Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

OLEH:

Kelompok 4

WARDINA MUSPA (14.201.587)

THAHIRA (14.201.788)

MARIA SURYATI (14.201.614)

Kelas L.14

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

serta hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul, FISIOLOGI DAN

BIOKIMIA PADA KULIT dapat selesai tepat waktu sesuai dengan

harapan mahasiswa. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

KOSMETOLOGI, dengan harapan dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, saya yakin

masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya menerima kritik

dan saran para pembaca untuk memperbaiki makalah ini menjadi lebih

baik.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada pihak yang

telah membantu dalam meyelesaikan makalah ini.

Makassar, 10 April 2017

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kulit merupakan organ terluar tubuh yang melapisi tubuh manusia,

bagian tubuh yang paling utama yang perlu diperhatikan dalam tata

kecantikan kulit. Pemahaman tentang anatomi dan fisiologi kulit akan

membantu mempermudah perawatan kulit untuk mendapatkan kulit wajah

yang segar, lembab, halus, lentur dan bersih. Berat kulit diperkirakan

sekitar 7% dari berat tubuh total. Pada pemukaan luar kulit terdapat pori-

pori (rongga) yang menjdi tempat keluarnya keringat. Bagi tubuh kulit

memiliki fungsi yang sangat penting walaupun lapisannya tipis. Kulit

adalah organ yang memiliki banyak fungsi yakni berfungsi sebagai organ

ekskresi karena mengandung kelenjar keringat (glandula sudorifera) yang

mengeluarkan 5% sampai 10% dari seluruh sisa metabolisme. Pusat

pengatur suhu pada susunan saraf pusat akan mengatur aktifitas kelenjar

keringat dalam mengeluarkan keringat. Keringat mengandung air, larutan

garam, dan urea. Pengeluaran keringat yang berlebihan bagi pekerja

berat menimbulkan hilang garam-garam mineral sehingga dapat

menyebabkan kejang otot bahkan pingsan Selain berfungsi

mengekskresikan keringat, kulit juga berfungsi sebagai pelindung

terhadap kerusakan fisik, penyinaran, serangan kuman, penguapan,

sebagai organ penerima rangsang (reseptor). Berkaitan dengan letaknya


yang berada di bagian permukaan tubuh, maka kulit merupakan organ

pertama yang terkena pengaruh dari lingkungan. Terdapat beberapa jenis

kulit yang dimiliki manusia, beberapa hal yang mempengaruhi perbedaan

kulit manusia diantaranya adalah faktor internal dan eksternal. Oleh

karena itu, pada makalah ini akan dibahas fisiologi dan biokimia yang

terjadi pada kulit manusia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana anatomi dan histologi kulit?

2. Bagaimana fisiologi kulit?

3. Bagaimana biokimia pada kulit?

C. Tujuan

Dibuatnya makalah ini bertujuan untuk mengetahui anatomi,

fisiologi, dan histologi pada kulit serta proses biokimia yang terjadi

pada kulit yang menyebabkan adanya beberapa perbedaan tekstur

dan warna kulit akibat pengaruh internal dan eksternal kulit.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Histologi Kulit

1. Anatomi Kulit

Pembagian kulit secara garis besar disusun oleh tiga bagian

utama, yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan

subkutis (hipodermis).

Gambar 1. Struktur Kulit

a. Lapisan epidermis

Terdiri dari stratum korneum, stratum lusidum, stratum

granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale.

Stratum korneum adalah lapisan kulit paling luar, erdiri

dari beberapa lapisan sel gepeng yang mati, tidak berinti,


dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat

tanduk).

Stratum lusidum berada di bawah lapisan korneum,

merupakan lapisan sel-sel gepeng tak berinti dan

protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut

eleidin, lapisan ini tampak jelas dilihat di telapak tangan

dan kaki.

Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapisan sel yang

berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena

adanya pembelahan mitosis. Protoplasmanya jernih

karena mengandung banyak glikogen dan intinya berada

ditengah-tengah sel.

