Anda di halaman 1dari 6

Konsep Dasar Teknik Aseptik

1. Pengertian

Aseptik berarti tidak adanya pathogen pada penyakit. Menurut Crow dalam Wina
Jivika P (2007)teknik aseptik adalah usaha mempertahankan klien sedapat mungkin bebas
dari mikro organisme. Sedangkan menurut Hinchliff dalam Dwi Handayani (2003), teknik
aseptik adalah metode penjagaan yang digunakan dalam setiap tindakan yang membawa
resiko masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh pasien.

2. Jenis teknik aseptik dalam praktek keperawatan

Ada dua jenis teknik aseptik yang diterapkan dalam praktek keperawatan, yaitu
Aseptik medis dan Aseptik bedah :

a. Aseptik medis

Aseptik medis adalah teknik atau prosedur yang dilakukan untuk mengurangi jumlah
mikroorganisme disuatu objek, serta menurunkan kemungkinan penyebaran dari mikro
organisme tersebut.. Aseptik medis sangat penting untuk diterapkan saat merawat individu
yang rentan terhadap infeksi baik karena penyakitnya, pembedahan atau
karena immonosupresi. Selama proses keperawatan, perawat melakukan kontak dengan
banyak pasien dirumah sakit, oleh karena itu perawat harus menyadari dan mengetahui
akan prinsip-prinsip aseptik medis sebagai upaya untuk menghindari transfer kuman dari
pasien ke perawat, dari perawat ke pasien, dari perawat ke perawat lain atau petugas
kesehatan lain, serta dari satu pasien ke pasien lainnya.

Suatu objek dikatakan terkontaminasi bila objek tersebut menjadi tidak steril atau bersih.
Dalam aseptik medik suatu area atau objek dikatakan terkontaminasi bila terdapat atau
objek dicurigai mengandung kuman pathogen, misalnya tempat tidur (badpan) yang telah
dipakai, lantai dan kasa basah yang telah dipakai. Mata rantai infeksi yang paling mudah
untuk di putus adalah cara penularannya. Dalam lingkungan perawatan kesehatan
lingkungan, mencuci tangan adalah merupakan teknik dasar yang paling penting dalam
pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi nosokomia. Menurut Larson dalam Dwi
Handayani (2003), Mencuci tangan adalah menggosok dengan sabun secara bersama
seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian di bilas dibawah air
mengalir. Oleh karena itu, mencuci tangan menjadi metode pencegahan dan pengendalian
infeksi yang paling penting.

Tujuan mencuci tangan adalah menurunkan Bioburden(jumlah mikroorgsnisme)


pada tangan dan untuk mencegah penyebaranya ke area yamg tidak terkontaminasi.
Mencuci tangan yang kurang tepat menempatkan baik pasien dan tenaga perawatan
kesehatan pada resiko terhadap infeksi atau penyakit. Tenaga perawatan kesehatan yang
mencuci tangan kurang adekuat dapat memindahkan organisme-organisme
sepertistaphylococcus, escheria coli, pseudomonas dan klebisellasecara langsung ke pada
hospes yang rentan, yang menyebabkan infeksi nasokomial dan endemik disemua jenis
lingkungan pasien.

Adapun teknik cuci tangan yang efektif sesuai prosedur cuci tangan menurut WHO
(2007) yaitu sebagai berikut ;

1) Dimulai cuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan bersih.

2) Menggunakan sabun cair atau sabun batangan, menggosokan sabun tersebut sampai
berbusa banyak.

3) Menggosokan ke bagian punggung tangan dengan jari tangan menjalin secara


bergantian, sebanyak 3 (tiga) kali.

4) Mengepalkan salah satu tangan dan menggosokan ke permukaan tangan lainnya


dimulai dengan menggosokan buku-buku jari tangan, kuku tangan, dan ujung-ujung jari
tangan secara bergantian, sebanyak 3 (tiga) kali.

5) Memutar-mutar ibu jari tangan dengan salah satu tangan yang dilakukan secara
bergantian, sebanyak 3 (tiga) kali.

6) Membilas tangan dengan air mengalir mulai dari permukaan tangan sampai dengan
sikut tangan.

