Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuh langkah menuju keselamatan rumah sakit adalah upaya untuk menggerakkan
program keselamatan pasien di RS. Berdasarkan langkah ke enam dari tujuh langkah
tersebut yaitu rumah sakit mengembangkan kebijakan yang mencakup insiden yang terjadi
dan minimum satu kali pertahun melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA)
untuk proses risiko tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka Tim Keselamatan
Pasien Rumah Sakit menyusun panduan FMEA (Failure Mode Effect and analysis) sebagai
tool untuk penilaian risiko pada proses yang belum dilakukan, sedang dilakukan dan
proses baru dengan pendekatan proaktif. Tujuan keselamatan pasien RS untuk
meningkatkan mutu layanan RS melalui kegiatan redesain proses pelayanan untuk
menganalisis modus kegagalan dan dampaknya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Failure Mode And Affect Analysis (FMEA)?
2. Bagaimana penilaian FMEA pada kasus?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Failure Mode And Affect Analysis (FMEA)
2. Untuk mengetaui penilaian FMEA pada kasus

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian FMEA


Analisis risiko bahaya dan metode seperti Mode Kegagalan dan Efek Analysis (FMEA)
adalah metode sistematik untuk mengidentifikasi bagaimana proses dapat gagal, kenapa
gagal dan pencegahannya sebelum terjadi., Fault Tree Analisis (FTA), Event Tree
Analysis (ETA), Cause-Konsekuensi Analisis (CCA), Hazard awal Analisis (prHA),
Analisis Keandalan Manusia (HRA), dan Hazard dan Operabilit Modus kegagalan dan
analisis efek (FMEA) -juga "mode kegagalan," plural, dalam banyak publikasi adalah
salah satu teknik sistematis pertama untuk analisis kegagalan . Ini dikembangkan oleh
insinyur keandalan pada akhir tahun 1940-an untuk mempelajari masalah yang mungkin
timbul dari kerusakan sistem militer. Sebuah FMEA seiring langkah pertama dari studi
keandalan sistem. Ini melibatkan meninjau sebanyak komponen, rakitan, dan subsistem
mungkin untuk mengidentifikasi mode kegagalan, dan penyebab dan efek mereka. Failure
Mode and Effects Analysis (FMEA) adalah salah satu metode analisa failure/potensi
kegagalan yang diterapkan dalam pengembangan produk, system enginering dan
manajemen operasional. Kadang-kadang FMEA diperpanjang untuk FMECA untuk
menunjukkan bahwa analisis kekritisan dilakukan juga. FMEA adalah penalaran induktif
(logika maju) titik analisis kegagalan dan adalah tugas inti dalam rekayasa keandalan,
teknik keselamatan dan rekayasa kualitas. Rekayasa kualitas khusus peduli dengan
"Proses" (Manufaktur dan Majelis) jenis FMEA. Kegiatan FMEA membantu untuk
mengidentifikasi model kegagalan potensial berdasarkan pengalaman dengan produk
sejenis dan proses - atau berdasarkan fisika umum dari logika kegagalan. Hal ini banyak
digunakan dalam pengembangan dan manufaktur industri di berbagai tahapan siklus hidup
produk. Analisis Efek mengacu mempelajari konsekuensi dari kegagalan-kegagalan pada
tingkat sistem yang berbeda. Analisis fungsional diperlukan sebagai masukan untuk
menentukan mode kegagalan yang benar, di semua tingkat sistem, baik untuk FMEA
fungsional atau Sepotong-Part (hardware) FMEA Sebuah FMEA digunakan untuk struktur
Mitigasi untuk pengurangan risiko berdasarkan baik kegagalan (modus) pengurangan
keparahan efek atau berdasarkan menurunkan probabilitas kegagalan atau keduanya.

2
FMEA adalah prinsip induktif penuh (logika maju) analisis, namun probabilitas kegagalan
hanya dapat diperkirakan atau dikurangi dengan memahami mekanisme kegagalan.
Idealnya probabilitas ini akan diturunkan menjadi "tidak mungkin terjadi" dengan
menghilangkan (root) menyebabkan . Oleh karena itu penting untuk memasukkan dalam
FMEA kedalaman informasi yang tepat tentang penyebab kegagalan (analisis deduktif).
FMEA dilakukan untuk menganalisa potensi kesalahan atau kegagalan dalam sistem atau
proses, dan potensi yang teridentifikasi akan diklasifikasikan menurut besarnya potensi
kegagalan dan efeknya terhadap proses. Metode ini membantu tim proyek untuk
mengidentifikasi potential failure mode yang berbasis kepada kejadian dan pengalaman
yang telah lalu yang berkaitan dengan produk atau proses yang serupa. FMEA membuat
tim mampu merancang proses yang bebas waste dan meminimalisir kesalahan serta
kegagalan.