Stratum basale terdiri atas sel-sel yang berbentuk kubus

tersusun vertikal pada dermoepidermal palisade, lapisan

epidermis ini terletak paling bawah.

b. Lapisan Dermis

Terletak dibawah lapisan epidermis, strukturnya lebih

tebal dari lapisan epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan

elastis dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan

folikel rambut.

c. Lapisan Subkutis

Terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di

dalamnya, sel lemak tersebut berfungsi sebagai cadangan


makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi,

pembuluh darah, dan getah bening.

2. Histologi Kulit

Histologi kulit sel-sel epidermis, antara lain :

a. Keratinosit

Sel terbanyak yang terdapat dalam sel epidermisa (85-90%),

berasal dari lapisan embrional ektoderm yaitu krista neuralis.

Berfungsi menghasilkan keratin dan lapisan kedap air

melalui proses keratinasi.

b. Melanosit

Sel ini berasal dari lapisan ektoderm (krista neuralis) meliputi

7-10% sel yanga ada di epidermis. Bentuk dari sel ini kecil,

bercabang dendritik, serta paling banyak ditemukan pada

kulit muka dan genetalia ekstrena. Jumlah melanosit pada

setiap individu relatif sama, perbedaan warna kulit

tergantung pada aktivitas pembentukan melanin. Sel

melanosit mensintesis pigmen melanin.

c. Sel Langerhans

Sel langerhans memliki peran penting dalam respon alergi

kontak (dermatitis kontak) dan respon imun selular lain pada

kulit. Berfungsi untuk mengikat antigen dan merupakan sel

pambawa antigen (APC) sehingga limfosit T bereaksi

dengan antigen yang dibawanya.


d. Sel Merkel

Sel ini merupakan sel yang jumlahnya paling sedikit diantara

sel-sel lainnya yang terdapat dalam sel epidermis. Berfungsi

sebagai mekanoreseptor.

B. Fisiologi Kulit

Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga

homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan

menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan

suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D Kulit juga

sebagai barier infeksi dan memungkinkan bertahan dalam berbagai

kondisi lingkungan.

a. Fungsi Proteksi

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam

berbagai cara sebagai berikut:

1) Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan),

panas, dan zat kimia.

2) Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari

permukaan kulit dan dehidrasi, selain itu juga mencegah

masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.

3) Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah

kulit dan rambut dari kekeringan serta mengandung zat

bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di permukaan

kulit.
4) Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang

berbahaya. Pada stratum basal, sel-sel melanosit

melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya.

Pigmen ini bertugas melindungi materi genetik dari sinar

matahari, sehingga materi genetik dapat tersimpan dengan

baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin,

maka dapat timbul keganasan.

5) Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang

protektif. Yang pertama adalah sel Langerhans, yang

merepresentasikan antigen terhadap mikroba. Kemudian

ada sel fagosit yang bertugas memfagositosis mikroba yang

masuk melewati keratin dan sel Langerhans.

b. Fungsi absorpsi

Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material

larut-lipid seperti vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu,

oksigen dan karbon dioksida (Djuanda, 2007). Permeabilitas kulit

terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan

kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Selain itu

beberapa material toksik dapat diserap seperti aseton, CCl4, dan

merkuri (Harien, 2010). Beberapa obat juga dirancang untuk larut

lemak, seperti kortison, sehingga mampu berpenetrasi ke kulit

dan melepaskan antihistamin di tempat peradangan.


Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya

kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum.

Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel atau

melalui muara saluran kelenjar, tetapi lebih banyak yang melalui

sel-sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.

c. Fungsi ekskresi

Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan

dua kelenjar eksokrinnya, yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar

keringat:

1) Kelenjar sebasea

Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat

pada folikel rambut dan melepaskan lipid yang dikenal sebagai

sebum menuju lumen (Harien, 2010). Sebum dikeluarkan

ketika muskulus arektor pili berkontraksi menekan kelenjar

sebasea sehingga sebelum dikeluarkan ke folikel rambut lalu

ke permukaan kulit. Sebum tersebut merupakan campuran

dari trigliserida, kolesterol, protein, dan elektrolit. Sebum

berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi dan

memproteksi keratin.

