antigen myelin pada sistem saraf pusat seperti yang umum terjadi pada setiap infeksi.
demyelinasi, neuron menjadi kurang efisien dalam potensial aksi. Transmisi impuls
yang disampaikan oleh neuron yang terdemyelinisasi akan menjadi buruk. Akibat
4
Gambar 2.1 Perbedaan Neuron Normal dan Neuron Demyelinisasi
2.3.2 Epidemiologi
Amerika tercatat menderita MS, dan pada setiap minggunya sekitar 200 orang
didiagnosis MS. Di seluruh dunia, MS mungkin diderita 2.5 juta individu. Umumnya
serangan terjadi dalam dekade ketiga dan keempat, walaupun penyakit ini bisa mulai
dalam masa anak-anak dan juga di atas usia 60 tahun. Secara keseluruhan MS terjadi
lebih sering pada wanita dibandingkan laki-laki, dengan perbandingan adalah kira-
kira 2:1. Gejala jarang muncul sebelum usia 15 tahun atau setelah 60 tahun. Usia rata-
rata timbulnya gejala adalah 30 tahun, dengan kisaran antara 18 tahun hingga 40
tahun pada sebagian besar pasien. Ciri khas perjalanan multiple sclerosis adalah
serangkaian serangan terbatas yang menyerang bagian susunan saraf pusat yang
memburuk.3,4
5
Multiple sclerosis secara dominan menyerang orang kulit putih, informasi
mungkin dapat ditularkan. Adanya bukti bahwa hubungan antara HLA system
Etiologi dari kelainan tersebut masih belum jelas. Ada beberapa mekanisme
penting yang menjadi penyebab timbulnya bercak MS yaitu autoimun, infeksi, dan
herediter. Meskipun bukti yang meyakinkan kurang, faktor makanan dan paparan
toksin telah dilaporkan ikut berkontribusi juga. Mekanisme ini tidak saling berdiri
supresor pada sirkulasi pasien penderita MS serta adanya molecular mimicry antara
antigen dan MBP (myelin basic protein) yang mengaktifkan klon sel T yang spesifik
terhadap MBP (MBP specific T-cell clone). Limfosit T4 menjadi autoreaktif pada
6
paparan antigen asing yang strukturalnya mirip dengan MBP. Tidak hanya beberapa
virus dan peptida bakteri saja yang memiliki kesamaan struktural dengan MBP, tetapi
papilloma virus JC, subakut sclerosing panencephalitis oleh virus campak. Pada MS
studi serologis awal sulit ditafsirkan. Namun, banyak pasien MS terdapat elevasi titer
CSF terhadap virus campak dan herpes simpleks (HSV), tetapi ini juga tidak
spesifik.8
Hal terpenting dari peran mielin pada proses transmisi dapat terlihat dengan
mengamati hal yang terjadi jika tidak lagi terdapat mielin di sana. Pada orang-orang
dengan multiple sklerosis, lapisan mielin yang mengelilingi serabut saraf menjadi
7
Sifat dasar gangguan yang menyebabkan multiple sclerosis tidak diketahui
ditentukan seperti infeksi virus. Hipotesis ini berasal dari observasi bahwa infeksi
gamma, yaitu suatu zat kimia yang diketahui dapat memperburuk MS. Sejumlah virus
telah diajukan sebagai agen penyebab yang mungkin pada multiple sklerosis.
Beberapa peneliti menduga virus campak (rubeola). Berbagai antibodi campak telah
ditemukan dalam serum dan cairan serebrospinalis (CSF) pasien MS, dan bukti yang
ada mengesankan antibody ini dihasilkan dalam otak. Teori lain menduga bahwa
faktor genetik tertentu menyebabkan beberapa orang lebih peka terhadap invasi
susunan saraf pusat dengan berbagai virus lambat. Virus yang lambat memiliki
masa inkubasi yang lama dan hanya mungkin berkembang dengan keadaan defisiensi
telah ditemukan lebih sering pada pasien multiple sklerosis dibandingkan dengan
subjek yang terkontrol. Adanya antigen ini mungkin berkaitan dengan defisiensi
timbul dalam waktu 1 hingga 3 bulan dengan serangan yang berturut-turut. Namun
8
pada akhirnya penyembuhan tidak terjadi secara sempurna, dan pasien diwarisi
Manifestasi klinis yang sering terjadi pada Multiple Sclerosis (MS) adalah: 7,8
a. Gangguan visual
tanda onset multipel sklerosis. Patologi dasarnya adalah demielinisasi inflamasi pada
satu atau kedua nervus optik. Gejala neuritis optik unilateral meliputi :
9
Selain gangguan ketajaman penglihatan dan warna, pemeriksaan dapat
menunjukan :
Defek lapang pandang umumnya berupa skotoma sentral pada mata yang terkena
Neuritis optik biasanya akan membaik setelah beberapa minggu atau bulan,
walaupun pasien tetap memiliki ganggguan penglihatan pada mata yang terkena, dan
funduskopi umumnya menunjukkan diskus optikus yang pucat karena atrofi nervus
optikus. Pembengkakan diskus optikus pada fase akut jika bilateral harus dibedakan
dari edema papil yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial walaupun
kadang tampak serupa. Pada edema papil, biasanya ketajaman penglihatan lebih baik
dan defek lapang pandang pada awal edema papil adalah berupa pembesaran bintik
buta fisiologis. Episode neuritis optik tidak selalu menunjukkan bahwa pasien
selanjutnya akan mengalami multiple sclerosis tetapi mungkin saja hanya merupakan
Gangguan visual lainnya saat onset MS meliputi diplopia yang sering disertai
vertigo dan mual, sehingga merupakan indikasi adanya plak batang otak.