Awalnya, FMEA digunakan di industri manufaktur dalam siklus DMAIC dalam


proyek Lean Manufacturing. Kini penggunaan tool Failure Mode and Effects Analysis
telah meluas ke industri jasa (service). Secara umum, sebelum melakukan FMEA, tim
perlu mengidentifikasi beberapa informasi mengenai:
1. Produk/ barang/ jasa

3
2. Fungsi
3. Efek dari kegagalan / kesalahan
4. Penyebab kesalahan
5. Kontrol yang dilakukan saat ini untuk mencegah kesalahan
6. Cara penanggulangan yang direkomendasikan
7. Detail-detail lain yang relevan.
Untuk setiap komponen, mode kegagalan dan efek mereka sehingga pada sisa sistem
dicatat dalam lembar kerja FMEA tertentu. Ada banyak variasi dari lembar kerja tersebut.
Sebuah FMEA terutama analisis kualitatif. Beberapa jenis FMEA analisis ada, seperti:
1. Fungsional
2. Desain
3. Proses FMEA
Mode Kegagalan dan Efek Analysis (FMEA) adalah sistematis, metode proaktif
untuk mengevaluasi proses untuk mengidentifikasi di mana dan bagaimana mungkin gagal
dan untuk menilai dampak relatif dari kegagalan yang berbeda, untuk mengidentifikasi
bagian-bagian dari proses yang paling membutuhkan perubahan. FMEA termasuk review
berikut:
1. Kemungkinan suatu peralatan/komponen rusak dan dampaknya terhadap sistem kerja
atau komponen yang lain.
2. FMEA berorientasi pada peralatan (reliability engineering).
3. Memuat informasi
4. Item identification (komponen kritis)
5. Deskripsi macam kerusakan & mekanisme terjadinya kerusakan
6. Analisa penyebab kerusakan dan dampak yang ditimbulkan
7. Kemungkinan saat/waktu akan terjadinya kerusakan
8. Analisa critical failure (minor, major, critical & catastrophic failures)
9. Kemungkinan dilakukannya tindakan preventif dan koreksi
Tim menggunakan FMEA untuk mengevaluasi proses untuk kemungkinan kegagalan
dan untuk mencegah mereka dengan memperbaiki proses secara proaktif daripada bereaksi
terhadap efek samping setelah kegagalan telah terjadi. Penekanan pada pencegahan dapat
mengurangi risiko bahaya untuk kedua pasien dan staf. FMEA sangat berguna dalam

4
mengevaluasi proses baru sebelum pelaksanaan dan dalam menilai dampak dari perubahan
yang diusulkan untuk proses yang ada.
1. Langkah-langkah dalam proses
2. Mode kegagalan (Apa yang bisa salah?)
3. Penyebab kegagalan (Mengapa kegagalan terjadi?)
4. Efek kegagalan (Apa yang akan menjadi konsekuensi dari setiap kegagalan?)

2.2 Dasar Istilah


Berikut ini mencakup beberapa terminologi dasar FMEA.

1. Kegagalan
Hilangnya fungsi di bawah kondisi yang dinyatakan.
2. Modus Kegagalan
Cara tertentu atau cara dengan mana kegagalan terjadi dalam hal kegagalan item
(menjadi bagian atau (sub) sistem) fungsi diselidiki; umumnya dapat menggambarkan
cara kegagalan terjadi. Ini akan setidaknya jelas menggambarkan keadaan (akhir)
kegagalan item (atau fungsi dalam kasus FMEA Fungsional) di bawah pertimbangan.
Ini adalah hasil dari mekanisme kegagalan (penyebab modus kegagalan) Sebagai
contoh.; poros sepenuhnya retak, poros cacat atau kontak listrik terbuka penuh atau
tertutup penuh masing-masing mode kegagalan yang terpisah.
3. Penyebab kegagalan dan / atau mekanisme
Cacat pada persyaratan, desain, proses, kontrol kualitas, penanganan atau bagian
aplikasi, yang merupakan penyebab atau urutan penyebab yang memulai proses
(mekanisme) yang mengarah ke modus kegagalan selama waktu tertentu. Sebuah
mode kegagalan mungkin memiliki lebih banyak penyebab Misalnya.;"Kelelahan
atau korosi balok struktural" atau "resah korosi dalam kontak listrik" adalah
mekanisme kegagalan dan dalam dirinya sendiri (mungkin) tidak mode kegagalan.
Modus kegagalan terkait (keadaan akhir) adalah "fraktur penuh balok struktural"
atau "kontak listrik terbuka". Penyebab awal mungkin telah "aplikasi yang tidak
benar dari lapisan perlindungan korosi (cat)" dan / atau "(abnormal) getaran
masukan dari yang lain (mungkin gagal) sistem".

5
4. Efek Kegagalan
Konsekuensi langsung dari kegagalan pada operasi, fungsi, atau status dari beberapa
item.
5. Tingkat Indenture (bill of material atau fungsional breakdown)
Pengidentifikasi untuk tingkat sistem dan dengan demikian barang kompleksitas.
Kompleksitas meningkat seiring tingkat lebih dekat dengan salah satu.
6. Efek lokal
Efek kegagalan yang berlaku untuk item di bawah analisis.
7. Berikutnya efek tingkat yang lebih tinggi
Efek kegagalan yang berlaku di tingkat indenture berikutnya yang lebih tinggi.
8. Efek akhir
Efek kegagalan di tingkat indenture tertinggi atau total sistem.
9. Deteksi
Cara deteksi modus kegagalan oleh pengelola, operator atau dibangun dalam sistem
deteksi, termasuk estimasi sisa masa dormansi (jika ada)
10. Risk Priority Number (RPN)
Keparahan (acara) * Probabilitas (dari peristiwa yang terjadi) * Deteksi (Probabilitas
bahwa acara ini tidak akan terdeteksi sebelum pengguna menyadari hal itu)
11. Kerasnya
Konsekuensi dari modus kegagalan. Keparahan menganggap konsekuensi potensial
terburuk kegagalan, ditentukan oleh tingkat cedera, kerusakan properti, kerusakan
sistem dan / atau waktu yang hilang untuk memperbaiki kegagalan.
12. Keterangan / mitigasi / tindakan
Info tambahan, termasuk mitigasi yang diusulkan atau tindakan yang digunakan untuk
menurunkan risiko atau membenarkan tingkat risiko atau skenario.

