4.1.1. Penduduk
berasal dari beraneka ragam suku, yakni Suku Timor Helong, Suku Rote, Suku
Bima, Suku Sabu, Suku Alor, Suku Flores, Suku Sumba, Suku Jawa-Madura, dan
Suku Bugis-Makasar.
dengan jumlah penduduk 3.690 jiwa yang terdiri dari 1.862 jiwa Laki-laki dan
1
Adapun banyaknya jiwa tiap Kepala Kelurga (KK) di tiap rumah dari
digambarkan bahwa jumlah jiwa dalam keluarga yang paling banyak berkisar
4.1.2. Pendidikan
2
Tabel 4.3. Tingkat Pendidikan Penduduk di Kelurahan Fatubesi
3
Dari golongan pekerjaan tersebut di atas, dominasi pekerjaan penduduk adalah
atau dengan kata lain penempatan fungsi bangunan tidak pada tempatnya. Di
mana fungsi rumah tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal tetapi juga
tidak memiliki penghasilan tetap seperti yang bekerja pada sektor wiraswasta, dan
mengenai penataan rumah sehat, disamping itu tidak terlepas adanya budaya atau
4
4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Kelengkapan Ruangan
dalam satu rumah tinggal, yakni hanya 10 rumah atau 34,48 % yang memenuhi
5
2) Konstruksi Rumah Semi Permanan
memenuhi kebutuhan ruang dan ukuran, yakni hanya 1 rumah atau 7,69 % yang
6
3) Konstruksi Rumah Temporer
kebutuhan ruang dan ukuran secara baik, yakni sebanyak 15 rumah atau 83,33 %
Hasil penelitian ini tentunya tidak sejalan dengan apa yang di paparkan
ruang yang meliputi kamar tidur, ruang terima tamu, ruang keluarga, ruang
makan, kamar mandi/WC dan gudang. Karena dari ketiga kategori rumah baik
secara baik.
7
sehat sehingga masyarakat tatap membangun rumah seadanya, (b) ekonomi,
mampu untuk membangun rumah yang memadai, (c) luas tanah dan status tanah,
dengan luas tanah yang kecil dan status tanah yang ditempati oleh masyarakat
khususnya konstruksi rumah semi permanan dan temporer adalah tanah kontrakan
baik itu milik pemerintah maupun milik keluarga sehingga masyarakat tidak
kondisi seadanya.
b. Pencahayaan
1) Rumah Permanen
pencahayaan pada rumah permanen sudah baik yaitu dari 29 rumah permanen
ruangan dalam rumah secara baik, sedangkan 6 rumah atau sekitar 27,7 % belum
penelitian sudah cukup bai yakni dari 13 rumah yang diteliti, ada 9 rumah atau
8
3) Rumah Temporer
pencahayaan pada rumah temporer yakni dari 18 rumah seluruhnya atau 100 %
belum memiliki sistem pencahayaan tiap ruangan dalam rumah secara baik.
permanen dan semi permanen tentunya kebutuhan pencahayan utuk tiap ruangan
sudah cukup baik ini dipengaruhi oleh (a) ukuran luas lubang pencahayaan yang
memenuhi standar yakni 15 20 % luas lantai, (b) bahan yang digunakan yakni
dari kaca polos dan kaca barwarna. Hal ini tentunya sejalan dengan apa yang
seluas 15 20 % dari luas lantai, dan Tengaro (2000); Frick dan Suskiyanto
ruangan sangat di pengaruhi oleh faktor-faktor: (a) jenis bahan yang digunakan
adalah tembus cahaya, misalnya: Kaca polos, kaca barwarna atau fiber glass, (b)
warna bahan sebagai bidang pantulan yang berpengaruh adalah; dinding, langit-
langit dan lantai. Semakin warnanya mudah dan cerah, semakin banyak
intesitas cahaya oleh kisi-kisi (sunscreen) dan pohon. Sedangkan untuk rumah
temporer tidak sejalan teori ini karena tidak semua ruangan memiliki sistem
pencahayaan secara baik hal ini di pengaruhi oleh: (a) luas lubang pencahayaan
yang tidak mencapai standar ukuran luas yakni 15 20 % luas lantai, (b) bahan
yang digunakan yakni masih ada yang menggunakan bahan bukan dari kaca
seperti dari tripleks atau seng, sehingga menghambat masuknya cahaya ke dalam
ruangan.