7) Mengeringkan tangan.

b. Aseptik bedah

Aseptik bedah atau teknik steril termasuk prosedur yang digunakan untuk
membunuh mikroorganisme. Setelah objek menjadi tidak steril maka objek tersebut telah
terkontaminasi, misalnya alat-alat perawatan luka yang telah dipakai atau tersentuh objek
yang tidak steril. Pada aseptik bedah, suatu area atau objek dinyatakan terkontaminasi jika
disentuh oleh setiap objek yang tidak steril. Teknik steril sering dilakukan dalam berbagai
tindakan keperawatan di ruang keperawatan, seperti dalam perawatan luka operasi
(mengganti balutan).

Keefektifan tindakan pencegahan luka operasi bergantung pada motivasi perawat


dalam menggunakan teknik aseptik. Perawat yang bekerja dengan lingkungan yang steril
atau dengan peralatan yang seteril harus mengerti bahwa kegagalan sekecil apapun dalam
teknik ini mengakibatkan kontaminasi yang akan membuat pasien beresiko terkena infeksi
luka operasi yang dapat menghambat proses penyembuhan ( Schaffer dkk, 2004).

Kulit yang sehat dan utuh serta memberan mukosa dapat memberikan suatu barier
yang efektif terhadap mikroorganisme, tetapi jaringan yang di bawahnya merupakan media
yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu saat jaringan bawah
kulit terbuka akibat luka karena prosedur operasi, maka untuk melindungi daerah tersebut
dari mikroorganisme harus digunakan teknik steril. Adapun prosedur-prosedur steril
perawatan luka menurut Ellis, et al (1999) adalah sebagai berikut :

a) Menata area steril

1) Mencuci tangan.

2) Pililah permukaan yang datar, kuat dan kering untuk menyiapkan alat steril, dengan
luas kurang lebih 12x12 inci.

3) Sebelum dilakukan sterilisasi, alat-alat dibungkus rapat agar tidak terkontaminasi ,


sehingga saat dibuka alat-alat yang sudah steril tersebut tidak akan terkontaminasi.

4) Apabila ingin menambah ala-alat yang steril, tempatkan ke sisi area yang steril.

b) Membuka bungkusan steril

1) Mencuci tangan.

2) Ketika membuka bungkusan steril, jangan sampai menyentuh objek yang steril atau
areah yang steril.

3) Peganglah hanya pada sisi luar penbungkusnya.

5) Jangan membiyarkan sesuatu yang tidak steril menyentuh isi bungkusan steril.

c) Menambahkan alat-alat ke dalam area steril

Ketika menambahkan alat-alat steril ke area steril, hal yang harus diperhatikan adalah
menjaga agar tidak terjadi kontaminasi.

1) Mencuci tangan.

2) Membuka pembungkus tanpa menyentu area steril.

3) Tempatkan alat-alat tersebut pada bidang yang steril dan jaga agar tangan tidak
menyentu bidang steril. Bila alat-alat tersebut besar atau berat atau secara hati-hati pada
bidang steril atau bisa menggunakan korentang steril .

4) Jaga agar tangan tidak menyentu bidang steril.

d) Menambahkan cairan ke dalam area steril

1) Mencuci tangan.

2) Tuangkan sedikit cairan, misalnya betadin kedalam tempat pembuangan sebelum


menuangkannya kedalam wadah steril.
3) Tuangkan cairan ke dalam wadah steril, tuangkan kira-kira 6-8 inchi di atasnya.

4) Tuangkan secara perlahan-lahan untuk mencegah terjadinya percikan.

5) Jagalah agar tidak bersentuhan langsung dengan area steril.

e) Menggunakan sarung tangan steril

1) Cuci tangan secara menyeluruh.

2) Buka pembungkus kemasan bagian luar dengan hati-hati menyibakkannya ke samping.

3) Pegang kemasan bagian dalam dan letak pada permukaan yang datar dan bersih tepat
diatas ketinggian pergelangan tangan. Buka kemasan, pertahankan sarung tangan pada
permukaan dalam pembungkus.

4) Identifikasi tangan kanan dan kiri. Setiap sarung tangan mempunyai manset kurang
lebih 5 cm, kenakan sarung tangan pada tangan dominan terlebih dahulu.

5) Dengan ibu jari dan 2 jari lainnya dari tangan non dominan, pegang tepi manset sarung
tangan untuk tangan dominan. Sentuh hanya pada permukaan dalam sarung tangan.

6) Dengan hati-hati tarik sarung tangan pada tangan dominan, lebarkan manset dan
pastikan bahwa manset tidak menggulung pada pergelangan tangan. Pastikan juga bahwa
ibu jari dan jari-jari pada posisi yang tepat.

7) Dengan tangan dominan yang telah menggunakan sarung tangan, masukan jari-jari
tangan manset sarung tangan kedua.