2.3 Proses FMEA


Prosedur Dasar untuk Melakukan FMEA Langkah yang diperlukan dalam
melakukan Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) yaitu:
1. Kumpulkan seluruh anggota tim
2. Tetapkan aturan dasar

6
3. Kumpulkan informasi yang relevan dan lakukan review
4. Identifikasi item atau proses yang akan dianalisa
5. Identifikasi fungsi, kegagalan, efek, penyebab, dan kontrol dari setiap item atau proses
yang dianalisa
6. Evaluasi resiko berkaitan dengan isu atau potensi yang teridentifikasi melalui analisa
7. Prioritaskan dan rumuskan aksi / solusi
8. Lakukan tindakan pembetulan dan evaluasi ulang resiko yang ada
9. Distribusikan, review dan update analisa sesuai kebutuhan.
Untuk memahami implementasi tool FMEA di berbagai lingkup bisnis, berikut
adalah beberapa artikel yang bisa anda baca: FMEA di lingkup transaksional,FMEA di
lingkup bisnis finansial, FMEA di rumah sakit, dan 10 langkah untuk melakukan FMEA.

7
2.4 Probabilitas
Hal ini diperlukan untuk melihat penyebab modus kegagalan dan kemungkinan
terjadinya. Hal ini dapat dilakukan dengan analisis, perhitungan/FEM, melihat barang
serupa atau proses dan modus kegagalan yang telah didokumentasikan untuk mereka di
masa lalu. Penyebab kegagalan dipandang sebagai kelemahan desain. Semua penyebab
potensi mode kegagalan harus diidentifikasi dan didokumentasikan. Ini harus dalam hal
teknis. Contoh penyebab adalah: kesalahan manusia dalam penanganan, kesalahan
Manufacturing diinduksi, Kelelahan, Creep, memakai Abrasive, algoritma yang salah,
tegangan yang berlebihan atau tidak tepat kondisi operasi atau menggunakan (tergantung
pada aturan-aturan dasar yang digunakan). Sebuah modus kegagalan diberi Ranking
Probabilitas.

Penilaian Makna
Sebuah Sangat Tidak mungkin (Hampir tidak mungkin atau ada kejadian diketahui pada produk
yang sama atau proses, dengan banyak jam berjalan)
B Terpencil (relatif sedikit kegagalan)
C Sesekali (kegagalan sesekali)
D Cukup Kemungkinan (diulang kegagalan)
E Sering (kegagalan hampir tak terelakkan)

8
2.5 Severity
Tentukan Severity untuk skenario terburuk efek akhir yang merugikan (negara). Hal
ini mudah untuk menulis efek ini turun dalam hal apa pengguna mungkin melihat atau
pengalaman dalam hal kegagalan fungsional. Contoh efek akhir ini adalah: hilangnya
penuh fungsi x, kinerja terdegradasi, fungsi dalam modus terbalik, terlambat fungsi, fungsi
menentu, dll Setiap efek akhir diberikan nomor Severity (S) dari, katakanlah, saya (tidak
berpengaruh) untuk VI (bencana), berdasarkan biaya dan / atau hilangnya nyawa atau
kualitas hidup. Angka-angka ini memprioritaskan mode kegagalan (bersama-sama dengan
probabilitas dan pendeteksian).

Berikut klasifikasi khas diberikan. Klasifikasi lain yang mungkin. Lihat juga analisis
bahaya:

Penilaian Makna
Saya Tidak ada efek yang relevan pada keandalan atau keselamatan
II Sangat kecil, tidak ada kerusakan, tidak ada luka, hanya menghasilkan tindakan perawatan
(hanya diketahui oleh pelanggan diskriminatif)
AKU AKU AKU Kecil, kerusakan rendah, luka ringan (mempengaruhi sangat sedikit dari sistem, diketahui
oleh pelanggan rata-rata)
IV Moderat, rusak sedang, luka mungkin (sebagian besar konsumen terganggu, kerusakan
sebagian besar keuangan)
V Kritis (menyebabkan hilangnya fungsi utama; Kehilangan semua Margin keselamatan, 1
kegagalan jauh dari bencana, kerusakan parah, luka parah, max 1 kematian mungkin)
VI Bencana (produk menjadi tdk berlaku; kegagalan dapat mengakibatkan pengoperasian yang
tidak aman lengkap dan mungkin beberapa kematian)

Severity merupakan rating atau tingkat yang mengacu pada seriusnya dampak dari suatu
potensial failure mode. Dampak dari rating tersebut mulai skala 1 sampai 10, dimana skala 1
merupakan dampak paling ringan sedangkan 10 merupakan dampak terburuk dan penentuan
terhadap rating.