9
c. Penghawaan( Sirkulasi Udara)
1) Rumah Permanen
lokasi penelitian yakni dari 29 rumah, hanya 21 rumah atau 72,41% sudah
memiliki sistem penghawaan tiap ruangan secara baik, sedangkan 8 rumah atau
di lokasi penelitian yakni dari 13 rumah, hanya 9 rumah atau 69,23 % sudah
memiliki sistem penghawaan tiap ruangan secara baik, sedangkan 4 rumah atau
3) Rumah Temporer
lokasi penelitian yakni dari 18 rumah seluruhnya atau 100 % belum memiliki
permanen sudah memiliki sistem penghawaan tiap ruangan dalam rumah cukup
baik, ini dipengaruhi oleh: (a) luas lubang penghawaan yang mencapai 5 % dari
luas lantai, (b) bahan yang digunakan yakni menggunakan berupa kisis-kisi dari
kayu sehingga udara dengan baik akan masuk ke dalam rungan dalam rumah. Hal
ini tentunya sejalan dengan apa yang di paparkan oleh Suseno (2006), menyatakan
bahwa rumah yang sehat dan nyaman, apabilah suhu udara dan kelembapan udara
dalam ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal. Suhu udara dalam
10
Penghawaan yang kurang atau tidak lancar akan menjadikan ruangan terasa
pengap dan akan menimbulkan kelembapan tinggi dalam ruangan dan luas lubang
bouven jendela dan pintu bisa didesain dalam bentuk kisi-kisi kayu dengan arah
serong 45, sehingga angin yang keras tidak akan langsung menerpa pemakai
ruangan melainkan dipantuklan terlebi dahulu pada bidang plafond dan masuknya
debu tanah dapat diminimalisir. Sedangkan untuk rumah temporer tidak sejalan
dengan teori ini yakni selain karena tidak memiliki lubang penghawaan, ukuran
yang tidak sesuai juga diakibatkan oleh penggunaan bahan dengan tripleks atau
ke dalam ruang.
Presentase dari
Jumlah Rumah
No Kelengkapan plafond dan ukuran tinggi Keseluruhan
(n = 29)
Jumlah Rumah
a b c (c x 100) /29
1 Tidak memiliki plafond 11 37,93
2 Memiliki plafond, tinggi 2,4 m 18 62,07
Jumlah 29 100,00
Sumber : Data Olahan Penulis (2009)
bahwa untuk rumah permanen dari 29 rumah yakni sebanyak 18 rumah atau 62,07
11
2) Konstruksi Rumah Semi Permanen
Tabel 4.10. Ketinggian Konstruksi Plafond pada Rumah Tinggal Semi Permanen
di Kelurahan Fatubesi
Presentase dari
Jumlah Rumah
No Kelengkapan Plafond dan ukuran tinggi Keseluruhan
(n = 13)
Jumlah Rumah
a b c (c x 100) /13
1 Tidak memiliki plafond 7 53,85
2 Memiliki plafond, tinggi 2,4 m 6 46,15
Jumlah 13 100,00
Sumber : Data Olahan Penulis (2009)
bahwa untuk rumah semi permanen dari 13 rumah yakni sebanyak 6 rumah atau
46,15 % memiliki konstruksi plafond di setiap ruangan dan dalam kondisi baik,
Presentase dari
Kelengkapan Plafond dan ukuran tinggi Jumlah Rumah
No Keseluruhan
plafond (n = 18)
Jumlah Rumah
a b c (c x 100) /18
1 Tidak memiliki plafond 14 77,78
2 Memiliki plafond, tinggi 2,4 m 4 22,22
Jumlah 18 100,00
Sumber : Data Olahan Penulis (2009)
bahwa untuk rumah temporer dari 18 rumah yakni sebanyak 4 rumah atau 22,22
12
Dari hasil penelitian mengenai konstruksi plafon untuk rumah permanen
sudah memiliki konstruksi plafond di tiap ruangan dengan kondisi baik, yakni (a)
ketinggian plafond dari muka lantai sangat bervariasi, berkisar antara 2,40 3,00
m. dari segi teknis tinggi plafond tentunya sudak cukup baik yakni ketinggian
bahwa ketinggian plafond terhadap lantai rumah minimal 2,4 m, (b) konstruksi
yang digunakan adalah konstruksi dari kayu dan dilapisi tripleks ataupun gipsum.