8) Dengan hati-hati tarik sarung tangan kedua pada tangan non dominan. Jangan
biyarkan jari-jari dan ibu jari sarung tangan dominan menyentuh bagian tangan non
dominan yang terbuka. Pertahankan ibujari tangan non dominan abduksi ke belakang.

9) Manakala sarung tangan kedua telah terpasang, cakupkan kedua tangan anda. Manset
biasanya terlepas setelah pemasangan. Pastikan untuk hanya menyentuh bagian yang steril.

f) Merawat luka

Menurut David dalam Dwi Handayani (2003), perawatan luka paska bedah adalah tanggung
jawab perawat bangsal. Adapun tujuan perawatan luka menurut Smith, et al dalam Wina
Jivika P (2007). adalah sebagai berikut :

1) Mengangkat jaringan mati, sehingga mendukung proses penyembuhan luka.

2) Mencegah terjadinya infeksi pada luka

3) Apsorbsi cairan eksudat


4) Mempertahankan kelembaban daerah sekitar luka

5) Melindungi luka dari kerusakan lebih lanjut

6) Melindungi daerah sekitar luka dari infeksi dan trauma

Menurut Ignatavicius, et al dalam Dwi Handayani (2003), perawatan luka paska bedah
terdiri dari mengganti balutan, merawat balutan, membersihkan luka dan perawatan drain.

Perawatan luka paska bedah yang baik memberikan penyembuhan luka yang baik. Dalam
hal ini yang terpenting adalah penggunaan pembalut. Pembalutan pada luka paska bedah
berfungsi untuk memberikan lingkungan yang sesuai untuk penyembuhan luka, untuk
menyerap drainase, untuk membebat dan mengimobilisasi luka, untuk melindungi luka dan
jaringan epitel baru dari cedera mekanik, untuk melindungi luka dari kontaminasi bakteri
dan pengotoran oleh faeses, muntahan dan urine, untuk meningkatkan hemostatis, seperti
pada balutan tekanan dan untuk memberikan kenyamanan mental dan fisik bagi pasien.

3. Teknik aseptik dalam perawatan luka operasi

Menurut David dalam Dwi Handayani (2003) dalam pelayanan keperawatan,


perawatan luka operasi adalah tanggung jawab perawat. Berikut adalah tatacara perawatan
luka operasi dengan teknik aseptik.

a. Siapkan peralatan

b. Cek pembalut pasien

c. Pasang peralatan

d. Jelaskan prosedur tindakan pada pasien

e. Cuci tangan dengan efektif, sesuai prosedur cuci tangan menurut WHO

f. Pakai sarung tangan steril

1) Ambil sarung tangan secara hati-hati dari wadahnya dengan menggunakan korentang.

2) Pegang sarung tangan pertama pada bagian dalam.

3) Masukan tangan yang tidak memegang sarung tangan dengan hati-hati tanpa
menyentuh bagian luar sarung tangan.

4) Ambil sarung tangan kedua dengan tangan yang sudah terpasang sarung tangan pada
bagian luar pada lipatan.

5) Masukan tangan yang kedua tanpa terkontaminasi

6) Atur sarung tangan yang sudah terpasang agar pas ditangan


7) Menjaga tangan yang sudah terpasang sarung tangan steril agar tidak terkontaminasi,
dan selalu berada di atas pinggang.

g. Lepaskan plester menggunakan pinset

h. Buang pembalut kotor pada tempat yang telah disediakan

i. Perhatikan luka dengan teliti untuk menandai terhadap infeksi dan penyembuhan

j. Buka bak instrumen

k. Siapkan larutan pembersih

l. Jika bekerja sendiri, letakan sarung tangan steril pada tangan yang dominan, biarkan
tangan yang lain bebas untuk bekerja dengan peralatan yang tidak steril

m. Bersihkan luka. Ketika membersihkan area, selalu mulai pada daerah terbersih dan
kerjakan menjauh dari area tersebut

n. Jika ada drain, bersihkan dibawah saluran dan sekitar lokasi dengan lapisan kasa 4 x 4
Cm dan larutan pembersih

o. Letakan beberapa kain kasa di bawah drain

p. Letakan beberapa kasa betadin 4 x 4 Cm di atas luka dan plester

q. Buang sarung tangan

r. Tutup kantong plastik dan buang pada kantong isolasi bahan

s. Cuci tangan dengan efektif

Anda mungkin juga menyukai