Tabel 1. Severity Rating


Rank criteria

1-2 Minor Unreasonable to expect that the minor nature of this failure would cause any real
effect on the product and/or service. Customer will probably not even notice the
failure.
3-4 Low: Low severity ranking due to nature of
failure causing only a slight customer annoyance. Customer probably will notice a
slight deterioration of the product and/or service, a slight inconvenience in the next
process, or minor rework action.
5-6 Moderate: Moderate ranking because failure causes some dissatisfaction. Customer is made
uncomfortable or is annoyed by the failure. May cause the use of unscheduled

9
repairs and/or damage to equipment..

7-8 High: High degree of customer dissatisfaction due to the nature of the failure such as an
inoperable product or inoperative convenience. Does not involve safety issues or
government regulations. May cause disruptions to subsequent processes and/or
services.
9-10 Very high:. Very high severity is when the failure affects safety and involves noncompliance
with government regulations
Sumber: Stamatis (1995)

2.6 Detection (D)


Sarana atau metode yang gagal terdeteksi, terisolasi oleh operator dan/ atau pengelola dan
waktu mungkin diperlukan. Hal ini penting untuk kontrol pemeliharaan (Ketersediaan
sistem) dan itu adalah khusus penting untuk beberapa skenario kegagalan. Ini mungkin
melibatkan mode kegagalan aktif (misalnya ada efek sistem langsung, sementara sistem
berlebihan/ item otomatis mengambil alih atau ketika kegagalan hanya bermasalah selama
misi atau sistem negara tertentu) atau laten kegagalan (misalnya mekanisme kegagalan
kerusakan, seperti tumbuh retak logam , tapi tidak panjang kritis). Ini harus dibuat jelas
bagaimana modus kegagalan atau penyebab dapat ditemukan oleh operator pada operasi
sistem normal atau jika dapat ditemukan oleh kru pemeliharaan oleh beberapa tindakan
diagnostik atau otomatis dibangun dalam tes sistem. A dormansi dan/ atau masa laten
dapat dimasukkan.

Penilaian Makna
1 Tertentu - kesalahan akan tertangkap pengujian
2 Hampir pasti
3 Tinggi
4 Moderat
5 Rendah
6 Kesalahan yang tidak terdeteksi oleh Operator atau Maintainers

Detection adalah sebuah kontrol proses yang akan mendeteksi secara spesifik akar penyebab
dari kegagalan. Detection adalah sebuah pengukuran untuk mengendalikan kegagalan yang dapat
terjadi.

Tabel 3. Detection Rating


Rank Criteria

1 Very high : Controls almost Remote likelihood that the product or service will be
certainly will detect the delivered (1/10,000). The defect is functionally obvious
existence of a defect. and readily detected. Detection reliability at least 99.99

10
percent.
2-5 High : Controls have a good Low likelihood that the product would be delivered with
chance of detecting the the defect. The defect is obvious (1/50001/500).
existence of a failure Detection reliability at least 99.80 percent.
6-8 Moderate: Controls may Moderate likelihood that the product will be delivered with
detect the existence of a the defect. The defect is easily identified (1/2001/50).
defect. Detection reliability at least 98.00 percent.
9 Low : Controls more likely High likelihood that the product would be delivered with
will not detect the existence the defect. The defect is subtle (1/20). Detection
of a defect. reliability greater than 90 percent.

10 Very low : Controls very Very high likelihood that the product and/or service will be
likely will not detect the delivered with the defect. Item is usually not checked or
existence of a defect. not checkable. Quite often the defect is latent and would
not appear during the process or service (1/10_).
Detection reliability 90 percent or less.
Sumber: Stamatis (1995)

2.7 Occurance
Occurance merupakan rating yang mengacu pada beberapa frekuensi terjadinya cacat pada
produk isolator. Nilai frekuensi kegagalan menunjukan adanya keseringan suatu masalah yang
terjadia akibat potential cause.
Tabel 2. Occurance Rating
Rank criteria
1-2 Remote probability of occurrence. Capability shows at least X-bar _ 3_
within specifications (1/10,000).
3-4 Low probability of occurrence. Process in statistical control. Capability
shows at least X-bar _ 3_ within specifications (1/50001/500).
5-6 Moderate probability of occurrence. Process in statistical control with
occasional failures, but not in major proportions. Capability shows
more than X-bar _ 2.5_ within specifications (1/201/200).
7-8 High probability of occurrence. Process in statistical control with
failures often occurring. Capability shows X-bar _ 1.5_ (1/1001/20).
9-10 Very high probability of occurrence. Failure is almost certain. (1/10_).
Sumber: Stamatis (1995)

2.8 Menetapkan APR


Menetapkan APR membantu kelompok kerja mendahulukan area-area yang menjadi
bagian perhatian utama dan juga bisa membantu mengkaji untuk pembenahan. Untuk
setiap cara kegagalan yang teridentifikasi, kelompok kerja selayaknya menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut dan memberi nilai yang sesuai (kelompok selayaknya
mengerjakan ini sebagai sebuah konsensus untuk semua nilai yang ditetapkan):

11
a. Kecenderungan kejadian: seberapa mungkin cara kegagalan ini akan terjadi?
Nilai antara 1 dan 10, dengan makna 1 = sangat tidak mungkin terjadi dan 10 =
sangat mungkin terjadi.
b. Kecenderungan deteksi: Jika terjadi kegagalan ini, seberapa mungkin kegagalan akan
dideteksi?
Nilai antara 1 dan 10, dengan makna1 = sangat mungkin terdeteksi, dan 10 = sangat
tidak mungkin terdeteksi.
c. Keparahan: Jika cara kegagalan ini terjadi, seberapa mungkin cedera akan timbul?
Nilai antara 1 dan 10, dengan makna 1= sangat kecil kemungkinan cedera timbul, dan
10 = kemungkinan cedera parah dihasilkan. Pada perawatan pasien misalnya, nilai 10
dapat bermakna menimbulkan kematian.
APR