Sedangkan padan rumah semi permanen dan temporer belum memiliki konstruksi
plafond yang baik di setiap ruangan. Ini dilihat dari ukuran ketinggian yang tidak
mencapai 2,40 m dari muka lantai, konstruksi yang digunakan juga masih ada
yang menggunakan anyaman bambu, kertas, bebak, dan juga tidak memiliki
konstruksi plafond, sehingga kondisi ruangan sangat panas pada waktu siang hari.
Presentase
No Ketinggian Lantai(M) Jumlah rumah (n = 29)
Keseluruhan
a b c (c x 100) / 29
1 - 10 cm 10 34,48
2 + 10 cm 19 65,52
Jumlah 29 100, 00
Sumber : Data Olahan Penulis (2009)
bahwa untuk rumah permanen dari 29 rumah yakni sebanyak 19 rumah atau 65,52
13
2) Konstruksi Rumah Semi Permanen
Tabel 4.13. Ketinggian Lantai Rumah Tinggal pada Rumah Semi Permanen di
Kelurahan Fatubesi
Presentase Keseluruhan
No KetinggianLantai(M) Jumlah rumah (n = 13)
Dari Jumlah Rumah
a b c (c x 100) / 13
1 - 10 cm 3 23,08
2 10 cm 10 76,92
Jumlah 13 100, 00
Sumber : Data Olahan Penulis (2009)
bahwa untuk rumah semi permanen dari 13 rumah yakni sebanyak 10 rumah
dasar, sedangkan 3 rumah atau 23,08 % ketinggian lantainya tidak mancapai atau
Presentase
No KetinggianLantai(cm) Jumlah rumah (n = 18) Keseluruhan Dari
Jumlah Rumah
a B c (c x 100) / 18
1 - 10 cm 10 55,56
2 10 cm 8 44,44
Jumlah 18 100, 00
Sumber : Data Olahan Penulis (2009)
bahwa untuk rumah temporer dari 18 rumah yakni sebanyak 8 rumah atau 44,44
14
Gunawan (1978), ketinggian lantai denah bawah yang padat harus
tinggi dari sumbu jalan yang berbatasan. Namun dari hasil pengamatan di lokasi
penelitian khususnya pada rumah semi permanen dan temporer masih banyak
rumah warga yang ketinggian lantainya rumahnya kurang dari 10 cm bahkan ada
rumah yang lantai rumahnya berada di bawah permukaan jalan sehingga tidak
menutup kemungkinan untuk air masuk kedalam rumah bila terjadi luapan air dari
Presentase
No Jaringan air bersih Jumlah rumah (n = 29)
Keseluruhan
a b c (c x 100) / 29
1 Memiliki jaringan air bersih 12 41,38
2 Tidak memiliki jaringan air bersih 17 58,62
Jumlah 29 100, 00
Sumber : Data Olahan Penulis (2009)
bahwa untuk rumah permanen dari 29 rumah yakni sebanyak 17 rumah atau 58,62
15
b. Konstruksi Rumah Semi Permanen
Tabel 4.16. Jaringan Air Bersih Rumah Tinggal pada Rumah semi Permanen di
Kelurahan Fatubesi
Presentase
No Jaringan air bersih Jumlah rumah (n = 13)
Keseluruhan
a b c (c x 100) / 13
1 Memiliki jaringan air bersih 7 53,85
2 Tidak memiliki jaringan air bersih 6 46,15
Jumlah 13 100, 00
Sumber : Data Olahan Penulis (2009)
bahwa untuk rumah semi permanen dari 13 rumah yakni sebanyak 6 rumah atau
46,15 % memiliki jaringan air bersih di rumahnya, sedangkan 7 rumah atau 53,85
Presentase
No Jaringan air bersih Jumlah rumah (n = 18)
Keseluruhan
a b C (c x 100) / 18
1 Memiliki jaringan air bersih - 0.00
2 Tidak memiliki jaringan air bersih 18 100.00
Jumlah 18 100, 00
Sumber : Data olahan Penulis (2009)
bahwa untuk rumah Temporer dari 18 rumah seluruhnya atau 100 % tidak
syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak
mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh
manusia, terdapat resiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya
Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan
16
memasak air hingga 100 C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat
dihilangkan dengan cara ini. Dari hasil penelitian ditemukan khusnya pada rumah
semi permanen dan temporer masih banyak rumah penduduk tidak memiliki
baik untuk kebutuhan air minum, masak, mandi dan cuci masyarakat
menggunakan air dari sumur, dan juga air yang disediakan di bak penampungan
umum yang disediakan pemerintah melalui program P2KP Hal ini diakibatkan
oleh tidak tersedianya jaringan air bersih yang baik dan juga kurangnya
lebih memilih menggunakan air yang bersumber dari sumur-sumur milik warga.