10
b. Gejala dari gangguan batang otak
Trigeminal neuralgia terjadi pada 1,5% pasien MS dan 300 kali lebih banyak
neuralgia dua kali lipat terjadi bilateral pada pasien MS dibandingkan dari poplulasi
pada umumnya. Seringkali nyeri muncul di antara serangan paroksismal, dan bisa
saja nyeri terjadi diluar dari distribusi syaraf trigeminal, kelumpuhan nervus fasialis,
atau gejala lain yang menyertai tanda gejala pada lesi pontine. MS-related trigeminal
Ketulian mendadak atau serangan akut vertigo dapat menyerupai suatu krisis
vestibular akut, bisa juga merupakan tanda dari multipel sklerosis yang kurang sering
terjadi.
Tanda dan gejala serebelar terdapat pada kasus. Gerakan ataksia sering kali
merupakan tanda yang menonjol yang terutama mengenai gaya berjalan pasien, yang
tidak hanya spesifik tetapi juga ataksik. Yang terutama berkesan dan sangat
karakteristik pada multiple sclerosis adalah tremor intensi yang menyertai gerakan
volunter misalnya finger to nose test. Tremor menunjukan suatu lesi dari nukleus
pada gerakan dapat ditemukan, biasanya disertai oleh tanda-tanda spastisitas dan
11
d. Gejala ekstrapiramidal
Lebih dari 80% dari pasien multiple sclerosis menderita gejala kejang
paraparesis dengan gejala bilateral traktus piramidal dan hiperrefleksi. Jika gejala
kejang paraparesis muncul dalam waktu yang lama, diagnosis dari MS harus
terutama pada onset akhir penyakit, dan cenderung menjadi progresif dalam beberapa
kasus. Tidak adanya refleks kulit abdominal dapat menjadi tanda dari kejang
paraparesis. Hal ini tidak memiliki nilai informatif sebagai satu temuan terisolasi,
refleks ini tidak dimiliki oleh 20% orang dewasa normal, tetapi menjadi signifikan
epilepsi 4 kali lebih sering dibandingkan populasi umum. Serangan batang otak
muda. Kelainan ini dapat terjadi sebagai tanda penyakit yang timbul, dengan cara
yang sama seperti serangan berupa kehilangan tonus otot yang menyebabkan pasien
jatuh atau seperti distonia paroksismal. Sebagian serangan berulang yang berlangsung
f. Gangguan mental
Pasien dengan MS tidak jarang memperlihatkan euforia yang tidak sesuai dan
12
perjalanan penyakit yang panjang, dapat menimbulkan demensia pada pasien.
Gangguan mental dapat merupakan gejala dari MS, biasanya berkaitan dengan
kelainan batang otak, gambaran psikotik dapat merupakan tanda dini dari penyakit
ini. Pada stadium yang lebih dini, tanda kelainan mental dapat ditemukan pada kira-
kira 3% kasus.
g. Gangguan miksi
Pada saat pertama kali masuk rumah sakit, sekitar 20% pasien
memperlihatkan gangguan ini. Yang paling sering adalah dorongan yang tidak
terkontrol untuk miksi, yang dapat menimbulkan ngompol. Bentuk lain dari
h. Gangguan Sensorimotorik
asimetris dan atau parestesia, anestesia suhu, dan disestesia pada anggota gerak. Lesi
pada kolumna posterior medula spinalis servikal dapat menyebabkan gejala yang
hampir patognomonik yaitu sensasi kesemutan yang menjalar ke lengan atau tungkai
saat fleksi leher (Fenomena Lhermitte). Pada beberapa pasien, gejala motorik,
sensorik, atau visual terkadang lebih buruk setelah mandi air panas (Fenomena
Uhthoff ).
penyakit yang dini. Kadang-kadang gejala yang timbul berupa sensasi yang spontan
abnormal (parestesia) atau sebagai perasaan abnormal setelah menggores kulit dari
13
ekstremitas (disestesia). Tangan kadang-kadang dapat memperlihatkan astereognosia
yang berat.8
merupakan kriteria MS dengan konsep asli tahun 2001 dan revisi terakhir tahun 2010.
time (dua serangan atau lebih) dan pemisahan oleh ruang/disseminated in space (dua
atau lebih diagnosa topis yang berbeda). Seseorang dinyatakan definite menderita MS
bila terjadi pemisahan waktu dan ruang yang dibuktikan secara klinis atau bila bukti
secara klinis tidak lengkap tetapi didukung oleh pemeriksaan penunjang (MRI, LCS
atau VEP).