Langkah Cara Sebab Dampak Kecender Kecenderun Keparahan Angka Tindakan Untuk
(Nomor) Kegagalan Kegaga Kegagalan ungan gan Deteksi (1-10) Profil Mengurangi
lan Kejadian (1-10) Risiko Kejadian Kegagalan
(1-10) (1-10)
1
2
3

Occurance

Ranking Kriteria Verbal Probablilitas Kegegalan


1 Tidak mungkin penyebab ini mengakibatkan 1 dalam1000000
kegagalan
2 Kegagalan akan jarang terjadi 1 dalam200000
3 1 dalam4000
4 Kegagalan agak mungkin terjadi 1 dalam1000000
5 1 dalam4000
6 1 dalam80
7 Kegagalan adalah sangat mungkin terjadi 1 dalam40
8 1 dalam20
9 Hampir dapat dipastikan bahwa kegagalan akan 1 dalam8
10 mungkin terjadi 1 dalam2
Catatan : probabilitas kegagalan berbeda-bedatiap produk, oleh karena itu pembuatan rating
proses dan berdasarkan pengalaman dan pertimbangan rekayasa( engineering judgement )

12
Occurance (O) adalah suatu perkiraan tentang probabilitas atau peluang bahwa penyebab akan
terjadi dan menghasilkan modus kegagalan yang menyebabkan akibat tertentu.

Severity
Ranking Kriteria Verbal
1 Neglibleseverity, kita tidak perlu memikirkan akibat akan berdampak pada kinerja
produk
pengguna akhir tidak akan memperhatikan kecacatan atau kegagalan ini.
2 Mid severity, akibat yang ditimbulkan hanya bersifat ringan, pengguna akhir tidak
3 merasakan perubahan kinerja
4 Moderateseverity, pengguna akhir akan merasakanakibat penurunan kinerja atau
5 penampilan namun masih berada dalambatas toleransi
6
7 High severity, akibat akhir akan merasakan akibat buruk yang tidak dapat diterima
8 berada diluar batas toleransi

Severity (S) adalah suatu perkiraan subyektif atau estimasi tentang bagaimana buruknya
penggguna akhir akan merasakan akibat dari kegagalan tersebut.

Detection

Ranking Kriteria Verbal Tingkat Kejadian


1 Metode Pencegahan atau deteksi sangat efektif. 1 dalam1000000
Tidak ada kesempatan bahwa penyebab akan muncul lagi.
2 Kemungkinan bahwa penyebab itu terjadi adalah 1 dalam200000
3 sangat rendah. 1 dalam4000
4 Kemungkinan penyebab bersifat moderate. 1 dalam1000000
5 Metode deteksi masih memungkinkan kadang-kadang 1 dalam4000
6 penyebab itu terjadi 1 dalam80
7 Kemungkinan bahwa penyebab itumasih tinggi. 1 dalam40
8 Metode deteksi kurang efektif, karena penyebab masih 1 dalam20
berulang lagi
9 Kemungkinan bahwa penyebab itu terjadi sangat tinggi 1 dalam8
10 Metode deteksi tidak efektif, penyebab akan selalu terjadi 1 dalam2
Catatan : tingkat kejadian berbeda-beda tiapproduk, oleh karena itu pembuatan rating
disesuaikan dengan proses dan berdasarkan pengalaman dan pertimbangan rekayasa.

Detectibility (D) adalah perkiraan subyektif tentang bagaimana efektifitas


dan metode pencegahan atau pendektesian

13
2.9 Penilaian Risiko
Penilaian risiko merupakan proses menganalisa tingkat resiko, pertimbangan tingkat
bahaya, dan mengevaluasi apakah sumber bahaya dapat dikendalikan atau tidak, dengan
memperhitungkan segala kemungkinan yang terjadi. Indikator yang bisa dijadikan dasar
penilaian.
Penilaian matriks risiko adalah suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan derajat
risiko suatu insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya.
1. Dampak (Consequences)
Penilaian dampak / akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat yang dialami
pasien mulai dari tidak ada cedera sampai meninggal.
2. Probabilitas / Frekuensi /Likelihood
Penilaian tingkat probabilitas / frekuensi risiko adalah seberapa seringnya insiden
tersebut terjadi.
Matriks Resiko

Tingkat Deskripsi Dampak


Risiko
1 Tidak signifikan Tidak ada cedera
2 Minor Cedera ringan, misal: luka lecet
Dapat diatasai dengan pertolongan pertama
3 Moderat Cedera sedang, misal: luka sobek
Berkurangnya fungsi motorik/ sensorik/ psikologis atau
intelektual (reversibel), tidak berhubungan dengan
penyakit
Setiap kasus yang memperpanjang keperawatan
4 Mayor Cedera luas/ berat, misal: cacad, lumpuh
Kehilangan fungsi motorik/ sensorik/ psikologis atau
intelektual (irreversibel), tidak berhubungan dengan
penyakit
5 Katastropik Kematian yang tidak berhubungan dengan penyakit