2) Kelenjar keringat

Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar

400 mL air dapat keluar dengan cara menguap melalui

kelenjar keringat tiap hari (Djuanda, 2007). Seorang yang


bekerja dalam ruangan mengekskresikan 200 mL keringat

tambahan, dan bagi orang yang aktif jumlahnya lebih banyak

lagi. Selain mengeluarkan air dan panas, keringat juga

merupakan sarana untuk mengekskresikan garam,

karbondioksida, dan dua molekul organik hasil pemecahan

protein yaitu amoniak dan urea.

Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar

keringat apokrin dan kelenjar keringat merokrin.

Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila,

payudara dan pubis, serta aktif pada usia pubertas dan

menghasilkan sekret yang kental dan bau yang khas.

Kelenjar keringat apokrin bekerja ketika ada sinyal dari

sistem saraf dan hormon sehingga sel-sel mioepitel yang

ada di sekeliling kelenjar berkontraksi dan menekan

kelenjar keringt apokrin. Akibatnya kelenjar keringat apokrin

melepaskan sekretnya ke folikel rambut lalu ke permukaan

luar.

Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat di daerah telapak

tangan dan kaki. Sekretnya mengandung air, elektrolit,

nutrien organik, dan sampah metabolism

Kadar pH-nya berkisar 4,06,8 dan fungsi dari kelenjar

keringat merokrin adalah mengatur temperatur permukaan,

mengekskresikan air dan elektrolit serta melindungi dari


agen asing dengan cara mempersulit perlekatan agen asing

dan menghasilkan dermicidin, sebuah peptida kecil dengan

sifat antibiotik.

d. Fungsi persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis

dan subkutis Terhadap rangsangan panas diperankan oleh

badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin

diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis,

badan taktil Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap

rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di

epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan

Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak

jumlahnya di daerah yang erotik.

e. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)

Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh

(termoregulasi) melalui dua cara: pengeluaran keringat dan

menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler . Pada saat suhu

tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak

serta memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga

panas akan terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat

suhu rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit keringat

dan mempersempit pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga

mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh.


f. Fungsi pembentukan vitamin D

Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi

prekursor 7 dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet

Enzim di hati dan ginjal lalu memodifikasi prekursor dan

menghasilkan kalsitriol, bentuk vitamin D yang aktif. Calcitriol

adalah hormon yang berperan dalam mengabsorpsi kalsium

makanan dari traktus gastrointestinal ke dalam pembuluh darah.

Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin D sendiri,

namun belum memenuhi kebutuhan tubuh secara keseluruhan

sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap

diperlukan.Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan

emosi karena adanya pembuluh darah, kelenjar keringat, dan

otot-otot di bawah kulit.

C. Biokimia Pada Kulit

1. Protein penyusun kulit yang utama adalah keratin, kolagen,

elastin, dan melanin.

a. Keratin

Gambar 2. Keratin
Keratin menrupakan protein struktural terpenting dari

jaringan epitel yang memberi fungsi struktural. Banyak

ditemukan dikulit bagian lapisan tanduk, kuku, dan rambut.

Secara biokimia, keratin merupakan untaian -heliks yang

panjang diselingi oleh segmen nonheliks pendek. -heliks

merupakan suatu asam amino. Keratin terbagi menjadi dua

tipe, yaitu tipe I merupakan keratin asam dan tipe II

merupakan keratin basa, memiliki ujung karboksil yang lebih

panjang.

b. Kolagen

Salah satu yang membedakan kulit dengan organ

lainnya adalah penentu kekuatan mekanisnya. Kolagen

merupakan protein fibrosa yang merupakan komponen

utama jaringan ikat dan merupakan komponen yang paling

banyak jumlahnya pada mamalia. Pada manusia dengan

usia yang lebih tua, kolagen akan memiliki ikatan

persilangan lebih sedikit dibandingkan dengan manusia

pada umur lebih muda.


Gambar 3. Kolagen

c. Elastin

Elastin bersama-sama denga mikrofibril memegang

peran penting untuk mengembalikan struktur kulit kebentuk

semula setelah mengalami deformasi mekanik. Elastin terdiri

dari asam amino glisin (31%), alanin (22%), prolin (11%),

dan sedikit 4-hidroksiprolin, namun tidak mengandung OH-

Lys (pembeda dengan kolagen). Elastin dapat merenggang

dan memendek seperti karet, hal ini dimungkinkan adanya

interaksi hidrofobik dirantai samping. Pada peregangan ini,

ikatan hilang teapi masih ada ikatan kovalen yang menahan

agar elastin kembali ke bentuk semula.

d. Melanin

Menalin adalah produk dari sel melanosit yang

berfungsi untuk membedakan warna kulit.