2.3.6 Klasifikasi
Tipe ini ditandai dengan episode relaps atau eksaserbasi yang diikuti dengan
episode remisi (perbaikan). Sekitar 85% pasien MS memiliki tipe RRMS, 65% di
Banyak pakar yang menganggap SPMS merupakan bentuk lanjut dari RRMS
14
4. Primary Relapsing MS (PRMS)
Bentuk PRMS adalah yang paling jarang. Pasien terus mengalami perburukan
dengan beberapa episode eksaserbasi di antaranya. Tidak pernah ada fase remisi
15
2.3.7 Kriteria Diagnosis
Pemisahan secara waktu maksutnya adalah terjadinya dua serangan atau lebih
dimana jarak antara dua serangan minimal 30 hari dan satu episode serangan minimal
berlangsung 24 jam. Sedangkan pemisahan oleh ruang adalah terdapatnya dua atau
lebih gejala neurologis obyektif yang mencerminkan dua lesi yang diagnosis topisnya
berbeda.
16
Kriteria definite (disseminated in space) MRI harus meliputi 3 dari 4 kriteria:
Selain itu pada MRI dapat terlihat gambaran atrofi korteks yang didahului
membantu diagnosis MS. Sensitifitas pemeriksaan ini dikatakan dapat mencapai 95%
dan bila terdapat peningkatan oligoclonal band pada LCS maka hanya dibutuhkan 2
17
Pemeriksaan VEP (visual evoked potential) merupakan pemeriksaan
demyelinisasi pada nervus optikus. VEP secara dini dapat mendeteksi kelainan
meskipun pada pasien MS yang secara klinis belum terdapat gejala klinis neuritis
optika.
2.3.8 Penatalaksanaan
Multiple sclerosis sampai saat ini masih belum dapat disembuhkan, tetapi
perkembangan penyakit ini dan mengurangi sebaran, intensitas dan durasi gejala.2
a. Relaps akut:
Metyl prednisolon per infus 1 gram/hari selama 7-10 hari, kemudian po (per oral)
beberapa efek samping pada pemberian jangka panjang serta mungkin tidak lagi
b. Pencegahan relaps
Interferon diproduksi oleh sel-sel untuk merespon berbagai virus. Sel-sel ini
18
mengurangi respon peradangan, termasuk mencegah kerusakan pada neuron. Ada
tiga jenis interferon, yaitu alfa, beta, dan gamma. Inferon B yaitu efektif untuk
mencegah relaps pada MS, cara pemberian injeksi subkutan, obat ini untuk
d. Terapi simptomatis:
2-3 x/hari
waktu malam.
4. Benign MS 20%.
19
2.3.9 Prognosis
Jika tidak diobati maka lebih dari 30% pasien dengan MS akan memiliki cacat
fisik yang signifikan dalam waktu 20-25 tahun setelah onset. Kurang dari 5-10% dari
pasien memiliki fenotipe MS klinis ringan, di mana tidak ada cacat fisik yang
kadang terlepas dari lesi baru yang terlihat pada MRI). Pemeriksaan rinci dalam
menimbulkan kecacatan. Insiden yang lebih tinggi dari lesi sumsum tulang belakang
kecacatan.2
Harapan hidup dipersingkat hanya sedikit pada orang dengan MS, dan tingkat
komplikasi sekunder (50-66%), seperti penyebab paru atau ginjal, tetapi juga dapat
disebabkan oleh komplikasi utama, bunuh diri, dan menyebabkan tidak berhubungan
dengan MS. Marburg varian dari MS adalah bentuk akut dan klinis fulminan penyakit
20
BAB 3
KESIMPULAN
Multiple sclerosis (MS) adalah suatu peradangan yang terjadi di otak dan
medulla spinalis yang menyerang daerah substansia alba dan merupakan penyebab
utama kecacatan pada dewasa muda. Penyebabnya dapat disebabkan oleh banyak
Gambaran klinis yang khas dari MS yaitu serangan yang berulang terjadi pada
interval yang tidak teratur dan lokasi serangan tersebar di seluruh SSP. Pada saat
demielinisasi pada berbagai lokasi misalnya atrofi optik disertai paraplegia dan
serangan yang berturut-turut pada penyakit ini dapat menyebabkan kelainan berbagai
sistem.
sclerosis sampai saat ini masih belum dapat disembuhkan, tetapi tidak mematikan.
21
DAFTAR PUSTAKA
22