Tingkat Resiko

Tingkat Risiko Penilaian Probabilitas/ Frekuensi


1 Sangat jarang/ Rare (> 5 tahun/ kali)
2 Jarang/ Unlikely (>2-5 tahun/ kali)
3 Mungkin/ Posible (1-2 tahun/ kali)
4 Sering/ Likely (Beberapa kali/ tahun)

14
5 Sangat sering/ Almost Certain (Tiap minggu/ bulan)
Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam Tabel Matriks Grading
Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna bands risiko.
Skor risiko
Skor Risiko=Dampak Probability

Bands Resiko

Tidak
Minor Moderat Mayor Katatropik
Probabilitas Signifikan
1 2 3 4 5
Sangat sering terjadi (Tiap
minggu/ bulan) Moderat Moderst Tinggi Ekstrim Ekstrim
5
Sering terjadi (Beberapa
kali/ tahun) Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
4
Mungkin terjadi (1-< 2
tahun/ kali) Rendah Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
3
Jarang terjadi (> 2 - < 5
tahun/ kali) Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
2
Sangat jarang terjaadi (> 5
tahun/ kali) Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
1

Bands Risiko
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu : Biru, Hijau,
Kuning dan Merah. Warna bands akan menentukan Investigasi yang akan dilakukan:
Bands BIRU dan HIJAU : Investigasi sederhana
Bands KUNING dan MERAH : Investigasi Komprehensif / RCA
Warna Bands:Hasil Pertemuan Antara Nilai Dampak Yang Diurut
Kebawah dan Nilai Probabilitas Yang Diurut Ke Samping Kanan
Contoh : Pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal, kejadian seperti ini di RS X terjadi
pada 2 tahun yang lalu
Nilai dampak : 5 (katastropik ) karena pasien meninggal
Nilaiprobabilitas : 3 (mungkin terjadi) karena pernah terjadi 2 thn lalu
Skoring risiko : 5 x 3 = 15
WarnaBands : Merah (ekstrim)

15
2.10 Tingkat risiko (P * S) dan (D)
Risiko adalah kombinasi End Effect Probabilitas Dan Severity. Di mana probabilitas
dan tingkat keparahan termasuk efek pada non-pendeteksian (waktu dormansi). Hal ini
dapat mempengaruhi kemungkinan efek akhir kegagalan atau terburuk efek kasus
Severity. Perhitungan yang tepat mungkin tidak mudah dalam semua kasus, seperti yang
di mana beberapa skenario (dengan beberapa peristiwa) yang mungkin dan pendeteksian
/ dormansi memainkan peran penting (seperti untuk sistem berlebihan). Dalam hal
kesalahan Tree Analysis dan / atau Kegiatan Pohon mungkin diperlukan untuk
menentukan probabilitas dan tingkat risiko yang tepat.
Tingkat risiko awal dapat dipilih berdasarkan pada Matrix Risiko seperti yang
ditunjukkan di bawah Semakin tinggi tingkat risiko, semakin pembenaran dan mitigasi
yang diperlukan untuk memberikan bukti dan menurunkan risiko ke tingkat yang dapat
diterima. Berisiko tinggi harus ditunjukkan kepada manajemen tingkat yang lebih tinggi,
yang bertanggung jawab untuk akhir pengambilan keputusan.

Probabilitas / Saya II AKU AKU IV V VI


Severity -> AKU
Sebuah Rendah Rendah Rendah Rendah Moderat Tinggi
B Rendah Rendah Rendah Moderat Tinggi Tidak dapat
diterima
C Rendah Rendah Moderat Moderat Tinggi Tidak dapat
diterima
D Rendah Moderat Moderat Tinggi Tidak dapat Tidak dapat
diterima diterima
E Moderat Moderat Tinggi Tidak dapat Tidak dapat Tidak dapat
diterima diterima diterima

16
2.11 Keuntungan
Meningkatkan kualitas, keandalan dan keamanan produk / proses
1. Meningkatkan citra perusahaan dan daya saing
2. Meningkatkan kepuasan pengguna
3. Mengurangi waktu pengembangan sistem dan biaya
4. Mengumpulkan informasi untuk mengurangi kegagalan masa depan, pengetahuan
teknik capture
5. Mengurangi potensi masalah garansi
6. Identifikasi awal dan penghapusan mode kegagalan potensial
7. Tekankan pencegahan masalah
8. Meminimalkan perubahan akhir dan biaya yang terkait
9. Katalis untuk kerja tim dan ide pertukaran antara fungsi
10. Mengurangi kemungkinan jenis yang sama dari kegagalan di masa
11. Mengurangi dampak pada perusahaan profit margin
12. Meningkatkan hasil produksi
13. Maximises laba