Gambar 5. Melanin

Melanin disintesis dalam dua bentuk yakni berwarna

gelap cokelat kehitaman (terdapat pada rambut dan retina

manusia) yang dinamakan eumelanin dan pheomelanin yang

berwarna kuning cerah. Karakteristik melanin adalah

kemampuannya yang dapat mengadsobsi sinar UV dan

memproteksi DNA dari kerusakan.

2. Pengaruh hormon terhadap kulit

Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar

endokrin (pada pulau pankreas). Peningkatan hormon seperti

estrogen dan progesteron menjadikan kulit terasa lebih halus

dan elastis. Akibat kekurangan estrogen misalnya pada saat

terjadi menopause, akan menyebabkan penuaan pada kulit.

Proses penuaan ini kan menyebabkan perubahan fisiologis

pada kulit, seperti kulit kering, permukaan kulit kasar dan


bersisik, kulit menjadi kendor dan berkerut, serta terlihatnya

garis-garis lipatan pada kulit.

3. Proses Penuaan Pada Kulit,melalui beberapa fase, diantaranya

Fase 1. Subklinik

Pada saat mencapai usia 25-35 tahun. Dimana produksi

hormon mulai menurun, seperti hormon testoteron,

growth hormone, dan estrogen. Pembentukan radikal

bebas dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi

tubuh. Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar,

karena itu, pada tahap ini seseorang akan merasa

tampak normal. Tidak mengalami gejala dan tanda

penuaan. Di fase ini terjadi kerusakan sel tetapi tidak

mempengaruhi kesehatan, penurunan ini mencapai 14%

ketika seseorang berada pada usia 35 tahun.

Fase 2. Transisi

Terjadi pada saat usia mencapai 35-45 tahun. Produksi

hormon sudah menurun sebanyak 25%, sehingga tubuh

pun mulai mengalami penuaan.

Fase 3. Klinik

Terjadi pada saat usia sudah mencapai 45 tahun keatas.

Pada masa ini produksi hormon sudah berkurang bahkan

berhenti, seperti wanita yang mengalami menopause dan

kaun laki-laki yang mengalami andropouse. Akibatnya


warna kulit berubah dengan pigmentasi yang tidak

merata, kuku menipis dan mudah patah, serta rambut

rontok. Penipisan kulit menyebabkan kulit mudah terluka

dan terjadi infeksi kulit.

4. Proses penuaan kulit mempunyai dua fenomena yang berbeda,

seperti :

a. Proses Penuaan Intrinsik (Intrinsic Aging)

Proses penuaan fisiologis yang berlangsung secara alamiah,

disebabkan beberapa faktor dalam tubuh. Seperti genetik,

hormonal, dan rasial. Fenomena ini tidak dapat dicegah dan

mengalami perubahan yang menyeluruh sesuai dengan

pertambahan usia.

b. Proses Penuaan Ekstrinsik (Ekstrinsic Aging)

Terjadi akibat beberapa faktor dari luar, seperti pola diet,

stress, obat atau bahan kimia, dan faktor lingkungan seperti

matahari, kelembaban udara, suhu dapat mempercepat

proses penuaan kulit sehingga terjadi penuaan dini.

Fisiologi dan Biokimia Kulit

1) Pernapasan Kulit

Sama halnya dengan jaringan pada bagian tubuh lainnya,

kulit juga bernafas, menyerap oksigen dan mengeluarkan

karbondioksida. Bahan-bahan yang mensitimulasi pernafasan kulit


adalah ekstrak ragi, ekstrak placenta, asam panthotenat, asam

boraks, vitamin A & D, air mawar, hidrokortison, neomicyn.

Sementara bahan yang menekan atau mengurangi pernafasan

kulit adalah bahan pengawet, bahan antiseptik, asam lemak,

fluorida, butil alkohol, asam benzoat, dan lain-lain.