2) Selokan Air
selokan air dari 29 rumah yakni 16 rumah atau 55,17 % yang memiliki
selokan yang di salurkan secara baik, sedangkan 13 rumah atau 44,83 % tidak
selokan air dari 13 rumah tinggal, hanya 9 rumah atau 69,23 % yang memiliki
selokan yang di salurkan secara baik, sedangkan 4 rumah atau 30,77 % tidak
air dari 18 rumah tinggal, hanya 5 rumah atau 27,78 % yang memiliki selokan
17
Ketersediaan fasilitas saluran pembuangan air kotor dan air hujan
tidak memiliki saluran pembuangan air kotor yang disalurkan dengan baik.
Hal ini tentunya dipengaruhi oleh minimnya lahan dan juga tidak tersedianya
akan mengalami genangan, atau becek pada saat musim hujan. Menurut
Peorbo (2002), bila tidak tersedia drainase lingkungan yang baik maka, akan
timbulnya bau busuk, (b) badan air penerima akan menjadi tempat
3) Tangki Septik
tinggal setiap rumah memiliki Tangki Septik atau 100 % dengan kondisi
sangat baik.
tinggal, yakni 11 rumah atau 84,62 % memiliki tangki septik dan 2 rumah atau
18
c. Konstruksi Rumah Temporer
rumah tinggal, yakni 3 rumah atau 16,67 % memiliki tangki septik sedangkan
permanen tetapi masih ada yang menggunakan sistem cubluk. Hal ini tentunya
bahwa sistem pengolahan air limbah di Kota Kupang pada umumnya masih
cubluk meski belum tertata dengan baik bahkan pada umumnya belum
memiliki tangki septik. Berhubungan dengan ini, maka dalam rencana sistem
prasarana air limbah perlu dipertimbangkan bahwa air limba akan berkaitan
erat dengan penyakit yang akan ditimbulkan akibat penanganan yang kurang
baik.
19
c. Konstruksi Rumah Temporer
Dari hasil penelitian ini ditemukan masih banyak rumah yang tidak
bahwa dampak yang ditimbulkan oleh sampah terhadap kualitas hidup dan
genetik dan reproduksi manusia dan kerusakan ekosistem dalam skala besar.
kelengkapan rumah.
A. Rumah Permanen
20
Dari hasil perhitungan skor komponen kelengkapan pada rumah
permanen sebagaimana ditunjukkan pada tabel diatas, yakni sudah mencapai 60,
02 % rumah yang memenuhi syarat penataan rumah sehat atau berada pada
kategori menengah. Hasil ini tentunya di pengaruhi oleh kondisi rumah permanen
konstruksinya secara baik, mulai dari pondasi hingga atap, dengan konstruksi
rumah yang memenuhi syarat penataan rumah sehat atau berada pada kategori
jelek, karena rumah semi permanen merupakan bangunan rumah yang dari segi
kelengkapan konstruksi cukup baik, mulai dari pondasi hingga atap, dengan
papan/bebak.
21
C. Rumah Temporer
rumah yang memenuhi syarat penataan rumah sehat atau berada pada kategori
yang secara konstruksi dari pondasi hingga atap tidak lengkap atau hanya bersifat
sementara.
22