2.12 Keterbatsan
Sementara FMEA mengidentifikasi bahaya yang penting dalam suatu sistem, hasilnya
mungkin tidak lengkap dan pendekatan memiliki keterbatasan. Dalam konteks kesehatan,
FMEA dan metode penilaian risiko lainnya, termasuk SWIFT (Structured Bagaimana
Jika Teknik) dan pendekatan retrospektif, telah ditemukan memiliki validitas terbatas bila
17
digunakan dalam isolasi. Tantangan sekitar scoping dan batas-batas organisasi
tampaknya menjadi faktor utama dalam kurangnya validitas. Jika digunakan sebagai top-
down alat, FMEA hanya dapat mengidentifikasi mode kegagalan besar dalam sistem.
Kesalahan analisis pohon (FTA) lebih cocok untuk "top-down" analisis. Ketika
digunakan sebagai "bottom-up" tool FMEA dapat menambah atau melengkapi FTA dan
mengidentifikasi lebih banyak penyebab dan mode kegagalan yang mengakibatkan gejala
tingkat atas. Hal ini tidak dapat menemukan mode kegagalan kompleks yang melibatkan
beberapa kegagalan dalam subsistem, atau melaporkan interval kegagalan diharapkan
dari mode kegagalan tertentu ke tingkat subsistem atas atau sistem. Selain itu,
perbanyakan keparahan, kejadian dan deteksi peringkat dapat mengakibatkan pembalikan
peringkat, di mana mode kegagalan kurang serius menerima RPN lebih tinggi dari modus
kegagalan yang lebih serius. Alasan untuk ini adalah bahwa peringkat yang berskala
ordinal nomor , dan perkalian tidak didefinisikan untuk nomor urut. Peringkat ordinal
hanya mengatakan bahwa satu peringkat lebih baik atau lebih buruk daripada yang lain,
tapi tidak seberapa banyak. Misalnya, peringkat "2" mungkin tidak dua kali berat sebagai
peringkat "1," atau "8" tidak mungkin dua kali lebih parah sebagai "4," tapi perkalian
memperlakukan mereka seolah-olah mereka. Lihat Tingkat pengukuran untuk diskusi
lebih lanjut.

18
BAB III
ANALISA KASUS

3.1 Kasus
Ini kisah nyata; Seorang pasien wanita, umur 43 tahun datang ke RS THB dengan keluhan nyeri
hebat pada perut bagian bawah, mual dan muntah muntah sudah kurang lebih 7 bulan. Pasien
sudah dibawah berobat ke RS di daerah tapi tidak ada perubahan. Keluarganya memutuskan
membawa pasien berobat ke Jakarta. Sebelum ke RS THB pasien dibawa ke RSCM ; disana pasien
di USG oleh dokter spesialis penyakit dalam dan ditemukan ada benjolan kecil di abdomen ukuran
kira-kira sebesar biji kacang hijau. Dari hasil USG tersebut, pasien diantar keluarga ke dokter
spesialis Obgyn RS THB.
Pasien dianjurkan untuk masuk rawat inap dan disarankan untuk dilakukan Operasi. Keluarga
menyetujui saran ini dengan menandatangani Inform Concent. Pasien mengikuti semua prosedur di
RS tersebut sampai masuk kamar Operasi. Ketika uterus dibuka ternyata tidak ditemukan benjolan
di uterus pasien. Adik pasien yang kebetulan seorang perawat yang bekerja disitu dipanggil untuk
melihat langsung operasi tersebut. Uterus pasien yang dibuka tadi ditutup kembali dengan jahitan.
Hari ketiga pasien diizinkan keluar dari RS. Pasien tidak merasakan lagi mual atau muntah
muntah dan nyeri perutpun hilang. Lewat sebulan kemudian keluhan itu muncul lagi. Keluarga
penasaran sehingga pasien dibawa lagi ke RSCM untuk di USG lagi. Dokternya sangat marah
karena kasus ini mustinya ditangani bersama spesialis bedah umum dan bukan spesialis Obgyn
saja. Pasien lalu di bawa ke RS lain dan dilakukan operasi oleh Spesialis Bedah Umum. Benjolan
di ambil dan pasien sembuh.

3.2 Pembahasan

LEMBARAN KERJA INVESTIGASI SEDERHANA


Penyebab Langsung Insiden : Spesialis Obgyn di RS THB tidak melakukan USG ulang.

Penyebab yang melatar belakangi/akar masalah insiden : Human Eror dari spesialis Obgyn
Rekomendasi : Direktur RS THB

Penanggung Jawab : dr. Elisabeth E Jawan Tanggal : 10 Oktober 2016


Tindakan yang akan dilakukan :

19
Penanggung Jawab : Denna Yuliavina dan Katarina S Tanggal : 15 November 2016
Manager/Kepala Bagian/Kepala Unit :

Nama : Lusy Pratiwi Tanggal mulai investigasi : 03 Desember 2016

Tanda Tangan : Tanggal selesai investigasi : 06 Februari 2017


Manajemen Resiko : Adanya luka operasi, beban biaya yang tidak sedikit, lamanya pengobatan,

Investigasi lengkap : YA/TIDAK Tanggal : 11 Maret 2017

Diperlukan investigasi lebih lanjut : YA/TIDAK Tanggal :-


Investigasi setelah grading ulang : Hijau/Kuning/Merah

Perbedaan penyebab akar masalah dan factor kontributor :


Tanyakan :
1. Akankan timbul masalah apabila penyebab tersebut tidak ada?
2. Akankah masalah timbul bila penyebab ini dikoreksi/dieliminasi?
3. Akankah eliminasi/koreksi penyebab menimbulkan insiden serupa lagi?
Bila jawabannya TIDAK : akar masalah, YA : factor contributor
Penyebab Akar Masalah Faktor Kontribusi
Masalahnya tetap ada, adanya keluhan nyeri Adanya benjolan di perut
yang hebat
Masalahnya hilang bila penyebab ini di Pengangkatan benjolan
eliminasi atau koreksi
Tidak aka ada lagi Sudah di koreksi