Kulit hanya membutuhkan 7 % dari kebutuhan oksigen

tubuh

1. 4 % untuk epidermis

2. 3 % untuk dermis

2) Mantel Asam Kulit

Tingkat keasaman (pH) berbeda antara yang ditemukan oleh

Marchionini dan oleh peneliti lainnya, tetapi umumnya berkisar

antara 4,5-6,5. Lapisan mantel asam kulit terbetuk dari kombinasi

asam karboksilat organik (asam laktat, asam pirolidin karboksilat,

asam urokanat) yang membentuk garam dengan ion natrium,

kalium, amonium, serta dari hasil ekskresi kelenjar sebasea,

kelenjar keringat dan asam amino.

3) Fugnsi Mantel Asam Kulit

Marchionini menemukan stratum corneum dilapisi oleh suatu

lapisan tipis lembab yang bersifat asam sehingga ia

menamakannya sebagai mantel asam kulit (sauramantel).


PH fisiologi mantel asam kulit berkisar antara 4,5 6,5 sehinga

bersifat asam lemah

Tiga fungsi pokok mantel asam kulit, yaitu:

a. Sebagai penyangga (buffer) yang berusaha menetralisir bahan

kimia yang terlalu asam atau terlalu akalis.

b. Membunuh dengan sifat asamnya atau menekan pertumbuhan

mikroorganisme yang membahayakan kulit.

c. Dengan sifat lembabnya sedikit banyak mencegah kekeringan

kulit.

4) Mantel Lemak Kulit

Bahan utama dalam lemak kelenjar sebasea adalah

squalene, sedangkan dalam lemak epidermis adalah kolesterol.

Susunan lemak permukaan kulit adalah sebagai berikut :

Lipida 1.37%

Kolesterol 8.72%

Asam lemak bebas 20.89%

Trigliserida 34.65%

Wax dan ester kolesterol 19.02%

Squalene 10.92

Jenis-jenis parafin 3.14%

5) Sistem Pengaturan Air Kulit


Lapsian lemak di permukaan kulit dan bahanbahan dalam

stratum corneum yang bersifat higrokopis, dapat menyerap air, dan

berada dalam hubungan yang fungsional, disebut Natural

Moisturizing Factor (NMF). Hubungan antara pelembab larut air

dan lemak adalah pelarut lemak dari stratum corneum akan

menyebabkan hilangnya pelembab.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kulit

merupakan organ terluar yang melapisi tubuh manusia, kulit juga

merupakan organ tubuh yang memiliki banyak fungsi diantaranya

adalah sebagai pelindung tubuh, indra peraba, dan organ yang

berperan dalam ekskresi. Biokimia pada kulit terjadi pada protrin

penyusun kulit seperti keratin, kolagen, elastin, dan melanin, sehingga

tampak perbedaan tekstur dan warna pada kulit yang disertai dengan

pengaruh internal maupun eksternal. Oleh karena itu, setiap manusia

memiliki jenis kulit yang berbeda tergantung dari karakteristik dan tipe

kulitnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2015.Pengertian, fungsi, dan lapisan kulit:

http://www.softilmu.com/2015/02/Pengertian-Fungsi-Lapisan-Struktur-

Kulit-Adalah.html (Diakses pada 9 April 2017, Pukul 22.20 WIB).

Sandi Apriadi.2015.Pertumbuhan dan Perkembanagan:

http://sandiapriadi.blogspot.co.id/2015/07/laporan-diskusi-kelompok-

tumbuh-kembang.html

(Diakses pada 9 April 2017, Pukul 17.05 WIB).

Amalia Kusuma.2012.Kelainan pada Sistem Ekskresi Manusia:

http://amaliaakusuma.blogspot.co.id/2012/08/kelainan-pada-

sistemekskresimanusia_6125.html

(Diakses Pada 9 April 2017, Pukul 22.25 WIB). :

https://id.wikipedia.org/wiki/Kulit_manusia

(Diakses pada 9 April 2017, Pukul 21.46 WIB)

Peran Hormon Pada Kulit

http://sdhklinik.com/hormon-dan-pengaruh-pada-kulit/

(Diakses pada 9 April 2017, Pukul 22.09 WIB)

Anda mungkin juga menyukai