20
Jenis Bahaya/Risiko Risiko Konsekuensi
Faktor Fisik : Adanya keluhan rasa sakit Nyeri
Adanya benjolan yang hebat di perut

KU pasien menurun BB turun Mual


Muntah
Karena tidak intake
Bisa menimbulkan Infeksi luka LOS lebih lama Biaya bertambah
operasi
Faktor Biologis

Bakteri Infeksi HAIs (Infeksi Nosokomial)

Faktor Ergonomic

Berdiri membungkuk terlalu Musculoskeletal Bisa terjadi LBP


lama karena menahan rasa sakit

RS THB:
1. Belum terakreditasi
2. Belum ada ISO 9001 2015

Program perbaikan:
1. Perkuat SMF masing-masing (anak, obgyn, bedah, penyakit dalam dll)
2. Seringnya morning breafing antar medis dan tenaga kesehatan lain
3. Pertemuan berkala untuk pembahasan kasus
4. Adanya pelatihan untuk seminar internal dan eksternal

21
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Proses/ Produk : RS THB Tanggal : 03 Desember 2016


Sub Proses : Prosedur tindakan medis Penjelasan :
Ketua Tim : Ketua

Occurance
Failure Mode

Detection
Severity
Kontrol (barier)

RPN
N (Model Penyebab Efek Tindakan yang
yang ada
o. Kesalahan Kegagalan Kegagalan direkomendasikan
sekarang
Potensial)
1. Keluhan
tidak
Hasil USG di Di USG ulang dan
Kesalahan tidak berkurang,
analisis lagi oleh libatkan tim bedah
dilakukan ulang Human eror Luka 9 8 4 288
komita medis atau umum atau
USG operasi di
SMF onkologi
tempat yang
tidak sesuai
2. Hasil USG di
Kesalahan Salah
Kelalaian dari analisis lagi oleh Pengobatan lebih
menentukan prosedur 9 9 5 405
Obgyn komita medis atau lanjut
area operasi operasi
SMF

Penilaian Risiko
a. Pengukuran Kemungkinan (likehood)
Setelah seluruh resiko diidentifikasi maka dilakukan pengukuran tingkat kemungkinan dan
dampak resiko. Pengukuran resiko dilakukan setelah mempertimbangkan pengendalian
resiko yang ada.
Kemungkinan Deskripsi Nilai
Jarang Terjadi pada keadaan khusus 1
Kadang-kadang Dapat terjadi sewaktu-waktu 2
(Unlikely)
Mungkin (Possible) Mungkin terjadi sewaktu-waktu 3
Mungkin sekali (Likely) Mungkin terjadi pada banyak 4
keadaan tapi tidak menetap
Hampir pasti (Almost Dapat terjadi pada tiap keadaan 5
Certain) dan menetap
Dalam kasus ini, kejadian mungkin terjadi pada sewaktu-waktu karena kelalian obgyn/
petugas kesehatan yang tidak melakukan tindakan sesuai dengan prosedur. Sehingga bobot
nilai pada kasus ini adalah 1.

22
b. Pengukuran konsekuensi / dampak

Tingkat Deskriptor Contoh


1 Tidak bermakna Tidak ada cedera, kerugian keuangan kecil
2 Rendah Pertolongan pertama dapat diatasi, kerugian
keuangan sedang
3 Menengah Memerlukan pengobatan medis, kerugian
keuangan besar
4 Berat Cedera luas, kehilangan kemampuan
produksi, kerugian
5 Katastropik Kematian, kerugian keuangan sangat besar
Dampak yang terjadi pada kasus tersebut berbobot nilai tiga (3) yaitu menengah.

Dampak
Kemungkinan Sangat Rendah Sedang Besar Ekstrim
(Likehood) Rendah
Jarang 1 2 3 4 5
Kadang-kadang 2 4 6 8 10
Mungkin 3 6 9 12 15
Mungkin Sekali 4 8 12 16 20
Hampir Pasti 5 10 15 20 25

Nilai
1-3 4-6 8-12 15-25
Rendah Sedang Bermakna Tinggi

Skor risiko yang dapat dihitung:


Bobot likehood = 1
Bobot dampak = 4
Bobot total penilaian adalah berada di kolom kuning yaitu sedang.
c. Mengevaluasi resiko
Dari kasus, kesalahan prosedur tindakan dapat diatasi dengan menerapkan kedisiplanan
dalam melakukan setiap tindakan sesuai dengan SOP supaya tidak terjadi kelalaian.
d. Menangani resiko
Dalam kasus, penanganan risiko adalah dengan membuat form pemeriksaan USG dan
prosedur operasi sesuai dengan penyakit pasien yang akan dilakukan tindakan dan form
ceklis tindakan di ruang perawat.

23
e. Memantau resiko
Dalam kasus ini memantau resiko dengan melakukan cross-check terhadap kinerja dokter
obgyn/perawat.
f. Mengkomunikasikan risiko
Dari kasus ini, Kelalaian semacam ini harus segera diantisipasi dan dapat dicegah, sehingga
komunikasi itu sangat penting terutama antara para petugas kesehatan untuk saling
melakukan cross check dalam setiap tindakan yang dilakukan.

24
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

25
26

Anda mungkin juga menyukai